It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Selamat malam Bro,
Kesempatan yang baik ini kita gunakan untuk melanjutkan penuturan dari Jasri. Banyak pertanyaan sehubungan dengan keterangan yang disampaikan Jasri pada part sebelum ini.
Terutama perasaan Nenek dan bagaimana sikap beliau sebenarnya mendapati Rusli di atas kebenaran atau kesalahan.
Selayaknyalah, benar atau salah, adalah Tuhan yang punya cerita.
Di atas benar atau salah, Rusli tetaplah cucu yang punya kharisma, beda dengan anak-anak yang lain.
Di atas benar atau salah, Rusli tetaplah cucu yang tidak pernah menyakiti orang lain.
Sekarang Rusli terkesan menghilang, dan Nenek terkesan enggan untuk bicara dengan pak Ridwan.
Kalau sudah begini, pak Ridwan sendiri yang tambah menanggung beban.
Inilah situasi yang disaksikan oleh Jasri, silahkan Bro Jasri
P O V dari Jasri
Kita lanjutkan ya kawan.
Jam 17.20 ke esokan harinya, aku sudah sampai di rumah nenek si Rusli itu lagi. Aku akan mengecek kondisi fisik pak Ridwan.
Terutama tensi karena kurang baik menahan perasaan kala tensi tinggi, semoga bukan begitu.
Pintu gerbang langsung terbuka, karena ada yang mengomandoi itu, dialah pak Ridwan. Tidak ada ramah sedikitpun dari si pak satpam ini, betulan pemarah. Cocok sekali dia dengan profesi penjaga pintu gerbang.
Aku kemudian bergegas ke lantai satu rumah itu. Para karyawan sudah bersiap pulang sehingga tidak ada lagi yang berkumpul di lantai satu itu.
Aku mengucap salam,
dan salamku dijawab oleh pak Ridwan seraya menyuruhku masuk ke salah satu ruang administrasi.
Aku masuk ruangan itu
Saat aku masuk Nenek yang di panggil Uwo oleh rusli itu juga menghindar ke pintu sebelah.
Iya terima kasih, mereka bagaimanapun tidak akan melupakan bahwa aku adalah anak dari seorang yang suka meracuni. Tidak apa, aku selalu terima itu.
Uwo duduk di kursi ruang sebelah, ruang itu dihubungi oleh lorong.
Aku memeriksa kondisi pak Ridwan dengan sangat seksama. Mulai dari detak jantung hingga cara bernafas.
Terakhir aku ukur tensi darah pak Ridwan.
"Semua bagus Pak" kataku
"Syukurlah" jawab pak Ridwan
"kalau bagus, tensi tidak masalah, napo Pak Ridwan marah-marah jugo" kalimatku
"Aku marah yo marah ! " kata dia lagi
"Marah samo siapo ? samo anak ? samo urang tuo ? rugiiii" saranku
Dia terdiam sambil mengepal jari tangan
dan kalimat ini terucap juga dari mulutnya
"Yo marahlah, anak yang tidak tahu diri dibela oleh nenek yang sayang sama dia" kata pak Ridwan selanjutnya
"oiiiiii salah nurut kau, belum tentu pulo salah nurut orang lain ! Orang jugo punyo pertimbangan sendiri" jawab Uwo sedikit berteriak dari ruang sebelah (oooiii salah menurut kamu belum tentu begitu menurut orang lain, orang punya pertimbangan sendiri)
"yo sudahlah pak, makonyo pak Ridwan susul Rusli, lihat mana yang salah itu ! dan nesehatkan baik-baik bahwa itu salah !" saranku
Pak Ridwan meringkukan kepala di atas meja kerja itu, kasihan juga melihatnya.
Melihat itu si Uwo langsung menyusul pak Ridwan dan mengusap rambut pan Ridwan. Setelah itu terdengar kalimat yang diucapkan oleh si Uwo itu
"Urang nan sikok nie suko nian cari masalah ! tapi rusuh dewekan" kata si Uwo (Orang yang satu nie suka benar cari masalah, tapi rusuh sendiri)
"Uwo...., baa kaba Rusli Uwo ? lah lebih seminggu Uwo ndak dapat tanda-tanda" kata pak Ridwan lirih sambil menekur di atas meja (Uwo, gimana kabar Rusli ? lah lebih seminggu, Uwo tidak dapat tanda-tanda)
"Dakek Rusli tu, tapi aku dak biso melihatnyo, maaf ! aku dak dapat menolong" kata si Uwo (dekat si Rusli tuh, tapi aku tidak bisa melihatnya, maaf ! aku tidak dapat menolong)
Dari arah yang berlawanan, masuklah seorang nenek yang cantik dan gesit. Di tangannya ada tumpukan kertas nota dagang karena baru selesai berpergian mengurus dagang, dialah nenek si Rusli yaitu mamak dari pak Ridwan ini.
Nenek itu berkata,
"Kalau terjadi jalinan hati, kami bisa tahu dimana Rusli. Ngerti kau sekarang, hati cucuku lah kau tutup" kata Nenek itu
"Bukan itu maksud aku mak ! aku ingin anakku sukses tidak salah langkah" kata pak Ridwan kembali emosi.
Entah siapa yang mau disalahkan, aku baru rasakan bahwa tanggung jawab itu iya ada sama Bapak, beginilah rasanya jadi Bapak terhadap kesuksesan seorang anak.
"Nyesal aku nulis SMS untuk si Rusli, kalau bukan gara-gara kau ! siapo yang salah langkah, kau tuh yang salah langkah" umpat Nenek nie
Aku termenung, mendalami makna kata Uwo dan Nenek itu. Hari inipun aku saksikan lagi kehebatan Uwo.
Dulu, di hadapanku, Uwo berhasil mematahkan racun yang dikirim mamak ku.
Jika Uwo tidak dapat tanda-tanda dimana Rusli, mungkinkah itu Rusli sudah sedemikian membenci keluarga ini ?
sehingga hati Rusli sudah tidak untuk mereka.
Nenek itu berlalu saja menuju lantai dua, diikuti oleh Uwo
Pak Ridwan menjerit
"Maaaakkk sini dulu mak, belum selesai ini ! kemano akan ku susul Rusli ? Tolong kasih pendapat" kata pak Ridwan sambil mengacak-acak rambut di kepalanya pertanda panik.
"Kau kan hebat ! Rusli ninggalin kami, dan kami juga akan pergi dari kau ! hiduplah kau sorang diri" umpat nenek itu
"arrrggggggggggggggg" kali ini raungan dan isak tangis pak Ridwan mengundang air mata bagi yang menyaksikan
Setelah tenang, aku tuntun pak Ridwan untuk mengambil air wudhuk, untuk segera menunaikan sholat magrib. Kasihan sekali melihat orang tua ini tapi memiliki jiwa yang selalu muda.
Aku memimpin sholat magrib itu. Seperti masa-masa yang kurindukan. Beberapa kali waktu masih kecil, kami pernah sholat bersama.
Hari ini aku dapati sosok pak Ridwan yang sungguh telah berbeda. Sejak tinggal di Jakarta, badannya makin terawat dan penampilannya berbeda dari bapak-bapak yang seumuran dengan dia.
Namun jiwanya kosong,
sekarang dia sedang kehilangan apa yang dia sayang.
Banyak do'a yang dipanjatkan pak Ridwan seusai sholat magrib itu.
Semoga semuanya jadi lebih baik, dan pak Ridwan kembali menjadi bapak-bapak, sebagai panutan bagi anak-anaknya, amiiin.
Hilangkanlah keinginannya untuk balik hura-hura ke Jakarta lagi, ada orang tua dan anak yang harus diurusnya.
"hiikksss Rus ......." lirih tangis pak Ridwan
Aku biarkan luapan emosi itu, biar pak Ridwan jadi sedikit lebih tenang
"Dulu Rusli yang secara tiba-tiba ingin ke kuliah ke Padang, inilah jadinya" isak dia
"Yaaaaa bukan berarti pak Ridwan juga harus ke Jakarta" kalimatku
Dia terdiam
"Rusli ke Padang biar pak Ridwan bisa bebas. Apa itu masih dikata anak salah langkah ? Tidak mungkin IP nya 4, kalau anak salah langkah " argumen aku lanjutkan
"Hikkssssssssss" dia akhirnya meledak
"Mungkin ini yang terakhir aku ngomong Pak ! Tolong kasih anak kepercayaan, bukan mendengar omongan orang lain" saranku
Terdengar suara dari lantai dua
"Jas, tolong belikan tiga porsi gulai kuning ikan tongkol dan lalapan" pinta Uwo
Segera aku bergegas memenuhi permintaan Uwo dan memastikan bahwa pak Ridwan sudah semakin tenang.
Tidak begitu jauh, lewat jembatan yang panjang tuh, aku bisa temui RM yang dimasudkan Uwo si Rusli tu. Aku belok ke kiri setelah itu untuk menjumpai perumahan penduduk yang disana ada Apotek. Aku belikan obat yang dibutuhkan pak Ridwan, kalau kurang tenang malam ini.
Akhirnya, mereka kembali agak sedikit diam bagai suasana perang dingin sewaktu-waktu akan ribut lagi. Ketika mereka mau makan bersama aku mohon pamit. Sambil menitipkan obat untuk pak Ridwan.
Alhamdulillah,
Akupun berlalu dari rumah itu.
Di atas motor, kembali aku harus berfikir.
Karena aku sadar, masuk rumah mertua, maka aku masuk pula pada masalah yang lain.
Tenyata bukan keluargaku saja yang bermasalah,
Keluarga nenek si Rusli ini juga bermasalah, namun orang selalu memandang yang tampak luar.
Saat aku masuk rumah itu, mereka sudah selesai makan malam.
Jangankan makan aku diajak, malah omongan seperti ini yang aku terima :
"Cak mano kabar dana program dokter spesialis kau ? lah dikasih si Ridwan ?" kata Bapak mertua yang serakah ini.
Sebenarnya bukan dia yang keponakan Uwo, tapi istrinya atau mamak dari istriku yang keponakan Uwo si Rusli. Tapi bapak mato duitan ini sadis nian, pimpro mata duitan, mau jadi apalah kota ku ini.
"spesialis tuh, aku harus lulus magang dulu, harus PTT dulu, baru boleh spesialis, basing bae" aku juga sedikit menghardik karena kesel, sama bapak istri ini
aku agak sopan sama mamak istri, lumayan bisa dijadikan sosok Ibu.
"itu urusan kau ! bukan bidang aku, aku hanyo pesan jangan minta uang samo kami kalau kau ma spesialis, tapi kau harus spesialis" sorak dia, giloooooo
"siapo yang minta uang bapak, basing bae ! sori aku minta-minta" kesel ku
Mertua perempuanku senyum-senyum
"ngapo pulo kau mencak-mencak ? wajar bapak berkata begitu, idak murah spesialis tu" kini istriku yang bersorak, mirip nian dia sama bapaknya yang mata duitan
Inilah nasib ku !!!!!!!
"Ado teman ku yang ndak buka lahan sawit, tolong suruh si Ridwan melihat besok" hardik si serakah
"Pak Ridwan sedang sakit, kurang baik memaksa" alasanku
"Justu begitu bagus ! lancar !" kata dia
"Bapak sajo yang ngomong, aku dokter, bukan kontraktor, kurang ngerti aku" kesel ku makin menjadi, serakaaahhhh.
dia termenung, heemmm rasain.
dan mertua perempuan itu tambah ketawa ngakak
aku lumayan berani di rumah nih, karena mendapat sosok mamak yang selalu melindungiku dari istri dan bapak nya.
Harus berani itu ! mau diapakan saja aku siap ! aku bukan sembarangan lagi.
aku tahu mereka juga tidak bisa apa-apa, karena dibalik perjodohan ini adalah pak Ridwan dan Uwo.
Aku mandi dan menunaikan sholat Isya, terasa lapar perut ini.
Sayang makanan sudah tidak ada.
Tidak apa, aku biasanya juga tahan, membaca dan meneyelesaikan tugas RS adalah hal yang menyenangkan bagiku tiap malam, jauh dari layanan birahi seorang istri. Artinya, rumah tangga ini tidak didasari oleh cinta, emang.
Tapi orang dusun, mana ngerti apa itu cinta, mereka masih bersyukur menjadi orang dusun. Harta yang berlimpah yang ada dipelupuk mata mereka. Proyek lancar, pengembangan aera sawit jor-jor dapat prioritas dari nenek si Rusli dan aku yang selalu jadi perantara mereka.
Berangkat kerja, subuh-subuh tu, jangan kan dapat kopi dan pengganjal perut yang makin lapar, aku malah dapat titipan proyek dari istri
"Tolong lah kau tuh, biar proyek teman bapak masuk ! itulah fungsi kau" kata istri ku
"Sudah ku bilang, aku tidak punya kapasitas ! bukan bidangku" kataku sambil melangkah pergi
"apo kau nih !!!!!!!!! banyak tingkah nian kau" sorak dia
aku mengurut dada,..... begitulah
Ini yang terbaik, seperti kataku tadi, mereka tidak bisa apa-apa !
mau mendepakku dari rumah mereka, oh Alhamdulillahhh........
aku akan senang hati mencari jalan yang lain.
Aku didepak, mana ada lagi proyek, mana ada lagi duit mengalir untuk kebon sawit dari nenek si Rusli !
Jam 06.00 setelah sekedar sarapan lontong sayur di depan RS, aku segera masuk ke tempat dinasku. Ada perawat yang habis sift malam, mengangguk tanda mohon pamit. Ada para tukang koran pagi sambil senyum,
ada ibu-ibu pedagang kue yang bersiap menyambut pasien yang akan berobat hari ini.
Aku menuju ruang kerjaku, dan dengan agak kaget, aku mendapati suara perawat dari dalam bangsal pasien :
"Dok, bapak nya sedang dirawat di VIP penyakit dalam" kata perawat itu
Astagfirullah ya Allah, ada apa dengan pak Ridwan ????
Padahal tadi malam sudah agak tenang, sudah agak bisa duduk bersama dengan mamaknya, mulai lagi nih pak Ridwannya, kenapa ini ya Allah !
Kemana aku harus menghadirkan senyum Rusli untuk pak Ridwan, jika umur pak Ridwan ini pendek, aku merasa tidak dapat berbuat apa-apa pada orang tua yang telah membesarkanku.
Berat terasa perasaan ini.
Bersambung .....
Sedikit berlanjut Bro, moga makin ada titik terang. Makasih untuk Jasri. Karena dia yang di Jambi, banyak harap dia bisa mengasih pendapat pada Rusli, semoga.
bro @balaka , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212, bro @kim_juliant27 , bro @ken89 , bro @sky_borriello , bro @NanNan , bro @PeterWilll , bro @chioazura , bro @Ndraa , bro @ularuskasurius , Bro @RereLiem28 , Bro @SteveAnggara , Bro @Asu123456 , bro @boy , bro @andrean20 , bro @Raenaldi_Rere , bro @Rifal_RMR , mbak @Watiwidya40Davi , bro @kvnandrs6 , bro @nakashima , bro @j4nji , bro @abyyriza
rusliii..q yakin dia dlm kondisi bae" sajo..
moga keluarga rusli akur lagi kaya dulu harmonis *he
Ma didu o'tawa'u tita ta tilala teye??
[gorontalo versi]
moga mereka sehat sehat. Pak ridwan ndak kena sakit.
Disini saya sudah agak bingung siapa yang salah......
Masih bisa kita lanjutkan cerita ini Bro, namun maaf ya agak sedikit terseok dan tidak lancar. Dalam keengganan untuk membuka aib keluarga atau memendam kebencian yang teramat dalam. Aku paham situasi yang dihadapi Jasri,
dan mengapa Rusli menghindar serta tidak mau lagi berkomentar mengenai keluarga Neneknya di kota Jambi itu, terungkap sudah.
Sekarang Pak Tua biang onar tu terbaring di Rumah Sakit, dia menunggu senyuman dan kata maaf dari anaknya. Betul, dunia ini adalah gampang bagi dia. Oh tidak semudah itu !
Bagaimana perasaan orang yang selalu dituduh TIDAK MENJAGA NAMA BAIK KELUARGA, sementara dia sendiri melupakan nama baik itu. Kalau anak kandung yang diperlakukan begitu masih ada toleransilah, inikan Rusli bukan anak kandungnya.
Kadang memahami perasaan orang lain jauh lebih sulit dari mengatur sebuah bisnis.
Apa yang akan dilakukan oleh Jasri ? mari kita serahkan kesempatan kepada Jasri.
P O V dari Jasri
Aku segera berlalu ke ruangan Ayuk Lastri seorang perawat senior dan cukup disegani di Rumah Sakit milik pemerintah ini.
Ayuk ini juga baru datang dan sedang menata tumpukan kertas di atas mejanya.
"Ayuk, sibuk hari ini ?" sapaku
"Oh Jasri, sabar yo Jas. Aku baru jugo dapat kabar Bapak kau dirawat disini" kata ayuk itu
"Mokasih ayuk, Bapak tuh kecapekan dan tertekan perasaan sepertinyo. Ayuk, aku minta tolong " kalimatku
"Pertolongan apo Jas ? mengawasi ruang Bapak kau ? aman ! aku usir semua tamu yang brisik" kata dia
"Aiii ayuk, aku mau menemui adek, mungkin itu bisa menenangkan Bapak" kataku
"Oh si Rusli ? aku pernah lihat dia nyanyi di acara kawinan kau" kata ayuk itu
"Iyo ayuk, tolong yo, dokter kepala di THT hari ini bukan giliran beliau jaga" kataku
"Iyo ayu tolong, bangsal ayuk biarlah teman yang merangkap" kesediaan dia, oh Alhamdulillah
"Mokasih yo ayuk, aku tengok Bapak dulu" kataku mohon pamit
"Iyo, hati-hati sajo di jalan" kalimat dari ayuk ini
Di ruang rawat VIP ini, aku lihat pak Ridwan terbaring dengan asanya sendiri walaupun disampingnya ada mamaknya dan si Uwo. Kalau diajak ngobrol lumayanlah perasaan pak Ridwan, ini kan diam saja sama anak. Orang kaya memang begitu, sedikit ngomong banyak kerja menumpuk harta. Padahal sekaranglah waktu yang tepat untuk berkomunikasi, sehingga uneg-uneg bisa terlepaskan.
"Oh tadi malam Pak Ridwan dah medingan, tapi kalau di sini akan ada yang menjaga" hiburku
Pak ridwan mengangguk tanpa mengucap sepatah kata
"Aku akan mencari Rusli di muro Tebo" kalimatku
serentak wajah mereka berubah dengan rona yang agak cerah.
"Aku belum bisa melihat tanda-tanda, tapi cubo sajo ! InsyaAllah ado Rusli disano" kata si Uwo
"Ado teman dari Jakarta hari Kamis yang lalu menginfokan kabar terakhir bahwa Rusli bertolak dari Padang menuju Jambi. Kalau disini tidak ada, maka Rusli akan ke Makam Bapaknya" kalimatku
Pak Ridwan seketika menagis, dan alangkah kagetnya aku, si Nenek judes tuh juga menangis setelah itu. Apakah ada yang salah dengan kalimatku ?
Aku biarkan, hingga luapan emosi mereka tumpah dan kembali berfikir jernih. Ini lebih baik untuk menstabilkan jiwa pak Ridwan.
"Tolong bersihkan makam Mansur" kalimat Uwo yang juga kedengaran tercekek
"Aku pamit ke muaro Tebo yo" kataku mohon diri
Pak Ridwan mengangguk
Kapanlah si Nenek judes nie mau ngomong sama aku, serah dia lah.
Aku pacu motor bututku menuju arah muaro Bulian. Kalau ada apa-apa aku akan servis motor ini di sana, terus maju ke arah Tembesi dan Tebo. Bismillah..........
Tiba di muaro Bulian, motor ini masih stabil,
untuk jaga-jaga aku masukan saja ke bengkel di kota itu untuk mencek apa kira-kira yang perlu diganti. Kiranya hanya satu kabel starter yang longgar. Olinya juga perlu diganti. Setelah itu aku isi bensin full tank nih motor. Lanjut lagiiii
Hingga di muaro Tebo, aku isi lagi bensinnya untuk perjalanan menuju pedalaman menyisiri sungai dan menapaki jembatan gantung itu. Indah sekali ketika memandang sungai di bawah sepanjang perjalanan.
Mana ya perahu yang ada Rusli sedang tersenyum di atasnya, pemandangan seperti ini juga ingin ku lihat lagi ya Allah, lindungilah Rusli selalu. Dia harus bertemu dengan Pak Ridwan dan Neneknya.
Menjelang dusun si Rusli, ada jalan di antara sawah, sangat khas sekali. Rata-rata sawahnya selesai panen dan di sawah itu banyak sekali gerombolan bebek yang sedang mencari makan. Motorku menepi di halaman rumah Rusli. Masih bersih dan cukup terawat meski mamak Rusli tidak tinggal disini lagi, sepertinya ada orang yang merawat rumah ini.
Assalaamu'alaikum
Aku ucapkan salam
Namun Tidak ada jawaban
Aku ucapkan lagi
Masih tidak ada apapun
Akhirnya aku bergerak ke arah mushola dan ternyata mushola itu juga sepi karena belum jam sholat Zuhur.
Aku termenung, kemana manusia disini ?
Akhirnya aku bertolak ke arah makam Bapak si Rusli.
Dari kejauhan makam itu terlihat bersih dan sejuk. Ketika mendekat aku melihat seper-detik (cepat sekali) sebuah cahaya yang agak silau. Biasanya kalau di kota ini adalah pantulan cahaya oleh kaca, oleh body mobil, oleh benda yang memantulkan sinar pokoknya. Ini dari mana ?
Mungkin dari salah satu rumah penduduk, aku saat itu tidak begitu peduli.
Aku ucapkan salam untuk Bapak si Rusli
dan kubacakan doa untuk penghuni kubur.
Setelah itu aku bersihkan beberapa daun kering yang jatuh ke makam. Aku usap batu nisan makam itu. Sekarang Rusli lagi ada masalah, do'a orang-orang yang sayang sama dia akan selalu menuntun langkah Rusli termasuk do'a dari Bapak.
Banyak yang ingin kuungkapkan sama Bapak si Rusli, seperti kataku dulu, aku pernah bahagia masa kecil. Aku akan bahagia bila aku kecil terus, saat bersama Rusli dan Bapak.
Ketika beranjak dewasa, semua terasa berubah ! banyak ketidak adilan.
Setelah dari makam Bapak si Rusli ini aku kembali menuju motorku di halaman rumah Rusli, mungkin belum waktunya aku bertemu Rusli.
Sampai di rumah itu,
Oh pintunya terbuka, Alhamdulillaaaaaahhhhhhhh
Aku begitu bersemangat,
Aku berucap salam,
Assalamu'alaikum begitu semangat,
Ada sebuah jawaban
"Waalaikumsalaaaam" jawab sebuah suara
Muncul seseorang
wew kok bukan Rusli ? ini kan abang garin Mushola itu !
"Eh Jasri, apo kaba kau Jas ? Mari masuk" sapa dia
"Baik bang" balasku
"Dari jambi pakai motor ? oh yo kenalin ini istri abang" kata dia
"Aiii ini anak Pak Ridwan ?, maaf tadi kami lagi ke sawah" kata istri abang garin itu
"iyo, ambo Jasri ayuk" kataku dengan sopan
"duh sopan nian kau nih, kakak kau si Nisa tuh heheh tapi lah lumayan berubah, Nanda lah semakin baik, alhamdulillah Jas" kata istri itu lagi
"alhamdulillah ayuk" kataku
"Lah sempat tengok Nanda kau ?" tanya bang garin itu
"Belum bang, aku mau jemput Rusli bang, pak Ridwan sakit" kalimatku
"Oh Rusli, hari Senin seminggu yang lalu dia kesini, hanya satu malam. Habis tuh dia bersedia ke Kerinci mau ngajar ngaji, ado permintaan dari MTsN sano" kata si abang nie ! mau kupukul rasanya tuh kepala dia
"Kok abang saranin gitu ? saranin tengok orang tua lah itu yang benar!" kataku kesal, mau ke Kerinci, kemana akan kucari kau dek ???
"Katonyo Rusli lagi libur, lagi cari kegiatan yang baik" kata abang nih
"Ya sudahlah bang, kalau ado apo-apo samo pak Ridwan, abang berdosa !" kalimatku menahan kesal
"Ado apo sih Jas ?" tanya istri abang itu sangat serius
Biasanya aku tidak bisa menangis, tapi sekarang air mataku menetes.
"Maaf yo Jas, abang kiro tidak seserius ini" kata abang itu
"Tidak apo bang. Tolong nian yo bang, kalau Rusli balek, kasihan pak Ridwan bang. Boleh aku minta nomor HP abang ? abang sekarang yang tahu dimana Rusli" kalimatku
"Boleh, nih nomor HP ku" kata dia
Aku pacu saja motorku, secepatnya aku harus balik ke kota Jambi, ado-ado sajo abang tu ! Disuruh kepengajian ya maulah si Rusli, apa lagi dia sedang menghindar dari tingkah pak Ridwan. Sehingga Uwo tidak punya tanda-tanda kebedaan Rusli. Teringat akan kepedihan hati Rusli, Bapaknya juga tidak rela melihat anaknya ditelantarkan dan difitnah. Sehingga si Uwo tidak bisa menembus rumah Rusli, apakah itu tadi cahaya dari makam Bapak si Rusli yang membatasi terawang dari si Uwo ?
Tidak aku perkirakan sedikitpun, motor ini harus minta bensin tepat di depan kedai etek si Sudi teman sepermainanku.
"Tek, bensin 3 liter etek" kalimatku datar masih kesel
"Aiihh kau Jas ! masuklah dulu"" ajak etek tuh
"Apo kaba si Sudi tek ?" tanyaku
"Baik, sebentar lagi akan kawin. Untung sajo tidak digoda si Rusli" kata dia
Kurang ajar sekali mulutnya !
"Etek kalau bicara mikir dulu, apo Rusli semurah begitu" protesku
"Oiii jangan marah-marah gitu, itu atas laporan si Ridwan dan eteknyo yang ado kedai di muaro Tembesi" kata etek si Sudi
"Pak Ridwan bicara seperti itu ? etek tahu apo kelakuannyo di Jakarta ?" tanyaku
"Tidak" jawab dia
"Etek tahukan si Rusli kuliah di Padang, sibuk, dan prestasinyo masih membanggakan Jambi. Etek fikir Rusli seperti apo ? Pernah etek lihat dia merayu si Sudi???????" aku ajak etek si sudi nih berargumen
"Maaf, itu katoku tadi, hanya laporan dari keluarga si Ridwan" kata dia
"Kok aku tidak difitnah pula, suka samo si Sudi, aku akrabkan samo si Sudi, tolong berkaca seperti apo wajah keponakan etek tuh" mulai aku lepas, agak terkesan menghina kalimatku
"Ngapo pulo kau cak itu ? keponakanku lebih sukses dari kau" dia balik menghina
"Iyolah etek menjilat ! modal toko si Sudi tu dari pak Ridwan, makan tuh harta, sebentar lagi dia mati ! sekarang lagi terbaring di Rumah Sakit" aku hentikan pembicaraan itu dalam raungan tangis etek si Sudi.
Katanya sayang sama Rusli, sayang selagi nampak harta ! manusia keparat ! Sungguh aku tidak terima menganggap orang seperti binatang, siapo pulo yang mau sama si Sudi gendut, maaf jadi agak emosi aku nie.
"Jaaaaasssss....... maaaf kato ku" dia menjerit saat aku kalap memacu motor
Manusia keparat, berlagak sakit setelah semua kelakuannya. Masih juga aku tertipu untuk baik-baik dan menolong perasaanya ! Terbaringlah kau ! mati sekalian !
Masa depan anak dan perasaan anak dihina sedemikian rupa dengan mengobral fitnah pada orang dusun, apa itu masih layak dikatakan Bapak ? dan keluarga yang terhormat ???? benar kata bang Turney, orang saja yang disuruh mengenang nama baik keluarganya, dia sendiri tidak menjaga nama itu ! itu lah pak Ridwan.
Saat ini aku tidak lagi mementingkan diriku sendiri, aku punya adik yang ingin aku selamatkan, saat semua keluarga sudah terasut fitnah oleh orang yang berduit.
Demi Allah, aku akan semakin rajin bekerja, kemanapun Klinik yang butuh jasa dokter umum akan ku kejar. Hasilnya akan kutabung. Aku ingin tunjukkan pada mereka semua, bahwa suatu saat nanti Rusli bukanlah yang hina seperti yang mereka fikirkan. Rusli mencintai dengan tulus seorang laki-laki tidak ada hubungan dengan mereka semua.
Apa yang mereka lakukan ?, berzina dengan istri orang, mencari pelacur, atau berzina dengan teman sekantor dan semua itu adalah mulia !!!!!!!! karena mereka manusia normal suka lawan jenis, pola fikir yang sungguh memalukan. Sudah zaman milenium global kaleeeee ! hari gini masih menghina orang dari orientasi seksual bukan dari prestasi dan sikap mental yang baik ? siap-siap saja hinaan itu akan berbalas.
Sudah sore sekali aku menapaki lagi tempat kerjaku,
ku dapati catatan dari ayuk Lastri, mokasih ayuk yang baik.
Aku berdiam dalam ruang praktekku.
Tidak ada keinginanku untuk menjenguk wajah-wajah munafik itu !
Ada beberapa SMS dan panggian dari nomor pak Ridwan dan keluarga istriku yang masih berdulur-dulur dengan keluarga dia, hoiiiiissffffff sudahlah
aku biarkan !
Sore ini aku akan mencari tempat kos yang dekat dari RS ini, rasanya sandiwara ini harus aku akhiri. Aku tidak akan lagi berkorban untuk keluarga itu, cukup !
Bersambung .....
Dimana tempat yang damai bagi orang yang mencintai secara tulus ? atau kita akan terus mendengar tidak ada tempat bagi yang mencintai sesama jenis, hanya dikau yang tahu Bro, kita harus kuat.
bro @balaka , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212, bro @kim_juliant27 , bro @ken89 , bro @sky_borriello , bro @NanNan , bro @PeterWilll , bro @chioazura , bro @Ndraa , bro @ularuskasurius , Bro @RereLiem28 , Bro @SteveAnggara , Bro @Asu123456 , bro @boy , bro @andrean20 , bro @Raenaldi_Rere , bro @Rifal_RMR , mbak @Watiwidya40Davi , bro @kvnandrs6 , bro @nakashima , bro @j4nji , bro @abyyriza