BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

CINTA TAPI MALU

Sudah lama rasa nya tidak duduk di teras ini, menikmati sejuknya angin sore menatap mentari yang perlahan meredup di ufuk barat. Kira-kira lima tahun aku tak pernah datang ke rumah ini, rumah yang penuh kenangan, tempat aku dibesarkan.

Seperti dulu, kali ini pun aku duduk seorang diri, tidak seperti kebiasaan aku dulu saat duduk disini selalu ditemani sepiring goreng pisang, atau roti bakar, secangkir coklat panas atau segelas susu hangat berlomba lomba ingin menemani saat-saat menunggu kamu, berharap kamu lewat di depan rumah ku, berharap kamu tersenyum, menghentikan sepeda motormu dan berjalan kearah rumah ku, lalu kita berkenalan, tapi tiga tahun pengharapanku pada mu seperti punguk merindukan bulan.

Saat ini di atas meja hanya ada sebotol air minum dalam kemasan, tak ada sepiring goreng pisang atau pun roti bakar buatan asisten rumah tanggaku. Bahkan tanpa berharap engkau akan lewat depan rumahku sore ini, semua harapan itu sirna saat aku melihat sebuah papan bertuliskan “DIJUAL TANPA PERANTARA hubunggi 08....., halaman rumah mu dipenuhi dedaunan, dan kertas penawaran berserakan, seakan tak terjamah manusia selama bertahun-tahun.

Aku hanya bisa menghela nafas, sambil menatap hampa ke arah jalan di muka rumah ku, sesekali tetangga rumah lewat, lalu menyapa ku, masih ramah sama seperti lima tahun lalu, entah mengapa hanya kamu saja yang tak pernah menyapa atau sekedar memberi senyum manis buatku.

Rumah kita berhadap-hadapan, hanya terpisah jarak dua meter, tapi rasanya kita terpisah milyaran tahun cahaya.

Aku kenal keluargamu, Ayah, Ibu, adik-adikmu, sepupu, tante, om, bahkan Momo dan Mimi sepasang kucing Angora peliharaan dirumah mu, entah sekarang sudah berapa anak mereka. Tapi aku tak mengenal kamu, aku tau kebiasaan yang kamu lakukan sehari-hari, dari saat bangun tidur sampai saat menjelang tidur, semua aku tau dari keluargamu. Aku biasa datang kerumah mu, sekadar mengantar oleh-oleh setelah pulang dinas diluar kota atau karena di undang oleh keluargamu. Setiap aku ada dirumah mu, kita selalu saja tak pernah bertemu, entah karena waktu yang tak tepat atau... aku juga tak tau sebab nya, sepertinya takdir belum mau mempertemukan kita.

Ahh.. Sudahlah, semoga engkau hidup bahagia bersama keluargamu. Aku kemudian masuk kedalam rumah, menutup pintu, menuju ruang keluarga... ruang keluarga? Hehehe tidak ada keluarga disini, hanya ada aku seorang, sudah sepuluh tahun aku tinggal seoarang diri disini. Tinggal dirumah yang aku beli dengan cara mencicil lewat KPR disebuah bank swasta.

Aku lihat HP ku ada berapa pesan singkat yang masuk, juga BBM. Tak ada semangat aku untuk melihat apalagi membalasnya, toh kalau penting mereka pasti akan menelpon. Kurebahkan tubuhku di atas sofa yang berfungsi ganda, bisa juga sebagai tempat tidur, tempat yang nyaman buatku, lebih sering aku menghabiskan malam diatasnya dari pada di kasur empuk yang ada dikamarku.

Sekarang pandanganku terfokus pada layar televisi, saat ini acara berita, tak ada berita yang menarik, selalu saja soal korupsi yang bikin aku cepat emosi, ataupun soal akrobatik politik di Senayan, yang entah apa yang mereka perjuangkan, mungkin hanya mereka dan Tuhan yang tau apa motif mereka masuk ke Senayan sebagai orang yang mengklaim sebagai wakil rakyat.
Perlahan mata ku mulai samar, gambar di televisi terlihat buram, suara merdu pembaca berita tak terdengar, sepertinya aku mulai masuk kealam tidur... tertidur tepatnya. Kebiasaanku saat berada didepan televisi yang sedang menyala, seakan akan televisi yang menyala adalah obat tidur buatku.
Saatnya orang-orang dalam layar televisi menonton aku yang sedang tertidur pulas, entah bersuara, entah lah.
«1345

Comments

  • Ditunggu kelanjutannya.
  • aw aw aw aw ada cerita baru, lanjuttt
  • Jam 18.30 aku terbangun karena suara bel berdenting, sepertinya ada tamu yang datang, uhhh... kepalaku terasa pusing, aku paksakan untuk berdiri, berjalan, sedikit terhuyung-huyung, kesadaranku belum sepenuhnya pulih.
    Teras masih terlihat gelap, aku lupa menghidupkan lampu sebelum tertidur, bergegas aku mencari saklarnya, dalam hitungan detik lampu sudah menyinari teras dan jalan dimuka rumahku.

    Hampir saja aku pangling, saat melihat tiga orang yang sedang berdiri di depan pagar, hampir saja aku lupa, tepatnya benar-benar lupa sih. Seorang gadis dan dua orang pemuda gagah, Aku kemudian menghampiri mereka.

    “Om Deny apa kabar?” Sapa gadis cantik didepan ku sambil tersenyum ramah

    Aku mematung, mencoba membongkar memori di otakku, siapa yah kataku dalam hati. Aku coba ikutan tersenyum ramah, tapi sia-sia usaha untuk menggingat wajah itu, scaning dimata sepertinya tak menemukan kata yang tepat saat iya terhubung dengan bagian penyimpanan arsip dikepalaku.

    “Om kok diem, lupa yahhhhh sama kita.. he..he..he” mereka bertiga tertawa, mungkin mereka membaca gerak tubuhku, aku menggaruk kepala walaupun tidak terasa gatal, kebiasaan aku menggaruk kepala kalau binggung, grogi atau malu sejak dulu seperti itu, jangan tanya sejak kapan, karena aku sendiri tak tahu.

    “...Masuk dulu yuk” kata ku mencoba mengalihkan perhatian “Didalam lebih nyaman ngobrolnya” kata ku lagi.

    “Beneran nih Om Deny sudah lupa sama kami, padahal Cuma lima tahun loh kita tidak bertemu” Si’gadis itu kembali bertanya, mereka mengikuti aku sampai di teras.

    “Hee..eee”

    “Ya ampun Om, dulu kan kita tinggal di depan rumah om” sekarang pemuda kurus dibelakang si gadis ikut memberi petunjuk, aku lalu berpaling ke arah mereka.

    “Ya ampun kok bisa lupa yah” aku tersenyum menahan tawa.

    “Tuh kan Om, jangan-jangan faktor usia tuh” mereka bertiga tertawa

    “Iya nih.. penuaan dini” aku kemudian membukakan pintu rumah “Masuk yuk”

    Mereka bertiga ikut masuk kedalam rumah.

    “Maaf belum sempat bersih-bersih rumah, sore kemarin saya baru sampai rumah” kami kemudian duduk diruang keluarga.

    “Pantas, semua perabot masih ditutup kain” si gadis, yang sebenarnya bernama Meta Fitriana, akhir nya aku ingat juga.

    “Iya males banget buat bersih-bersih, badan rasanya masih rindu sama tempat tidur”

    “Bisa aja si Om, sekarang sudah ingatkan sama kami”

    “Sudah-sudah.. kamu Meta kan he..he..he”

    “Mereka siapa Om?” Meta menunjuk kedua pemuda yang duduk diseberang kami dengan ujung dagunya.

    “Hemmmm... kalau nga salah yang kanan Fitrah kan”
  • “Iya Om, tuh ingat”

    “Kalau aku siapa om?” tanya pemuda berkaos merah disebelah Fitrah.

    “Siapa lagi kalau bukan Danish, dimana ada Fitra disitu ada Danish” kata ku sambil terataw” “kalian ini makan nya apa sih?’

    “Kenapa om? Meta bingung

    “Sekarang kalian tambah tinggi, cantik dan ganteng-ganteng”

    “AHHH” sih om bisa aja, Meta mengibaskan rambut ala-ala model di iklan shampo “Ehhh yang cantik siapa nih?”

    “Kamu lah, masa Fitra sama Danish hi.hi..hi...”

    “Danish juga tambah cantik kok Om tuh lihat aja kuku nya, lentik banget, kalah saya yang perempuan asli dari lahir”

    “Masa sih, coba lihat..”

    “Bohong Om.. bohong, bisa-bisa Meta aja Om” Danis menyembunyikan kedua tangan dibelakang tubuhnya.

    “Bener tau Om, tiap minggu si Danish pedicure, manicure di salon Tante Mance yang diseberang Apotik ituloh”

    “Bohonggggg Om, ih Meta jahat deh” Si Danish sudah menekuk-nekuk mukanya jadi seribu

    “Bohong gimana sudah dua kali gue lihat loe keluar dari salon itu sih”

    “Kan itu gara-gara gue nganterin cewe gue..hemmm”

    “Cewe apa cowo ahahaha...ahahaha” Meta tertawa puas

    “Cewe lah masa cowo, emang aku maho” wajah Denish bertambah merahseperti warna kaosnya, bersiap-siap melempar bantal ke arah Meta.

    “Sudah-sudah” aku, coba mengalihkan perhatian “kabar orang tua kalian gimana”

    “Orang tua siapa nih?” Tanya Fitrah

    “Semuanya lah”

    “Ortu kami sehat semua Om... cumaa..” Kalimat meta terhenti

    “Cuma kenapa Met?” Aku penasaran

    “Cuma ..” Meta ragu-ragu, iya kemudian memandang wajah Fitrah

    “Ayo dong cerita aja”

    “Bang Farhan sudah sebulan sakit-sakitan” suara Fitra pelan nyaris tak terdengar

    “Sakit apa?”

    “Nga tau om, tapi sering diare dan demam tinggi, berulang-ulang sudah mau sebulan”

    “Sudah berobat?” Aku mulai khawatir.
  • lanjut ceritanya bagus ... oh Farhan ya yang disukai Dany ...
  • Wow nice story ... lanjut bang :)
  • asik ada cerita baru, ditunggu lanjutanny
  • Kalo update mention me
  • mention aku yah kalau up lagi :)
  • mention juga,
  • Waduh diare dan demam selama sebulan jangan² sakit...? #Sotoy ayam 1186322344347.gif

    Deny umur brp,kok udah dipanggil Om?
  • “Sudah om, tapi baru ke Puskesmas dan Klinik 24 jam, sekarang sudah agak membaik sih kondisi nya”. Jawab Meta sambil tersenyum.

    “Syukurlah kalau begitu, semoga cepat benar-benar pulih kesehatannya”

    “Amien, makasih Om”

    “Sekarang kalian tinggal dimana?”

    “Sekarang tinggal di gang sebelah Om, kebetulan Papah punya rumah, tapi lebih kecil dari yang didepan”

    “Kok rumah yang didepan mau dijual?”

    “hmmm... yah gitulah Om, keluarga kami lagi dapat musibah, anak buah Papah bawa kabur uang perusahaan, padahal uang itu pinjaman dari bank untuk membayar suplaiyer, dan Papah menjaminkan serifikat rumah untuk mendapatkan pinjaman dari bank”

    Aku tidak bisa berkata-kata, sepertinya dalam lima tahun terjadi banyak hal dalam keluarga mereka.

    “Ehhh jadi curhat deh” kata Fitra

    “Nga apa-apa kok, kaya sama orang lain aja deh, Kalian mau minum apa?” Aku kemudian berjalan kearah ruang makan.

    “Aduh Om, jangan repot-repot deh, yang ada aja dikeluarin semua he..he..he” Dari dulu Danish selalu nomor satu kalau sudah menyinggung soal makan dan minum, tapi aku heran tubuhnya stabil, padahal yang aku tau dia tuh gamers sejati tidak pernah keluar kamar kalau tidak mencium bau makanan.

    “Nga repot sih, adanya Cuma ini aja” Aku kemudian berjalan sambil membawa empat botol minuman bersoda yang aku ambil dari dalam kulkas.

    “Yah itu juga tidak apa-apa sih Om” kata Meta sambil menerima satu botol dariku

    “Belom sempat belanja bulanan, tadi siang iseng-iseng beli di minimarket di depan gang”

    “Tau aja kita lewat sini” Fitra kemudian melihat jamnya

    “Kalian nga buru-buru pulangkan”

    “Kenapa Om?.. Mau ntraktir kita makan-makan yah? Tanya Danish

    “Ih kok tau yah hahaha”

    “Tau dong” jawab Danish sumringah

    “Om Cuma mau ikut ke rumah kalian”

    “Yah kirain beneran mau traktir kita” Danish pasang muka jutek

    “Iya-iya, nanti kita makan, sambil malam mingguan”

    “ Beneran Om?” tanya Meta

    “Bener, tapi tungguin sebentar Om mandi dulu, masa mau malam mingguan bau kaya gini”

    “Iya bener banget Om, entar ga laku loh...” Mereka bertiga kompakan menutup hidungnya masing-masing

    “Enak aja, biar bau-bau gini, banyak loh yang mau sama Om” aku kemudian berdiri

    “Masa sih Om”

    “Yah masa nga percaya”

    “Gimana mau percaya, Om kan nga pernah jalan sama pacar nya, aku nga pernah melihat Om jalan sama orang lain”

    “Iya kali Om jalan bilang-bilang ke kalian hahaha”

    “Iya sih” Meta terlihat serius menanggapi kalimatku “Kenalin ke kita dong Om pacar om atau jangan-jangan Om sudah menikah yah”

    “Jiahhhh... udah ah Om mandi dulu” kata ku sambil berlalu.

    “Tuhkan Om kalau ditanya soal pacar, selalu kabur”




Sign In or Register to comment.