mungkin apa yang saya tuliskan ini, sudah lumrah terjadi dikalangan kita.
jadi sebelumnya saya mohon maaf jika ada yang tidak berkenan.
singkat cerita, saya memiliki sahabat, yang sama-sama merantau di kota kami tinggal sekarang. dia sosok yang religius, tenang, kalem, pokoknya image anak baik-baik ada sama dia. sering aktivitas bareng, membuat kami semakin dekat. sehingga, ketika saya sedang bermasalah dengan boyfriend saya (saat itu mau putus), karena mumet, akhirnya saya cerita ke dia. saya come-out tentang keadaan saya. kebetulan, dia juga kenal dengan boyfriend saya itu, karena kami semua satu jurusan di psikologi. seperti yang kita ketahui, terkadang, kita cerita permasalahan kita bukan utk solusi. sekedar ada teman berbagi saja sudah cukup meringankan. itu yang saya pikirkan saat itu hingga berani come-out ke dia.
setelah pengakuan tersebut, saya menjauhi dia. tapi tidak lama kemudian, dia mengirim saya sebuah email. intinya, dia menganggap saya selayaknya abang dia sendiri. dan dia berharap agar saya tidak menjauh, serta mau berubah pelan-pelan. bahkan, tidak lama setelah itu, dia sepakat untuk tinggal satu rumah dengan saya. alasan dia, agar saya memiliki teman, sehingga tidak tergoda untuk berpacaran lagi.
kedekatan antara kita semakin menguat. saya sangat menikmati menjadi diri saya sendiri di hadapan sahabat saya. tidak ada lagi hal yang tertutupi. bahkan ketika saya sedang horny, dia memberikan saya privasi. yang penting syarat dari dia hanya: "jangan pacaran lagi, dan berubah pelan-pelan". pernah sekali-dua kali saya ONS, tanpa sepengetahuan dia. tapi akhirnya saya ga tahan berbohong. setelah mengaku, dia hanya menggeleng, dan menepuk bahu saya, sambil mengatakan dengan senyumnya, "jangan diulangi".
dia pun juga perlahan terbuka. dia adalah orang yang berkommitmen utk tidak berpacaran sebelum menikah. dan ketika dia ada gejolak perasaan, dia meminta saya untuk membimbingnya menjauhi perasaan tersebut. terutama ketika ada permasalahan kuliah, dia meminta solusi dari saya (kebetulan saya asdos disini). dia benar-benar menempatkan saya sebagai orang yang dituakannya.
Artinya, Diantara kami berdua ada mutualisme yang sangat kental. kami berdua mampu tampil apa adanya, tanpa ada penopengan diri sebagai sahabat. terutama dari saya, yang memang lebih ekstrovert dibanding dia. bahkan, saking "terbukanya", saya kebiasaan kalau dirumah lebih nyaman cuma pakai CD aja kemana-mana, walaupun di hadapan dia. dia santai saja, ketika saya yang cuma undies begini, masuk ke kamarnya dan berbaring di sebelahnya sambil ngobrol bareng.
ketika saya merasa kecewa atau marah, cara yang saya lakukan adalah berbicara 4 mata dengannya. berdiskusi baik-baik, dan menyampaikan hal-hal yang membuat saya emosi. biasanya, setelah saya menyampaikan asertif seperti itu, dia memeluk saya dan meminta maaf. dia tahu saya sangat menyukai body contact. sehingga dia sangat paham, bahwa sebuah pelukan adalah mood booster bagi saya.
kami sudah dua tahun hidup bersama dalam nuansa seperti ini. saya menyangka semuanya baik-baik saja. hingga tiba bulan puasa kemarin, dia harus KKN, disambung dengan libur idul fitri dan akhir semester. otomatis, dua bulan lebih kami tidak bertemu. kami memang sering tidak bertemu dalam waktu lama. sebab, kadang saya ditugaskan untuk keluar kota selama beberapa hari, hingga beberapa minggu. tapi, rasanya baru kali ini kami terpisah dua bulan. ditambah nuansa ramadhan yang sebelumnya kita tempuh bersama-sama, ini malah ramadhan masing-masing. belum lagi, sebelum KKN, dia menghadapi masalah di perkuliahannya yang membuat dia turun semangat. kita pun berbicara dari hati ke hati, dan terjadi proses komunikasi yang mendalam, sebelum berpisahnya kami selama dua bulan tersebut.
hingga, pada saat idul fitri, dia duluan mengirimkan bbm, "brother, mohon maaf ya kalau sering ngeselin. maaf lahir batin..", saya pun membalas, "hey, saya sudah memaafkan sebelum kamu meminta maaf. i love u brother...", dia membalas, "i love u too bro..."
kata-kata love itu spontan sekali. dan kalau anda mengenal dia, itu sepertinya tidak mungkin dilontarkannya, kecuali memang serius.
disitulah, rasa kangen terus tertumpuk dan tertumpuk. komunikasi kami lewat bbm sangat intens. saya menyangka tidak ada yang salah. namun, akhirnya saya bermimpi. ya, mimpi basah, dan dia sebagai objek dalam mimpi tersebut. perasaan bersalah pun menggelayut ketika bangun tidur. kenapa harus dia? dan anehnya, setelah mimpi tersebut, saya memang terkadang membayangkan dia sebagai fantasi seksual saya -.- sebab mimpi tersebut begitu terasa nyata, hingga saya masih bisa mengingat visualnya dengan cukup jelas.
saya pun baru menyadari, bahwa memang beberapa hari terakhir sebelum mimpi, saya stalking dia terus. dan bahkan kadang ada rasa cemburu kalau dia lebih intens berkomunikasi dengan yang lain. argh, saya jadi bingung, kenapa saya malah jadi posesif?
detik ini, ketika saya mengetikkan curhat ini, saya baru pulang dari dinas keluar kota. dia yang menjemput saya di bandara. saya baru tahu kalau dia ada masalah. dan dia cuma terbuka terhadap saya dalam permasalahan tersebut. perasaan saya makin bersalah. karena, saya belum pernah jujur mengenai mimpi tersebut.
saya ingin jujur mengenai mimpi tersebut. karena memang, mimpi tersebut tidak muncul begitu saja. ada proses yang mendahuluinya. mungkin rasa kangen yang tertumpuk tersebut, memang mengarah pada kangen "yang tidak biasa". saya memang eksibisionis, dan underwear fetish. jadi, bisa tampil hanya undies di hadapan dia, itu ada muatan seksualnya, walaupun sedikit. bahkan sering, kalau saya ke kamarnya, dan berbaring disampingnya kemudian memeluknya, dalam keadaan saya memakai undies (dia biasanya pakai celana pendek olah raga, dan shirtless), itu membuat saya horny. hal-hal ini mungkin yang telat saya sadari, hingga mimpi tersebut mengingatkan saya: saya punya perasaan lain terhadap sahabat saya!
disisi lain, saya tidak ingin jujur ttg mimpi tersebut dan perasaan yang menyertainya. sebab, itu akan menjauhkan kita. sedangkan saya sudah nyaman dengan persahabatan ini. tapi, hati saya tidak tahan untuk tidak jujur. sebab, kami bersahabat memang tanpa topeng. itu sudah jadi tradisi kami berdua.
mohon saran dari teman-teman yang berpengalaman... thanks
Comments
percayalah, persahabatan selalu lebih indah dari apapun.
salam,
haha5 :-q
iya bro. aku pasti bakal nahan itu semua. gw tetap ingin dia sebagai sahabat gw, tidak lebih.
dia adalah orang pertama yang menangis haru ketika gw bilang, gw akan berencana menikah.
but, problemnya, gw harus jujurkah ke dia, soal perasaan yang timbul ini?
jujur gpp kok asal kamu tetap berkomitmen bakal membatasi rasa kamu ke dia. gak ada salahnya kok cerita.
salam,
haha5 :-q
baiklah bro. mungkin nanti gw cari waktu yang pas. harapan gw juga, kalau gw cerita, dia bisa tahu dan bisa menyesuaikan kondisi. dia bisa bantu gw untuk hilangkan rasa itu ke dia.
iya bro. saya sedang berusaha membatasi.
utk saat ini, memang sedang masa euforia persahabatan kami. waktu saya masih di luar kota masing-masing kami saling memberikan apresiasi terhadap friendship ini. dia bilang, "gw merasa aman kalau ada yang mengawasi dan mengingatkan. kita usahakan tetap tinggal sama-sama aja ya"
hehe, sepertinya dia ga mungkin dia suka gw bro. dia totally straight. yang justru gw yakini, sebenarnya dia asalnya homophobic. pernah waktu gw mudik ke bekasi, gw bawa dia jalan. dan begitu melihat orang yang secara visual nampak banget gay nya, dia langsung menyingkir.
pernah waktu ada konflik, gw ngomong, "karena gw gay, lo jadi ga respect lagi sama gw, gitu?"
dia bilang, "gw memang ga suka sama gay. tapi, buktinya gw nyaman sama lo bang. dan gw respect sama pribadi lo, terlepas gimana orientasi lo"
thanks brother. iya, gw rasa memang manusiawi juga. rasa nyaman terhadap seseorang kan, memang bukan kita paksakan. tapi Tuhan yang menghadirkannya dalam hati kita. kita ga bisa milih dengan siapa kita merasa nyaman.
benar bro, waktu terpisah lama itu, gw memang bilang ke dia, kalau someday, kondisi kita bakal terpisah kayak gini. apalagi asal kota kita berdua berbeda.
yang sulit memang masalah kerjaan. karena gw memang selalu melibatkan dia dalam pekerjaan gw. dia partner gw di kerjaan. kalau gw liputan ke luar kota, dia yang nanti merapikan laporannya.
kamu ga ngomong ttg mimpi itu bukan krn ga jujur lho.
lagipula, emang rela menghancurkan 2 tahun kebersamaan demi sebuah (katakanlah) ego cuma agar dia tau kalo elu "hey, gw tuh horny liad elu"
iya bro. pemikiran itu yang sekarang gw pegang. sejak gw kembali ini, kita selalu sama-sama. tapi gw ga pernah ngomong soal itu.
walaupun, gw masih agak salah tingkah. karena gw tipikal nya yang selalu asertif terhadap sahabat gw.
tapi, gw sepakat dengan hal yang dirimu sampaikan. thanks.
kok bisa ya straight, masnya cuma makek celana dalam tapi dianya nyaman aja dipeluk??
btw, jgn sia-siain sahabat kayak dia ini, sebisa mungkin kalian jaga persahabatan kalian, coz kalian sosweet banget )