BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

My Autumn Lessons (Part 1) #aftervakum

2

Comments

  • Hahh setaun :-O ... jgn kelamaan kawan, tantangan dunia usaha dan kerja makin keras, AFTA jg d dpn mata, mgkn usahamu hrs lebih keras lagi ... :)
  • @Tsunami hahaha, bukan gr2 kurang usaha yak, memang sistemnya agak ribet...
  • Ohh ... banyak doa jg mnt kemudahan ... gw wkt skripsi ma tesis halangannya malah bikin cepet kelar semua, skripsi dosenya mau nyalon rektor tesis dosenya mau resign ... jd ya rada2 "mission imposible" lah :))
  • percayalah bang @Tsunami‌ , beribu doa telah awak panjat, usaha pun telah awak maksimalkan, jadi, kesimpulan terakhir, "belum waktunya", haha #ngeles
  • Chand nya belum move on ...
  • @lulu_75‌ chan akan segera move on, doakan yaaa, he always be the best, ,
  • Hahaha oke deh :) selamat berusaha dan berdoa "ora et labora" ... :D
  • Aduhhhh.... Rapet bang.... Pucing kame' bacenye.... +___+"
  • di awal sempet berharap dgn chan" yg menjadikan pujangga besar negeri ini menjadi inspirator maka ceritanya akan terpengaruh oleh beliau" . .paling enggak tata bahasanya. . Tp ternyata jauh bgt dan ga ada sama sekali pengaruh pujangga" besar itu. .
    Di part 4 baru kerasa pengaruhnya walo sedikit. .
    Sebagai referensi bacalah karya ularuskasurius dan bang edmun (kisah rio) . .cerita mereka sangat" dipengaruhi pujangga besar walau mungkin mereka enggak menyadari. .nayaka juga boleh di baca.
    Untuk isi cerita ga mau koment,ujungnya kemana kayaknya nyesek dlm bahagia. .

    Gue enggak ngebully gue cuma pengen lu lebih lagi hingga keinginan lu pengen jadi sastrawan tercapai. .
    Semangatz chan. .lu bisa ! !
  • Uhm, akhirnya aku hadir ke kondangan, si Rega dengan konyolnya sudah bilang bahwa dia punya nomer ambulance kalo sekiranya nanti aku butuh, asemmm. Iwan, si kalem songong ini juga sudah rapi dengan tampang o’on nya, satu lagi personil kami, Dyrta anak mami yang paling gaul. Sebenarnya malas, tapi ya gimana lagi, laki-laki gak boleh pengecut dong. Aku sengaja mengajak sahabat-sahabatku semua, toh mereka juga diundang dan mereka juga temennya Chacha dulunya. Sebelum masuk, Rega sekali lagi membisikkan kata “semangat” buatku. Yes, I will do…
    Begitu banyak undangan yang hadir, semua orang keluar dan masuk dengan tampang yang menampakkan kegembiraan, jelas, yang punya hajat sedang dalam keadaan luar biasa gembira dan bersuka cita. Betapa tidak, anak mereka sudah menemukan pasangan hidupnya. Sudah menjadi kebiasaan ketika sang anak mendapatkan pasangannya, sang orangtua melakukan upacara perpisahan dengan mengadakan jamuan yang biasa kita sebut kondangan.
    Kami sampai ke meja resepsionis penerima hadiah dan petugas buku tamu, aku sengaja gak bawa hadiah, karena percuma bawa, toh nantinya juga palingan bakal dibuang sama dia. Dan diantara kami yang bawa hadiah cuman Dyrta, as usuall…perfectionis boy, orang yang selalu memersiapkan segalanya sampai sedetail mungkin. Selesai mengisi absen tamu, kami diberi sebuah cindera mata kecil, berbentuk kura-kura, dengan bagian tengah tempurungnya berlubang dan di isi dengan sesuatu, ternyata sebuah lilin mungil, yang ditempatkan di dalam tempurung kura-kura yang berlubang tersebut, lilin aroma terapi. Wow, great,,aku kasihkan itu ke Rega. Benda yang tak mungkin jadi barang yang kusimpan di kamarku. Sebuah kenang-kenangan pernikahan gadis yang sangat ku cintai dan ku benci.
    Sebenarnya ada yang mengusik fikirannku, entah kenapa melihat segala pernak-pernik cindera mata, janur di depan, tenda dan semuanya, aku merasakan bahwa ini sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya, persiapannya sangat matang. Lihatlah, undangan yang datang begitu banyak dengan persiapan yang minim?. Aku kagum dan sedikit heran, apakah bisa persiapan yang kurang dari sebulan menghasilkan acara yang sedemikian tertata? Entahlah, hanya pikiranku saja mungkin.
    Kegembiraan begitu terpampang jelas disetiap wajah setiap orang di tempat ini, semua orang juga merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh sang empunya hajat. Anak-anak kecil yang berlarian dengan pakaian baru. Ibu-ibu yang saling tertawa dengan kebaya dan konde mereka yang menggumpal, dan bagian bapa-bapa yang duduk sambil bercerita tentang pekerjaan, keluarga bahkan mungkin selingkuhan mereka. Entahlah.
    Di sini, hanya aku yang merasakan keterasingan, betapa tidak ketika semua orang bergembira maka aku disini sedang berkutat dengan pikiranku sendiri. Berkutat dengan perasaan sedih bercampur kesal dan amarah. Jujur, jika manusia bisa mempercepat waktu, maka aku akan mempercepat hari ini dan akan meluapakannya.
    Tapi, kenyataan tetaplah kenyataan, seribu usaha tak akan mampu mengubah kenyataan yang sudah terjadi, ibarat pepatah “nasi sudah menjadi bubur” maka ketika bubur tersebut diusahakan untuk kembali menjadi nasi dengan cara menjemurnya diterik matahari maka yang akan kita dapatkan bukanlah nasi seperti sedia kala lagi, hanyalah kumpulan tepung nasi yang layaknya hanya untuk dimakan ayam.
    Aku merasa salah ngambil keputusan hari ini, demi menunjukkan kegentle-an ku, aku rela pasang topeng untuk hadir di acara resepsi orang yang (pernah) kusayang? Rega harus tanggung jawab, dia sudah memprovokasiku untuk datang hari ini.
    Shitt. Aku segera menyisir tempat duduk yang kosong untuk kami berempat, sekaligus melihat-lihat kemungkinan dimana Chima duduk. Yep akhirnya ada tempat duduk kosong, aku menuju kesana sementara Rega, Iwan dan Dyrta langsung ke tempat makanan tersedia. Lihatlah makanan yang terhidang di masing-masing stand makanan, bakso, gado-gado, nasi padang, ayam goreng, soto. Semua orang makan dengan lahap.
    Konyol sekali kalo aku makan di sini, untuk menginjakkan kaki disini aja aku sudah berfikir banget. Walaupun aku tiba-tiba kelaparan dan kehausan yang teramat sangat di tempat ini, tak akan sudi aku menyentuh barang sebutir nasi pun dari tempat ini. Ingat, aku hanya menunaikan kewajibanku sebagai mantan.
    Tiba-tiba seorang gadis manis sudah berdiri dihadapanku dengan tersenyum ramah. Dia mengenakan gaun yang indah, sangat serasi dengan wajahnya yang cantik. Gaun merah muda, bermotif bunga-bunga, sejenis pakaian adat jawa, kebaya atau apalah itu namanya, dengan rambut di sanggul kecil ke belakang, dengan rambut poni menjuntai sehelai kedepan. Dilengkapi dengan make up tipis yang membuat wajahnya tambah shining. Gadis ini adalah Chima rupanya, aku pangling. Chima adalah adiknya Chacha, umurnya sekitar 16 tahun, lebih muda satu tahun dariku. Baru kelas 2 SMA, awal perkenalanku dengannya tentu saja ketika aku menjemput kakaknya dirumahnya, dikenalkan langsung oleh Chacha.
    “bang, nanti habis ini kita ngomong, di luar aja ya..disini suasanya tak mendukung” dia langsung ngomong to the poin kepadaku sambil menjabat tanganku
    “setuju, suasana disini sangat tidak mendukung,,oke, nanti habis ini ya..sangat penting?” jawabku sedikit tak sabar
    “pokoknya sangat penting, tapi abang jangan marah, janji?” katanya,wow semakin penasaran lah jadinya.
    “oke tapi aku gak terlalu janji, tergantung beritanya apa” jawabku, sebenarnya didalam hatiku sudah tertulis banyak sekali tanda tanya.
    “aku tinggal dulu bang, abang silahkan makan dulu” jawabnya sambil mengangguk dan melempar senyum manis, dia berlalu.
    Aku datang kesini hanya untuk mendengarkan cerita darinya yang katanya penting?aku menggadaikan harga diriku hanya demi mendapatan sebuah cerita?atau memang aku datang kesini karena masih sayang?
    Chima kebetulan berpapasan dengan Rega Cs…
    “cantik tuh chan..sapa? tanya Iwan dengan muka penasaran,
    “adiknya chacha, buruan makan,,habis ini kita pulang”
    “gak foto-foto dulu kah Chan?” Dyrta bertanya dengan senyum yang sangat memuakkan. Dia tau bagaimana cara membuat orang untuk segera menggamparnya dengan ikhlas. Si Iwan senyum dikulum, entah apa yang mereka fikirkan tentang kehadiranku di acara ini, menjadi sebuah kekonyolan yang sangat konyol.
    Aku hanya diam seraya menunjukkan jari tengahku ke bocah edan itu.
    “sudah-sudah, jangan berisik, makan dan habis itu kita pulang, kita disini hanya untuk membuktikan bahwa kapten kita ini Tangguh” Rega berucap.
    Rega menjadi penengah.
    Semuanya memandang ke arahku, Rega, Iwan, Dyrta. Mereka semua tersenyum, senyum persahabatan aku tau mereka disini untuk mendukungku. Aku tau mereka semua menyayangiku dan mensupportku. Terharu sih, sampai pengen ku cipok mereka satu-satu.
    Aku memberikan sebuah senyum kepada mereka, senyuman pahit. Rega merangkul bahuku dan mengguncangkan bahuku, seolah berkata bahwa aku harus semangat.
    Selesai makan, kami langsung berdiri untuk segera ke atas panggung menuju pelaminan. Aku sempat menolak dan meniadakan acara “salam-salaman” ini dan digantikan dengan acara “langsung cabut”. Tapi anak-anak bersikeras bahwa aku harus menujukkan muka ku dihadapan Chacha, tadinya kami mau mengajak Imel and the gank. Dengan tujuan membuat sebuah imej “aku lho sudah punya pacar baru” dihadapan Chacha. Sayangnya hal ini gagal karena Imel sibuk.
    Ini saat yang paling menguras emosiku, bertaruh rasa untuk melangkahkan kaki, aku merasakan langkah – langkahku setiap jengkalnya semakin berat. Aku harus kuat, sekuat aku mempertahankan cintaku tiga tahun untuk mencintainya, setegar aku menerjang cobaan di detik aku memujanya (mulai kumat lagi deh..) ya, aku harus kuat. Ku pasang topeng ini untuk membuktikan bahwa dia sudah salah telah menganggap aku lemah dalam keadaan ini, aku kuat untuk menerimanya. Dan aku sedang membuktikannya sekarang Cha, tak ada yang lebih kuat dari aku sekarang. Kuharap aku tak menyesal untuk menginjakkan kaki disini, ke hadapanmu, dan ku pastikan ini adalah untuk yang terakhir kalinya.

    “Waah, maksih yaa Chan udah dateng, udah makan kan kalian pada?” Tante Lisa langsung menyambut kami dengan ramah. Dia orang yang ngotot pengen anaknya kawin cepat, apa dia sudah melupakan bahwa aku adalah mantan anaknya yang baru saja putusan dengan mempelai wanita hari ini?dia tidak terlihat sedikitpun perasaan bersalah atau rasa tidak enak hati denganku, aku sedikit geram dengan wanita ini. Ganjil
    “oh iya tan, sudah tan” jawabku sambil menyalamin tante Lisa
    “malah nambah dia tan..” Dyrta menyahut dibelakangku, dan langsung dapat sikutan ku dengan penuh perasaan sayangku kepadanya. Jin kura-kura ini sepertinya minta diberi pelajaran tambahan.
    “iya,,kalian jangan sungkan-sungkan ya,,,”kata tante.
    “i…iya tan..” kataku sedikit gugup.
    “kalian cuman berempat?mana teman-teman kalian yang lain?” si Tante malah ngajak ngobrol.
    “anuu Tan,,,sibuk” kataku memberikan sebuah senyum terbaik yang bisa ku berikan dalam situasi canggung ini, aku cuman berharap bahwa senyum ini gak terlihat menjadi senyum terbodohku.
    “wah, makasih banget ya kalian mau datang” ujar tante Lisa tersenyum manis.
    “yep, sama – sama tan”jawab Rega. Aku kembali tersenyum kepada Tante Lisa.
    Aku juga bersalaman dengan Om Hasim, papahnya Chacha. Beliau menggenggam erat tanganku dan memelukku. Aku merasa sedikit risih, entah apa maksud dari perlakuannya ini. Kami seperti dua orang teman lama yang bertemu kembali setelah sekian tahun tidak berjumpa. Aku memang lumayan kenal dekat dengan papahnya Chacha, dan setauku beliau sangat baik terhadapku. Ah sudahlah, itu hal yang wajar.
    Ini yang paling mendebarkan.
    Kuat.
    I can do this well.
    Aku memandangnya dan memberikan sebuah senyuman ku. Oke, mungkin dia sudah melihat senyuman ini ratusan bahkan mungkin ribuan kali. Tapi sekarang, ini adalah senyuman terakhirku yang bisa ku berikan kepadanya. Senyum yang mungkin tak akan pernah dia dapati lagi nantinya dikemudian hari. Senyum yang mungkin dulu sangat ekspresif dan penuh makna, sekarang hanya menjadi sebuah senyum, hanya sebuah senyum.
    Dia tertunduk.
    Aku menyalaminya dan kurasakan tangannya gemetar. Atau tanganku kah yang bergetar itu?
    “selamat menempuh hidup baru ya, semoga menjadi keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah, tuntung pandang ruhuy rahayu” kataku sambil menjabat tangannya.
    “a..amin” hanya kata itu yang bisa dia keluarkan padaku.
    “selamat ya bro, semoga menjadi keluarga yang selalu dalam jalan-jalan Tuhan, keluarga yang selalu mendapatkan kebahagiaan, keluarga yang berlandaskan atas rodho Tuhan, keluarga yang menjadikan Tuhan sebagai penunjuk dan pengarah segala perjalanan rumah tangga, Amin” aku bersalaman dengan Indra, meskipun aku tidak kenal dengannya, entah kenapa rentetan doa ini begitu lancar mengalir keluar dari mulutku. Aku mengatakannya dengan sadar, dan aku tulus.
    “makasih yaa mas, makasih sudah datang, dan makasih untuk doa nya” katanya sambil tersenyum lebar dan menjabat tanganku dengan hangat.
    Aku lagi-lagi memberikan sebuah senyumku.
    Entah kenapa aku jadi malah banyak senyum ditempat ini.

    “iyaa sama-sama,”
    Selesai lah proses salaman-salaman ini.
    Apakah aku melakukan kebodohan yang nyata, apakah suatu hal yang sangat bodoh untuk hadir dipernikahan mantan (yang tentu saja baru putus) dan naik ke panggung untuk memberikan restu dan doa – doa serta bersalaman. Oh Shitt..aku meragukan rasionalku, hari ini sepertinya aku sedang terkena penyakit “tak tahu malu”, atau jangan – jangan penyakit “tak sadar diri” ??? pengalaman yang sangat berharga, Untung saja sang fotografer tak perlu repot – repot mengabadikan momen ini, karena aku langsung beranjak turun dan keluar setelah prosesi salam –salaman tersebut berakhir.

    Kulihat Chima sedang berlari kecil mendekatiku di depan gerbang, aku sudah tak sabar menunggu. Hal penting apa yang ingin dikatakannya kepadaku.
    “sudah siap de?” aku bertanya ketika dia sampai dihadapanku
    “ya lah bang, kemana nih enaknya?” dia bertanya sambil membenarkan poninya yang sedikit rusak gara-gara berlari tadi.
    “cari teman-temanku?mereka sedang mentol di sebelah sana” jawabku sambil nunjuk ke arah kerumunan makhluk tak kasat kuping sedang mentol waktu kulihat dia seperti sedang mencari-cari orang.
    “Oh,,heheh, jadi gimana bang?” tanya nya lagi
    “Mau ketempat lain?atau ke seberang sana?” jawabku sambil nunjuk sebuah warung minum di seberang jalan.
    “mungkin di seberang sana saja lah bang, mau jauh – jauh takutnya nanti dicariin, kan lagi sibuk” jelasnya
    “pemikiran kita sama dek, yuk nyeberang” ajakku ke Chima
    “hati –hati” ku tuntun tangannya menyeberang jalan raya. Entah kenapa, reflek aja tanganku menuntunnya nyeberang. Hal yang biasa kulakukan untuk Chacha ketika kami menyeberang jalan raya yang rame.
    Kami menyeberang jalan raya, dan dia tak menolak ketika aku menuntunnya.
    Sesampainya di warung minum, kami mencari tempat yang nyaman untuk ngobrol berdua. Akhirnya kami memilih tempat yang di depan, selain lebih santai untuk ngobrol, juga lebih terbuka tempatnya. Ku pesankan minum untuk kami, ku tawarkan untuknya untuk memesan minum yang dia mau, dia bilang samakan dengan pesananku.
    “Teh hangat 2 mas” kataku pada mas-mas penjaga warungnya
    Chima senyum – senyum
    “kenapa senyum de?” tanyaku keheranan
    “minum nya teh hangat bang? Kayak papa aja” jawabnya sambil tersenyum manis.
    “lha kan terserah abang?katanya mau disamain?” kataku lagi sambil manyun.
    “haha, gapapa bang, lucu aja” katanya lagi sambil melihat jam tangannya.
    “jadi gimana?ada yang mau diceritakan?” tanyaku langsung membuka pembicaraan ke tujuan kami bertemu disini.
    “oke, abang kenal dengan Ka Indra?” tanyanya sambil membenarkan posisi duduknya, posisinya sekarang lebih serius.
    “tidak, aku tak mengenalnya, kenapa de?” jawabku simpel. Aku memang benar tidak mengenal si Indra.
    “dia pacarnya kak Chacha” jawabnya sambil menatapku
    “ya aku tau, bukan hanya pacarnya, sekarang dia suaminya kan de?” jawabku tanpa memperdulikan pandangannya padaku.
    “bukan sesimpel itu bang, aku tau kalian baru saja putus, kalian putus gara-gara mama minta ka Chacha segera menikah dan meminta abang untuk mengambil sikap menikahi ka Chacha dalam waktu seminggu, dan … “
    “permisi mas dan mba” penjaga warung datang dengan membawa baki berisi dua cangkir teh hangat.
    “makasih mas” kataku pada mas penjaga warung tersebut
    “minum dulu lah teh nya de” kataku sambil menyodorkan segelas teh hangat ke hadapannya, ku ambilkan sedotan dan ku taruh ke cangkirnya Chima.
    “makasih bang” jawabnya sambil menyeruput tehnya, wajahnya terlihat gugup.
    “tenanglah, jangan terburu-buru minumnya, waktu kita masih banyak de”
    “oke bang, aku tau alasan kenapa hal ini terjadi bang” tandasnya lagi
    “maksudnya?” aku mengernyitkan kening
    “sebelumnya abang harus tau, aku melakukan ini bukan karena aku ingin menjelek-jelekkan kakak ku bang, Chima melakukan ini bukan karena ingin terlihat sok baik kepada abang, bukan pula karena ada dendam terhadap ka Chacha, bukan pula ingin menunjukkan keburukan keluargaku, lebih dari itu bang, Chima ingin abang tau segera, ingin mengurangi ketidak-benaran ini bang, Chima ingin ka Chacha tidak berbohong selamanya kepada abang, Chima tak ingin sodara Chima membuat dosa yang berkepanjangan kepada abang, jadi untuk itu, Chima meminta abang, setelah mendengarkan ini, abang memaafkan Chima,,,,mmm,,dan juga kak Chacha” raut muka gadis manis ini mulai sendu, terlihat nada tulus di raut wajahnya.
    “memaafkan adalah hal mudah de, selama abang tau titik permasalahanya, bukannkah penjelasan adek tadi semakin membuat hal ini terlihat buram?ayolah, kita bahas hal itu nanti, jelaskanlah inti pembicaraan tadi terlebih dahulu de” jawabku semakin penasaran
    “oke bang, ku harap abang berhati besar dan aku yakin akan hal itu, sebenarnya ka Indra itu adalah pacarnya ka Chacha, mereka sudah pacaran lama bang” jelasnya dengan tertunduk.
    “maksudnya lama?bukankah itu laki-laki yang dijodohkan mama mu kepada Chacha?” hatiku tiba-tiba mulai terasa sesak.
    “mereka sudah berhubungan lebih dari setahun terakhir ini bang” Chima kini menangis
    “tapi kami tiga tahun” aku tak percaya. Aku mengambilkan tisu yang ada di atas meja dan kuberikan padanya.
    “ya, itulah kenyataannya bang, maafkan Chima” katanya sambil mengusap air matanya.
    “maksudmu, dia selingkuh de?” tanya ku semakin bisa memahami keadaan. Tenanglah Chan, gak ada yang harus kamu lakukan selain menguasai keadaan, gumamku dalam hati.
    “ya, ka Chacha selingkuh waktu itu dengan ka Indra, dan hebatnya lagi adalah bisa menyembunyikannya dihadapan abang” kata Chima sambil mengubah posisi duduknya, dia terlihat gelisah.
    “apakah ini serius de?” tanyaku lemas
    “apakah ini terlihat bohong-bohongan bang?” dia balik bertanya
    “lalu kenapa adek baru menceritakannya sekarang?” selidikku padanya
    “Chima baru mengetahuinya beberapa hari yang lalu bang, saat tak sengaja mencuri dengar pembicaraan ka Chacha dengan Mama” jawabnya dengan perasaan bersalah
    “Oke sekarang sudah jelas segala teka-teki ini dek, terimakasih untuk semua infonya abang sangat bersyukur telah diberi tahu adek, sehingga abang tidak perlu berlarut-larut dalam perasaan sedih yang ternyata sebenarnya tidak perlu, ketahuilah dek, selama abang dengan kakak mu pacaran, tidak pernah abang merasa benci dengannya sebenci sekarang ini, memang penyesalan datangnya selalu terlambat, abang akan berusaha untuk tegar dam memaafkan, doakan abang mampu” aku sudah tak mampu berkata apa-apa lagi.
    “oiya, mungkin kamu sekarang sedang ditunggu keluargamu dek, gak baik lho ninggalin acara, apalagi acara kakak mu, ayo sana,,,nanti kapan-kapan kita ngobrol lagi ya dek, , makasih buat hari ini, kamu anak yang baik” aku merasa obrolan kami sudah selesai, sengaja aku menyuruhnya untuk balik ke dalam, selain aku gak kuat untuk mendengar hal lebih bannyak lagi, berbarengan dengan Rega cs yang udah selesai makan pentol dan sedang berjalan ke arah kami.
    “oke bang, makasih juga udah mau datang, aku tau sebenarnya berat untuk abang datang hari ini, aku paham banget bang, terima kasih untuk sudah menjadi orang yang sangat berjiwa besar, Chima masuk dulu bang, abang jaga diri baik-baik ya, kapan-kapan nanti kita ngobrol lagi” katanya sambil melempar senyum kepada Rega cs.
    “Ya,,hati-hati nyebrang jalan yaa..dadaah” kataku sambil memberikan sebuah senyuman untuknya.
    “bagi minum dong” Rega yang baru nyampe ke mejaku langsung nyeruput es teh ku tanpa menunggu jawabanku.
    “makasih yaaa” jawabnya sambil pasang muka emoticon cium, padahal aku belum menjawab apa-apa, isi gelasku udah abis aja. Masih untung potongan es nya gak di kunyah sekalian ama anak ini.
    “beliin lagi dong segelas” tambahnya lagi,
    “aku juga dong” Iwan menyahut sambil cengengesan
    “me too” dyrta’s voice
    Oke fix, komplit sudah para hansip komplek minta minum ama pimpinannya, emang sebagai “Tuan” nya mereka, aku harus sekali-kali nraktir minum para hansip-hansip ku kali ya, wkwkwk,,, (gak nyadar sedang di porotin temen, kepedean gila).
    “yaudah pesan aja” jawabku sambil tersenyum licik, liat ntar…
    “es teh nya satu mas” dyrta mesan minum
    “aku jus mangga satu mas” wew, anak yang bernama Iwan sedang mesan jus, pesan lagi pesan lagi,, (dalam hati)
    “jus mangga juga mas, plus nasi goreng spesial satu” nah nah, itu udah bisa ditebak, si kura-kura memang selalu mau lebih daripada yang lain, lagian udah makan, makan pentol, trus mesan nasgor lagi? Perut apa karung goni tuh?
    “ga, abis ini kita ke apotik yaa” pintaku pada Rega
    “Oke,,,mau beli obat ya?” jawab rega polos
    “ya,,obat cacingan buatmu, Oke” jawabku sambil nahan ketawa
    “Simpret!” jawab rega sambil melempar tisu.
    “makannya banyak banget ya Rega ini” Dyrta mengutarakan pendapatnya dengan polos
    “anak mami gausah ikutan berpendapat, tak cium ntar mau?” kata Rega sambil mau nyosor si Dyrta.
    “pliss dah, gausah sok homo, kita itu homophobic tau” Iwan nimbrung sambil menyentil kuping Rega dengan sepenuh hati.
    “Adwawww” Rega meringis sambil manyun
    “nah, makanya jangan berisik Ga,,,sakit kaan?haha” kataku sambil ngetawain Rega.
    “yayaya,,aku diam” jawabnya sambil serius mainin hape.
    Aku gak mau momen berharga ini hilang begitu aja, kesempatan emas buat ngerjain para kurcaci-kurcaci somplak ini.
    “Aku mau ke toilet dulu” jawabku sambil beranjak dari kursi
    “mau ditemenin?” rega berucap dengan tampang sok khawatir
    “Gausah sok perhatian deh, noh makan yang banyak, biar cacing-cacingmu pada sehat” kataku padanya ketika melihat mas penjaga warungnya membawa pesanan anak-anak.
    “hoho,,gajadi deh nemenin kamu, mending nemenin makananku masuk keperutku dulu, dadah babang Chan, ati-ati yaaa” Rega somplak
    “yaaaa” jawabku singkat (hampir saja aku gak kuat untuk menahan senyum, ku pikir aku bakal puas ketawa nantinya,,liat aja nak)
    “jangan lama” Dyrta memperingatkanku, kurasa anak ini sedikit jeli daripada yang lainnya, liat saja si rega, si koplak satu ini sudah asik dengan minumannya.
    Aku berjalan ke luar, dengan alasan mencari toilet. Ku starter motorku meninggalkan Rega cs yang sedang asik makan. Mereka gak tau kalau aku sedang mengerjai mereka, dengan berpura-pura ke toilet. Aku puas ketawa dalam hati, pasti anak-anak pada kelabakan nantinya.

    Ga..sekalian bayarin teh hangat ku ya, dua…makasih yaa sayang

    Sms itu sebelumnya ku kirim ke nomor Rega. Setelah memastikan SMS ku masuk, baru aku jalan. Kadang sekali-kali bocah tengik itu perlu di kerjain sekali-kali, hahah……




    ###

  • ahirnya di update lagi ... Rega itu lucu, suka sama dia ... setelah itu ngapain Chand , kan udah bebas ... lanjut !
  • mmm. . .selanjutnya kayak gni ya. .berasa ada dalam ceritanya tp kurang panjang chan
  • Manisnya
    Sebentar cuma derita
    Sepanjang masa tak pasti
    Entah dimana salahku

    Bertahun
    Menjalin cinta seindahnya pelangi
    Patah sayap namun kugagahi jua
    Demi janji janjiku padamu sayang

    Ke lembah
    Penuh duri dan api aku tempuhi
    Demi kesucian cinta yang pertama
    Rela ku harungi semuanya kasih

    Tak mungkin kulupakan segalanya
    Sewaktu berseminya dua cinta

    Sayangnya impian
    Tak seindah kenyataan
    Bayangan gerhana
    Melaburi cinta kita

    Gemilang asmara
    Bagai sembilu berbisa
    Menusuk hatiku
    Menetiskan airmataku

    Kemana
    Arah janjimu kemana
    Hilang kasih mu hidupku
    Di hempas badai gelora rindu

    Manisnya
    Sebentar cuma derita
    Sepenjang masa tak pasti
    Entah dimana salahku
    [Iwan Sahwan – Sembilu Berbisa]



    Belum sempat hatiku berhasil ku tata, belum sempat perasaanku memahami apa yang sedang terjadi, sekarang muncul sebuah kenyataan pahit berikutnya. Betapa bodohnya aku tidak pernah menyadari sebuah kebohongan ini. Aku selalu berfikiran baik tentang dia, aku selalu berusaha menjadi yang terbaik, dan selalu menganggapnya cewek baik, ku gantungkan sebuah pengharapan yang tulus kepadanya. Sementara dia sangatlah cerdik, mampu menyembunyikan kebohongannya dihadapanku. Tunggu sebentar, diakah yang terlalu cerdik?atau aku yang terlalu bodoh? Sepandai-pandainya seseorang menyimpan buah durian masak, pastilah baunya akan tercium jua. Lalu, ketika A tidak menyadari orang tersebut sedang menyimpan durian masak, bukankah yang bermasalah adalah indra penciuman si A? dengan logika ini, apakah artinya kebodohan ku lah yang menyebabkan aku tidak menyadari kebohongan nya? Apakah cinta membodohkanku selama ini? Apakah cinta membutakanku? Aku benar-benar pusing. Kenyataan ini begitu mengujiku, aku awalnya sudah berencana untuk mengerti dan memaafkan segala yang terjadi antara kami, akan tetapi dengan kenyataan yang sekarang kuterima aku tidak bisa memaafkan semua yang sudah dilakukan oleh Chacha. Dia sudah sangat keterlaluan. Begitu mudahnya dia mempermainkanku dan menaruhku dalam keadaan yang sulit, sehingga dia bisa mengaburkan kesalahannya dengan tameng keadaan yang memaksanya begitu. Begitu licik dia, bayangkan dalam waktu hampir 3 tahun kami berpacaran, aku tak pernah memergokinya sedang telponan, SMS-an dengan cowok lain.

    Drrrrrrrrrrrrrtttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt…drtttttt
    Ada SMS, aku baru ingat, HP ku memang sengaja ku silent dari awal berangkat tadi, biar ku tebak sapa yang ngrim SMS,

    ANJRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT

    Nah benar kan, SMS dari Rega, hahaha.

    Ada apa beb? :* Kangen ya?

    Ku tekan tombol kirim, dalam hatiku cekikikan,,rasakan kamu nak, haha. SMS rega cukup membuatku sedikit terhibur, untuk sejenak aku mendapatkan intermezo dari Rega, sebenarnya aku sekarang sedang ingin sendirian. Sengaja nyepi ke taman ini biar tenang gak digangguin geng rusuhnya rega cs. Btw, sepertinya aku bakal gak bisa tidur malam ini, lihat saja si rega gak bakal tinggal diam begitu saja dengan yang kulakukan tadi. Harus mikir cara baru neh.

    SIALAN, Setelah ini unda (6) kerumah nyawa (7), kita bekelahian
    Nah benar lagi kan, sudah bisa ditebak dia mah orangnya. Hahahahah

    Drtttttttttttttttttttttttttttttttttttt drttt drt drt drttttttttttttttt
    Aish ada telpon dari saha atuh.

    Incoming call from “Angin Topan”

    Ohhh..si anak mami, langsung ku angkat.

    ‘Apa Paan??tumben nelpon?” sahutku

    “Assalamualaikum..hmm” jawabnya

    “Eh..hehe Waalaikum salam, apaa?” tanyaku lagi

    “ Liat ke depan” katanya lagi, wuih,,berani merintah-merintah ni anak

    Ku lihat ke depan. Owwwwwwwwwwww…orangnya di depanku, sekitar 10m di depanku, berdiri makhluk paling rapi sedunia, selalu wangi, tapi ku akui, he always on mode, gak cupu gitu lah,,dialah Topan, my lovely cousin

    “manaaa..depanku gada sapa-sapa, adanya sales doang rapi banget” jawabku asal

    “sialan” geramnya dari seberang telpon

    6 : unda (Bhs. Banjar) Gue ; (agak sedikit kasar)
    7 : nyawa (Bhs. Banjar) Elu ; (agak sedikit kasar)

    Masih nyahut aja lagi tu anak. Ku matiin telponnya, ,orangnya deket juga kan.

    “Buruan siniiii,” kataku sambil melambaikan tangan nyuruhnya mendekat.

    “ngapain disini Koc?” katanya sambil duduk disampingku

    “heii,,langsung main duduk-duduk aja, sini cipika cipiki dulu” kataku sambil beranjak berdiri
    “ haha, gak” katanya sambil bangkit menjauh beberapa meter

    “dih gitu kan, sama Abang sendiri juga, sudah lama gak ketemu kan?” kataku sambil mendekat mau nyosor.
    “hahaha, baru 3 hari yang lalu deh kayaknya” katanya sambil menitak pala ku.
    “masa sih? Kok aku lupa?” kataku
    “situ kan udah tua…wajar” jawabnya simpel
    “ngapain duduk disini?” tanya nya lagi
    “lha kamu?kok nyasar disini?ntar kotor loh’ kataku sok nakut-nakutin
    “hahaha, enggak lah. Kan aku bawa hand sanitizer “ jawabnya dengan enteng.
    “haha, lagi ngapain disini?tumben banget kan ketemu kamu disini” jawabku
    “lagi jalan-jalan aja, pusing aku dirumah” jawabnya sambil main HP.
    “nah gitu dong, jalan keluar kek sekali-kali, lagian juga sekarang jarang kerumah ya..sombong banget sekarang” kataku pada sepupuku satu ini.
    “sibuk mau belajar buat tes masuk perguruan tinggi kan, emang koc gak belajar?” tanyanya padaku.
    “gak tau, belum mikirin kesana” jawabku menunduk
    “kenapaaa?sibuk masalah percintaan lagi???” selidik Topan menghentikan kegiatannya mencet-mencet HP.
    “begitulah Pan, lagian kan pengumuman kelulusan juga belum ngapain belajar buat tes masuk perguruan tinggi?aku mah gak mau yang gak pasti, pastikan kelulusan dulu baru deh mikirin kuliah” kataku sok realistis.
    “gak yakin lulus yaa?” jawabnya dengan polosnya, sambil lanjut mencet-mencet HP lagi
    “gak juga, tapi aku kan gak sepintar kamu, jadi yaa kalo kamu wajar aja udah persiapan dari sekarang” jawabku serius.
    Topan kembali memandangiku, dengan tajam.
    “trus ngapain disini?melamun, sendirian pula. .galau?” selidik nya kembali mnginterogasiku.
    “begitulah Pan” hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulutku saat ini.
    “wanna try something fun?” katanya menawarkan padaku.
    “apaaa?” tanyaku
    “ayooo” katanya sambil menarik tanganku sambil jalan ke arah jalan.
    “motormu mana Koc?aku gak bawa motor tadi,,hheeeeee” jawabnya sambil memamerkan gigi berkawatnya.
    “haishhhh,,jauh banget dari rumahmu jalan kaki ke sini?” kataku kaget
    “enggakk, tadi ikut temen, tapi pas liat kamu, dia ku suruh duluan, hehe” katanya sambil tetap cengengesan.
    “oh, daritadi rupanya memang pengen di antar pulang” anak marmut ini rupanya modusin kakak sepupunya,
    “enggak juga..jadi gakk?ayoooo..ku ajak ke tempat asik” katanya sambil ngedip-ngedipin alis.
    “yaudah naik,,,mau kemana emang?” tanyaku pada Topan.
    “keliling – keliling bjb” katanya sambil naik ke boncenganku.
    “ntar ku traktir es krim deh” katanya lagi menambahkan.
    “haha, boleh juga” kataku sambil menyalakan motorku, kebetulan aku juga butuh refreshing hari ini.
    “lewat SMA 2 deh, kita lewat pondok lima aja Koc” katanya mengarahkan ku.
    “lewat dalam?ngapain?mau ke mtp?” tanyaku lagi.
    “gausah banyak tanya, buruan,,”tandasnya lagi sedikit tidak sabaran
    “iyaa,,iyaaaa…pegangan ya, ntar jatuh aku yang dimarahin mamahmu” kataku menggodai Topan, kulihat mukanya langsung manyun.
    Dari Van der Pijl ke Smada gak terlalu jauh, sebenernya kalo mau ke Mtp gak perlu lewat dalem juga bisa, cuman agak muter jauh, yasudah ngambil jalan pintas aja lewat Pondok lima, pondok lima merupakan daerah berawa, kiri kanan jalan itu rawa. Jadi pas banget kalo di daerah sini dijadikan tambak ikan ataupun tempat pemancingan ikan. Dan itulah yang terkenalnya di Pondok lima, tempat pemancingan dan juga warung makan lesehan yang menyediakan berbagai macam lauk fresh from the water, maksudnya ikannya boleh milih langsung maunya ikan apa, mau nangkap sendiri dulu juga boleh. Di Pondok lima itu paling enak kalo habis makan naik perahu getek deh sama pacar, asal jangan naik jukung8 aja yaa, bisa –bisa dimarahin warga sekitar, jukung kan alat transportasi mereka buat mencari ikan di sungai umum di rawa tersebut.
    Di penghujung jalan di Pondok lima, kita akan sampe lagi di pertigaan RS Ratu Zalekha Martapura, kalo ambil lurus ato belok kanan sama aja sih toh, cuman kalo mau yang deket, ambil aja lurus, langsung tembus ke dpan Polres Martapura. Aku nanya Topan mau kemana, dia nya bilang gak ada yang spesifik, cuman jalan-jalan aja.
    “mau ke pasar Mtp?” tanyaku.
    “untuk apaan?” dia malah nanya balik.
    “kali aja mau beli intan di pasar perhiasannya” kataku padanya.
    “haha,,gak, nanti aku minta sama mamahmu aja, buat mas kawinku nanti, hhe” jawabnya santai.
    “mas kawin kok minta, dasar” aku membelokkan motor ke kiri, mau nagih janjinya.
    Akhirnya kami singgah di minimarket Al-Katri, kebetulan lagi haus yasudah minta jatah preman dulu sama Topan, dia udah janji mau beliin es krim.
    “Koc, gimana kalo kita lihat proses pembuatan Intan?” katanya padaku sambil ngemut es krimnya, lucu banget mukanya.
    “intan gada yang buat Pan, intan itu udah ada di alam, tinggal di ambil doang, terus diolah deh” kataku juga sambil makan es krim.
    “oh, iya itu maksudnya, liat pengolahan Intan” katanya.
    “dimana?Cempaka?panas tauk, gosong ntar kita disana, apalagi kamu kan gak boleh iteman dikit sama mamahmu” kataku padanya. Mukanya langsung manyun.

    8 : jukung adalah alat trasnportasi jalur sungai, terbuat dari papan ataupun kayu yang bagian tengahnya dilubangi, berbentuk kuncup dikedua ujung-ujungnya. Khas Banjar.

    “beda, itu kan penambangannya, nah yang kita lihat itu prose pengolahannya, di rumah kok, bukan di lapangan panas-panasan’ katanya lagi.
    “boleh juga ding, kamu tau tempatnya dimana?”tanyaku penasaran.
    “kagak sih, hehehe” katanya.
    Jiahh oneng, pengen tapi gak tau tempatnya dia, akhirnya kami balik arah ke Pasar Mtp, setelah tanya sana sini sama penjual perhiasan dan batu mulia di Pasar Mtp akhirnya kami dapat info empat pemolesan Intan.
    Topan yang selalu antusias dengan segala hal yang berhubungan dengan ilmu baru dengan semangat langsung mengajakku ke lokasi. Sebenarnya aku tidak begitu tertarik dengan kegiatan ini, tapi apa boleh buat. Mungkin gak ada salahnya mencari sesuatu yang baru diluar kebiasaan sehari-hari. Topan tidak henti-hentinya mengutarakan bahwa dia sangat excited dengan pemolesan intan. Dia mengatakan bahwa Martapura adalah destinasi di Kalsel yang berlimpah dengan Intan dan Permata. Aku cuman bisa beharap ini tidak akan menjadi membosankan.
    Aku kaget, ternyata disini juga ada wisatawan asing yang juga tertarik dengan pemolesan intan secara tradisional. Jujur, selama aku berada di Banjarbaru ini, tak pernah merasa tertarik untuk mengunjungi kegiatan pengolahan intan. Kefikiran saja enggak, adahal kan semua orang di Indonesia bahkan beberapa negara di dunia tau, tempat yang paling “berharga” di seluruh Asia Tenggara adalah disini. Betapa tidak, kalian akan menemukan butiran-butiran intan dalam tanah disini (tentu saja kalau kalian ikutan menambang dan beruntung, hho).
    Sebagai orang pribumi (aku selalu merasa aku adalah orang Asli Kalsel) aku merasa malu, orang asing tertarik dengan kebudayaan Kalimantan, sementara kami (dan mungkin banyak lagi pemuda-pemudi KalSel tidak peduli dengan hal ini). Lihatlah banyak sekali wisatawan domestik dan mancanegara yang datang kesini. Oke, memang gak sebanyak Bali ataupun tempat-tempat lain di Pulau Jawa sana, tapi dengan keberadaan mereka disini seharusnya kita sadar bahwa tanah dan kebudayaan kita itu sangat berharga. Jangan sampai kita bangga dengan kebudayaan orang, sementara dengan budaya sendiri gak tau. Sungguh sebuah kepicikan berfikir. Untunglah seorang Topan mengajakku kesini. Jadilah dua anak manusia yang sedikit tidak jelas tiba-tiba berada disini, Topan mengatakan bahwa setiap hal kecil yang tidak penting terkadang adalah sebuah pelajaran yang berharga. Semua hal baru adalah pelajaran berharga, dan setiap pelajaran adalah hal yang positif. Dia juga mengingatkanku bahwa ada sebuah hadist Nabi yang mengatakan bahwa kita harus menuntut ilmu sebnyak mungkin, walaupun sampai ke negeri China. Oke Topan, u are so Ensteinius. Sekarang kita menuntut ilmu di tempat pemolesan Intan, belum sampai ke China, dan bahkan gak kefikiran untuk kesana. Suer.
    Kami sedang memperhatikan deretan-deretan meja dan mesin yang digunakan untuk membuat intan agar mengkilap. Ada juga sejenis kertas yang digunakan untuk menyapu intan tersebut. Ku lihat Topan sudah mengeluarkan buku saku kecil dari dalam saku celananya. Sejak kapan dia bawa buku catatan kecil?lengkap dengan bolpoint nya pula. Apakah ini sebuah study-tour?Mau tau apa yang kupikirkan? Yap, sepertinya ini akan LAMA. :/ :3
    Lihatlah Topan, dia seperti seorang reporter, atau wartawan juga mirip. Tanya ini itu, kemudian dicatat. Sementara aku disini kayak kambing congek, menenteng kantong kreseknya Topan. Bekal makanannya dia yang tadi beli di minimarket.
    “kertas itu buat apa pa?” Topan bertanya dan posisinya sudah siap mencatat penjelasan bapa tersebut.
    “oh, ini adalah kertas intan, terbuat dari serbuk-serbuk galuh” bapa itu menjelaskan.
    “galuh itu apa pa?” dia bertanya lagi.
    “galuh itu artinya gadis, neng, nona” jawabku singkat, sambil menelisik isi kresekan nya Topan.
    Topan memandangku dengan pandangan “shut up, im not asking u” nya.
    Aku hanya tertawa. Ekspresi paling lucu nya keluar.
    “galuh itu sebutan atau panggilan masyarakat sini untuk Intan, jadi Intan itu dipanggil galuh, karena masyarakat disini menganggap bahwa Intan itu jelmaan Putri Raja” kata bapa tersebut sambil tersenyum.
    ”ohh….galuh ya pa, oke,,balik lagi ke kertas tadi, buat apa gunanya ya pa?penasaran” dia kembali bertanya.
    “buat nulis” aku menjawab lagi.

    KREEEEP

    Dia menginjak kaki ku.
    Aku mengaduh dan mengelus-elus ujung jari kaki ku, kuat juga ni anak kalo menginjak orang. Bapa itu tertawa melihat kami, dan aku, bisa di pastikan kaki ku langsung nyut nyut an.
    “kertas ini digunakan buat menggosok Intan, Intan itu adalah benda yang paling keras. Apapun tidak akan bisa menghancurkan intan atau menggoresnya karena intan memiliki 9 Skala Mohs, skala paling tinggi dalam golongan mineral yang menunjukkan sifat kekerasannya juga paling keras” bapak tersebut menjelaskan lagi.
    “berarti, digunakan kertas intan yang terbuat dari serbuk intan karena intan hanya bisa digores oleh Intan juga, benar begitu pa?” Topan memberikan analisanya.
    “tepat dan akurat” bapa tersebut mengiyakan dan Topan manggut-manggut memegang dagu, sok jenggotan dah.
    “lalu apakah bedanya Intan dengan Baja pa?bukankah sama-sama kuat dan keras?” Topan kembali bertanya.

    KRIUK KRIUK KRIUK….

    Topan mendelik ke arahku dengan pandangan tidak bersahabat.
    Aku memakan keripik bekalnya, dan dia merasa bunyi kriukan ku mengganggu sesi tanya jawabnya. Susah deh sama Topan. Padahal kan gak gangguin dia. Aku mundur 2 langkah kebelakang. Jaga-jaga sapa tau sekarang dapat tendangannya. Bahaya, atlet wushu kan gak bisa dianggap remeh, bisa-bisa tulang rusuk kita betukar tempat ama tulang betis, bahaya kan.

    “ masa gak dikunyah?harus di telan langsung?ntar keseleg gimana?” aku membela diri dengan pasang tampang polos.
    “haihhh…susah dah bawa anak koplak, makannya disilent dong” katanya lagi.
    “kolak?enak lho, habis ini kita cari kolak yaa” aku memasukan keripikan ke dalam kresek lagi.
    “orang gila” dia makin sewot. Topan memang paling gak suka kalo lagi belajar digangguin, padahal kan aku gak ganggu, cuman dia aja merasa terganggu. Analisisku, dia merasa bahwa kegantenganku lah yang mengganggunya, takut kalah ganteng. Hohohoho.
    Dia kembali ke arah bapa tadi menunggu jawabannya.
    “hahaha..intan itu keras, dan baja itu kuat, paham maksudnya?” bapa itu tertawa sambil meraikan meja nya.
    “sedikit ngerti pa, intan itu keras, oleh karena itu dia dipakai juga sebagai mata bor karena dia bisa menembus semua jenis batu, sedangkan baja itu kuat makanya dia digunakan sebagai tameng atau alat pelapis dalam kendaraan perang atau pengaman, dengan kata lain Intan itu tangguh sebagai subjek, dan baja tangguh sebagai objek, benarkah pa” katanya memberikan hasil analisanya. Wow, aku gak ngerti. Mending sambil makan bekalnya Topan aja, sukur-syukur ada roti coklat.
    “ kurang lebih bisa seperti itu juga, ingat Intan adalah barang perhiasan dan baja adalah barang industri bangunan, mobil, dll” bapa itu menjelaskan.
    “dan intan adalah mineral atau unsur sedangkan baja adalah senyawa” kata Topan lagi menambahkan.
    “pintar sekali” bapa tersebut tersenyum kembali.
    “jangan lupa, intan mungkin yang terkeras/kuat, tapi baja yang tertajam” jawabku mengikut ngomong.
    Topan memandangku kaget dan bapa itu tersenyum.
    “jawaban yang benar sekali” bapa itu mengacungkan jemol ke arahku.
    “kok kamu pintar Koc?” Topan memandangku heran.
    “asem,,,dikira aku ini odong-odong banget ya, gini-gini juga ga kosong-kosong banget woy” jawabku sambil membenarkan sendal jepitku.
    “hahaha..” dia tertawa dan kembali menatap buku catatannya.
    “oiya a, apa bedanya Intan dengan Berlian?” Topan bertanya lagi, suer,,kalo aku jadi bapa itu, sudah ku streples ni bibirnya Topan. Gak bosen apa nanya terus.
    “berlian itu adalah intan yang sudah diolah” aku menjawab sekenanya.
    Bapa itu lagi-lagi mengacungkan jempolnya buatku.
    Topan memandang bapa tersebut meminta sebuah klarifikasi atas jawabanku.
    “iya, memang benar, berlian adalah intan yang sudah melalui proses penggosokan dan sudah dibentuk dengan kaidah-kaidah pemotongan atau cutting yang tepat” kata bapa tersebut.
    Topan memandang ke arahku.
    Aku menaik-naikan alisku kepadanya.
    Aku tau dia sebal terhadapku.
    “terus pa, apa aja standar yang digunakan dalam menentukan nilainya sebuah berlian?”
    “Paaaan, sendalku putus” aku memamerkan sendalku yang putus di depan mukanya.
    “beli sana” dia tidak menggubris sendalku dan fokus kepada bapa tadi.
    “uangnya mana?” aku menarik-narik ujung lengan bajunya.
    “astagaaaaaaaa KOCHAN, sana pergi, ini bawa dompetku” katanya sambil menyerahkan dompetnya.
    “masa aku nyeker?panas tau jalanannya, pinjam sendalmu dulu dong, kan jalan ke kios nya lewat jalanaan, panas” aku menerima dompetnya Topan sambil pasang muka sedih.
    “nih….” Dia melemparkan sendalnya jauh-jauh.
    Akhirnya aku meninggalkan Topan yang asik dengan wawancara nya tadi. Bosan juga lama-lama sama Topan, dia asik sendiri. Mending jalan-jalan, kebetulan bawa dompetnya Topan, bisa belanja-belanja dehhh. Bay de way, sendalku memang beneran putus, sama kayak nasib cintaku. Huhu
    “bu,,sendal jepitnya ada?” aku singgah disebuah warung kecil.
    “ada, itu digantung di samping” kata Ibunya nunjuk plastik gede yang memuat banyak sendal jepit. Sendal jepit legendaris yang terkenal dari jaman prasejarah. Nippon dan Swallow,
    “kalo bakiak ada bu?”
    “haha emang mau tujuh belasan mas?ada2 aja” ibunya tertawa kepadaku.
    “bukan bu, kalo ada maling tinggal aku bakiakin aja” kataku niatnya mau melawak.
    “itu mah teriak mas, kurang sedap nah, garing” kata ibunya jujur banget.
    “ahahaha, Swallow nya satu bu, yang warna Hijau” aku meminta sendalnya,
    “sandal sepit sandal swallow, mata sipit mirip andi law” kata ibunya sambil memberikan sendal yang kuminta.
    ‘jiahh,,ibu malah berpuisi” jawabku sambil memberikan selembar uang 10ribuan.
    “itu pantun mas, bukan puisi, masa gak tau, dasar anak jaman sekarang” kata ibunya sambil memberikan kembaliannya.
    “hahaha, pantun kan juga masuk puisi bu, tukar bu” jawabku sambil balik arah.
    “pandai ngeles pula mas ini, jual ya” ibunya menjawab sambil tersenyum.
    Disini panas banget dah, suwerrrr,,, Kalimantan itu puanasnyaaa pooool. Kalo mau berkulit eksotis datang aja kesini. Dijamin deh dalam waktu 3 hari langsung eksotis alias gosong, haha.
    Aku sedang memencet-mencet HP ku sambil jalan ke tempat Topan waktu ada seseorang yang sepertinya memanggilku.
    “maaf de” kata orang tersebut.
    “iya ku maafkan, btw ada salah apa ya ka sama ane?” jawabku santai.
    “eh gak,,maksudnya maaf, bisa minta tolong gak motoin saya sama bapa ini” katanya lagi sambil tersenyum. Ku taksir umurnya sekitar 20’n deh. Berkacamata, sipit juga, sedikit mirip Jonathan Mulia. Tapi dengan versi lebih bulat pipinya, lesung pipinya juga manis kalo lagi senyum gitu.
    “astapirulloh hel ajim, dikira minta maaf gara-gara ada salah, boleh boleh ka” aku menerima HP nya sambil meletakkan sendal baruku yang masih tersegel rapi.
    “maaf ya de, jadi mengganggu perjalanannya” katanya lagi sambil siap siap di foto.
    “yep, santai mas bro” jawabku.
    Aku memoto mereka berdua, sang kakak tadi dengan bapa di temat penggosokan Intan. Setelah dikira sudah cukup, akhirnya aku menyerahkan kembali HP nya.
    “makasih ya de” katanya sambil tersenyum lagi. Manis.
    “sama-sama ka, woles aja” kataku sambil mengangguk kecil dan kembali melanjutkan jalan kaki ku.
    Aku melihat Topan gak lagi mewawancara, tapi sibuk memoto-moto bapa tadi sedang bekerja menggosok intan. Bukannya sedang menghiburku yang lagi galau, dia malah asik sendiri. Tapi jujur, kalo sama sepupuku satu ini aku selalu merasa gada beban. Tampangnya yang polos dan tingkahnya yang unik itu membuatku tidak pernah merasa bosan dengannya. Aku menghampirinya dan menggamit bahunya. Dia menoleh.
    “Apa Koc?uangku gak dihabisin kan?” dia sambil memotret hasil olahan bapa.
    “masih banyak kok, tadi aku beli pulsa 50 ribu Pan, gapapa ya” aku menyerahkan dompetnya. Aku kembali mengubek-ubek kresekannya Topan. Masih ada kripik tadi. Sikat.
    “astaga, dasar rampok” katanya memasukkan dompet ke sakunya.
    “ih sekali-sekali lah Pan :p hehe” kataku sambil membuka sendal baru yang dibelikan Topan, dan kuserahkan padanya.
    “kamu pakai ini aja ya Pan” aku menyerahkan sendal jepit tadi padanya.
    “oneng..gak,,balikin sendalku” dia merebut sendal dari kakiku.
    “Pan..Lapar” aku mengais-ngais tanah dengan ujung jempol kakiku.
    “astaga, hari ni kok aku berasa jadi induk semangmu ya Koc..” katanya ngomel.
    “jadi kita mau pulang sekarang?” tanyaku berseri-seri.
    “sebentar lagi” katanya sambil meneruskan kesibukannya.
    Aku menggelosor di kursi panjang bapa tadi, tiduran. Gak tau apa yang dilakukan Topan setelahnya, aku terlarut dalam tidurku.
  • maaf apabila ada kekurangan, i just a newcomer...
    harap kritiknya jangan pedas-pedas, karena saya orangnya gampang sakit hati, wkwk..canda cing..
    hope u enjoy it..

    can i mention my old friend @Sam_Witwicky‌ where are u fren?
  • asyik diajak jalan-jalan Chand sama Topan ...
Sign In or Register to comment.