It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Kiri... kiri... kiri kanan kiri..." Kata-kata itu terus terucap dari waktu ke waktu.
Saat ini kami sedang membuat formasi yang dibuat oleh kakak alumni. Walau sebenarnya hanya satu orang yang rela meluangkan waktunya untuk melatih, bahkan memberi motivasi, tapi kurasa itu sudah cukup karena pembinanya juga ikut andil dalam mengaransemen atau membuat pukulan. Kakak alumni itu adalah Nova, seorang siswa di Smancis yang kepintarannya memang tidak diragukan lagi. "Kalian akan tau kenapa saya rela datang kesini ketika kalian sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan ini. Masa lalu adalah gambar yang tidak bisa kita pijak atau rasakan, itulah mengapa saya ada disini, mencoba melihat masa lalu saya dengan perjuangan kalian," lirihnya ketika selang istirahat berlangsung.
Aku tau, maknanya mungkin akan sama dengan, 'kita akan benar-benar merasa kehilangan ketika suatu hal jauh meninggalkan kita.'
"Baiklah... sekitar 2 minggu lagi kita akan menghadapi perlombaan. Pokoknya kalian harus semangat!" teriak kak Tito-pembina sekaligus pelatih eskul drumband-dengan suara lantang.
"Ya, kak!" teriak kami balik. Formasi rupanya sudah mencapai titik puncak, dimana gerakan tidak akan dirubah lagi bagaimanapun kondisinya. Aku merasa senang karena aku bisa ikutan lomba dengan posisiku sebagai pemain snare. Awalnya aku terpilih menjadi pemain tenor, tapi karena sudah ada quartom, maka alat itu tidak digunalan lagi.
Bass drum 3 orang, snare 4 orang, quartom 2 orang, dan marching bell 2 orang sebagai perkusi. Sementara melodi kurang lebih ada 70 orang, lalu colorguard sisanya. "Tua tua gapat!!" seru mayoret memulai lagu pertama berjudul Putri Duyung. Kulihat semua melodi sibuk dengan gerakannya masing-masing. Sementara aku, fokus mempertahankan tempo agar tidak terlalu cepat juga terlalu lambat.
Dipertengahan lagu barisan snare maju ke depan berbarengan dengan quartom. Aku sedikit terhenyak ketika melihat Raka di bawah rinar matahari. Kulit coklatnya sangat mengkilat, membuat dia lebih tampan dari sebelumnya. Namun ada hal yang membuatku sakit ketika melihat senyuman Raka sedari tadi. Yakni dia resmi pacaran dengan Tika, pemain marching bell berambut pirang. Oke, mungkin aku terlalu muluk-muluk jika mengharapkan Raka juga sama sepertiku. Harusnya aku sadar bahwa kemungkinan itu pasti akan ada kapan dan dimanapun karena Raka termasuk cowok cukup tan... oh tidak! Kalau boleh aku jabarkan, perawakan Raka tegap, berkulit coklat, dan konyol yang dalam artian dia suka ngelawak. Di SMP ini dia bukan cowok populer, tapi jika siapapun dekat dengan dia pasti akan merasa nyaman. Dengan sifat humoris itulah Raka menjadi orang yang cukup menarik.
"Tukk..." aku menjatuhkan stick yang kupegang, membuat teman snareku : Aldi, Rizky, dan Opik tertawa karena stick itu menggelinding menuju Arya-seorang mayoret kebanggaan SMP 2. Alasan dia menjadi kebanggaan karena dia lincah, saking lincahnya mayoret perempuan pun kalah.
"Jangan melamun, Jar...," ucap kak Nova sembari menepuk bahuku. Dia berjalan mengambil stick-ku yang jatuh lalu memberikan kepadaku dengan senyuman manis seolah berkata, 'bukan masalah.'
Tapi nahas pikiranku tetap saja berkecamuk. Slide tentang pacar barunya Raka jujur saja mencacau tanpa bisa kuhentikan. Aku... hmmm, merasa syok akan realita Raka berpacaran dengan Tika. Pasalnya, Raka telah berpacaran dengan temanku yaitu Nila. "Ka, bagaimana dengan Nila? Apakah kamu putus dengannya?" tanyaku tadi ketika istirahat.
Raka menggeleng lemah," Nggak, Jar. Aku cinta banget sama Nila. Bayangin aku suka sama sia sari kelas 1 SMP. Tapi baru sekarang aku bisa pacaran sama dia," lirihnya nyaris tak terdengar. Aku makin syok.
"Lalu bagaimana dengan Tika?" alislu sedikit naik ketika bertanya soal itu.
Dengan santai Raka menjawab, "aku juga suka sama dia..."
Pernyataan itu harusnya bisa menamparku karena esensinya mungkin Raka seorang playboy. Percuma jika aku terus mendekati dia, toh hanya kesia-siaan yang di dapat. Tapi aku enggan, tubuhku lepas kontrol! Aku tidak bisa berkata 'tidak' jika Raka sudah meminta. Bahkan meminjamkan uang dengan jumlah cukup banyak pun aku tetap saja menganggukan kepala. Aku butuh dia, aku cinta dia, dan aku... sayang dia. Tak peduli maksud dia berteman denganku hanya untuk memanfaatkanku, aku tidak peduli. Jika aku mampu semua itu pasti akan aku lakukan.
***
Hujan merabak dengan kerasnya sore ini. Di sekolah kini hanya tinggal aku, Raka dan Tika. Semua anggota eskul telah pulang beberapa menit yang lalu. Aku masih di sekolah karena Raka memintaku untuk menemani dia pacaran! Jujur saja saat ini aku benci kepada Raka, tapi disisi lain seperti kukatakan, aku tidak bisa menolak permintaan dia. Aku hanya bisa duduk di koridor panjang, melihat Raka dan Tika tertawa terbahak. Entah apa yang mereka obrolkan, rasanya sangat klasik jika aku yang teraniaya dalam situasi seperti ini. Akhirnya daripada bosan, aku memainkan gitar di pangkuanku, lalu memetik lagu berjudul Kiss The Rain aransemen Yiruma.
Setiap suara yang dihasilkan, aku selalu menikmati jika hujan sudah turun. Bukan berarti aku tidak menikmati jika cuaca panas, tapi ketika melihat tetes hujan memecah dan menyebar di atas gunduk tanah, suara desau bercampur suara hujan, itu memberi nuansa tersendiri bagiku. Apalagi lagu yang kumainkan sangat pas sekali. Kiss the rain, berarti mencumbu hujan. Selintas, pikiranku membaca arti dari kejadian ini. Apakah aku hanya bisa mencumbu hujan? Tak akan pernah bisa mencumbu Raka? Aku tau tidak pantas jika aku berpikiran seperti itu. Tapi siapa, sih yang nggak tau soal itu? Bahlan SD pun sudah tau.
Akhirnya dengan langkah langsam aku berjalan menuju kelas bawah. Disana aku memeluk lutut karena... dinginkah? Atau karena situasi seperti ini mendukung untuk membuatku seperti cowok cengeng yang selalu mendramatisir keadaan. Tapi bukannya akan kubuat potret hidupku sesuai apa yang aku inginkan? Aku tak peduli jika orang-orang menganggapku lebay. Aku hanya seorang anak SMP yang dilanda kebingungan akan keadaanku. Tak peduli Raka memanggilku anak cengeng jika dia melihatku sedang menangis. Yah, sejujurnya bukan Raka yang saat ini kutangisi. Tapi keadaan!
Aku belum siap jika harus mengetahui dunia lain di umur yang masih kecil. Semenjak SD aku selalu bertanya, kenapa aku berbeda. Tapi dengan polosnya waktu itu aku bebas berbuat semau yang aku inginkan. Bahkan aku pernah bertindak jauh dengan kata pantas waktu itu. "Jar, aku mau mengantar Tika ke rumahnya. Hmmm, saat ini aku lapar. Kamu tunggu di nasi padang yang ada di Enggal ya, nanti aku kesana," ucap Raka di belakangku. AKu mengangguk lalu langsung pergi agar Raka tidak melihatku sedang menangis.
Sesampainya disana aku kembali tercenung. Diam menunggu Raka dalam kurun waktu sekitar setengah jam.
"Maaf lama, tadi sedikit macet di Babakannya. Padahal ini hujan, masih saja banyak kendaraan yang berlalu lalang," ujar Raka sambil melepas jas hujan.
"No problem...," jawabku sambil tersenyum. "Kamu yang pesan ya," lanjutku sambil menyerahkan menu.
"Oke..."
"Hmmm, Rak?" Raka menatapku lalu menaikan alis. Ditangannya bersemayam satu batang rokok yang siap untuk dihisap.
"Bukannya kamu atlet tenis meja ya? Bukankah sebaiknya kamu nggak merokok?" tanyaku sedikit hati-hati. Raka hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaanku. "Ummhh itu terserah kamu sih. Tapi ada yang mau aku bicarakan. Maaf jika aku sok ngatur. Tapi akan lebih bijak jika kamu memilih satu diantara Nila dan Tika. Cempat atau lambat Nila pasti akan tau bahwa kamu selingkuh. Aku hanya gak ingin kamu menyesal jika Nila memutuskan kamu," tuturku panjang lebar. Ada perasaan tidak enak ketika aku berucap seperti itu. Namun Raka lagi-lagi tidak menjawab.
Malamnya Nila menelfonku. "Ya, Nil ada apa?"
"Kamu ada masalah apa sama Raka?"
"Gak ada kok. Emang kenapa?"
"Gak tau tuh Raka marah-marah terus. Katanya kamu sok ngatur."
Dheg!!!
#Tbc
Arrgghh. Suka nyesek jika ingat kejadian itu lagi. Raka... sampai sekarang aku sama dia gak beraama lagi gara-gara insiden...
Hmm rahasia. Wkwkwk. Sekedar info, ini kisah nyataku ketika duduk di bangku SMP. Kalau sekarang aku baru masuk SMA. Seperti yang saya katakan, jangan berkomentar jika tidak ibgin di mention. Makasih sebesar-besarnya bagi yang mau membaca...
@Tsunami semoga tidak mengecewakan...
@alfa_centaury semoga titik jenuhnya tidak datang. wkwkwk
@3ll0 soalnya bingung kasih na apa kak. wlwk
@lulu_75 siap laksanakan: )
@Adityaa_okk
@d_cetya ganti aja jadi Budil gimana? wkwkwk
@erickhidayat ada om erik nih...
@Lian48 nah itu bener banget...
@dafaZartin pemain drumband juga? sama dong kak. wlwkwk. jadi apa si drumband kak? kalau saya snare...
@arieat )
SELAMAT MEMBACA. HMM SEBENARNYA SAYA IKUTAN DRUMBAND DARI KELAS SATU. TAPI DICERITA KELAS 9 SOALNYA UNTUK MEMPERSINGLAT CERITA. KARENA CERITA YANG ASLI YAITU SAAT INI KETIKA SI SMA. )))
Orang kayak gtu gak usah dihiraukan.masih byk orang yang lebih baik dari dia.
BTW Raka udah bayar utang²nya belum? )
asalkan ni cerita jgn di tinggal kalo udah jadian... *colekdaguTSyanglagiPEDEKATE
saya tau saya penulis amatir. masih kalah jauh dengan tulisan yang sudah melanglang buana ceritanya di forum ini. Maka dari itu, sekali lagi maaf jika lama. terimakasih bagi yang bersedia membatu saya untuk memberi kritik agar cerita ini lebih baik.
arigatou gozaimasu... )