Hai.. Saya newbie, mau coba-coba share cerita.. Baru plot awal, belum terbentuk banget tapi saya usahakan konsisten untuk post disini..
Bandung, xx Juni 2008 - [Alexander's Side]
Fixed assets are long-term or relatively permanent assets such as equipment, machinery, buildings and land. Other descriptive titles for fixed assets are plant assets or property, plant, and equipment.
Sepasang manik kembarnya mengikuti ukiran tinta yang tercetak rapi pada buku yang dibacanya itu. 'Introduction to Accounting' karya Carl Warren, James Reeve, dan Jonathan Duchac. Materi yang akan dipelajarinya di semester mendatang, namun entah mengapa sejak kakinya melangkah masuk ke dalam perpustakaan, Al seolah penasaran ingin mempelajari materi yang akan dipelajarinya pada mata kuliah Intermediate Accounting I nanti.
Dengan tubuh yang bersandar ringan di sisi rak, terlalu tenggelam dalam buku untuk pusing-pusing mencari kursi. Mau bagaimana lagi? Perpustakaan siang itu cukup ramai. Didominasi oleh mahasiswa tingkat atas yang sedang mencari bahan pustaka untuk skripsi mereka. Siang ini rencananya Al ingin menemui dosen pembimbing akademiknya untuk bimbingan KRS. Lama menunggu, sang dosen tak kunjung datang membuat pemuda dengan perawakan tinggi ramping berkacamata itu pergi ke perpustakaan untuk membaca buku.
Membaca buku memang jadi satu-satunya rutinitas yang bisa dilakukannya untuk mengusir rasa bosan. Banyak yang mengatakan, membaca buku adalah kegiatan yang membosankan, namun Al dengan senang hati akan membenamkan dirinya ke dalam lautan kata, dan berenang-renang dalam imajinasi buku yang dibacanya. Baginya membaca adalah eksistensi. Berbagai macam informasi bisa didapatkannya dengan membaca, tentu saja selain mengandalkan alat komunikasi modern lain seperti internet.
"Sial! Lagi-lagi revisi."
Terdengar olehnya suara seorang senior laki-laki mengumpat seraya membanting draft skripsi miliknya ke atas meja. Atensinya teralihkan oleh sang senior dan kemudian Al meletakan buku yang sedang dibacanya itu ke rak asalnya kemudian melihat sang senior yang sepertinya sedang depresi itu. Rasanya Al pernah melihatnya dulu ketika menjalani ospek jurusan. Artinya senior laki-laki itu satu jurusan dengannya, akuntansi.
Terasa getaran handphone miliknya yang disimpan dalam saku celana, menandakan ada pesan masuk. Al membaca notifikasi pesan yang baru saja masuk. Dari teman satu kelasnya, Dea.
Dea : Al, dimana? Pak Fahmi udah dateng nih, cepetan kesini.
Sebenarnya Al masih penasaran dengan sang senior, hanya saja bimbingan KRS ini lebih penting daripada memuaskan rasa penasarannya pada sang pemuda yang berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir itu. Bahkan Al sendiri belum mengetahui namanya. Dengan bergegas Al keluar dari perpustakaan untuk menemui dosen pembimbingnya. Sebelum melangkah keluar, Al membalikkan badannya dan melihat sejenak ke arah pemuda tadi dan mereka beradu pandang. Al yang salah tingkah setengah berlari keluar dari perpustakaan.
Comments
mau lagi dong...
Mention kalau update
next up mention ya
Akhir bulan ini adalah penentuannya. Penentuan apakah Reza akan lulus dari kampus ini atau harus menunggu setidaknya enam bulan kedepan. Tentu saja bagi Reza yang mahasiswa tingkat akhir ini, tidak ingin menunda kelulusannya. Pemuda berusia dua puluh dua tahun itu sudah jengah menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa, terlebih jika harus berhadapan dengan dosen yang sering membuatnya susah.
Reza bersandar pada dinding ruang kuliah, tempatnya menunggu giliran untuk bimbingan skripsi. Sudah sejak jam delapan pagi, pemuda dengan perawakan tinggi, tegap dan berotot itu tiba di kampus. Nyaris lima tahun dirinya menjadi mahasiswa jurusan akuntansi di sebuah universitas negeri di kota Bandung. Dan Reza tidak ingin mendapatkan predikat mahasiswa abadi karena tidak lulus-lulus.
Sebenarnya kuliah akuntansi bukanlah pilihannya. Reza sendiri lebih menyukai teknik mesin daripada akuntansi. Baginya, lebih mengasyikkan mempelajari mesin dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Iseng, itulah alasannya. Sederhananya karena tidak lolos ujian masuk jurusan teknik mesin. Dan pada akhirnya Reza masuk di jurusan akuntansi ini setelah lolos SMUP.
Lamunannya buyar ketika seorang gadis menepuk pundaknya dan mengisyaratkan kalau sekarang gilirannya untuk masuk bimbingan. Kedua tungkainya melangkah memasuki kelas. Banyak hal yang dipikirkannya hari ini, mulai dari materi yang akan dibahas, sampai hal-hal sepele.
"Kamu harusnya lebih tajam dalam analisis. Kalau skripsi kamu seperti ini, anak SMA pun bisa bikin!" ucap sang dosen pembimbing.
Terdiam sejenak, Reza mencerna kembali kata-kata sang dosen pembimbing. Memang benar, Reza ingin cepat-cepat segera menyelesaikan skripsi ini. Kebanyakan isinya hanya mencontoh yang sudah ada dengan modifikasi seadanya. Sedangkan bagian metodelogi penelitiannya, hanya menggunakan analisis sederhana saja.
Dengan langkah gontai, pemuda itu berjalan meninggalkan ruang kelas. Tangannya menggenggam draft skripsi yang baru saja dicoret sana-sini oleh sang dosen pembimbing. Dan perpustakaan menjadi tempatnya singgah. Sebenarnya Reza tidak mau mencari bahan apapun, hari ini moodnya sedang tidak bagus untuk merevisi skripsi.
"Sial! Lagi-lagi revisi."
Dibantingnya draft skripsi yang dipegangnya tadi ke atas meja dengan cukup keras, namun tidak akan membuat satu perpustakaan melihat ke arahnya. Ya, siang itu suasana perpustakaan cukup ramai dikunjungi oleh mahasiswa dari berbagai jurusan. Entah untuk mencari bahan pustaka, membaca, belajar, atau mengobrol dengan temannya.
Hanya seorang pemuda berperawakan kurus berkacamata yang sepertinya terganggu dengan sikapnya tadi. Pemuda anonim tadi meletakkan buku yang dibacanya ke rak buku. Dan bergegas pergi. Reza jadi merasa tidak enak hati pada pemuda itu karena mengganggu waktu membacanya.
Rasanya Reza pernah melihatnya entah dimana. Kalau tidak salah, Reza pernah melihatnya di ospek jurusan. Artinya dia adalah juniornya yang terpaut beberapa tahun di bawahnya. Tatapannya tertuju pada sang pemuda yang berjalan meninggalkan perpustakaan dengan tergesa-gesa.
Kedua binernya beradu pandang. Sang pemuda yang dilihatnya tadi berbalik menatap ke arahnya. Mungkin dia merasa sedang diperhatikan oleh Reza, karena setelahnya sang pemuda berkacamata itu setengah berlari keluar dari perpustakaan.
Itulah awal pertama pertemuannya dengan pemuda berkacamata yang membuat hari-harinya tidak pernah menyesal mengambil jurusan akuntansi.
Bandung, xx Juni 2008 - [Alexander's Side]
Enam puluh menit rasanya bagaikan ribuan tahun. Ruangan kelas itu masih ramai oleh para mahasiswa yang baru saja melaksanakan bimbingan KRS. Beberapa masih ada yang berkonsultasi dengan dosen pembimbing akademis. Sementara Alexander dengan tergesa-gesa memasukkan kertas-kertas bawaannya ke dalam tas punggung miliknya. Satu-satunya tempat yang ingin ditujunya saat ini adalah perpustakaan.
Baru kali ini Alexander merasakan rasa penasaran berlebihan. Sebenarnya tidak ada yang terlalu menarik dari pria yang dilihatnya tadi di perpustakaan. Hanya saja sejak pertama melihat sang pemuda saat ospek jurusan ketika dirinya tingkat satu dulu, Alexander merasakan perasaan berbeda setiap memandang pemuda yang memiliki mata indah itu. Sesaat setelah berpamitan dengan teman satu kelasnya, Al kembali lagi ke perpustakaan, dengan harapan pria yang dilihatnya tadi masih ada di sana.
Namanya Alexander Pratama, cowok dengan berawakan tinggi ramping berkacamata ini adalah mahasiswa akuntansi semester tiga di kampusnya. Tidak ada yang spesial dari pemuda satu ini. Berperawakan tinggi ramping, kulit putih khas Sunda, dan berkacamata. Menurut beberapa teman perempuannya, Alexander tidaklah tampan, namun cukup manis, apalagi dengan lesung pipi yang menghiasi wajahnya saat pemuda sembilan belas tahun itu tersenyum. Dan yang membuat Alexander semakin manis adalah kawat gigi yang telah dipakainya selama satu tahun terakhir ini.
Dengan perlahan Al berjinjit melongok ke dalam perpustakaan. Ternyata orang yang dicarinya tidak ada. Dengan langkah gontai Al berjalan terus menyusuri lorong sambil sesekali berjinjit lagi dan melongok ke arah perpustakaan dengan harapan sang pemuda masih duduk di sana.
"Loe cari siapa? Kenapa gak masuk aja?"
Suarat berat seorang pemuda mengejutkannya. Dan Al semakin terkejut ketika mengetahui kalau orang yang menyapanya itu adalah pemuda yang sejak tadi dicari olehnya.
"Eh... nggak cari siapa-siapa kok," ucapnya terbata-bata.
"Gue Reza, tadi kenapa keluar buru-buru? Keganggu ya?"
"Ah, nggak juga. Tadi temen gue SMS ngasih tau kalau dosen pembimbing akademik udah dateng, jadi gue buru-buru masuk kelas," responnya atas pertanyaan sang pemuda.
"Ohh.. kirain elu keganggu pas gue banting draft sialan ini," kekehnya seraya menunjukkan draft skripsi miliknya.
"Nggak kok, tadi emang cuma lagi baca buku aja. Eeh udah dulu ya, temen gue udah nunggu," balas Al dan kemudian setengah berlari Al meninggalkan pemuda bernama Reza itu.
@lulu_75 @bintang96 @tsunami @sho_lee @fuumareicchi @d_cetya minta tolong diendorse kakanya.. Makasih ^^
ikut nyimak ceritanya yaa ts..