It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kirain update, ternyata sesi curhat
Si "Tetangga" agak nyebelin yah.. -_-
msh belom lanjut yaa? okta dah hadir nih.. #eeh
hahahahhahahaha
By my side
"... I just wanna hold you
I just wanna kiss you
I just wanna love you all my life
I normally wouldn’t say this
But i just can’t contain it
I want you here forever right here
By my side"
Hem... Lumayan juga lagu ini..
Saat ini aku sedang menunggu Okta berlatih basket untuk pertama kalinya disekolah ini.
Pantas saja postur tubuhnya tinggi,setelah mendengar ceritanya kalau waktu SMP di Bandung dulu dia memang atlet Basket.
Lagu yang melantunkan suara David Choi yang berduet dengan Maudy Ayunda ini terus kuputar di iPod ku. Seharusnya aku tidak sendirian menunggu Okta berlatih basket hari ini, Sandra harusnya datang tapi karena dia berhalangan jadilah aku sendiri, duduk di bawah pohon tak jauh dari lapangan.
Dulu biasanya aku sering bosan tiap kali menemani Sandra yang menonton latihan basket disini tentu saja untuk melihat Ali.
Tapi sekarang aku tahu bagaimana rasanya menunggu seseorang yang kita sayangi melakukan hal kesukaannya.
Tak terasa sudah 2 minggu aku bersama dengan Okta dalam suatu hubungan serius, mengingat malam saat kita bersama mengikat hati membuatku tersenyum sendiri. Okta mungkin menjadi orang yang benar-benar tepat untukku, Entahlah,Hatiku sudah terlampau merasa nyaman dengannya.
Setiap hari kita selalu bersama saat berangkat sekolah, Saat makan siang akupun selalu memberinya saran untuk memilih makanan yang enak disekolah ini ataupun diluar sekolah, Menonton film baru hampir setiap pulang sekolah dan masih banyak lagi hal yang sudah menjadi kebiasaan untuk kita berdua.
Ini sangat indah untukku...pengalaman baru ketika memiliki seseorang yang sangat sesuai dengan ku.
Kulihat Okta berjalan ke arahku dengan keringat yang bercucuran setelah menyelesaikan permainan basketnya.
"Hey.." sapanya dengan nafas berat yang kubalas dengan senyuman sambil memberikan handuk kecil untuk keringatnya.
"Duduk dulu, Lurusin kakinya" ujarku sambil membukakan botol minuman isotonik untuknya.
"Yang, Tolong olesin obat gosok yang ada ditas aku dong, betisnya agak sakit nih" katanya dengan ekspresi meringis
Segera kuambil obat gosok yang dimaksudnya didalam tas dan mengoleskannya sambil memijatnya perlahan
"Makasih ya sayang" ujarnya sambil tersenyum yang kubalas dengan senyuman juga
"Sayang hari ini kamu gak ada acara kan? Kita main yuk" katanya dengan nada antusias seperti biasa
"Boleh,mau kemana emang?" tanya ku sambil membereskan tas olahraganya.
"Ada deh..pasti kamu suka" responnya dengan senyuman percaya dirinya.
Sebenarnya kalau boleh jujur aku sangat susah menyesuaikan kebiasaan Okta yang ingin terus berpetualang dengan main hampir setiap hari, tapi aku tak munafik juga kalau bermain bersamanya itu menyenangkan tapi tetap saja susah untukku menyesuaikannya. Sebelum aku mengenalnya, Aku hanya seorang cowok remaja yang selalu pulang dari sekolah ke rumah tepat waktu, kecuali aku pergi dengan Elena dan Sandra itupun sangat jarang, kadang aku pun berpetualang sendirian dengan caraku sendiri. Mau tak mau juga aku harus pulang malam setiap menemani Okta berpetualang dengan gayanya sendiri. Tak jarang aku tertidur kelelahan di mobil Okta, bahkan aku merasa obat penurun demam pasti menemaniku setiap minggu tapi aku merasa nyaman didekatnya, di dunianya, yang selalu dia sebut dunia kita.
"kamu kasian banget sih bawain tas aku gitu hahaha" ledeknya ketika kita berjalan ke parkiran
"biarin udah biasa disuruh pacarnya" kataku meledek
"Hem...kasian hahaha" balasnya sambil mengacak-acak rambutku
"Okta ah,berantakan" keluhku
"Biarin acak-acakan pacarnya udah liat ini,emang mau diliat siapa sih kalo rapih?" katanya sambil menarikku mendekat ketubuhnya yang masih berkeringat
"Oktaaaa...Bau.. demen banget sih nyiksa pacarnya" kata ku sambil menjauh
"Hahaha biarin bau,emang mau jalan sama siapa wangi-wangi?" katanya meledek lagi
"Bodo ah" kataku seraya mendahului jalannya ke arah parkiran.
Aku sadar hal tadi banyak menarik perhatian dari sekelompok siswa lain yang didominasi oleh kelas XII dan XI. mungkin mereka sedang mencari gosip terpanas untuk dimasaknya.
"Buru-buru amat mas mau ngambil rapor? hahahaha" ledek Okta lagi saat sudah sampai diparkiran.
"Lah dari pada situ mas, lama banget kayak udah jompo" kataku yang sudah dari tadi menunggunya disamping motor gedenya yang berwarna putih ini.
Kadang Okta memang memakai Motor untuk kesekolah, sebenarnya tak masalah untukku apalagi dengan motor, tetangganya yang judes itu tidak perlu kulihat
"Hem...ngocol. cium nih" katanya mengancam yang tentunya tak seram sama sekali
"Ish... pengen banget nyium sih" kataku meledek sambil memakai helm dengan cepat sementara Okta hanya diam saja sambil memakai jaketnya dan helmnya.
"Bisa gak naiknya? hahaha" ledeknya lagi saat aku mencoba menaiki motor gede ini
"Bisalah,udah biasa naik motor yang tinggi kayak kuda gini"
"hem..udah biasa,waktu itu jatoh ya pertama kali hahahaha" ledeknya sambil tertawa kencang yang terdengar sangat puas,segera ku pukul helmnya saat aku sudah berhasil naik
"Aduh..iya deh iya udah ntar ngambek lagi susah ntar kalo ngambek hahaha" tawanya bergema lagi yang terdengar mengejek lagi,segera ku cubit keras perutnya yang lumayan keras
"Aduh duh..iya udah deh,jalan nih" katanya dengan nada menyerah sambil menjalankan laju motornya
"Kamu tau dari mana tempat ini?" kataku saat sudah sampai disebuah lokasi danau yang ramai pengunjung,sedari tadi diperjalanan aku hanya bisa diam sambil memegang sisi-sisi jaket Okta karena aku tak mengerti jalan yang ditujunya dengan kecepatan tinggi membuat ku cukup ngeri
"Ada deh haha tadi sih pengen nyasar cuma aku jaim hehehe" katanya,kemudian memarkirkan motor dan membuka helmnya.
"Gak kena hahaha" sahutku cepat dan menghindar ketika tangan Okta bergerak untuk mengacak-acak rambutku lagi.
Aku berjalan mendahuluinya yang segera disusulnya. Danau ini cukup ramai pengunjung,ada yang berpiknik dipinggir danau,ada yang menaiki perahu bebek,ada yang duduk berdua dengan pasangannya,tempat ini indah,cukup indah untuk melepaskan kejemuan menatap kota.
"Kita mau ngapain nih?" suara Okta membuat ku menoleh kearahnya
"Entah hehehe" sahutku cepat,sebenarnya aku merasa sedikit lemas ketika diperjalanan tadi
"Kita muterin danau ini aja gimana?" tawarnya yang kujawab iya untuk memenuhi ajakannya
Sepanjang perjalanan aku bercerita banyak tentang hubungan ku dengan mantan-mantan ku sebelumnya,tentu saja atas keingintahuannya.
Aku tidak keberatan dengan semua itu, karena dia memang harus tau juga.
"Berat ya pasti buat kamu?" tanyanya setelah aku selesai bicara
"Iya gitu deh hehe" kataku cepat
"Tapi kenapa kamu mau pacaran sma aku?" tanyanya yang membuatku langsung mendongakan kepala kearah matanya,Aku berhenti berjalan dan menatapnya
"Karena aku percaya kamu,mangkanya aku berani buka hati lagi" jawabku dengan penuh keyakinan
"Oh gitu ya...."
"Iya..kamu serius kan?"
"Eh..hem..iya lah,kamu harus percaya ya" katanya sambil merangkul ku untuk lanjut berjalan.
Aku lanjut berjalan dalam rangkulannya.
Aku benar-benar berharap padanya,Aku sangat ingin dia yang terakhir di dalam perjalanan cinta terlarang ini.
Setelah selesai memutari danau ini Okta mengajakku untuk foto bersama,supaya untuk kenang-kenangan katanya. Aku menyukai setiap momen bersamanya karena banyak warna baru yang selalu dilakukan olehnya.
"Okta,aku mau pulang" kataku akhirnya setelah merasakan tubuhku sangat lelah
"Yah...baru sebentar yang. kita makan dulu ya? gimana?" katanya dengan nada membujuk seperti biasa. beberapa minggu berpacaran dengannya sudah cukup untuk tahu ekspresinya termasuk saat membujuk seperti ini
"Yaudah kamu aja yang makan,aku gak laper" kataku sedikit malas
"Percuma dong namanya. Yaudah gak usah" katanya yang kali ini dengan nada kecewa sambil kemudian menuju parkiran dimana motornya ditempatkan tadi,sementara aku mengikuti dari belakangnya
"Ta...marah ya?" kataku saat masih melihat raut kekecewaan dari kaca spion motornya
"Enggak...lebay banget sih" jawabnya sambil mulai tancap gas meninggalkan danau ini
"Kok lebay? aku kan nanya yang" kataku heran dengan sifatnya
"Iya enggak marah kok sayang" sahutnya cepat sambil tersenyum sedikit. Setelah itu aku hanya bersandar dipunggungnya tanpa bercerita apapun.
Aku benar-benar merasa lelah hari ini,sama seperti mminggu-minggu belakangan ini.
"Sayang,mau sampe kapan sandaran begini?" katanya lembut dan segera membuatku menengadah kearah wajahnya yang kini sudah terlihat sebuah senyum hangat dibibirnya.
Aku sadar kini kita sudah sampai didepan rumah ku. Aku segera turun dari motornya dan memberikan helm yang kukenakan pada Okta.
"Makasih ya hari ini" ucapku sambil tersenyum tulus
"Iya sama-sama.. aku pulang ya? I Love you" katanya sambil menatapku intens
"Iya hati-hati ya. I Love You Too" kataku sedikit gugup karena tatapannya yang selalu membuat jantungku berpacu hebat.
Setelah mengatakan itu,Okta menjalankan motornya,aku masih menatap punggungnya yang menjauh.
Aku segera membuka kamarku dan langsung bergegas mandi dengan lemas aku berjalan menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi,seperti kebiasaan ku belakangan ini aku langsung mengambil vitamin dan obat penurun demam. Sadar dengan tubuhku yang sedang letih, Aku langsung memilih membaringkan tubuhku.
Aku mengambil handphone ku untuk mengecek kabar dari siapapun yang mungkin saja masuk. Ternyata hanya Okta yang mengirim chat "Sayang,Aku udh sampe rumah nih. Bentar ya mau mandi sama makan dulu".
Aku tersenyum saat membaca pesannya itu,walaupun baru saja bertemu tapi seringkali aku merasa merindukannya dan ingin didekatnya.
Ketika kulihat jam dan menunjukkan pukul 18.15
Kurasa Okta telah selesai mandi dan makan karena chat yang dikirim masuk sekitar sejam yang lalu. Aku langsung mendapatkan ide, sesegera mungkin aku mengambil Laptop dan membuka aplikasi Skype. Sebenarnya Okta lah yang sering mejgajakku untuk Video call melalui Skype ini namun sering kali kutolak karena harus belajar dan sepertinya aku baru 2 kali memiliki pengalaman berSkype dengannya. Tanpa pikir panjang aku menghubunginya dan langsung jawab olehnya. Aku senang sekali saat melihat wajahnya di monitor laptop ku walaupun tak senyaman aslinya,dengan menggunakan Headsets aku menyapanya dengan senang
"Okta jelek...hahahaha" sapaku padanya yang saat itu kulihat dia memakai kacamata dengan rambut yang masih berantakan,kurasa dia baru saja selesai mandi
"Apa sih? Woooo" balasnya terlihat jenaka. Aku sangat menyukainya saat dalam ekspresi jenaka, walaupun terlihat dewasa namun tetap saja saat sedang jenaka seperti sekarang ini dia terlihat sangan menggemaskan.
"Lagi apa? baru selesai mandi ya?" tanyaku
"Iya nih hehe maunya sih mandi berdua kamu kayak waktu disekolah haha" kalimatnya barusan membuatku melongo dan kurasa pipiku memerah
"Hahaha gak usah cengo gitu kali,pengen kan? haha waktu itu aja sampe bengong" sambungnya
"Yeee..Apaan sih Ta? PD banget deh kamu" kataku berbohong
"Oh jadi gak mau nih? yakin? hahaha"
"Iya terserah deh hahaha" kataku, lucu juga saat mengingat peristiwa di kamar mandi sekolah itu
"Kamu udah makan belum?" tanyanya
"Udah kok tad---"
"Eh dipanggil bokap noh dibawah"
tiba-tiba suara dari seberang sana memotong ucapanku dan tentu saja bukan suara Okta. Sepertinya Aku mengenal suara itu
"Lo bisa gak sih kalo masuk ketok pintu dulu?" kulihat Okta mengalihkan pandangannya yang kuyakin itu adalah pintu kamarnya dan membentak seseorang disana
"Buruan!!" Balas seseorang itu dengan cepat dan tak kalah kencang dengan Okta.
Okta segera memandang Webcamnya dan tersenyum simpul
"Sebentar ya sayang" katanya dan kemudian bangkit dari duduknya.
Sayangnya Webcam Okta mengarah kearah tembok kamarnya, sekarang yang aku lihat hanyalah dinding bercat hijau muda dengan poster Spiderman yang kulihat separuh.
Aku teringat suara tadi yang memanggil Okta dengan kasar. Siapa dia? Tapi aku rasa aku mengenali suara itu.. Ah andai saja Webcamnya menyorotkan pintu kamarnya,batinku.
10 menit berlalu.. Okta belum juga kembali.
Aku memilih untuk merubah posisi ku dengan menaruh laptop ku diatas kasur dan aku berbaring tengkurap menghadap laptop.
Masih belum ada tanda-tanda dikamarnya kalau Okta sudah kembali. Aku merasakan mataku mulai berat mungkin karena efek obat yang kuminum tadi, Aku menyadarkan kepala ku ke bantal kemudian aku pun tak ingat apapun
______
"...Kriiinggg...."
Suara jam alarm ku berbunyi yang segera kutendang dengan kakiku yang sukses membuat alarm itu berhenti setelah membentur lantai,dengan malas dan gerakan cepat aku mmengambil guling ku dan menutup wajahku yang silau karena siraman sinar matahari yang sedikit demi sedikit mulai masuk kedalam kamarku yang memang tanpa tirai dan aku pun terlelap kembali
"...Tok tok tok.. Arman bangun udah siang gini juga" kata Mama dengan suara keras dan membuatku membuka mata dengan malas.
Kulihat laptop ku yang sudah mati, kurasa mungkin sudah lowbatt.
Aku mengerjabkan mata ku beberapa kali hingga terbiasa dengan berkas cahaya matahari yang masuk menyinari kamar ku.
Setelah itu aku teringat alarm yang ku hempaskan dengan kaki tadi, ku pungut alarm itu yang jatuh dilantai dengan baterai yang copot. Aku benar-benar merasa malas hari ini. Kembali aku menghempaskan tubuhku ke kasur sambil meraba mencari handphone ku yang terselip dibawah bantal dan melihat isinya yang sudah diisi oleh notifikasi pesan dari Okta yang meminta maaf karena pergi meninggalkan kamarnya tanpa memutus hubungan Skypenya dan membuatku lama menunggu hingga tertidur serta ucapan selamat pagi darinya.
aku segera mengetik pesan untuknya
"Pagi...Aku baru bangun,iya gapapa kok ta" setelah mengetikkan pesan balasan untuknya dan mengirimkannya, Aku bangkit dari kasurku dan harus segera mandi dan menyetorkan baju-baju kotor dikamarku ke Mbak Ika untuk dicuci. dengan malas aku mengambil handuk dan membuka pakaian ku satu persatu dan masuk ke kamar mandi. Aku pun teringat sesuatu saat melewati cermin di kamar mandi ku.
Aku teringat kata-kata Okta yang pernah bilang kalau bokong ku tidak sexy karena tidak padat dan berisi. Aku memperhatikannya didepan cermin dan memang benar sepertinya apa yang dikatakan Okta, bahkan Okta berkata seperti itu karena melihat abang tukang pempek yang memiliki bokong padat dan berisi. Saat itu aku sangat sebal dengannya karena ternyata dari tadi memperhatikan bokong abang itu. Namun runtuh juga rasa sebal ku saat Okta meminta maaf dengan cokelat.
Ah pikiranku ini sudah tidak karuan, batinku. Aku segera menyalakan shower dan membiarkan setiap tetes air mengalir dari ujung rambut hingga ujung kaki ku.
"Arman....baju kamu mana?!" kudengar suara teriakan Mama dari bawah saat aku baru saja keluar kamar mandi.
"Iya Ma, Bentar" ujarku sambil bergegas memakai baju. hari ini aku hanya ingin dirumah rasanya jadi aku hanya mengambil Tshirt biru dengan gambar Felix dan Celana bahan berwarna hitam.
Sebelum turun kebawah, Aku membereskan kasurku terlebih dahulu dan menghubungkan laptop ku dengan charger serta membuka 3 buah jendela kamarku agar membiarkan udara masuk ke kamarku. Aku memang biasa membereskan semua sisi kamarku sendiri, hanya Mba Ika selalu rutin membersihkan debu di kamarku, khawatir asmaku bisa saja kambuh karena itu.
Setelah itu aku turun ke bawah sambil membawa keranjang baju kotor dan handphone ku kemudian setelah memberikan keranjang itu kepada Mba Ika, Aku membuat sarapan pagi ku yaitu bubur bayi yang kali ini rasa beras merah.
suasana rumahku lumayan sepi hari ini. Mama pasti sibuk mengurusi tanamannya ditaman. Papa mungkin sedang di teras membaca koran dengan kopinya. Jhony? tidak usah ditanya, dia tergeletak mengenaskan diruang Tv depan kamar kita. Tadi kulihat betapa berantakannya tempat itu dengan kulit kacang dan bungkus bekas aneka snack pasti dia habis begadang hanya untuk bermain game.
Aku saat ini sedang menikmati sarapan ku sambil chatting dengan Okta, bertukar pertanyaan standar khas pasangan kekasih.
Tiba-tiba Mama datang dan mengambil gelas
"Sejak kapan kamu suka bunga Man?" tanyanya membuatku heran
"Suka bunga? siapa? enggak suka tuh Arman" kataku bingung
"Loh? itu kamu pake beli bunga kusuma segala di taman, Mama baru liat loh" sahutnya, membuatku berpikir dan menemukan asal usul bagaimana-bunga-kusuma-bisa-ada-ditaman-rumahku
"Oh, Waktu itu temennya Mas Arman yang bawa bu. katanya Mas Arman yang minta" tiba-tiba Mba Ika datang sambil berkata begitu yang membuatku tersedak bubur bayi
"Iya kan Mas?" sambung Mba Ika
"Oh iya udah dibawain ternyata hehe" kataku terdengar pilon
"Oh temen yang mana Man? Cewek?" tanya Mama penasaran. dan jangan suruh aku menjawab pertanyaan ini karena juru bicaraku akan menjawab
"Cowok bu..yang suka jemput bareng kesekolah itu loh bu"
Benarkan tiba-tiba Mba Ika langsung menjawab layaknya juru bicaraku
"Oh yang itu. Tapi mama belum pernah liat tuh. Ajak main dong disini jangan diluar mulu. Eh tapi bilangin ya makasih buat bunganya" kata Mama setelah itu ngeloyor pergi membawa gelasnya yang penuh terisi sirup.
Sesaat kemudian aku lanhsung mengetikkan pesan ke Okta
"Kata mama makasih ya bunganya. kok bisa sih? kapan ngasihnya? masa Mba Ika tau tapi aku enggak"
Tak perlu waktu lama Okta langsung membalas pesan ku
"Hahaha akhirnya dilihat juga ya bunganya hahaha. udah lama kok kan kejutan biar kamu inget Okta Kusuma terus haha" balasan dari Okta tentu saja membuatku senang, dia memang orang yang penuh kejutan rupanya.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Minggu lalu aku mendapatkan nilai yang buruk di pelajaran fisika, kimia, dan matematika. Minggu lalu adalah pekan ulangan harian yang membuat otakku hampir saja meledak. Dalam ketiga pelajaran itu aku hanya mendapat nilai tiga. Tiga. TIGA!
Oh ralat. yang benar adalah Fisika dan Matematika mendapat tiga. Sementara Kimia dua koma tujuh puluh lima. Tak sampai TIGA. Mengenaskan.
Tentu saja hal itu membuat Bu Dina walikelas ku jengkel. pasti Bu Ana guru matematika ku mengadukan data nilai ulangan harian ke walikelas ku. Bahkan Pak Hadi guru fisika ku menyuruhku langsung kawin saja setelah lulus nanti kalau aku hanya bisa mendapatkan nilai TIGA. Ironis.
Perlu diketahui Bu Dina adalah teman dekat Mama. Bahkan setelah aku melakukan Remedial di pelajaran matematika dan lagi-lagi hanya mendapatkan TIGA.
Oh salah. tiga koma lima. hanya bertambah koma lima. Bu Dina memanggilku dan memberikan wejangan keras untukku dan mengancam secara lembut untuk melaporkan nilaiku kepada Mama.
Setelah lama memikirkan nasib sialku di pelajaran eksak membuatku takut. Aku pun teringat kalau besok aku harus remedial Matematika untuk kedua kalinya dan Kimia untuk Remedia pertama. Jangan sampai Mama tau soal ini dari Bu Dina. Bukan tidak mungkin jika itu terjadi aku berpuasa lama alias tidak mendapat uang saku.
Aku pun bangkit dan menuju ke kamar ku. Saat aku ingin membuka pintu kamar, kulihat Jhony sedang memunguti kulit kacang yang berserakan dengan rambut yang seperti singa. Tanpa ku perdulikan aku lanjut masuk ke kamar dan memulai sedikit langkah baru.
Pertama, Yang harus kulakukan adalah membereskan meja belajar ku yang jarang dipakai namun cukup banyak buku yang berserakan disana tanpa pernah aku membacanya. bahkan jika dibandingkan dengan tumpukan koleksi majalah ku di buffet disisi kamar yang tertumpuk rapih. jelas buku sekolahku kalah rapih.
Aku memakai masker karena tidak mau terkena debu dan harus berciuman dengan inhaler lagi. kubereskan tumpukan buku itu dengan memisahkan buku tulis dengan buku paket ku.
Ternyata cukup berat membereskannya terutama bekas kertas ulangan ku yang berserakan keluar dari file yang biasa kugunakan.
Sekitar 1 jam an aku membereskan tumpukan buku-buku itu dan ternyata novel ku pun berserakan menjadi pekerjaan tambahan untukku.
Ok,Kedua. Aku memulai duduk dan mulai membuka buku matematika ku. Aku memang bukan tipe orang yang perduli dengan catatan ku. bahkan baru kusadari buku catatan ku nyaris kosong. Aku membuka buku paket ku dan mengambil beberapa kertas HVS untuk berlatih soal.
10 menit..
30 menit...
60 menit....
75 menit......
Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal sama sekali. Aku menyerah. dalam soal latihan yang ada dibuku ku terdapat 20 soal pilihan ganda dan aku baru menjawab dua soal dari 20 soal. Oh hampir tiga. Aku menyerah saat mendapat soal tentang Integral Parsial. sedari tadi aku sudah membalik buku ku halaman demi halaman namun tetap saja aku tidak kunjung mendapatkan jalan yang benar untuk mendapatkan jawaban dari soal itu.
Sepertinya rambutku sudah kusut karena kugaruk terus menerus.
Aku mencoba membuka halaman bagian Kunci Jawaban hanya untuk mengkoreksi jawaban ku. dan ternyata... terimakasih.. dari dua soal aku bahkan tidak mendapat jawaban yang benar barang satupun. Mengenaskan (lagi).
Aku benar-benar menyerah. Aku menutup buku matematika ku dan langsung menempatkannya dilantai bagaikan mengusirnya.
Ketiga. Aku memutuskan untuk membuka buku Kimia ku dan mulai belatih Kimia.
Aku membuka materi terakhir yang di jelaskan mengenai bilangan redoks. membacanya sebentar dan mulai mengerjakan soal di HVS.
10 menit...
30 menit...
45 menit...
60 menit..
Ah! Aku menyerah! Kulirik jam di meja belajarku. 60 menit saja? bahkan lebih singkat dari matematika.
Sedari tadi aku mencoba menghitung pemyerataraan Berbagai macam larutan dan hanya berhasil mengerjakan 5 soal dari 20 soal. lagi-lagi aku menggaruk kepala ku bahkan kali ini sedikit menjambaknya.
Dengan pesimis aku membuka Kunci Jawaban dan memulai mengoreksinya.
Betapa lemasnya aku ketika mengetahui aku hanya berhasil menjawab satu soal. yang lainnya terbukti meleset jauh.
Aku mendesah dan mengusir buku Kimia ku seperti buku Matematika ku yang terbuang di lantai.
Dua jam lebih memikirkan seluruh rumus dan angka-angka membuat kepalaku berkunang-kunang. Dengan lemas aku menyalakan AC dan membanting tubuhku sendiri ke kasur. kalau dipikir-pikir semua soal itu sama bentuknya seperti ulangan ku yang kemarin. Namun tetap saja buntu di otakku. Tak lama kemudian matakku pun terpejam.
Aku terbangun saat sadar keadaan ku gelap. Kulirik jam disamping kasurku yang menujukkan pukul 18.19
Aku segera bangun dan menyalakan lampu kamarku. dengan keadaan ku yang masih lemas aku mengambil handuk ku dan masuk ke kamar mandi. Aku sangat tidak bisa lama-lama bertahan tanpa mandi.
Setelah mandi aku memakai piama berwarna biru dan bercorak kepala Mickey Mouse. Kartu Favoritku. Kekanak-kanakan memang, Tapi siapa peduli? Lagipula ini piama yang hanya kugunakan malam hari tanpa ada orang yang melihat kecuali keluargaku tentunya.
Dengan tekad penuh, Aku kembali mengambil buku matematika ku yang tergeletak di lantai.
Kucoba membaca penjelasan dalam soal-soal itu dan memperhatikan komponen rumus dan cara kerjanya. dengan kepercayaan penuh aku mulai melanjutkan mengerjakan soal latihan dari buku yang lain. namun tetap saja itu membuat kepalaku berdenyut karena kebingungan.
Aku baru saja akan mulai menulis nomer selanjutnya saat Jhony dengan sekali gerakan membuka pintu kamar ku.
Aku tersentak kaget dan berhasil menyikut file yang berisi ulangan ku dari meja belajar sukses berserakan dilantai. Seolah belum cukup Jhony melirik salah satu kertas ulanganku
"Apaan tuh tiga?" tanyanya
"Kepo lo!" jawabku sinis dan langsung berlutut membereskan kertas yang berserakan. Sial.
"Ngapain sih lo masuk kamar gue? ketok dulu bisa gak?" semburan kemarahan ku pun mengenainya
"Yeee sewot amat. kayak lo pernah ngetok pintu aja" katanya,membela diri.
"Ah terserahlah! Buruan bilang ada apa? atau lo keluar sekarang juga! "
"Ada temen lo tuh dibawah" katanya sambil geloyor pergi keluar kamar ku
"Siapa eh?" tanyaku bingung
"Mana gue tau" katanya acuh dan melanjutkan game Playstation nya.
Aku berpikir keras. siapa yang menjadi tamu ku pukul 19.11 ? mengatas namakan teman ku? Dengan sebal aku keluar kamar dan melirik sinis sebentar ke Jhony yang sedang berkonsentrasi merebut bola dalam game.
Aku menuruni tangga dan segera menuju ke ruang tamu, dan betapa terkejutnya aku saat melihat Okta berdiri membelakangiku dan segera memutar tubuhnya saat merasakan kehadiranku.
"Loh kok kamu pake piama?" tanyanya bingung
"Loh kamu ngapain kesini malem-malem? " tanyaku tak kalah bingungnya ketika melihat Okta berdiri memakai jaket levis dengan kaos merah didalamnya dan celana jeans ditemani sneakers. Ini membuatku tambah bingung.
"Loh, kamu gak baca sms aku? Aku kan ngajak kamu jalan malam ini" katanya yang langsung membuat ku melongo
"Astaga...Aku gak megang handphone dari tadi siang ta" kataku akhirnya. Okta melirik jam tangannya
"gak ada waktu lagi. Ayo kita berangkat" katanya cepat sambil menarik tangan ku dan menutup pintu rumahku.
"Tapi...tapi...Ta..Aku ma--"
"Udah kamu pasti suka kok tempatnya" katanya memotong kalimatku yang sama sekali tidak membuatku senang.
Aku tadi ingin bilang kalau aku harus belajar matematika dan kimia tapi Okta keburu menyeretku sampai motornya dan memberikan helm kepadaku sambil menyalakan mesin motornya.
Dan disinilah aku. Diatas motornya ditengah keramaian kota Depok dimalam hari. Aku merasakan dingin yang menusuk walaupun aku memakai piama panjang.
Aku memeluk tubuhku sendiri dan akhirnya sampailah pada sebuah Cafe yang lumayan besar dan cukup ramai pada malam itu. Aku turun dari motornya dan melepaskan helm ku
"Okta kita mau ngapain?" tanyaku
"Ya makan dong sayang. kebetulan aku kenal owner Cafe ini temannya teman ku di Bandung" katanya sambil tersenyum.
"Tapi aku pake piama ini?" kataku sambil menundukkan kepalaku melihat diriku sendiri dengan Piama Mickey Mouse dan sendal Crocs biruku. Sangat tidak cocok untuk menjadi gandengan dari cowok sekeren Okta ke Cafe menengah keatas dengan pakaian seperti ini.
"Gapapa sayang.. Kamu masih gemesin kok hehehe" ujarnya sambil tersenyum meyakinkan ku.
Aku mengikuti langkah Okta dan diperkenankan dengan temannya yang bernama Yuda dan memperkenalkan aku sebagai adiknya. Aku tak percaya mendengarnya
"Hem...adek lo apa gebetan lo? hahaha" ujar Yuda yang kuperkirakan berumur 20 tahun.
Okta hanya membalas dengan tertawa dan merangkulku menuju sebuah meja yang sudah tersedia makanannya tentu bersama minumnya.
Akhirnya Aku dan Okta pun makan malam. sebenarnya aku merasa kedinginan disela-sela makanku.
Dari obrolan yang kudapat dari Okta ternyata Okta pernah menjadi penyanyi Cafe di Bandung yang membuatku kagum.
Setelah kita selesai makan tiba-tiba Okta berjalan kearah podium kecil dipojok Cafe ini yang akhirnya dia memegang gitar itu dan mulai menyanyikan lagu By My Side.
Lagu yang menjadi favorit ku belakangan ini.
Saat mendengarkan suaranya yang membuatku tersanjung.
Tiba-tiba seseorang memegang bahuku dan berbisik pelan "Jaga Okta ya. Longlast" yang ternyata berasal dari Yuda dan segera mengacungkan jempol diwajah ku dan meninggalkan ku begitu saja.
Setelah selesai bernyanyi, Aku melirik jam di Cafe ini yang ternyata sudah menunjukkan pukul 21.30
"Kenapa? kamu mau pulang?" tanyanya dan melihatku yang berusaha menahan dinginnya malam.
"Kamu kedinginan? pucet banget" katanya sambil memegang daguku dan dengan sekali gerakan Okta membuka jaketnya dan memberikan kepada ku yang kutolak
"Kenapa? bau ya? " tanyanya dan aku pun menggeleng cepat
"Enggak..kamu ntar kedinginan cuma pake kaos gitu" kataku akhirnya.
"Yaampun..aku udah biasa kali di Bandung lebih dingin. udah pake aja" ujarnya sambil memakaikan jaket itu kembali ke tubuh mungil ku.
Setelah selesai dengan helm ku aku naik keatas motor Okta dan mulai berjalan mengarungi jalanan malam dengan udara dingin. Aku merasa kantuk yang sangat berat dan juga merasa iba pada Okta yang melawan angin tanpa jaket.
Akhirnya tanpa banyak berpikir aku memeluknya dengan erat dan bersandar di punggungnya. Semoga ini bisa membantu menghangatkannya.
Ini adalah hari yang unik untukku bersamanya. Aku menghirup wangi tubuhnya dalam-dalam.
Dan akhirnya mataku terpejam...
Namun suaranya saat menyanyi terus terngiang di telingaku.
Mungkinkah aku sudah bermimpi?
Now Playing : Maudy Ayunda ft. David Choi - By My Side
"...I just wanna hug you
i just wanna kiss you
i just wanna love you..
I never let you go...
Right here...by my side.."
minggu2 ini lagi pekan ulangan harian jadi aku cuma punya sedikit waktu buat nulis lanjutannya.. inspirasi pun sering mogok galau pula moodnya
tapi malam ini aakhirnya aku kembali!!
selamat menikmati gays..
kritik dan saran ditunggu ya
@Abyan_AlAbqari
@callme_DIAZ
@kutu22
@Dltyadrew2
@Monic
@0003xing
@Beepe
@Bintang96
@Rikky_kun
@Dimz
@Snowii_
@Gabriel_Valiant
@indoG
@n0e_n0et
@Cheesydark
@Venussalacca
@jokerz
@bponkh
@laikha
@foursquare
@Ian_McLaughlin
@alexwhite
@Archiez
@dionville
@mahardhyka
@sandy .buruan
@DiFer
@obay
@egalite
@Jhoshan26
@adinu
@tyo_ary
@ananda1
@adilope
@dannyfilipe1
@exxe87
@cassieput
@bi_men
@lintang1381
@aldi_arif
@hikaru
@harya_kei
@YuuReichi
@Tsu_no_YanYan
@No_07021997
@yubdi
@wisas
@bladex
@tohartoharto
@cmedcmed
@CoffeePrince
@wandi_aja
@faradika
@adre_patiatama
@hwankyung69
@Adam08
@haikal24
@bebong
@DM_0607
@raka_okta
@arifinselalusial
@sky_borriello
@tamagokill
@Rizal_M2
@angelofgay
@pokemon
@FauziNIC
@lasiafti
@Éline
@MikeAurellio
@anjinganjing
@DanniBoy
@mamomento
@kimo_chie
@Sefares
@Rez1
@newsista
@Kim_Kei
@the_angel_of_hell
@rafky_is_aldo
@alexrico
@kimsyhenjuren
@rickyAza
@rizky_27
@Ervfan55
@marvinglory
@Flowerboy
@emoniac
@Taylorheaven
@Onew
@Anju_V
@VBear
@kangmas1986
@FISE
@mikaelkananta_cakep
@arwin_syamsul
@caetsith
@davey88
@vasto_cielo
@GeryYaoibot95
@voldemmort1
@galihsetya14
@abiDoANk
@trinity93
@farizpratama7
@OlliE
@nand4s1m4
@rarasipau
@NielSantoso
@Yongjin1106
@tsu_gieh
@esadewantara88
@Putra_17
@diditwahyudicom1
@ikmal_lapasila
@kikyo
@MErlankga
@ElninoS
@edwardlaura
@putra_ajah
@arieat
@Ariel_Akilina
@rey_drew9090
@ddonid
@joeb
@elul
@andra99
@TigerGirlz
@irfan295_
@pria_apa_adanya
@balaka
@kevinlord7
@Chachan
@_newbie
@raffi_harahap
@deph46
@ichafujo97
@Lonely_Guy
@abang_jati
@zephyros
@chandisch
@tialawliet
@blackshappire
@Adra_84
@Tamma
@icha_fujo
@Key_Zha
@boy_filippo
@hantuusil
@diyuna
@yuzz
@pyolipops
@AvoCadoBoy
@aldyliem
@Arjuna_Lubis
@yooner5
@ryanjombang
@Irfandi_rahman
@RezaYusuf
@i_am
@diandasaputra
@khaW
@Zazu_faghag
@pradithya69
@san1204
@bapriliano
@Ranmaru
@Anggoro007
@3ll0
@Remiel
@Fae91
@gege_panda17
@d_cetya
@zevanthaikal
@tarry
@unknowname
@adjie_
@keanu_
@bell
@lulu_75
@3ll0 @abiDoANk @jacksmile @tsunami
@Aghi @caetsith @TigerGirlz