It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
oh iya, kyaknya judulnya yg pas pengalaman deh daripada petualang, atau emang petualangannya blum dimlai
@elul
@latio
@zhar12
@boybrownis
@chasper
@angelsdemons
@yansah678
@edogawa_lupin
@ajatarman
@admmx01
@d_cetya
@fends
@alfa_centaury
@arifinselalusial
@ularuskasarius
@aw_90
@zigzag_screen
@akbarsyailendra
@pascalia
@adityaa_okk
@autoredoks
@luky
@trace_tri
@imednasty
@wiliam_sujiono
@cibro
@mrpuaskowe
@diditwahyudicom1
@idans_true
@3ll0
@tonosukapeler
@matamu
@burunghantu
@brendy
@alonso96
@wooyoung
@dole_dole
@sinjai
@san1204
@anamkenshu
@firkhafie
@latio
@khievelhk
@soni_saja
@arieat
@leviostrom
@egosantosa
@half_blood
@touch
@mustaja84465148
@dewa_ariez17
@andy_nugraha
@ckidung
@dafazartin
@rakayofn
@edryedrya
@hiruma
Apakah aku harus mengikuti naluriku sebagai penyuka sesama jenis..
Atau aku harus membuangnya jauh jauh karena ini menentang norma dan agama yang aku anut selama ini.
Ya ALLAH..
Ku harap ini hanya sebuah ujian yang kau berikan kepada hambamu..
Dan jika ini ujian bagiku, aku berharap aku bisa lulus dengan nilai yang baik sesuai batas kemampuanku.
Aku bertekad dalam hati, aku harus hidup normal seperti laki-laki pada umumnya yang mencintai lawan jenis bukan sebaliknya. Kalau perasaan ini terus ku ikuti dan ku lanjutkan akan menjadi manusia seperti apa ke depannya. Ku takut hukuman dari tuhan yang sudah ia berikan kepada kaum nabi luth, dan yang paling ku takutkan adalah aku bisa membuat kecewa keluargaku.
Aku begitu ingat pesan dari ayah dan ibu bahwa aku harus menjadi anak yang membanggakan bagi mereka. Dimana letak membanggakannya kalau mereka tahu bahwa anaknya mempunyai orientasi sex yang menyimpang. Bagaimana mungkin aku bisa menuruti keinginan ayah dan ibu kalau jalan hidupku saja bertentangan dengan agama.
Oh Tuhan begitu berat ujian yang kau berikan kepadaku..
Aku teringat kembali dengan pacarku di SMP dulu. Gadis itu bernama PUTRI. Dia sangat perhatian dan selalu mendukungku di setiap waktu. Ku ambil benda pemberian putri dari dalam tas, benda ini dia berikan di hari perpisahan kami sewaktu meninggalkan rumah untuk menuju pondok. Benda itu berupa foto yang di kasih figura saat acara perpisahan di SMP dulu. Dalam foto itu tampak Putri tersenyum manis sambil mencium pipi kiriku dengan mesra.
Aku tak kuasa menahan perih yang menjalar di tubuhku. Air mata ini jatuh kembali tanpa bisa ku tahan. Hatiku sakit, kelu mengingat kejadian waktu itu. Haruskah aku mempertahankan hubungan ini walau hanya beralaskan rasa sayang. Bagaimana bila putri sampai mengetahui aku tidak mencintainya. Apakah aku sanggup melepas putri bila hal itu terjadi.
Dalam sedihku ku tetap yakin bahwa ini hanya sekedar ujian dari Tuhan dan aku di tuntut untuk menyelesaikan dengan nilai yang sempurna.
"Busyeet masih nangis aja lo" ucap widi masuk kamar kembali.
"Wid gua mohon tinggalin gua, gua pengen sendiri." Jawabku.
"Jangan gitu dong, gua peduli sama lo dani" ujar widi.
"Tapi gua sedang kalut, gua gak pengen becanda dulu." Ucapku.
"Hmmmmm.. Gua punya cerita buat lo, mudah-mudahan ini bisa membuat lo jadi lebih tegar" balas widi.
"Cerita apa..??" Tanyaku.
"Lo tau apa alasan gua di kirim ke pesantren sama kedua orangtua gua..??" Tanya widi.
"Kok malah nanya wid" balasku agak malas.
"Jadi gini ceritanya.. Gua adalah anak satu-satunya di keluarga gua. Ayah adalah seorang guru agama di SMP dulu. Tak enak rasanya memiliki ayah seorang guru dan mengajar di sekolah yang sama. Banyak teman teman yang bilang gua anak emas lah,pilih kasih lah dan segala macam tapi gua tak mau hiraukan omongan mereka" Ujar widi.
Widi berhenti sebentar sambil menarik nafas dan melanjutkan ceritanya kembali.
"Apalagi gua memiliki sifat yang lo tau sendiri lah, gua bisa di bilang feminim bila di banding cowok yang lain. Banyak yang menghina dan berusaha menjatuhkan harga diri gua dan membawa nama ayah" ucap widi.
" BENCONG adalah kata yang paling sering gua dengar dari ejekan mereka, awalnya gua tak terima dan ingin melawan mereka apalagi omongan mereka selalu menghubungkan dengan status gua sebagai anak guru agama, secara tidak langsung mereka ikut menghina ayah" ujar widi agak berat menceritakan.
"Tapi akhirnya gua sadar dengan keadaan diri sendiri, mereka bukan menghina tapi mengatakan yang sebenarnya tentang gua. Mereka memang pantas mengucapkan kata seperti itu karena itulah kenyataan yang ada" ucap widi meneruskan.
"Dari situlah gua mulai membangun kepercayaan diri dan terus menjalankan hidup ini, gua gak malu lagi dengan ocehan mereka bahkan gua bangga dengan keadaan diri gua saat ini" widi berkata dengan mata penuh semangat.
"Tapi yang lebih aneh lagi bukan hanya sifat gua saja yang lebih condong kepada sisi kewanitaan, hati dan perasaan gua pun ikut terbawa akan hal itu. Gua merasa seorang cewek yang berada di tubuh cowok" tambah widi.
"Gua tak mau munafik lagi, gua memiliki perasaan yang sama seperti elo dani, gua mencintai dan menyayangi seorang cowok teman sekelas di SMP dulu, gua seorang gay" lanjutnya.
Aku sedikit kaget mendengar penuturan widi seperti itu. Widi tanpa ragu mengatakan bahwa dirinya seorang GAY dan aku sangat salut dengan keberaniannya membuka jati dirinya.
Aku tak sanggup berkata apa-apa hanya mampu mendengarkan widi melanjutkan ceritanya.
"Gua masih ingat kejadian hari itu, dimana gua sudah gak tahan lagi untuk tidak mengungkapkan perasaan sama cowok itu, gua putuskan untuk menyatakan cinta padanya. Tapi elo tahu apa yang terjadi selanjutnya..???" Widi bertutur sambil bertanya padaku.
"Apa wid..???" Tanyaku penasaran.
"Cowok itu menghajar muka gua, berkali kali dia memukul wajah ini tanpa ampun dan tak menghiraukan jeritan rasa sakit yang gua rasakan saat itu, karena mungkin saking bencinya cowok itu sama gua setelah puas menghajar pun dia masih sempat meludahi muka gua dan bilang jangan pernah coba mendekatinya bahkan melihat wajah gua saja dia tidak mau." mata widi tampak berkaca-kaca menceritakan hal itu.
Aku pun merasa iba dan tak menyangka widi mengalami hal yang sejahat itu.
"Tidak sampai disitu saja dani, cowok itu mengadu pada ayah tentang semua itu" ujar widi berhenti sambil menyeka air mata yang hampir jatuh.
"Terus tanggapan orang tua lo gimana wid..???" Tanyaku.
"Huuuuuuuuft, berat gua mengatakannya. Orang tua mana yang tak kecewa dan marah mengetahui anaknya menyimpang apalagi ayah gua seorang guru agama. Gua di marahi, gua di bentak bahkan ayah sempat memukul badan gua menggunakan sebilah bambu. Sakit sekali apa yang gua alami saat itu terlebih lagi hati ini. Rasanya seperti di iris sebuah pisau kemudian di potong-poting menjadi irisan kecil" tambah widi.
Widi tak sanggup lagi membayangkan kejadian itu. Dia menangis dan menyandarkan kepalanya di bahuku.
"Itulah alasan kenapa ayah mengirim gua ke pondok ini. Beliau berharap gua bisa kembali menjadi lelaki yang sewajarnya. Beliau menitipkan gua supaya di arahkan menjadi seperti yang di harapknya dan berharap gua bisa mempelajari kehidupan seorang pria sejati karena santri disini lelaki semua" ucap widi tersedu-sedu.
"Terus lo mau mengikuti seperti yang di inginkan ayah elo..???" tanya gua.
"Gua udah mencoba tapi gua gak bisa, dan gua gak mau memaksakan apa yang tidak gua inginkan. Gua yakin tetap bisa bikin ayah bangga dengan keadaan gua seperti ini" ucap widi lagi.
"Gua ikut sedih mendengarnya" ucapku sambil mengelus kepala widi.
"Makanya dani, hidup itu elo yang menjalani, semua keputusan elo yang ambil dan gak perlu di buat susah, semoga elo dapat mengambil hikmah dari pengalaman hidup gua" ucap widi lirih.
"Iya makasih wid, tapi lo gak takut dengan hukuman dari Tuhan atas keputusan itu" tanyaku.
"Awalnya gua merasa kotor dan takut sekali, tapi sekarang gua gak takut lagi karena gua di hukum sama Tuhan gak sendirian, ada elo yang menemani.. SEMANGAT" ucap widi sambil tersenyum dan mengepalkan tangannya ke atas.
"Idih, apaan gua bukan gay tapi gua masih ragu, elo aja sendiri yang di hukum" ujarku agak ketus.
"Udah gak usah banyak alasan, sekali bencong tetap bencong" jawab widi sambil menjambak rambutku.
"Sembarangan, gak ah gua bukan bencong, gua lelaki tangguh" timpalku sambil membalas jambakan widi.
"Bencong" ujar widi.
"Engga" balasku.
"Bencong" timpal widi..
"Engga" balasku.
Kami berdua terus saling serang beradu mulut...
Saling menjambak..
Saling menarik rambut..
Dan tak mau ada yang mengalah..
setelah saya cek, tenyata kamu salah ngetik lo,, nama saya @leviostorm , bukan @leviostrom..
Gw suka bacaannya, ringan, tapi memang sedikit labil. Di awal pake gua-elo, sekarang aku-kamu. Tapi gapapa, inti ceritanya tetep seru... good job @hamdani_nanang
kalo sudah kaitannya dengan agama pasti salah.. susah dah