It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
;;)
@elul
@latio
@zhar12
@boybbrownis
@chasper
@angelsdemons
@yansah678
@edogawa_lupin
@ajatarman
@admmx01
@d_cetya
@fends
@alfa_centaury
@arifinselalusial
@ularuskasarius
@aw_90
@zigzag_screen
@akbarsyailendra
@pascalia
@adityaa_okk
@autoredoks
@luky
@trace_tri
@imednasty
@wiliam_sujiono
@cibro
@mrpuaskowe
@diditwahyudicom1
@idans_true
@3ll0
@tonosukapeler
@matamu
@burunghantu
@brendy
@alonso96
@wooyoung
@dole_dole
@sinjai
@san1204
@anamkenshu
@firkhafie
@latio
@khievelhk
@soni_saja
@arieat
@leviostrom
@egosantosa
@half_blood
@touch
@mustaja84465148
@dewa_aries17
@andy_nugraha
@ckidung
@dafazartin
@rakayofn
@edryedrya
@hiruma
Sorry baru update.. Untuk chapter 4 lagi d bikin..
Kepada siapakah aku harus berbagi..???
Atau semua ini harus ku pendam sendiri.
Ya ALLAH hanya kepadamulah tempatku mengadu..
Hanya engkaulah tambatan hatiku di kala ku sedang gundah..
Dan hanya engkaulah pengobat risauku..
Itulah sebait doa yang terus ku panjatkan di setiap dzikirku. Ku berharap ALLAH akan memberi jawaban atas rasa gundahku selama ini.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, tak terasa kini sudah satu bulan ku berada di pondok pesantren. Ku lewati hari hari di sini dengan penuh canda dan tawa. Tali persaudaraan dengan santri lain di pondok kini telah terjalin lebih luas. Hampir semua santri di pondok telah ku kenal.
Tapi di balik senyum dan tawa ini, ku sembunyikan suatu rahasia yang belum bisa ku pahami. Setiap selesai sholat selalu ku curahkan semua pertanyan ini, tapi belum juga ku temukan jawaban yang ku harapkan.
Semua pikiran ini membuat diriku menjadi penyendiri. Aku malu, aku takut kalau semua orang mengetahui kejanggalan ini.
Semakin lama pikiran kacau ini tak bisa ku pendam sendiri, tampaknya aku butuh teman untuk mencurahkan isi hati ini.
Sore itu setelah sholat ashar ku putuskan ke kamar saja untuk melepas segala pikiran yang semerawut ini. Ku sandarkan kepala ke tembok dengan pikiran melayang jauh entah kemana.
"Dani, kok melamun terus" tanya widi yang tiba tiba masuk kamar.
"Ah lo, kebiasaan bikin kaget orang aja" balasku agak gusar.
"Gua heran akhir akhir ini kok lo banyak melamun, ada apa cin..???" Tanya widi sambil duduk di dekatku.
"Gua lagi banyak masalah wid" balasku.
"Masalah apa..??? Cerita aja ke gua, siapa tau bisa meringankan beban di pundak lo" ujar widi.
"Gua bingung wid, gua gak tau apa yang terjadi sama gua" jawabku.
"Ngapain bingung disini masih ada gua, kita ini sesama muslim masih bersaudara dan elo sudah gua anggap kayak keluarga" ucap widi meyakinkan.
Bener juga apa kata widi, tak ada salahnya kalau aku menceritakan semua pikiran ini. Di saat aku jauh dari rumah hanya santri di pondok inilah yang aku punya, dan widi adalah teman sekamarku.
Pikiranku juga kembali melayang mengingat ucapan kak pian waktu memberikan hukuman membersihkan bak penampungan. Dia bilang semua hal kalau di selesaikan bersama sama akan menjadi lebih ringan. Ah lagi lagi kenapa ingat kak pian.
Aku pun menceritakan semua yang terjadi. Mulai dari perasaan ku terhadap laki-laki, rasa ketertarikan, rasa kagum semuanya ku ceritakan tanpa ada yang terlewati. Widi agak sedikit kaget mendengar penuturanku.
"Apaaa..??? Jadi lo gay" jawab widi setengah teriak sambil menjauh dari sampingku.
"Wid dengar dulu jangan teriak teriak, gua masih bingung, gua juga gak yakin kalo gua begitu" jawabku gelagapan menjelaskan.
"Iiiiiiiih gua takut ah sekamar sama lo, nanti gua di apa-apain" jawab widi sambil masuk ke selimut kasurnya.
"Wid denger dulu, wid.." Tak bisa ku teruskan kata kataku.
Aduh bego sekali pikirku, kenapa aku harus berani menceritakan ini. Kenapa aku terpancing sikap baiknya widi. Aku terpukul sekali mengetahui reaksi widi seperti itu. Aku menyesal sekali, tak bisa ku tahan lagi air mata ini jatuh karena menahan malu. Aku takut widi menceritakan masalah ini kepada semua orang. Aku menangis sambil menutup kepala ini dengan kedua belah tangan.
"Heh jangan nangis" ucap widi sambil memegang kepalaku.
Rupanya widi kembali mendekat ke arahku karena merasa iba dengan tangisku.
"Gua takut dosa wid, gua takut kalau ternyata gua benar jadi gay" balasku sambil terus menangis.
"Udah jangan menangis berisik tau" jawab widi sambil mengelus kepalaku.
"Gua malu wid, gua gak mau jadi gay" ucapku sambil terus menangis.
"Berisik dani" bentak widi.
"Lo tau Gay itu di benci sama ALLAH, denger nih dulu aja kaum nabi luth di bumi hanguskan tanpa belas kasihan... RASAKAN lo dani" ucap widi tegas sekali.
"Kok elo jadi nyumpahin gua, bukannya kasih semangat buat gua" jawabku sambil terisak.
"Ya elo nangis terus mending sekalian aja di bumi hanguskan, berisik banget udah gay cengeng lagi" jawab widi agak kesal.
"Gua bukan gay wid, gua masih ragu dengan semua perasaan ini" jawabku.
"Kalo gak mau di bilang gay berhenti nangisnya" ucap widi sambil menjitak kepalaku.
Sontak aku mencoba menghentikan tangisku karena takut dan gak mau di bilang gay.
"Nah begitu baru cowok, jadi cowok harus kuat jangan lembek kaya tisue basah" ucap widi gusar.
"Lo tuh yang lembek kaya empe empe" jawabku membalikan omongan widi, yang memang lebih lembek dariku.
"Enak aja lihat nih otot gua" jawab widi sambil menunjukkan otot tangannya.
Aku tersenyum geli melihatnya, tingkah widi sama sekali tidak membuat dirinya kelihatan macho malah membuat semakin feminim. Tangannya di perlihatkan supaya ototnya menonjol tapi jari tangannya tetap kelihatan keriting.
"Ah tetap aja lembek" ucapku sambil tertawa.
"Lembek juga tapi gua bukan gay" ejeknya sambil menjulurkan lidahnya.
Aku kembali terdiam mendengar ucapan itu, rasa sedihku kembali terasa di hati. Aku kembali menangis karena tak kuasa menahan sakit yang terasa di hati. Bahkan terdengar sesegukan karena saking perih terasa di hati.
"Anjrit nangis lagi, berisik dani" ucap widi sewot.
Aku tak menghiraukan omongan widi karena kesal dengan kata-katanya. Ku teruskan tangisku bahkan lebih kencang daripada yang tadi.
Ku melihat ke arah widi, dia bangit dan duduk bersimpuh di kasurnya, kedua tangannya di angkat ke atas sambil berkata seperti layaknya orang berdoa.
"Ya ALLAH, disini ada seorang gay sedang menangis berisik sekali, tolong segera binasakan saja karena mengganggu sekali.. Amiinn" doa widi lantang sekali.
"Kampret lo wid" ucapku mendengar itu sambil melempar bantal ke muka widi.
Widi tertawa cekikikan sambil berlari keluar kamar....