It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Balesan kata2mu seperti seorang ibu aku jadi kangen nih hhaha
Ohiya pas liat fotonya mbok aku kangen banget masakan indo hahaha titip 10 bungkus ya mbok tolong kirimin pake DHL hahaha *pelukmbok* :-*
@khieveihk ingkang gadah lapak tasih mudik teng merapi
Pundi sambungane? Mbok nggih enggal diterasaken criyosipun mbok e, kula ngrantos sambungane lo, mpun nanggung2 menawi nyerat ngaten niki ugi ditamataken ngantos mantun sedaya.
Nopo taksih katah pendamelan toh? Nopo taksih ewuh sadean pecel?
Menawi sampun wonten sambunganipun kula nyuwun diaturi mention nggih mbok
Matur nuwun sanget sakderenge
Maaf yo den.. simbok baru melanjutkan ceritanya setelah sekian lamanya. Hehehe..
*flashback*
"Wan.. Mampir leren sek, aku kesel je."
"Halah guhh.. Tinggal sebentar lagi sampai rumah lho. Tumben kamu kecapekan kek gitu?"
"Iyo.. Aku mau esuk durung sarapan, siang aku juga tidak makan. Aku haus. Bawa air minum tidak?"
"Aku bawa kok. Yo wis.. Kita berhenti dulu aja deh. Takutnya kalau kamu pingsan, ntar aku yang repot ngurusi kamu.. Hahahaha.."
Kami berdua menepi dan memarkirkan sepeda kayuh yang kami gunakan di bawah pohon beringin yang lumayan rindang. Aku mengeluarkan botol aqua yang berisi tinggal separoh. Kulempar ke arah Teguh dan ditangkapnya dengan kedua tangannya, langsung dibuka dan diminum air yang ada didalamnya. Sepertinya dia memang benar-benar kehausan, air yang ada didalam botol ludes dengan sekali minum.
"Ahh.. Seger wan. Nyoh kontole.. Aku emoh".
"Apa kamu bilang? Kontol? Njijiki Guh."
"Eh kleru. Maksudku botol Wann.. Hehehe..."
"Hih.. Lambemu ki lho.."
"Sorry.. Namanya juga lagi capek dan kurang fokus. Wajar to kalau salah ucap? Iyo po oraa? Hahaha.."
"Sak karepmuu..luwehh.. Terserahh!!"
"Hahahaha..."
Teguh cuma tertawa menanggapi kelakuanku yang kadang sedikit kekanak-kanakan. Saat aku memandang ditengah hamparan sawah yang ditanami padi, Ku melihat ada gubuk ditengah-tengah pematang sawah. Ah.. Duduk disana sambil ngobrol berdua sepertinya asyik deh. Lagian matahari masih sangat terik. Dirumah tidak ada kerjaan.
"Guh guh.. Ke gubuk itu yuk!! Kita duduk2 dan ngobrol disana."
"Ada orangnya ga? Ntar tiwas kesana jebule dipakai istirahat."
"Kelihatannya tidak ada Guh. Wong sepi kek gini. Coba kamu lihat sekeliling sini, tidak ada sepeda maupun sepeda motor yang terparkir kan?"
Dia melihat dengan seksama kondisi disekitar kami. Dan memang tidak ada satupun yang terparkir.
"Iyo wan.. Sepi. Yo wis.. Mati kita kesana.. Lumayan Wan.. Itung2 piknik gratisan."
"Hahaha.. Iyo guh."
Berdua kami menyusuri pematang sawah yang lumayan rata. Hampir mirip jalan setapak, hanya saja tanahnya agak gembur dengan ditumbuhi rerumputan yang lumayan banyak. Dia berjalan didepanku, sedangkan aku mengikutinya dari belakang. Ntah kenapa hatiku merasa tenang dan nyaman tiap jalan bareng dengan Teguh. Bahkan lebih. Apakah ini Cinta? Apakah hanya sekedar rasa sayang? Kira-kira apakah Teguh merasakan seperti apa yang aku rasakan? Hmm.. Ntah lah. Yang penting sekarang aku bisa ada disamping Teguh.
"Ahh.. Disini silir yo Wan. Adem."
"Iyoo..."
"Sini duduk sebelahku. Badanku pegel kabeh je Wan. Gara-gara tadi olah raga lari mengitari lapangan bola. Guru olahragane nyebahi tenan kok."
"Halah halah.. Kamunya aja yang pemalas Guh. Nyatane aku biasa-biasa wae."
"Kan aku tadi belum sarapan, jadinya badan lemes."
"Alesan wae... Salah sendiri kenapa kamu ga sarapan."
"Kan kesiangan, kalau sarapan telat."
"Salah sendiri tidur lewat tengah malam. Lagian ngapain juga to tidur sampai larut malam? Padahal kan tadi malam ga ada PR. Kamu nonton film porno terus coli ya?"
"Hehehehe... Yo wajar lahh. Namanya juga laki-laki. Kamu juga begitu kan?"
"Hmmm... Ya iya sihh.." jawabku sambil garuk-garuk kepala walaupun kepala tidak gatel.
Tawa lepas langsung meluncur dari mulut kami berdua. Walaupun hanya duduk ngobrol berdua di gubuk tengah sawah, ternyata bisa membuat aku bahagia. Mungkin tidak hanya aku saja. Melainkan kami berdua.
"Wann.. Aku pijeti Wan. Nanti gantian wis. OK?"
"Beneran gantian yo? Awas yen ora gelem gantian. Kamu pasti pulang dalam keadaan kotor bermandikan air sawah."
"Iyo iyoo. Tenang wae lah.. Ora usah khawatir mbek aku. Aku kan selalu ada buat kamuu. Hahahaha.."
Mendengar ucapan Teguh barusan, sepertinya wajahku langsung merah padam. Dan untung saja pas dia berbicara itu posisi wajahnya tidak berhadap-hadapan. Dia sudah tiduran tengkurap disampingku. Hatiku merasa bahagia banget. Ntah itu hanya gurauan belaka atau ungkapan isi hatinya aku tidak terlalu memikirkannya. Yang jelas aku merasa bahagia. Damai. Tenang.
"Cepet Wann.. Malah melamun tuh gimana sih?"
"Eh. Iyo yo.. Bentar to. Lagi melepas sepatu ini."
Buru-buru aku melepas sepatuku dan aku duduk di disebelahnya.
"Guh.. Bajunya besok masih dipakai kan? Kalau ga ada gantinya dicopot wae yo? Daripada ntar kusut dan kotor."
"Ho oh. Seragam OSISku cuma tinggal ini je, yang lainnya belum aku cuci. Bentar."
Dalam waktu yang tak terlalu lama, baju dan kaos dalamnya Teguh telah lepas dari badannya. Terpampanglah badan dia yang setengah telanjang dengan kulit yang coklat dengan sedikit jerawat dipunggungnya. Senang, malu, terangsang. Rasa hati ini tak menentu. Walaupun kami berteman sudah hampir 10 tahun, baru kali ini aku melihat Teguh yang sedang bertelanjang dada. Sexy.
"Wann..,cepett. Kamu ngapain to?"
Panggilan dari Teguh memecah lamunanku yang sejak beberapa saat yang lalu terpesona dengan bentuk punggung dia yang lumayan kokoh.
"Eh. Iyo iyo.. Tadi aku menggaruk punggungku dulu. Sepertinya kena ulat deh,"ucapku beralasan supaya Teguh tidak menaruh curiga kepadaku.
Aku duduk disebelah kanan dia yang sedang bertelungkup. Beralaskan lantai gubuk yang terbuat dari belahan bambu wulung berwarna ungu kehitaman. Menambah kesan teduh dan nyaman saat dipandang. Aku mulai mijit bagian pundak dia dengan kedua tanganku. Tenaga yang kukeluarkan tidaklah terlalu besar, karena aku mau melihat respon dia dulu, pijatanku sudah pas atau kurang keras.
"Wan, agak ditekan dikit lah mijitnya, ojo klemar klemer seperti itu. Ora krasa babar blas."
"Segini?" Aku menambahkan sedikit tenaga.
"Yo wis. Segitu wis cukup."
Ntah ini anugerah atau ujian, aku tidak tahu. Ku akui, ini memang salah. Tapi rasa ini hadir dengan sendirinya, walaupun tidak hadir dengan tiba-tiba. Namun perlahan dan pasti, rasa suka, sayang dan mungkin cinta ini tumbuh seiring dengan kebersamaanku bersama Teguh. Terlebih pas kami mulai menginjak di SMK. Ya. Aku suka Teguh. Aku sayang Teguh. Sayang bukan hanya sekedar teman. Aku menginginkan lebih dari sekedar teman. Aku ingin menjadikan Teguh sebagai pacarku. Tapi apalah daya, aku belum berani mengungkapkannya. Sampai saat ini pun aku belum punya kekuatan dan keberanian untuk mengatakannya. Aku takut. Takut cintaku bertepuk sebelah tangan. Takut apabila dia menjauh dariku dan takut kalau dia akan marah dan merasa jijik padaku.
"Wan.. Kamu mijitnya naik dan duduk aja diatas punggungku, biar posisi mijitmu enak dan lebih terasa."
"Begini aja deh.., aku berat lho Guh."
"Udahh.. Naik aja to."
"Serius?"
"Iya sayangkuuu... Serius pakai Bangettt!!"
"Hihhhh!!!" Aku memijit dia dengan sekuat tenaga. Karena gemes aja sih dia bilang begitu. Ga tau apa ya kalau aku sangat mengharapkan dia selalu ngomong seperti itu. Ngomong serius. Dia mengaduh kesakitan karena pijatanku terlalu keras.
"Arep mateni aku po?"
"Izhh.. Yo ora Guh. Lha salahnya kamu ngomong kek gitu. Mangkel lah aku."
"Hmm.. Mangkel apa seneengg? Hahahahha..."
"Apaan sih? Nyebahi."
Dengan malas-malasan aku naik dan duduk diatas pungung dia sambil mijit punggung ke bawah. Dari atas aku urut kebawah dengan aku berikan sedikit tekanan. Dan itu aku lakukan dengan berulang-ulang.
"Wan, kamu ngaceng ya?"
"Ha?"
"Kamu ngaceng?"
"Eh.. Anu Guh. Anu.. Enggak kok." Aku langsung buru-buru turun dari punggung dia. Dan duduk disebalah dia.
"Duhh.. Kenapa bisa begini sih? Bisa-bisanya aku tidak menyadarinya. Mau ditaruh dimana muka aku."
"Ngaceng yo ra ndak apa-apa Wan. Teringat adegan di film porno ya? Hayooo... Iya kann?"
"Apaain sih Guh. Mbuh ah. Mijitnya diterusin ga nih? Atau malah mau gantian yang mijit?" Aku berusaha mengalihkan topik pembicaraannya.
"Hmm.. Tapi aku kok males yo. Enakan dipijitin daripada mijitin. Hahahahaha... "
Aku membalikkan dia dan aku tarik supaya dia terduduk. Niatku ingin gantian posisi. Aku tiduran dan dia yang duduk memijiti aku. Tapi tenaga yang aku keluarkan ternyata jauh lebih besar daripada usaha dia untuk melawannya. Yang ada aku malah terjengkang ke belakang dan.. Buk. Berat, basah. Tubuh Teguh menindih badanku, dan bibir dia menyentuh bibirku. Aku shock. Mata kami beradu dalam keheningan. Bibir kami menyatu. Kami tetap bertahan dengan posisi ini selama beberapa detik. Tiba-tiba dia mengangkat kepalanya dan melepaskan bibirnya. Tapi dia tetap menindihku. Kami berdua masih terdiam.
"Aku sayang kamu Wan. Aku suka sama kamu. I Love You."
Hati ini makin bergemuruh. Aku merasa kalau ini adalah mimpi. Mimpi manis yang mana aku tidak mau bangun lagi. Kata-kata yang ingin sekali aku dengar ternyata hari ini terucap dari mulut dari orang yang aku sayangi sejak bertahun-tahun. Dia mendekatkan wajahnya kearahku, perlahan tapi pasti. Semakin mendekat, hembusan nafasannya semakin terasa diwajahku dan seakan-akan membiusku sehingga aku diam membeku tak berkutik. Berbicara sepatah kata pun aku tak mampu. Hangat. Nyaman. Damai. Dia menciumku dengan lembut dan sedikit mengisap bibirku.
"Pasar pasar pasar".
Teriakan pak sopir mengagetkanku dan menyadarkan aku dari lamunan. Ternyata angkot yang kami naiki sudah masuk ke terminal angkot yang terletak disebelah pasar Klaten.
"Wann..,ayo buruan turun. Daritadi ibuk perhatikan kerjaanmu kok melamuun wae. Ada apa to cah baguss?"
Aku hanya menjawab pertanyaan ibuku dengan senyuman. Bingung juga mau jawab yang sebenarnya. Mungkin diam adalah emas. Walaupun aku sendiri tau kalau diam tidak dapat menyelesaikan menyelesaikan masalah. Kami berdua turun paling akhir. Belum ada 5 menit kami melangkah menjauhi angkot yang mengantar kami kesini, ada nada dering sms masuk di handphoneku. Segera tanganku kumasukan kedalam saku celana yang kanan. Mataku langsung terbuka lebar. Jantungku berdetak kencang. Karena di layar handphoneku ada tulisan 1 pesan diterima dari Teguh.
*menghayalpengen*
*maap ye mbok
Matur suwun.
Sae mbok, tapi pun dangu dangu, mengke kesupen kaleh cerito sak derenge. *salim sami mboktum*