It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Ishhh.. ibu ganggu orang tidur saja. Ngantuk buk."
Kutarik lagi selimut yang tadinya ditarik ibuku saat membangunkan aku. Tetapi ibuku malah menariknya lagi dan menjauhkannya dari jangkauanku.
"Woalah Wan, jangan bermalas-malasan begitu. Kalau bukan kamu yang nganter, ibu ke pasar sama siapa? Nanti yang membantu bawa belanjaanya siapa? Bapak sama adekmu sudah pergi dari tadi subuh. Ayo, buruan bangun terus mandi. Ibu tunggu di depan."
"Arggh.. iya buk iya. Pagi-pagi dah ribut saja, acaranya kan juga masih nanti sore. Baru juga jam tujuh pagi."
"Jam tujuh pagi gundulmu. Liat dengan benar, jam berapa ini, ha?"
Dengan mata yang belum terbuka sempurna, aku melihat jam dinding yang ada tepat di atas pintu kamarku. Samar-samar aku tidak bisa membedakan antara jarum yang panjang dengan jarum yang pendek, perlahan pandangan mataku berangsur normal dan ternyata sekarang sudah jam sembilan pagi. Aku langsung bangun, kulempar bantal kesayanganku kesamping.
"Hehe. Maaf buk. Aku kira masih jam tujuh, soalnya masih agak gelap."
"Iya Wan. Gelap karena mendung. Ayo segera mandi, nanti takut kehabisan barang belanjaan. Ibu tunggu di depan ya. Mandinya jangan lama-lama."
"Iya buk.. iya."
Aku langsung turun dari tempat tidurku, kuraih handuk yang tergantung di samping pintu dan menuju kamar mandi yang terletak dibelakang rumah, terpisah dari bangunan utama. Harap maklum, namanya juga didesa. Untuk kebutuhan air, keluarga kami mengandalkan sumur yang usianya bahkan lebih tua dari umur bapak, soalnya yang membuat sumur ini adalah simbah buyut, terbayang kan seberapa tuanya sumur itu. Berhubung waktunya sudah mepet, aku tidak bisa berlama-lama dikamar mandi, yang penting sih sudah gosok gigi.
"Wannn, cepet wann."
Kudengar teriakan ibukku dari teras depan.
"Bentar lagi bukk."
Walaupun hanya mandi sebentar, air dingin tadi mampu menyegarkan kembali badanku yang tadinya terasa lemes dan kusut akibat kurang tidur.
Ya. Semalem aku kurang tidur karena aku sibuk memikirkan dan menunggu balasan sms dari seseorang yang semingguan ini sama sekali tidak ada kabar beritanya. Dari pagi, siang sampe malam, aku selalu menunggu balasan dari dia. Tapi nyatanya sampai sekarang tidak ada sms masuk darinya. Capek rasanya kalau begini terus. Tapi ya mau gimana lagi, dia sekarang kerja di Sukoharjo, terpaut jarak yang lumayan jauh dari tempat kelahiranku, Klaten.
Kubuka lemari dan aku memilih kaos merah satu-satunya yang ada dilemariku. Kaos hadiah waktu aku ulang taun yang ke 21. Sebelum mendapatkan hadiah itu, aku sama sekali tidak suka dengan warna merah. Bagiku warna merah itu terlihat sangar dan urakan. Tapi entah kenapa anggapan itu berubah ketika dia memberikan hadiah itu kepadaku.
Aku meraih ponsel yang terletak di atas meja, kecewa begitu aku melihatnya, ternyata tidak ada sms masuk dari dia, langsung saja kumasukkan ponselku ke dalam saku celana jeans berwarna cokelat yang kukenakan. Bergegas aku keluar menghampiri ibu yang sudah menungguku di teras depan rumah.
"Udah buk.. yuk kita berangkat."
"Dikunci dulu pintunya!"
Kami berangkat ke pasar menggunakan angkot, tapi berhubung jarak antara rumahku dengan jalan raya lumayan jauh sekitar satu kilometer, jadi kami harus berjalan kaki dulu, soalnya sepeda motor satu-satunya yang kami punya dipakai bapakku untuk kerja.
"Wan, Teguh kok sudah lama ndak keliatan, dia sekarang dimana?"
Aku sedikit terkejut mendengarnya,tapi aku berusaha menyembunyikan kegusaran hatiku.Tadinya aku berjalan santai mengikuti ibu dari belakang di jalan setapak ini. Kanan dan kiri jalan terdapat hamparan tanaman padi yang baru saja selasai ditanam. Angin semilir membuat bisa sedikit santai. Kemudian sedikit kupercepat langkahku mendekat kearah ibu sehingga aku tepat berjalan disampingnya yang selalau nampak cantik dibalik kesederhanaanya dalam berbusana.
"Dia kan sekarang kerja di Sukoharjo buk, makanya ndak pernah main kesini lagi. Tumben ibu menanyakan kabar dia."
"Ohh, pindah kerja toh. Kok ndak pamit sama ibuk?"
"Lha ibu siapa diaa? Ngapa kok harus pamit ke ibu juga?"
"Ya bukan begitu Wan, Teguh kan hampir tiap minggu main ke rumah kita. Dia temen deket kamu dan ibuk sendiri juga sudah menganggapnya sebagai anak sendiri. Ya wajar kan kalau ibu merasa kehilangan, biasanya ada kok sekarang ndak pernah muncul."
"Mungkin belum sempat buk. Panggilan kerjanya kemarin aja juga mendadak."
Teguh. Teman sekolah sewaktu SMK, ya dia teman sekaligus pacarku. Bagi orang lain, mungkin akan merasa aneh dan jijik kepadaku. Laki-laki kok berpacaran dengan laki-laki. Tapi ya mau bagaimana lagi, pengakuan ini tidak datang secara tiba-tiba, melainkan melalui tahapan-tahapan yang dulu sempat membuatku stres. Stres memikirkan keadaanku yang seperti ini. Mengapa aku lebih menyukai laki-laki daripada seorang perempuan?
Tapi lama-lama aku mencoba untuk menerima keadaan yang seperti itu. Berkat mudahnya akses internet, aku menjadi tau bahwa ternyata aku tidaklah sendirian. Banyak temen-temen diluar sana yang bernasib sepertiku, menyukai sesama laki-laki.
"Terus bagaimana kabar dia Wan?"
Jlebb. Pertanyaan yang dilontarkan ibukku membuatku jadi bad mood lagi. Sebenarnya aku khawatir dengan keadaan dia. Tapi ya mau gimana lagi, semua smsku bahkan tidak pernah dibalasnya. Ketika aku mencoba untuk menelponnya dimalam hari, dia pun juga tidak pernah mengangkatnya. Apakah dia marah denganku? Tapi marah karena apa?
"Entahlah buk.. dah seminggu ini ndak ada kabar darinya."
"Ohh.. jadi kamu akhir-akhir ini banyak melamun gara-gara si Teguh ya Wan?"
"Ha? Maksud ibuk apa?"
"Lha habis akhir-akhir ini aku melihat kamu itu selalu murung. Biasanya bangun tidur tuh kamu ceria, nyanyi teriak-teriak di kamar mandi, tapi beberapa hari ini diem aja. Bangun tidur mukamu udah kayak lipatan kain, kalo mandi ya mandi, cuma ada suara guyuran air. Pas pulang dari kerja pun juga begitu, lemes, lesu. Kangen ya sama Teguh?"
Weuuw. Aku agak kaget ketika ibu bilang begitu kepadaku.
Apakah ibu tau tentang keadaanku?
Apakah ibu tau hubunganku dengan Teguh?
kwkwk
mbok, mantap mbok!!! lanjut mbok!
assalamu alaikum
lanjuuuttt><
mention.. ya mbooook
di lanjutno yo