It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Thanks bray..
Sesuai sekali dengan gambaran karakter Bernadette di film "station of the cross", yang tinggal di keluarga Maria dan dijadikan panutan oleh Maria. Kirain gw istilah "au-pair" ini merujuk pada agama tertentu :P
Gw dari awal udah meng-under estimate film ini, dan ternyata setelah gw mmeberanikan diri mnontonnya, gw harus berjuang keras untuk menyelesaikannya..
Sebagai pencinta film, gw gak pernah berhenti ditengah jalan saat menonton sebuah film, gw paksain diri harus nonton sampai selesai.
Gw rate film ini: 0/10
Poster:
Rome before Christ, after Fellini. Gorgeous. Fellini kembali mengeluarkan pesona luar biasanya, kali dalam reinterpretasi kisah kaisar Nero dengan cara yang... err... aneh... sangat aneh. Jika gaya surealis film 8½ terlalu dianggap aneh, film ini akan jauh lebih aneh, namun tetap menggugah rasa ingin tahu kita. Satyricon akan masuk dalam daftar 50 film teraneh yang pernah saya tonton. Hanya Tuhan dan Fellini saja yang tahu, apa maksud dr adegan-adegan surealis simbolik yang bertebaran di tiap detik filmnya. 4.5/5
My Sucky Teen Romance (Emily Hagins, 2013, USA)
Bagi yang tidak mengenal nama Emily Hagins, dia adalah sutradara remaja USA yang membuat film komersil pertamanya sejak umur 12 tahun. Tidak seperti film-film sebelumnya yang mencampurkan elemen supernatural, film ini lebih serius (mungkin mengikuti perkembangan umur sang sutradara?)--meski poster filmnya tetap menampilkan sosok mumi, monster frankenstein, bajak laut, dan werewolf. Dan, Hagins kembali membuai saya dg bakat langkanya ini. 3/5
Better Call Saul (Peter Gould, Vince Gilligan, Season 1 episode 3&4, 2015, USA)
Great fun, razor sharp and just impeccably acted all round. Holy Fuck. 5/5
Film drama Yunani berdurasi 2,5 jam ini adalah perwakilan Yunani untuk film berbahasa asing terbaik diajang Oskar 2015, namun gagal masuk nominasi.
Mengambil setting di pulau Andros, Yunani tahun 30-40an. Mayoritas pekerjaan pria di pulau Andros adalah Pelaut dan goal mereka adalah menjadi kapten kapal. Mereka berlayar sampai ke Amerika Selatan, eropa, asia (bahkan ke surabaya, lol). Sudah bukan rahasia kalau para pelaut ini banyak yg memiliki istri lagi di tempat yg mereka singgahi, selain istri mereka di pulau Andros.
Sinopsis:
Orsa dan Moscha adalah 2 bersaudari. Orsa kakak, ciri2 rambut hitam, lebih feminin. Moscha adik, ciri2 rambut coklat, agak pembangkang. Orsa dan Moscha tinggal bersama ibu mereka, Mina. Sedangkan ayah mereka menjadi kapten kapal dan pulang kerumah beberapa tahun sekali. Tanpa mereka sadari, ayah mereka punya seorang istri di Argentina, bahkan sudah punya 2 anak dengan wanita Argentina ini.
Orsa diam2 menjalin cinta dengan Spyros, pemuda tampan yg tinggal dengan pamannya yg miskin. Sama seperti pemuda Andros lainnya, Spyros bercita2 menjadi kapten kapal. Saat akan berlayar, Spyros dan Orsa mengikat janji kalau mereka akan menikah setelah Spyros kembali dan menjadi kapten kapal. Spyros pun pergi berlayar, meninggalkan Orsa sendirian. Paman Spyros yg mengetahui hubungan mereka, mencoba melamar Orsa, tapi ditolak mentah2 oleh ibu Orsa. Orsa yg mengintip dari balik tirai cuma bisa menangis.
Sementara itu Moscha diam2 menyukai seorang guru bahasa inggris bernama David. Lagi2 sang ibu tidak setuju karena David miskin. Ibu Moscha pun berhasil membuat David meninggalkan pulau Andros dan membuat Moscha marah besar.
Orsa djodohkan ibunya dengan kapten Nikos, kapten kapal yang kaya raya dan mereka menikah. Mendengar berita Orsa menikah, Spyros yg saat itu ditengah lautan menjadi berang. Setelah menikah, Nikos pun meninggalkan Orsa untuk berlayar. Tak berselang lama Orsa hamil (tentu saja anak Nikos) dan melahirkan, Beberapa tahun kemudia karena suatu hal Orsa dirawat di Athena, Nikos pun menjenguk Orsa yang saat itu sedang di Athena, sedangkan anak mereka berada di Andros bersama Moscha.
Saat kembali ke Andros, Nikos tidak ikut karena kapalnya rusak. Orsa kaget saat ibunya memberi tahu kalau Moscha telah bertunangan. Lebih kaget lagi setelah mengetahui kalau tunangan Moscha adalah Spyros, yg saat itu sudah kaya raya dan menjadi kapten kapal. Orsa hanya bisa terdiam.
Moscha dan Spyros pun menikah. Orsa yang memilih untuk tetap tinggal di rumah ibunya dibuat blingsatan saat mendengar Moscha dan Spyros berhubungan intim. Setelah menikah, Spyros dan Orsa tidak banyak berbincang2. Moscha tentu saja tidak mengetahui perihal hubungan Orsa dan Spyros. Yg mengetahui hanya ibu dan ayahnya (yg dikirimi orsa lewat surat)
Tahun berganti, Moscha hamil dan Orsa hamil anak kembar. Orsa dan Spyros masih jarang bertegur sapa. Ayah Orsa dan Moscha yang sudah lanjut usia memutuskan untuk kembali ke Andros, meninggalkan istrinya di Argentina. Kembalinya sang ayah berbarengan dengan kembalinya Nikos dan Spyros. Jadi keluarga besar lengkap berkumpul, Saat itu juga diumumkan kalau inggris dan perancis mengumumkan perang terhadap Jerman.
Jerman akan menyerang Yunani, jadi para pria di Andros, termasuk Spyros dan Nikos akan ikut berperang, maka diadakanlah makan malam perpisahan. Perang semakin memanas, keluarga Orsa dan Moscha pun megungsi ke daerah perbukitan.
Suatu malam, seorang wanita membawa berita kalau kapal yang ditumpangi Spyros tenggelam. Mendengar ini, Orsa langsung histeris dan menjerit menyayat hati, meneriakkan nama Spyros dan betapa dia mencintainya. Orsa membanting semua piring dan gelas ke lantai, Hal ini tentu saja membuat seisi rumah heran, terlebih Moscha. Ketika Moscha menyadari apa yg sesungguhnya terjadi, giliran Moscha yang mengamuk, membanting piring dan gelas serta menyerang Orsa membabi buta, LOL, )
Tahun berganti, anak pertama Orsa beranjak remaja. Orsa dan moscha sudah 3 tahun tak bertegur sapa. Setiap hari Orsa hanya mengurung diri dirumah, gak mau makan dan bersosialisasi dan menelantarkan ke3 anaknya. Saat Nikos, yg ternyata selamat dari perang pulang kerumah, Orsa bahkan tidak peduli. Nikos berencana membawa ke 3 anaknya ke Amerika, minus Orsa. Namun anak tertua tidak setuju dan lebih memilih jadi pelaut, Mantap, =D>
Moscha yang semula membenci Orsa lambat laun mulai menyadari kalau cinta Orsa dan Spyros tulus. Moscha bahkan menemukan surat cinta keduanya, jauh sebelum Orsa menikah. Moscha pun luluh dan merawat Orsa yang merana. Ayah dan ibu Orsa berencana pindah ke London dan menjual rumah mereka. Kini tinggal Orsa dan Moscha di Andros. Orsa menceritakan sebuah rahasia kepada Moscha, bahwa pada suatu kesempatan, setelah Moscha dan Spyros menikah, Orsa dan Spyros pernah ML di tepi pantai diatas batu2, :x :x . Moscha tak bereaksi. Bisa jadi anak kedua Orsa adalah hasil hubungannnya dengan Spyros.
Final scene, bulan Mei saat musim semi, ketika Moscha membuka jendela, Orsa meninggal dunia diatas kursi dengan mata terbelalak.
Well, Tuhan tahu cara menghukum umat-Nya.
Overview:
Film ini awal2nya cukup bikin bingung, trus cukup asyik diikuti. Cerita mulai bikin ngakak saat Orsa kalap ketika Spyros dinyatakan menghilang. Dari sini emosi gw meledak2 dan kebencian gw pada tokoh Orsa makin menjadi2. Dia bahkan mengabaikan suami dan anak2nya, cuma menyesali cinta sejatinya yg udah tiada. Selfish. Untunglah, bahkan di film-Tuhan sudah menghukumnya.
Gw rate film ini: 8/10 (karena sukses bikin gw emosi)
Poster:
Mahanagar a.k.a The Big City (Satyajit Ray, 1963, India)
Ditonton ulang dalam rangka nobar 'film bulan ini' di forum sebelah.
Ray, seperti halnya Ozu, selalu membuat saya terkejut bahkan saat menonton ulang film-filmnya karena dibalik kesahajaan filmnya, justru lebih banyak mengungkap hal-hal baru tentang aspek moral dan kemanusiaan yang selama ini luput dalam pandangan kabur kita karena dianggap lumrah.
Menonton film ini seperti melihat es yang dipanaskan, kita tak sadar bahwa es tak hanya seluruhnya sudah berubah menjadi air, tetapi juga dia sudah mendidih dan menguap. Tentu saja perlu kesabaran untuk melihat perubahan tipis ini, kita kadang dibuat greget, kapan akan mulai mendidih.
Film ini berfokus pada Arati, seorang ibu rumah tangga di kota besar Kalkuta, yang terpaksa harus mencari pekerjaan karena tekanan ekonomi dan tuntutan dr keluarga mertua, suami, anak, dan bahkan iparnya. Awal yang tertatih itu kemudian diperburuk saat dibenturkan dg sistem strata sosial dan budaya yang kolot, bahkan terus mencengkeram meski mereka tinggal di kota modern. Paradoks benturan ini yang digali secara telaten oleh Ray menjadi sebuah klimaks yang membuat kita hanya bisa berkata 'wow'.
Cara Ray dalam menyelesaikan konflik pribadi para tokohnya, tak pernah gagal dalam memberikan sebuah semangat kemanusiaan dan menawarkan sebuah iman baru kepada para penontonnya.
Sebuah film yang amat sempurna, dari salah seorang sutradara kemanusiaan terbesar yang pernah hidup. Bravo! Bravo! Bravo!
5/5
Da aku ma apa atuh, Nggak bisa ngereview. Tapi aku suka baca review nya mas, membantu sekali dalam "membaca" film. Keep writing!
Ripiyu mah sok-sok aja, Om. Jangan sungkan. Toh tulisan saya acakadut semua. Kalo kamu segan, nanti saya dan member cupu-cupu lainnya makin sungkan buat nulis, haha.
Udah nonton tapi pas mau nulis, cuma bisa nulis satu kalimat ) lagian akhir akhir ini gak bisa menikmati nonton sendiri di laptop, satu film 3 sampai 4 kali nonton baru selesai. butuh temen nonton
(kyaaa bales nya panjang) #biarin
Suka banget dengan gaya bertarung Legolas yang akrobatik, luwes dan presisi serasa dia sedang berdansa dengan musuh2nya, tapi sayang plot filmnya yang yaaa... gtu deh
What makes it so special? Is it because it's Kevin Costner, one of the hottest actors at that time? Nope, it's because Whitney Houston is in it!
Koplak. Itulah kesan pertama yang terlintas ketika menyaksikan debut akting sang The Voice. Saking koplak-nya sampai masuk Razzie Award untuk nominasi Worst Actress saat itu.
Saya kadang heran sekaligus kagum abis kalau mengingat lagi momen TBG ini. Plot-nya biasa saja, produksinya pun tak ada yang spesial (alias properti murahan), lalu kenapa bisa jadi salah satu film dengan pendapatan terbesar saat itu?
Sekali lagi, ada The Voice disini. Siapa yang ga mau lihat Whitney Houston yang baru saja meroket dengan penampilannya untuk Star Spangled Banner setahun sebelumnya. Kevin Costner benar-benar beruntung memaksakan Whiney untuk peran Rachel Marron saat Warner Bros tidak suka dan terpaksa setuju.
Satu-satunya scene yang 'menyelamatkan' film ini adalah adegan stop-the-plane yang legendaris di akhir film.
Bicara THG ga mungkin ga bahas sontreknya yang adalah album teragung dari penyanyi wanita terhebat di generasinya. Seperti takdir, I Will Always Love You sebenarnya pilihan kedua setelah lagu sebenarnya What Becomes of A Broken Hearted (?) telah dipakai di film lain. She was born to sing that song. Saking megahnya album OST TBG yang memecahkan rekor disana-sini, hingga menenggelamkan filmnya sendiri dan membuat orang lebih mengingat TBG dengan whitney-houston-nyanyi-i-will-always-love-you.
3/5.
(1 untuk stop-the-plane scene, 1 untuk sontreknya, 1 untuk The Voice)
jujur aku ngantuk nonton film ini (nonton yang lain juga sih ) aku penasaran karena dulu ketika aku masih kecil, liat iklan nya di tv dan menampilkan adegan stop the plane itu.