It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"a. . .apa yang kaa. . .kalian lakukan?" kak nissa menatapku yang masih terkejut dengan mulut bang ihsan menempel didadaku,
oh celanaku,kenapa aku melemparnya terlalu jauh tadi,
kak nissa menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan yang bergetar,getaran kecil namun sanggup menghancurkan setiap hati manusia yang melihatnya,
kantung matanya berubah warna,seperti lebaman tipis,
larik2 di ujung matanya yang sipit telah membendung air yang mungkin jatuh hanya dalam hitungan detik.
bang ihsan menoleh menatap kak nissa dengan wajah pucat,aku tak sanggup melakukannya lagi,hati ku tak kalah hancur melihat kakakku dengan raut begitu kecewa,
"nissa. . .ya tuhaaan" bang ihsan,kenapa kau menyebut nama tuhan disaat seperti ini,
itu semua tak akan membantu bang,
hanya akan menambah beban mental.
sekali hentakan,pegangan pintu ditarik,
penutup kamar pun merapat dengan suasana horor,
seperti saat kau menyaksikan film suzana,
atau melewati perkuburan umum dimalam jumat kliwon,tak ada bedanya.
samar ku dengar suara mesin mobil dihidupkan,
dan melaju keluar halaman,dan hening kembali membuat onar.
deritan pegas kasur pun terdengar begitu keras,
seperti memperingatkan dirimu bahwa semua yang ada diruangan ini menunggu penjelasan.
mungkin aku akan terus berharap bahwa bang ihsan akan menghampiriku, menyentuh pundakku,sambil berkata 'tenang di(namaku),semua akan baik-baik saja' meski aku tau itu tak akan pernah menjadi baik,tapi,setidaknya semua kata yang di ucapkannya saat ini bisa menjadi sedikit air ditengah haus,
namun semua sama,
sama seperti menutupnya pintu yang di banting kak nissa,
bibir bang ihsan pun merapat,terkunci,
berlalu tertunduk.
tanpa mengucap satu katapun,apalagi bernyanyi.
akh,sudah lah,aku terlalu berharap padanya. . .
liat noh bang @reenoreno aja antusias nunggu nya
ternyata medan tak jauh beda dengan bengkalis,
sama-sama sumatra meski terletak diantara tengah dan ujung bagian sumatra,
seperti yang telah kukatakan tadi,
ada kesamaan,
sama-sama terik,sama-sama panas,
mungkin memang saat tibanya aku di tanah batak ini bertepatan musim kemarau.
dua koper kutinggalkan begitu saja diterminal pinang baris,
tak ada barang berharga disana,hanya ada kumpulan baju,celana,dan beberapa penutup bagian selangkangan,
jika maling atau copet ingin mencuri,silahkan saja,
aku tak keberatan,
tak begitu kecewa dibanding lamanya aku menunggu teh manis dinginku yang ku pesan begitu masuk dikantin ini,
orang-orang melintas begitu saja dengan kesibukan masing-masing,
tak ada yang menarik,
mungkin pemandangan ini selalu terlihat disemua terminal yang ada diindonesia,namun terasa canggung dengan hentakan intonasi dari percakapan mereka,
mungkin jika di kampung halamanku,
kami akan menggunakan nada keras seperti ini untuk sebuah permasalahan sulit,atau perselisihan yang sangat serius,
ku kira itu yang terjadi di sini,
akan ada debat dan keributan,
kecewa lah aku,sedetik kemudian gelegar gelak tawa nyaris bersamaan dengan datangnya segelas teh dan didalamnya terdapat pecahan batu es,tampak begitu mengundang.
ternyata memang begitu disini,bergurau saja urat dilehermu "harus" ingat? harus keluar,
aku tak bisa membayangkan jika aku bermasalah dengan orang-orang yang ada disini,
mungkin bisa kena serangan jantung,atau mati berdiri,tak kuat mental.
setelah meneguk untuk yang ke entah berapa kalinya,
gaung suara bising disekitarku tak lagi ku hiraukan,sibuklah aku dengan segelas teh ku.
kantin ini terlalu sempit untuk terminal sebesar ini,hanya ada delapan meja dengan masing-masing kursi yang diisi empat,
mungkin itu sebabnya seorang pria menghampiri mejaku untuk bergabung karna kursi yang lain sudah penuh penumpang.
setelah menyurutkan sedikit jus jeruknya,ia tergopoh merogoh kantong celana dan mengangkat ponsel yang baru saja berbunyi,
"halo nis,bus yang dari pekan baru,baru aja sampek,adikmu naik bus apa?" pria berumur sekitar tiga puluhan tahun itu berbicara dengan seseorang diujung sana,
sulit untuk tidak mendengarkannya,
dengan volume suara sekeras itu,mungkin para tuna rungu juga bisa mendengarkanya dengan jelas,apa lagi aku,yang berada tepat di hadapnya,
entah lah,hanya tuhan yang tau.
"ooh" katanya lagi,matanya sibuk mencari sesuatu,
menjenjangkan lehernya setinggi mungkin,
"aaaaahhh" dia berteriak,
buseeet suaranya kenceng banget,hampir saja aku menjatuhkan handphone yang ku pegang,
"kenapa kau tak bilang,kirim lah no hapenya,copat abang tunggu dah"
dasar orang aneh,
lebih baik mencari pengalihan
sebelum aku menderita tuli permanen mendengarkan dia berbicara,
sebuah pesan masuk dari kak nissa,
"di,bang ihsan uda di terminal,dia dikantin,kakak uda ngasi no kamu ke dia,ntar ditelpon,kamu nyusul dia kekantin terminal aja ya"
ku biarkan saja pesan kak nissa tanpa membalasnya,
irit pulsa,pikirku.
belum ada dua puluh empat jam,aku sudah kangen sama mitha,
mitha adalah teman SMPku,
dia adalah locker sekaligus tong sampah di hidupku,
selain bisa menyimpan sisi lain yang buruk dari diriku,mitha tempat berbagi keceriaan,
termasuk saat ini,
mitha harus jadi orang pertama setelah kak nissa,yang tau tentang keberadaanku saat ini,
di sambungan nada tunggu yang ke tiga,panggilanku pun disambut dengan suara gadis belia yang melengking,
ya,itu mitha,
mungkin terlalu bersemangat hingga dia lupa keberadaan manusia lain disekitarnya,
benar dugaanku,suara mitha bertukar dari lengkingan kuda menjadi berbisik setelah terdengar omelan panjang diujung sana,
seseorang pasti sudah membungkam mulutnya dengan sinis
"kenapa mit?" sambil meneguk kembali teh manis dinginku,
pria didepanku tak lagi bersuara berisik,kalau mitha mendesis,pria didepanku memasang wajah bingung,sesekali menatap layar ponselnya,dan kembali menempelkannya di kuping,
dan itu berulang terus,
hingga tampang bingung kini berganti dengan wajah kesal.
"biasalah emak aku,paling tidak bisa kalau melihat anaknya senang" sambut mitha ringan,
terselip rasa kesal,namun tetap tak menghilangkan rasa senangnya karna bisa berbicara denganku,aku tau itu.
"bagaimana medan? banyak cowok ganteng tidak?" ya,mitha juga tau dengan orientasiku,inilah yang menjadi pembeda dirinya dengan kak nissa,
jika dengan mitha aku bisa berbagi semua hal tanpa kututupi,
tidak dengan kak nissa,
aku tak mau bermain judi dengan penolakan kakak yang satu-satunya ku miliki sekarang,
hanya untuk pembenaran tentang asmaraku yang sedikit berbeda,
tidak,kak nissa tidak boleh tau,setidaknya untuk saat ini,
diusiaku yang sekarang,banyak remaja lain sibuk menarik perhatian lawan jenis dengan berpenampilan macho,plus tunggangan kendaraan roda dua yang keren,
tidak demikian dengan aku,
mengamati dari sudut yang jauh,mengagumi seseorang yang berkelamin sama denganku,adalah suatu keindahan dan kebahagian kecil,
masa bodoh dengan kendaran yang membuat wanita melirikmu dengan tatapan nakal,dan memintamu mengantarkan pulang kerumahnya,
atau malam kamis dan minggu harus mengisi buku absen hanya untuk nonton di dua satu,yang ujung-ujungnya berakhir dengan adegan mesum,
bukan dari film dibioskop tentunya,
tapi dari sejoli tersebut,
atau bisa juga dengan status berpacaran yang terpampang di facebook,
secara tidak langsung menyombongkan diri,bahwa kau telah laku,dan tidak merasakan penderitaan seorang jombo,
sungguh aku tak menghiraukannya.
"banyak" ucapku geli,
ulah pria didepanku semakin aneh,
batu es yang ada di gelas jusnya diputar-putar,
masih tetap menatap hape dan sesekali juga masih tetap menempelkannya dikuping,dengan raut,sungguh,sungguh bosan,
terlihat lucu,karena tampangnya memang lucu.
"didepanku ada satu nih mit,cakep" sambungku lagi tanpa berpikir,
ya tuhan,barulah sadar setelah pria lucu yang ada didepan ku menoleh,
detik berikutnya tersenyum,
"mati aku mit" tutupku,
tak kuperdulikan mitha yang masih berkomentar dengan kata ku barusan,
hape kumasukkan ke kantong,
belum berani untuk melihat pria yang ada didepanku,
hapeku berdering lagi,
aku mengira ini pasti panggilan dari mitha yang masih penasaran,
ternyata aku salah.
"halo" kuangkat panggilannya tanpa menunggu
"ini dias?"ujar pria yang ada didepanku,
dan anehnya,suaranya juga terdengar dispeaker yang menempel dikupingku,
pandangan kami beradu,
dia menyeringai,deretan gigi gading menghias diwajah dewasa itu,
gingsul gigi yang bertengger di ujung bibir kiri membuat nya terlihat lebih manis,
dan membuatnya jauh terlihat lebih muda.
akhh,jangan-jangan. . .
@reenoreno thanks ya,
tapi lu gak antusiaskan bro? @YogaDwiAnggara
pengalaman pribadi kah?
hoee saran aja yaa, penggunaan huruf kapital pada nama seharusnya lu perhatiin deh Ihdi biar ga rancu bacanya
sama atu lagi penggunaan di yg menunjukkan tempat harusnya dipisah, misal - di Indonesia - kan jd enak tuh bacanya
okay sob berikutnya harus lebih baek lagi yaaa nti gw bilangin masse loh
gimana mas?
berarti ihdi=ihsan dias, hehe
abang Ihdi, aku titip mention yah^^ thx