It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
aku ko' ngerasa perasaannya jala hambar ya??hubungannya sma daya juga gak jelas,perubahannya daya juga.
mungkin cuma aku aja kali ya yg ngerasa gtu
Makasih ya untuk perhatiannya pada cerita ini. Begitulah kejadiannya mengalir saja tidak ada yg kututupi
Banyak alasan Daya mengapa jadi LEMBEK begitu, tentunya biarlah Daya sendiri yang bercerita.
Sekarang aku lagi di Palembang mengisi waktu libur yang tersisa kawan.
Kalau ada waktu, pasti aku update cerita ini.
Si daya napa jadi lembek?????
lanjut donkkkk,
Kawan semua masih kesel sama aku nih. Tidak apalah. Aku si Daya dibilang cowok lembek, ga apa juga. Aku dibilang tidak pantas untuk Jala, juga tidak apa. Jala disuruh cari cowok lain yang lebih baik, itu sah saja.
Setelah penderitaan yang diciptakan Natasya untuk Jala, aku semakin paham bahwa akulah peneyebabnya. Seharusnya aku ga pernah ketemu Natasya ataupun Jala, tentunya cerita sedih kemaren tidak pernah terjadi.
Hari ini kami dinyatakan naik ke kelas XII.
Antara bahagia dan tidak.
Bahagianya aku bisa berlibur panjang dengan Natasya.
Tidak bahagianya, sekarang Jala sudah tidak mau tau tentang diriku.
Kelas XII, hmmmmm Ternyata sekarang aku bukan ABG lagi, sebentar lagi sudah memasuki dunia universitas.
Jala lebih kuat dari yang kuperkirakan. Ia mampu bertahan dari permainan sederhana yang diciptakan oleh Natasya. Permainan sederhana dari Natasya Itu karena ia masih melihat mataku menunjukkan simpati pada Jala, meskipun hanya sedikit. Apa lagi berlebihan, menendang Jala dari SMA ini adalah hal mudah oleh Natasya.
Itu maksudku dengan permainan sederhana.
Kalau aku masih dianggap salah ya ga apa juga.
Tetap saja mengucap sukur permainan besar tidak terjadi, Natasya tidak lebih gila menyakiti Jala karena hampir semua waktu Natasya sudah ku ambil, dan kupastikan dia tidak sempat lagi merencanakan yang macam-macam.
Suasana rumahku turut andil memerangkap fikiran Natasya. Hati semua orang tua pasti akan bahagia melihat anaknya sudah dapat pasangan ketimbang anaknya menjadi gay, seorang yang aneh di mata mereka. Tetapi papa tidak pernah sadar bahwa sesungguhnya anaknya ini ada tendensi untuk menjadi gay.
Pendapat bibiku dan Tante Hana: Bibiku tampaknya lebih berbinar jika melihat aku akrab dengan Jala. Tapi tante Hana netral, sama Natasya ia ga masalah, sama Jala dia merasa OK, sama mas Joe dia fine. Meski mas Joe adalah sepupunya, tetapi tante Hana tidak pernah bersikap lebih apalagi mengompori.
Sekali dua minggu mas Joe jadi rutin datang ke Jakarta dalam rangka bisnis atau sekedar bertemu denganku serta memuaskan hasrat si Wandi termasuk hasrat shoping.
Keluarga Natasya adalah pebisnis di bidang properti. Papaku dan bibi tidak ada hubungan dengan bisnis mereka karena usaha papa dan bibi lebih ke distributor alat-alat elektronik dari China. Dibandingin diriku, natasya lebih tidak bahagia. Dia diajar untuk ambisius mencapai tujuannya. Meskipun demikian, kulihat bisnis keluarga mereka tidak begitu maju. Untuk apa juga memuja sikap ambisius begitu, sekarang lihat contoh produk dari sikap mereka seorang anak yang ambisius. Dalam hal ini aku kasihan sama Natasya.
Setelah Natasya resmi memproklamirkan dia berhasil mendapatkannku, artinya mau ngapain saja dengan Natasya pasti dia senang. Kurasakan ada sisiku hatiku yang mendua. Satu sisi untuk Jala, satu sisi untuk cewek.
Sampai sejauh ini kami hanya raba-meraba saja sambil ciuman, di dalam kamarku, kamar Natasya atau di dalam bioskop.
Yang namanya diraba-raba ya pasti asik aja, sayang Jala belum pernah meraba bagian sensitif dari tubuhku.
Tidak tahu juga ke depannya, karena natasya semakin terbiasa mungkin juga dia meminta lebih dari rabaan dan ciuman.
Terserahlah, yang pasti bukan aku yang meminta itu.
Malam ini adalah malam kepastian aku menjawab permintaan mama, aku diharapkan bisa datang ke Phuket, Thailand pada masa liburan ini. Mama ingin berlibur denganku meskipun sekejab.
Aku masih berfikir, walah, mana papa turut beropini lagi.
"eheeemmmm masih diam belum bersuara. Masih merenungi lagu Damai Bersamamu" goda papa
"bilang aja papa kangen Jala untuk ncuciin mobil papa" balasku
"siapa yang kangen ? kamu kali ! makanya kalau kamu bisa alat musik pasti kamu yang ngiringin Jala melantunkan lagu, bukan orang lain" godaan papa tambah ngawur, dan tambah kangenlah aku sama Jala
"bodo" balasku datar
"ajaklah Jala, pasti Natasya juga senang kalian bisa bahagia liburan di Phuket" saran papa
aku ngurut dada, seandanya begitu papa ! seandainya Natasya bisa sedikiiiiiittttttt saja punya rasa berbagi, sayang Natasya terlalu serakah
"Jala ga punya paspor ! bikin paspor berapa hari ya pa ?" aku ajak papa sadar dari realita yang ada hahahh
"oh gitu ? nunggu paspor jadi, liburan kamu juga selesai, hahahahah" komentar papa
"itu papa masalahnya, bukan ga mau ngajak" begitu aku ngeles dari papa berurusan dengan risalah hatiku
"yah sama Natasya juga baguslah berdua, dan mamamu pasti bangga kamu punya gandengan yang cantik dan sayang kamu" komentar dari papa
"iyalah papa, jadi aku klik OK ya pa nih pesanan tiket PP ?" aku minta persetujuan pada papa kerena aku pakai kartu kredit papa
"iya, jam 11 siang kan ? biar kita bisa berengan ke bandaranya" saran papa
"iya jam 11, papa jadi ke Makasar ?" pemastian dariku
"yah itu masksudku, tolong sekalian dibooking" papa bicara seenaknya
"lebih bagus yang bersangkutan yang membooking pa lebih pasti" aku juga ga mau kalah
"anggaplah upah kamu bisa jalan-jalan gratis" kata papa
"papa ini ga ikhlas ! aku ga pergi malah senang bisa liburan dengan teman-teman" kataku
"eh salah redaksi, anggap aja berbuat baik untuk orang tua" kata papa meralat kalimatnya
"itu baru benar" balasku
"siiip, sampai ketemu besok pagi ya ! jangan lupa infokan ke natasya biar ga telat sampe di bandaranya" kata papa
"OK pa" jawabku
Keesokan harinya di terminal pemberangkatan luar negeri, kami bertemu dengan mama Natasya. cerewet dan ambisius banget, hingga papa mau nutup kuping rasanya.
"maaf ya bu, saya harus ngangkat telpon dulu" papa mengelak dari pembicaraan yang tidak bermutu itu
Natasya memakai baju dari bahan trasparan warna merah maron, dengan celana pendek super sexy warna coklat muda.
Sampai di pepantaian Phuket, akan ku garap nih si natasya sampai mentok dan dia inta ampun enak nikmat.
Tangan dia masuk dalam kantung belakang celana jeans hitam yang ku pakai. bagian belakang itulah bokongku berada dielus-elusnya meski dihadapan papa dan mamanya.
"rasanya akan menyenangkan sekali kalau bapak mau mengembangkan usaha properti kami" mulut ambisius mama natasya
"kita lihat saja nanti ya ibu ! oh ya saya harus ke sebelah ke terminal 2F mau ke makasar saya" kata papa lebih mnegelak
"eh bapak ga ikut ke phuket ? kirain ikut" kata mama natasya
"tidak ma, kami berdua saja" kata natasya
Akhirnya masuklah kami di ruang tunggu penumpang, setelah melewati bagian imigrasi. Ada sekitar satu jam lagi. Biasaya 30 menit sebelum take off, penumpang baru dipanggil masuk pesawat.
Di ruang tunggu ini, kepala natasya tidak bisa lepas dari bahu kananku, asiiiikkkk dia bermanja-manja seolah-oleh aku sudah dimiliki untuk selamanya.
Selama penerbanganpun aku jadi susah untuk memakan snack
"eh makan dulu, ntar baru sandar-sandaran lagi. Malu tuh dilihat pramugari" saranku pada natasya
tetapi dia tetap saja menyender, sambil menyolek-nyolek makanannya sedikit-sedikit seperti seorang yang ga senang dengan makanan yang disajikan oleh pramugari itu. Tetapi dibilang ga senang waktu pramugari itu mau ngambil makanannya, dia minta padaku untuk membungkus makanan itu nanti di makannya di hotel.
Mama memesankan satu kamar hotel yang rata-rata mahal di phuket ini. Kamar itu dengan bed untuk pasangan.
Terkabul juga nih adegan belah duren yang diinginkan si natasya, mudah-mudahan hamil sekalian agar dia diusir dari SMA itu
Kami naik Taxi dari airport ke hotel sore hari yang cerah itu.
Jam 7 malam mama, adik, serta pasangan mama yang baru masuk kamarku
"Oh Daya ........ tinggi banget kamu sekarang ya ?" mamaku takjub melihat diriku
adikku senyum-senyum
papa tiri itu hanya menjaga sikap biar dibilang ga sok akrab
mereka termasuk adik tiri itu ngomong bhs mereka yang aku ga ngerti
tetapi English yang ku nanti-nanti juga ga kunjung bergulir dari bibir mereka hhhhmmmm
jadi diam-diam an aja deh
"ma, ini temanku Natasya namanya" kataku
"oh iya, saya ini mama Daya" kata mamaku
"iya tante" kata si natasya
ngomong lagi mereka bhs kerajaan mereka
kira-kira maknanya :
"kita makan di pantai depan hotel ini ya ! kamu suka sea food kan ? ga alergi denga sea food kan ? bal bla bla bla .....
aneh perasaanku, harusnya dia yang paham kondisi anaknya. Serasa dia lupa akan semua pada diriku. Itulah tandanya zaman berubah, kebiasaan dan ingatan juga akan turut berubah.
BERSAMBUNG
@Yohan_Pratama , @YogaDwiAnggara, @dafaZartin, @tarry, @bayumukti , @Tsu_no_YanYan , @alfa_centaury , @darwin_knight , @d_cetya , @arieat , @onewinged_bird , @Gabriel_Valiant , @alvaredza , @greenbubbles , @fends , @Gabriel_Valiant , @zava_21, @boybrownis , @kimo_chie, @admmx01
udahh ah bacanya ntar lagi kalo hati udah gak panas... #digamparts
tapii beneran lo ini dongkol banget hati! gila ts hebat bgt bisa bikin reader terbawa suasana! jempol deh^^/
BTW yg benci Daya ayo kita bikin ANTIDAYA atau DAYAHATERS
lol