BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

ALFI HASSAN ALATAS (SENYUM YANG HILANG) - UPDATE HAL.126

13435373940133

Comments

  • tambah modar dari pada rei mendingan my cute joshep
  • rei gabung gak nich ma kita
  • huwahahaha..
  • tarry wrote: »
    rei gabung gak nich ma kita

    gabung dmn?
  • di mampa LGBT thailand night club waaaa rico parah dah teler joshep
  • rei si alfi mana
  • lg d ketik @tarry
    biar selang seling aja y..
  • aku juga lsgi ngetik lisboa diary
  • @tarry apaan tuh tar? cerita baru y?
  • yess tp yg ini agak agak tp true story loh
  • Guys..
    Td mlm mau update tp saya ga bs buka situsnya..
    udah bbrp kali d coba tetep aja ga bs..
    pdhl lwt hp lancar, tp pas d cb d laptop gagal terus..
    so sorry y guys..
    update an d pending duluu..
    klo udh bs lg, br d update lg..
    thats it 4 now..
    ciao
  • Update an sore menunggu malam minggu..
    Karena TS lagi kosong jadwal.. *gigit bantal*
    jadi sengaja berbaik hati sama kalian. posting cerita ini di warnet.. >_< (d laptop msh bloom bisa d buka situs ini)
    So.. Happy Reading..



    REI POV

    “Mas..!” Alfi memanggil pelayan rumah makan yang sedang bertugas.

    Sepulang sekolah tadi Alfi langsung menuju UKS dan menyeretku untuk ikut dengannya. Dengan tatapannya dia ‘menghipnotisku’ untuk ikut dengannya. Aku hanya menurut saja. dalam diam dia ternyata menyuruh supirnya untuk menuju rumah makan yang terletak tidak begitu jauh dari sekolah kami.

    Dan disinilah kami sedang memesan makanan. Tepatnya Alfi lah yang memesan, aku hanya diam penuh kepatuhan saja. Di mobil dalam perjalanan kemari pun kami hanya terdiam. Tanpa kata, tanpa suara, hanya tindakan nyata.

    “Ini.. itu..” Alfi hanya berkata seperti itu dengan menunjuk-nunjuk buku menu dan isyarat tangan untuk berapa banyak jumlah yang diinginkannya. Heran. Sifat autisnya tak juga hilang.

    Ketika si pelayan mengulangi pesanannya, aku terkaget tak percaya. Alfi memesan hampir seluruh menu di rumah makan ini. Siapa yang akan makan? Apakah dia mengundang orang lain juga? Tak mungkin kan dia menyuruh aku, kami, menghabiskan semuanya.

    “Fi.. itu kamu pesan makanan buat sapa. Banyak banget..” Kataku dalam suara rendah bisik-bisik.

    “Kamu..” katanya singkat.

    Aku terperangah dengan mulut ternganga. Duh gusti.. Gimana cara ngabisinnya.. “Fi...” karena tak tahu mau mengatakan apa, hanya kata itu yang keluar. Terdengar lirih.

    “Tenang Rei. Bukan cuma kamu..” aku bernafas lega mendengarnya. Tapi siapa? Siapa lagi yang akan datang kemari?

    Alfi selalu senang menggantung kata-kata. Membuat orang lain bertanya-tanya mungkin sudah menjadi hobinya. Aku hanya bisa memberengut oleh tingkahnya.

    Makanan datang. Bukan cuma satu pelayan, tapi sampai 3 pelayan melayani meja kami. Aku terperangah. Masih tak percaya dengan jumlah yang dipesan olehnya. Makanannya tumpah ruah tersaji di meja. Banyak sekali saudara-saudara.
    Di meja telah tersaji, Gurame goreng saus asam manis. Kerapu bakar, berbagai jenis masakan kreasi udang. Ada udang goreng telur asin. Udang goreng mentega, Udang bakar saus madu, Sambal udang rica-rica. Masih ada cah kangkung, karedok, gado-gado, nasi sebakul, berbagai jenis sambal dan lalapan. Tak lupa, teh poci hangat disajikan dalam teko ukuran sedang. Juga ada 4 gelas orange juice dan 4 botol air mineral ukuran 600 ml.Apakah ada yang terlewat? Entahlah. Aku saja masih tak percaya. Tapi pilihan makanannya membuat air liurku sulit tertahan lebih lama.

    Aku lirik Alfi, sepertinya dia masih menunggu. Terpaksa aku mengelus perut, menenangkan cacing-cacing yang mulai berseriosa. Kraakk kruukk ringan dengan nada rendah sudah mulai mengalun penuh asa. Asa untuk segera menuntaskan rasa. Rasa lapar yang sudah mulai menyiksa.

    DDRRRTTT DDRRRRTTTT

    Handphone Alfi bergetar lembut. Di atas meja.

    “Ya..” “Langsung aja” “Di dalam. Pojok” Alfi hanya menjawab singkat. Sepertinya orang yang ditunggu sudah datang. Selang beberapa saat saja, Alfi mengangkat tangan. Dan dengan cepat menurunkannya.

    Aku menoleh. Melihat arah Alfi melemparkan pandangan. Ooohh.. dia ngajak kak Farel toh. Eh eh eh.. Lhoo kok si Robby juga ikutan? Hebat nih. Suasana makan nanti akan sangat menarik sepertinya.

    “Fiii.. Sorry telaattt..” kenapa suara kak Farel terdengar riang?

    “Tadi nunggu si Mr. Perfect Robby dulu tuh.. Seperti biasa dia pasti selalu dandan dulu sebelum ketemu sama orang. Ckck.. Lebay banget lah pokoknya..” Lanjut kak Farel panjang lebar sambil melirik kearah Robby dan geleng-geleng.

    Okeee.. ini aku yang kelewatan berita atau apa ya.. Kenapa nada suara kak Farel terdengar seperti sudah sangat akrab dengan Alfi? Apa ada kejadian yang tidak kutahu waktu aku pingsan?

    “Look who’s talking? Lo ga ngaca ya Rel? Tampilan lo kelewat rapih, minyak wangi lo bisa bikin orang mampus saking banyaknya lo semprot kebadan bau lo itu..” Suara ini siapa lagi kalo bukan Robby.

    Tapi mendengar penjelasan mereka berdua tadi, membuatku tertarik untuk melihatnya. Benarkah Robby selalu dandan rapih dan tampil se-perfect mungkin? Tapi memang, walau aku baru beberapa saat saja mengenalnya, Robby selalu terlihat rapih dan wangi. Pun begitu dengan kak Farel.

    Robby benar tentangkak Farel. Minyak wangi yang tercium dari aroma tubuhnya menguar dan menggema hebat kesetiap sudut ruangan. Aroma yang seperti campuran antara persik, dan melon yang segar dan fresh menyegarkan segera menyebar ke seisi ruangan. Dandanannya pun terlihat necis sekali. He looks so dandy.

    Sepanjang aku mengenal Robby yang dijuluki Mr. Perfect oleh kak Farel memang aku selalu melihatnya selalu tampil sesempurna mungkin. Dandanannya tidak pernah berlebihan tapi pas ditubuhnya. Waktu dia dulu menghajarku, begitupun waktu aku menahannya waktu bermain basket dengannya aku bisa mebauinya. Aroma tubuh Robby selalu berbau memikat. Aromanya seperti campuran antara sari bunga mawar, cengkeh, dan bunga pohon jeruk, Aroma yang manis menggigit. Aku suka. Suka aroma tubuhnya tentu. Bukan orangnya.

    Tapi Aroma tubuh Alfi paling kusuka. Aroma mint dingin dengan sedikit kehangatan vanili bercampur nikmat dengan nuansa dari mewahnya wewangian kopi yang begitu memikat.

    Tanpa sadar aku masih memandangi Robby lamat-lamat. Aku tercekat. Seluruh mata melihat. Kenapa mereka melihat dengan sedikit terperanjat? Apa yang salah? Astaga.. Astaga.. aku baru sadar. Sewaktu terakhir menatap Robby, aku tersenyum-senyum memikirkan aroma tubuh Alfi. Huuwwaaaa.. Pasti pada salah paham nih. Gimana nih? Diam aja deh. Kraakk Kruukk

    “Makan yuk, laper..” kataku akhirnya karena bingung harus berkata apa. Lagipula aku memang sudah sangat lapar.

    Alfi menatapku sambil menaikkan satu alisnya. Kak Farel bolak balik menatap aku, Robby lalu ke Alfi dan terus berputar begitu. Sedang Robby tersenyum-senyum melihatku. Tatapannya sekarang penuh syahdu. Apakah karena pembicaraan kami diruang UKS sewaktu Alfi meninggalkanku seorang diri?

    Entahlah.. yang pasti saat ini aku lapar. Kusendok nasi sedikit lebih banyak dari biasa. Ku ambil sedikit cah kangkung, dan acara makanku pun dimulai. Hhaaaaahhhh.. Enaaakk.. Cah kangkungnya juara, bumbu karedoknya pas, gado-gadonya luar biasa. Ikan kerapunya lembut, manis, sedap. Gurame goreng asam manisnya top markotop. Udang bakar saus madu sama sambal udang rica-ricanya paling maknyooosss..

    Lhoo lhoo lhoo.. kenapa masih pada liatin aku lagi? Salah apa lagi sih aku?

    “Ckck.. Rei lo makan kayak orang kesurupan.. trus ekspreesi lo pas makan itu loh.. Unyu bin imut ga nahan. Ekspresif banget sih lo. Seru. Seru..” Kak Farel menyeletuk. Robby tersenyum simpul. Aku manyun. Tapi sudahlah. Masih lapar. Ditambah lauknya enak lezat ajib surajib gini.. harus nambah pikirku.

    “Rei.. Makan lagi” Perintah Alfi yang langsung mengangsurkan udang bakar saus madu yang maknyoooss kuadrat itu. Kemudian dia juga menyendokkan nasi untukku. Thank you. Makasih banget deh Fi.. Kamu mang paling pengertian. Tahu aja aku masih laper.

    Baru saja aku mulai makan ronde kedua, Robby menyendokkan tumis udang rica-rica padaku. Ditaruhnya udang itu tanpa kata hanya anggukan kepala. Kak Farel Jaw drop melongo melihatnya. Alfi menatap tajam memperhatikan. Alisnya tegak menantang. Aku tersenyum sekilas kepada audience yang memperhatikan dan langsung menundukkan kepalaku lalu makan dalam diam. Tapi sulit ternyata. Udangnya enaaaaakkkk..

    Udang rica-rica ini lezat. Daging udangnya masih lembut tidak keras seperti karet. Sudah pasti dimasak dengan memperhitungkan waktu penuh syahdu. Udang madu ini pun tak jauh beda. Udang ini pasti dibakar dengan cermat dan dibumbui dengan takaran tingkat tepat. Ajib Surajiblah pokoknya mah.

    Lagi, mereka memandangiku. Aku sedikit tak peduli sekarang. Fokusku hanya pada piring dan makananku. Tak terasa waktu makan berlalu dengan cepat dan makanan diatas meja pun sudah habis disikat. Haaahhh.. Kenyaaanngg..

    Suasana lalu sepi. Sunyi. Tak ada suara dari meja kami. Kriiikk.. Kriiikk.. Kriiikkk...

    “Rei.. Sumpah yah.. Kayaknya lo itu penipu deh” Hah? Apaan? “Liat aja badan lo kecil gitu tapi porsi makan lo ngalahin kuli..” Aku hanya bisa tertawa mendengar kata-kata kak Farel.

    Aku tak tahu harus menjawab apa. Aku memang sangat senang sekali makan. Sangat senang sekali. Sebenarnya aku menyukai cita rasa dari setiap masakan yang kumakan. Jika cita rasanya kurasa nikmat, aku tak segan untuk makkan dengan sangat lahap. Seperti sekarang ini.

    “Habis makanannya menggoda iman kak.. jadi sedikit khilaf deh..” jawabku akhirnya

    “Sedikit khilaf? Sedikit aja dua piring mentung ya Rei.. Gimana kalo banyak.. ckck..”

    Ouch. Salah jawab nih. “Hehehe..” Aku senyum ajah. Paling aman.

    EHEEMM

    Alfi meminta perhatian kami semua.

    Kemudian dia menatap kak Farel. Lalu “Kak, aku setuju masuk tim. Rei..?” Alfi menoleh kepadaku seakan bertanya ‘kamu setujukan?’

    Aku mengangguk. “Iya kak. Tadi aku sama Alfi udah sempat bicarain ini. Kita berdua setuju gabung di klub basket. Gitu kan Fi?” sekarang giliran Alfi yang mengangguk.

    “Oohh jadi ini maksudnya kamu ngajak Kak Farel sama Robby yah Fi?” Tanyaku.

    “Kenapa cuma Farel yang lo panggil kakak? Gue juga senior nih..” Sela Robby menatapku galak.

    “Ish.. Situ oke mau ikutan dipanggil kakak?”

    “Nih bocah.. Minta dihajar ya..”

    “ROB..” Suara keras Alfi dan Kak Farel berbarengan.

    “Chill guys.. Gue Cuma becanda kali.. Iya kan Rei.. Kita kan udah..”

    Eeett dah nih si Robby. Kenapa mesti digantung-gantung gitu kata-katanya. Ngikutin Alfi ajah yang suka ngegantung kata-kata. Tinggal bilang ajah kalo dia udah minta maaf tadi di UKS pas Alfi balik ke kelas. Kalo digantung gitu kan kesannya ambigu.

    “Rob.. Jangan bilang lo sama Reeii.. Iyuuhh..” Nah tuh kan kak Farel salah paham.

    “Anjrit pikiran lo nyet.. Sejak kapan otak sama pikiran lo isinya selangkangan semua?”

    “Habis muka lo keliatan puas banget. Kayak baru berhasil ngerebut perawan anak orang..”

    “Damn Rel. Dasar monyet. Gue habis makan nih. Jangan bikin gue muntah dibadan lo. Siniin otak lo, biar gue cuci ditoilet”

    “Guys.. Fokus. Please!” Potong Alfi dingin.

    Wajah Alfi masih (selalu) terlihat datar. Namun, pandangan matanya penuh selidik. Memperhatikan aku, kami semua dengan intens. Kenapa tiba-tiba aku merasa dingin ya. Jangan-jangan Alfi sedang marah hingga aura dinginnya merembes keluar.

    “Sorry Fii.. Oke. Serius” gumam kak Farel.“Lo berdua benar mau masuk tim basket?” Kami mengangguk.

    “Kalo gitu gue senang. Akhirnya kita bisa main berdua lagi Fi..” Lanjut kak Farel terlihat puas dengan senyum lebar terhias.

    Lagi? Okeee.. Aku ketinggalan berita nih kayaknya. Berarti mereka (Alfi dan kak Farel) pernah main basket bareng dong?

    “Tapi.. Rei, Would you..” Ahh.. Alfi ingin aku menjelaskan hal yang sudah kami bicarakan sebelumnya. Aku mengangguk.

    “Gini kak.. Kita berdua setuju gabung ditim basket. Tapi cuma Alfi yang bisa main full. Aku ga bisa kak. Aku cuma bisa turun satu quarter aja. Gitu lho kak.. Kalo kakak setuju dengan itu, kita gabung. Gitu doang kan Fi?”

    Alfi mengangguk. Kak Farel garuk-garuk dagu seperti menimbang-nimbang. Hanya Robby yang tersenyum. Ish.. tuh anak kenapa ya dari tadi ceria senang ga jelas gitu. Jadi aneh ngeliatnya. Malah bikin merinding. Mending dia galak aja deh kayaknya.

    “Gue setuju Rel. Padahal tadi gue mau protes kalo si lemah ini main” Robby menunjukku “Tapi karena dia cukup tau diri dengan ketahanan fisiknya yang memang lemah letoy lunglay itu. Jadi yah.. Udah ga usah mikir lagi. Terima aja”

    “Apalah kak Robby ini.. Dari tadi lemah lemah terus nyebutnya. Kakak lupa ya siapa yang ngalahin kakak waktu tanding tadi?” Protesku.

    “Lo manggil gue apa tadi?” sergah Robby

    Hah? Apa? “Kakak..?” lebih mirip bertanya daripada menjawab pertanyaannya.

    “Bagus.. Bagus.. Anak pintar..” kata Robby mengacak-acak rambutku.

    Positif ini mah. Robby kesambet nih kayaknya. Atau jangan-jangan dia punya dua kepribadian kali ya.. Sikapnya sekarang ini itu lhoo.. ajaib banget. Ck ck..

    “Rob lo sakit?” Tangan kak Farel sudah didahi Robby. Nah tuh kak Farel aja ngerasa aneh.

    Cuma Alfi yang masih berwajah datar. Tapi tatapan matanya kian menusuk tajam memperhatikan. Sebentar padaku. Lalu beralih ke Robby.

    “Nyet.. Jangan lebay deh. Kan lo sendiri yang mau si autis itu masuk tim. Masa’ lo lupa”

    “Tumben lo pinter Rob” ditepaknya kepala Robby.

    “Anjrit nyet. Sakit tau” Robby mengelus-elus kepalanya.

    “Oke Fi, deal. Gue juga ga mungkin tegalah sama si Rei. Walau menurut gue sayang banget kalo Rei Cuma main satu quarter. Lo semua liat kan waktu tadi dia main? Anjrit. Sumpah gue masih ga nyangka nih bocah bisa nyimpan banyak gerakan fake..”

    Huaahhhmmss...

    Tanpa sadar aku menguap lebar. Perasaan lelah efek pertandingan tadi masih kurasakan. Ditambah dengan rasa ekenyangan yang membuat rasa kantuk ini sulit untuk kukendalikan. Huuaaahhheemmss.. Lagi, tanpa kurencanakan aku terus saja menguap. Aku coba menahan dengan menumpukan kedua tangan didagu. Namun hal ini malah membuat nyaman dan rasa kantuk seolah terundang datang.

    “Sip Kak. Deal. Yuk balik” Alfi menyudahi perkataannya sambil memandangku. Yang lain pun ikut memandangku. Aku sedikit mengerjapkan mata, rasa kantuk ini tak tertahankan.

    “Iya Rel kita balik aja yuk. Udah selesai ini. Kasian tuh si Rei. Dia udah 5watt gitu. Bentar lagi juga tepar kayaknya” Robby langsung menyambung perkataan Alfi. Membuat alis mata kak Farel dan Alfi terangkat.

    “Oke. Yuk ah.. Fi lo bawa mobil? Kalo ga bareng Gue sama Robby yuk. Lo juga yuk Rei..” tawar kak Farel.

    “Aku bawa Supir. Rei sama aku..” Jawab Alfi singkat.

    “Ok. Bentar. Mas! Minta bill-nya yah” Tiba-tiba kak Farel memanggil pelayan.

    “Kak.. Aku aja” Alfi mencegah kak Farel.

    “Ga boleh. Kan lo sama Rei udah bersedia masuk jadi anggota tim. Jadi sekarang ini kalian berdua tanggung jawab gue, kapten kalian. Jadi bill-nya gue yang bayar” Kata kak Farel serius.

    “Rel gue aja yang bayar. Sekalian buat permintaan maaf gue sama si Rei” Kemudian Robby memandang Alfi sedikit menantang.“Nah udah tuh, gue udah minta maaf sama Rei” Alfi mengangguk. Aku memandang dalam kantuk.

    Makanan telah selesai dibayar. Kami pun beranjak dari tempat makan ini. Farel dan Robby berlalu dengan cepat. Sedang Alfi berjalan sedikit lambat denganku. Alfi berjalan didekatku. Terlalu dekat, hingga bisa kurasakan hangat tubuhnya.kemudian sampailah kami ditempat mobilnya terparkir. Supir Alfi telah menunggu disana.

    “Mang rumahnya Rei ya” Perintah Alfi. Mobil pun mulai meluncur mulus.
    Aaahh.. nyamannya mobil Alfi. Pendingin yang ada dimobilnya terasa pas. Bangku mobilnya pun nyaman. Seolah rasa kantukku dimanjakan. Mataku dengan cepat mulai terpejam nikmat. Tak perlu waktu lama gerbang mimpi mulai kudekati.

    “Rei.. Ada apa antara kamu sama Robby” Lamat-lamat aku mendengar suara Alfi.

    Aku dapat mendengarnya. Hanya saja mataku enggan kompromi dan mulutku mengkhianatiku. Padahal aku ingin bercerita pada Alfi. Namun hanya gumaman tak jelas yang keluar dari bibirku. “Hmm.. Huahhmm.. Nyamm.. hmm..” Hanya itu. dan dengan itu aku tidak ingat lagi. Karena tiket mimpi telah kukantongi.

    Pikiranku menerawang. Sebelum gerbang mimpi terbuka. Ingatan tentang pertemuanku diruang UKS bersama Robby menyapa.


    *FLASHBACK*

    Ketika Alfi kembali ke kelas aku tertidur. Namun selang beberapa lama aku mendengar ada suara-suara ribut dan ada tangan-tangan yang mengguncang-guncangkan tubuhku kasar. Dengan sedikit kesal kupaksa untuk membuka mata dan sedikit mengerang.

    “Uugghh.. Sapa sihh.. Masih ngantuk nih..” Mataku telah terbuka sekarang. Walau fokus belum terlalu datang.

    Lamat aku mendengar suara piano concerto terdengar mengalun. Suara yang sangat indah. Dan permainan pianonya merdu tak terkira. Sepertinya itu suara rekaman atau MP3 musik klasik. Tapi siapa dan dimana? Suaranya terdengar dekat. Seperti dari ruangan ini tapi di tempat tidur sebelah.

    UKS sekolah ini ternyata cukup luas. Ada beberapa tempat tidur tersedia. Dengan korden untuk masing-masing tempat tidurnya. Dan suara piano itu terdengar dari tempat tidur dipojok dengan korden yang tertutup. Matakutelah sepenuhnya terbuka dan terjaga. Aku sapukan pandangan sekelilinngku. Berdiri disana dengan raut wajah penuh rasa tidak suka. Ditujukan kepadaku dengan tampang geram sekaligus seram terpampang nyata. Anak-anak Cheers sekolahan ini. Lengkap dengan ketua dan Wakilnya juga penasihatnya yang ajaib bukan buatan.

    “Udah bangun lo sekarang. Dasar keblug lo”

    “Iya nih. Rakyat jelata kurang ajar. Ga tau sopan santun. Lo tau udah berapa lama Princess Jessica coba bangunin lo?!”

    “Dasar kutu beras ga punya etiket..”

    “Langsung hajar aja Jess gimana?”

    “Ladies. Shut! Bacot-bacot lo pada itu bisa dijaga ga? Who do you gals think i am? Gue Cuma mo liat keadaan si..” Jessica memandangku meminta penjelasan “Sapa nama lo?”

    “Rei kak..”
    “iya Rei.. Gue cuma mau tahu keadaannya kali gals. Lo Ladies pikir gue preman apa! Yang main hajar sana sini. Please deh. Jaga tuh kalian punya bacot” Jessica tersenyum padaku.

    “Lo ga papa Rei? Tadi gue liat dari lapangan si Alfi gotong lo gitu ke UKS. Gue pikir lo kenapa-kenapa..” Aku menangkap raut wajah kecewa disana. Bukannya dia harusnya bersimpati? Walau aku tidak mengharapkannya sih.

    “Ga papa kok kak. Aku cuma capek aja tadi..”

    “Dasar kutu! Lebay lo! Cuma capek aja minta digendong sama Prince Alfi.. Know your place deh.. Jelata satu ini minta disate kayaknya..!” Oookkee.. dari tadi kuta kutu gitu kok aku jadi takut ya.. Soalnya surat ancaman yang banyak masuk ke lokerku juga banyak yang ngatainku kutu.

    “Anna!” Oohh namanya Anna toh.. Jessica terlihat memelototinya.

    “Rei.. Sorry ya” sambil tersenyum Jessica mengucapkan itu. Tapi senyumnya sedikit kaku. Seolah tidak tulus?

    Astaghfirullah.. Duh Gusti.. Maaf udah Su’udzon sama orang Ya Allah..

    “Sebagian besar anak-anak cheers emang Fans berat Alfi. Jadi mungkin mereka sedikit.. cemburu liat kedekatan lo sama Alfi” Nadanya sedikit berapi-api. Okeee.. Kenapa dari tadi aku su’udzon aja ya bawaannya. Apa karena aku masih lelah?

    “Ya udah. Syukur kalo lo ga papa. Gue balik kekelas dulu. Get well soon Rei..” dengan itu Jessica berlalu. Bersama dengan wakilnya.

    Hanya saja kenapa masih ada beberapa anak cheers yang masih betah? Ada si Anna yang tadi senang sekali dengan kutu. Ada juga penasihat cheers dengan dandanan ajaib luar biasa. Dan ada satu orang lagi yang tentu saja aku tak tahu namanya. Aku hanya mengenal Jessica dan wakilnya. Karena tingkat kepopuleran mereka hampir bisa disejajarkan dengan Alfi dan kak Farel.

    “Good. Akhirnya si nenek sihir itu pergi. Kita bisa bebas ngebasmi nih kutu.. Emm?!!” Si ajaib yang pastinya lelaki tapi setengah jadi itu memulai pembicaraan yang terdengar tidak menyenangkan. Bagiku paling tidak karena mereka bertiga terlihat riang gembira.

    Anna dan satu orang lagi mendekat kearahku.

    “Mau apa kalian?” Uuugghh. Sayang mereka wanita. Aku paling tidak bisa melawan wanita. Aku menghormati mereka.

    2 orang wanita yang mungkin mempunyai darah suku amazon sudah berada didekatku. Mereka masing-masing berada disisi kiri-kananku. Apa rencana mereka? Apa yang mereka inginkan dariku?

    “Sampah kayak jij (baca: yey=kamu=elo) ga pantes deket-deket sama berlian macam Alfi.. Jij pikir kita bakal biarin Ice Prince Alfi terkontaminasi virus jelata dari jij yang mirip kutu loncat ini, Emm?!”
    “Gals.. bikin detse telenjii.. buru..!” Kedua wanita amazon itu mulai memegangi tubuhku sambil menjamah-jamah liar. What?!! Apa-apaan nih cewek-cewek sarap. Mereka menarik-narik bajuku. Ih ih ih.. uuggghh.. Ga mau ih.. minggir-minggir. Aku berontak. Mereka kesulitan.

    “Dasar jij berdua ga guna. Sini ik bantu. Aw.. aaww.. biar pun ik ga suka sama nih lekong satu. Tapi tetep detse laki cyiinn.. Jadi ser-seran deh ik” si ajaib yang masih tak ku ketahui namanya mulai maju mendekat.

    Tangannya maju meraih beltku dan mencoba membukanya. Kutendang keras dirinya. Si ajaib itu terjungkat mengangkang. Jatuh dengan memalukan. Dipikir aku takut apa? Aku tidak melawan karena dua orang diseebelah wanita. Tapi ajaib itu kan laki-laki walaupun hanya cassingnya aja (sepertinya).

    “Berani Jij sama ik! Dasar kutu! Sampah jelata ga guna! Gals pegang detse yang kenceng. Ik mo kasih detse pelajaran. Biar detse tau sapose ik ini!” si ajaib itu mulai mendekat dengan wajah yang dibuat mengerikan. Yang sayangnya gagal. Aku hanya tertawa miris melihatnya.

    Namun dua wanita amazon ini berhasil memegangikuu disaat kulengah. Dan percayalah. Kalian salah jika bilang wanita adalah mahluk lemah. Nyatanya pegangan dan pitingan mereka kuat sekali. Astaga.. mereka berdua benar wanita kan? Si ajaib itu semakin mendekat.

    “Sekarang Jij rasain ik punya pembalasan. FYI.. ik bakal bikin jij terkenal seantero sekolah. Foto-foto telenji jij punya badan, bakal menghias di sekolah ini besok. Biar jij segera dikeluarin en bisa jauh-jauh dari Our Ice Prince Alfi yang Priceless itu..” dengan itu dia sudah mendaratkan tangannya di kancing bajuku. Mulai dilepaskannya kancing teratas. Lalu berikutnya, dan..

    KREEEKKK

    Gorden yang tertutup tadi terbuka. Dan lihatlah siapa yang ada disana. Orang yang paling aku hindari untuk bertemu sudah duduk tegak dikasurnya. Menatap kami dengan tajam. Orang itu bangkit dan mendekat kearah kami. Orang itu Robby. Yup. Benar. Robert Hartawan a.k.a Robby.

    “Ee.. eehh.. Rob.. kok jij ada disini? Jij sekong eh sakit maksud ik?” si ajaib itu terlihat takut dengan Robby. Pun begitu dengan kedua gadis amazon ini.

    “Lo pikir Apa yang lo lakuin?!”

    “Minggir lo banci! Jauh-jauh lo dari Rei! Lo berdua juga. Kalo ada lo banci, berarti si Jessica juga disini kan? Panggil dia!!” Perintah Robby galak.

    “Princess Jessica ga tahu kita ngelakuin ini. dia tadi udah pergi duluan Rob..” jawab Anna takut-takut

    “Bullshit!! You think gue bakal termakan sama tipuan konyol kalian? JESSICA!! Come out Come out..!! Ato lo mau gue laporin ke Alfi perbuatan lo ke temannya?!! Gue kasih lo waktu tiga detik Jess..!!”

    “One.. You better bring you flat ass here.. Two.. I really mean it to tell this to Alfi.. Three.. Okay. Fix then. Come Rei. Ikut gue laporin ulah Jessica ke Alfi”
    “WAIT!!” suara keras wanita terdengar.

    “Well.. Finally.. Akhirnya lo nunjukin juga pantat tepos lo..”

    “Dasar kunyuk lo Rob. Tepas tepos dari tadi. Lo lupa sapa dulu yang naksir berat sama gue?! Sampe ngebela-belain nantang Alfi maen basket?” Sindir Jessica.

    Wait.. wait.. Alfi. Robby. Tantang basket. Jessica.. Jadi waktu itu so Robby ini nantangin Alfi maen basket demi Jessica yang emang cantik sih. Rambut hitam panjang. Kulit putih mulus. Bibir merah merekah dengan lipgloss yang sedikit kelebihan sampai becek tak beraturan (Oops.. sorry.. Bad mouth ini..).

    “HaH?! Gue khilaf dulu bisa suka sama lo. Lagi juga dulu anak-anak tim basket nantangin gue taruhan buat deketin lo. Jadi lo ga usah kecantikan. Lo Cuma taruhan hunh..!”

    “Kunyuk lo Rob. Sekali kunyuk tetap aja kunyuk. Lagi juga ngapain lo ngebelain si kutu kupret ini. Lo pikir gue ga tahu yang udah bikin bibirnya Rei lebam itu elo?! Lo mau gue laporin ke Alfi juga?!”

    “Bitch! Mulut lo ternyata manis yah.. manisnya busuk tapi. Alfi udah tahu non gue yang bikin Rei lebam. Tapi Alfi sebentar lagi juga bakal tahu kalo lo sama anak gank cheers lo ini mau nyelakain si Rei” Heii.. hellooo.. aku masih disini teman-teman. Kenapa mereka ga nganggp aku ada sih. Seakan aku Cuma penonton. Sedikit kesal deh jadinya.

    “You’re not serious, aren’t you Rob?”

    “I mean it. Every single word..”

    “Damn!! Dasar kunyuk!! Berani lo ganggu urusan gue!! Lo tau gue lebih berkuasa dadri lo disekolahan ini..” Jessica terlihat dan terdengar sangat murka. Wajah cantiknya menjadi tak terbantahkan. Cantik dan mengerikan. Perpaduan yang mematikan bukan?

    “Gue tahu..” Kata Robby santai. “Gue juga tahu ada 4 orang yang berkuasa di sekolahan ini. Dua orang udah ada disini. Dua orang lagi, gue yakin bakal mihak Rei. Lo tahu kan kalo Rei sekarang anggota klub basket. Lo juga tahu kan non siapa kapten tim basket? Oh iya.. Jangan lupa.. Si autis Alfi juga teman dekatnya si Rei. Paling deket malahan.. Lo yakin bisa ngelawan kekuasaan mereka berdua? Oh ditamba gue jadi tiga sekarang” Jelas Robby panjang lebar. Terdengar santai dan sedikit malas-malasan.

    Tunggu deh.. Tadi nama kak Farel sama Alfi disebut-sebut setelah 4 orang paling berkuasa disekolah. Jadi.. jadi.. Oh WOW.. Wow.. Fakta yang sedikit mengejutkan untukku. Walau seharusnya sudah bisa kutebak dari awal. Tingkat kepopuleran mereka dan banyaknya fans yang mereka punya.

    “Grr.. Dasar kunyuk lo Rob.. Rei.. Lo inget aja. Urusan kita belum selesai. Gals Cabut!”

    “Wooo.. Takuuuttt..” kata Robby keras-keras kearah Jessica. Jelas sekali kentara mengejek.

    “Dan elo. Kenapa lo cuma diem aja ga ngelawan waktu mau ditelanjangin mereka?! For God Sake.. Kemana kegarangan lo waktu ngelawan gue dulu hah?!” Hardik Robby marah-marah padaku.
    Nih orang stress kali yah. Baru juga aku mau bilang terima kasih karena dia udah nolong. Eh ini malah marah-marah lagi padaku. Ckck.. Otaknya korslet mungkin.

    “Mereka cewek Rob, kalo kamu lupa. Oh iya. Aku ingat. kamu kan emang ga punya sopan santun ya. Cowok cewek mah ga penting buat kamu. Tapi aku masih hormat sama mereka. Ibu ku juga wanita” Cerocosku berapi-api.

    “But.. Uh. Never mind. Gimana keadaan lo? Udah baikan?” Nah tuh kan.. Sakit jiwa deh kayaknya ni orang. Tadi marah-marah. Sekarang nada suaranya sopan adem gitu. Ckck..

    “Aku ga papa. Cuma capek” jawabku singkat.

    “Oh oke” Kemudian dia beranjak keranjang yang tadi ditempatinya.

    Musik yang tadi kudengar masih mengalun indah. Dan suaranya semakin dekat bersamaan dengan Robby yang mulai menuju kearahku. Jangan-jangan musik itu berasal dari Robby? Dari handphone ato mp3 miliknya mungkin? Tapi Robby dan musik indah ini? Sepertinya mustahil.

    Namun semakin Robby mendekat kearahku, musik itu pun semakin jelas terdengar dan kian bertambah keras volumenya. Lebih baik kutanyakan saja. dari pada rasa penasaran ini tak kunjung usai.

    “Rob.. Kamu denger suara musik ini?” Robby mengangguk. Dikeluarkannya Handphone layar sentuh miliknya. Ternyata benar. memang dia.

    “Kamu suka musik klasik Rob?” Dia menggeleng.

    “Bukan Rob.. Panggil gue abang ato kakak..” WHAT??!!

    Aku menatapnya tak percaya. Ide dari mana dia ingin dipanggil abang atau kakak? Ih ih.. kok jadi merinding ya..

    “Males banget sih kata-katanya Rob. Ga banget”

    “Huh. Anak kecil udah mulai berani ya..” katanya sambil mengacak-acak rambutku.

    “Sejak kapan aku takut sama kamu?” Dia tertawa.

    Robby masih tertawa terbahak-bahak. “Lo emang ga pernah takut sama gue. Mirip banget sama adek gue. Adek sepupu tepatnya. Tapi gue udah nganggep dia adik kandung gue sendiri”

    “Sifat lo mirip banget sama adek gue itu. Waktu gue ngehajar lo gue sedikit nyesel pas udahannya. Karena sifat lo ga mau kalah en pantang nyerah bikin gue inget dia lagi. Khususnya waktu kita tanding basket tadi. Keteguhan lo yang gigih itu tambah bikin gue inget sama adek gue itu. Dia mirip banget sifatnya sama elo. En setelah gue perhatiin senyum lo juga mirip banget. Maafin gue ya udah sempet jahat sama lo. Gue nyesel banget. Sumpah. Lo mau kan maafin gue?” Penjelasan Robby panjang lebar. Niatnya kurasakan tulus. Tidak mungkin juga aku tidak memaafkannya.

    “Aku udah maafin kamu Rob.. Bahkan sebelum kamu minta. Cuma kadang sedikit kesel aja sama sikap kamu yang sok seenaknya itu. Sok jago petantang petenteng gitu. Bikin ilfil tau..”

    “Ih nih anak kecil songong banget ngatain gue sok..” dijitaknya kepalaku. Sakit ugh.. lalu dielus-elusnya “Maaf.. maaf.. Lo bener-bener mirip ternyata. Bibir manyun lo apalagi” Robby senyum-senyum sendiri. Aku mendadak ngeri. Bukan apa-apa. Senang sih liat dia jinak begini. Tapi takutnya sedetik kemudian berubah liar lagi..

    “Sekarang lo panggil gue abang. Oke?” What?!

    “Ogiiaaahhhh..” tanpa sengaja lidahku menjulur keluar tak terencana.

    “Hwahahahaha.. Tom.. Tom.. Kamu ngegemesin banget deekk..”

    Tom? Who’s tom? Siapa itu Tom? Robby hanya tersenyum lebar sambil tertawa. Kemudian dia beranjak keluar. Berhenti sesaat. Kemudian menoleh kearahku.

    “Jessica and the gank ga bakal berani kemari lagi. Kalo sampe dia berani gangguin kamu lagi, kamu lapor abang ya dek. Abang balik kekelas dulu..” #pingsan.

    Sumpah. Si Robby kayaknya punya kepribadian ganda deh. Swear. Bentar-bentar galak. Bentar-bentar jinak ga nahan. Tapi aku penasaran. Siapa itu Tom? Adik (sepupu) yang disebutnya itu? Lalu kemana dia? Mengapa Robby yang sok itu terlihat begitu menyayanginya?

    Aku habiskan sisa waktuku menunggu sekolah usai memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu..

    ***


    yeeeesssss..
    segitu dulu yaa..
    next POV Robby..
    buat yg nunggu-nunggu Pov nya si Robby a.k.a Robert Hartawan sing sabar yo.. hohohoo..
    sengaja TS pending. Soalnya TS lagi #GloomyModeOn

    Buat para SR (Silent Reader) pleasee.. tinggalin jejak..
    okeh?
    TS jago nyari jejak kok..
    ciao 4 now..
  • Untuk postingan kali ini (Alfi dan Pohon jambu), saya ga sempet edit. jadi kalo ada salah dalam pengetikan atau apapun mohon dimaklumi.^^
Sign In or Register to comment.