BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

CONQ : the first ever gay web series in Indonesia (UPDATE episode 4)

13436383940

Comments

  • Itulah kenapa saya bilang saya berekspektasi terlalu banyak dan memaksakan opini produsen Conq harus sama dengan pola pandang yang saya inginkan untuk disampaikan. Timo.. yang adalah representasi maho metropolitan, bisa saja dibuat menikahi cewek untuk menyenangkan ortunya, lalu gejolak batinnya berlanjut dengan status sebagai suami, blablabla lalu kembali serius dengan pernikahannya (apalagi pasangan suami istri ini Katolik), sehingga pelajaran moral untuk mempertanggungjawabkan konsekuensi dari sebuah pilihan, menjadi pesan moral yang disampaikan.

    Tapi ini soal teknis aja, alur cerita yang saya mau dan alur cerita yang dibuat. Setiap orang bisa bikin fan fiction sendiri. Dan ya, pembuat Conq berpegang teguh pada pesan keberanian yang mereka sampaikan dan saya mengapresiasi itu.

    Soal kebahagiaan, saya punya pandangan sendiri dimana tak ada jalan tunggal dalam merasakannya. Bisa dengan membahagiakan diri sendiri dulu, bisa pula bersumber dari memberikan kebahagiaan kepada orang lain.
  • Tak ada salahnya saya kembali berekspektasi di Season 2 nanti akan ada pelajaran bahwa maho yang nikahin cewek dengan kesungguhan itu bukanlah sesuatu yang perlu di judge.

    Untuk rujukan film, dapat merujuk pada film Monalisa Smile untuk contoh sebuah pengorbanan diatas keinginan pribadi, dimana Joan, seorang siswi yang berhasrat untuk menjadi seorang pengacara namun memilih untuk menikah dan jadi ibu rumah tangga. Saat Katherine (sang guru yang punya pola pikir non konservatif dan selalu suportif agar siswi perempuan tak ujung-ujungnya nikah sama pria dan berakhir jadi ibu rumah tangga saja) mendatangi rumahnya dan bertanya kenapa ia meletakkan hasratnya menjadi pengacara, Joan dengan tegas menjawab; ya, saya mungkin akan menyesal kelak tidak menjadi pengacara, namun tidak sebesar penyesalan kalau kelak saya mendapati diri saya tidak punya keluarga, tidak mengurus anak-anak, menikmati hari bersama mereka.
  • Loool. Berpanjang2, ternyata..
  • untuk mengatakan, karakter timo adalah representasi maho metropolitan, karakter lukas adalah representasi ina inu, adalah statement yang gegabah. representasi maho metropolitan yang mana? karakter-karakternya dibangun dengan konsistensi; konsekuensinya, mereka tidak bisa mengandung segala sisi baik yang diharapkan setiap penonton yang pandangan mengenai nilai dan moralnya berbeda-beda satu sama lain. "harusnya lukas begini begini begini, harusnya timo begitu begitu begitu."

    karya seni kan bukan iklan layanan masyarakat. lo hampir tidak bisa berangkat menonton karya seni film, pertunjukan, pameran lukisan atau apapun bentuknya dengan ekspektasi akan pulang dengan pesan moral tertentu. lo mau dengar apa yang lo mau dengar, bukannya mendengarkan apa yang si pembuat karya ingin sampaikan (betapapun pada akhirnya lo tidak setuju dengan pembuatnya).

    lo sendiri bilang, homo yg mendahulukan kebahagiaan diri sendiri kurang mulia dibanding dengan yg melakukan pengorbanan tulus untuk orang lain. bukannya sama aja ya? itu judgement juga kan? that's just society being society. sekarang tunjukkan realitanya, terutama di indonesia, maho mana yang menikahi cewek dengan kesungguhan itu dihakimi oleh homo lain/pihak lain.

    if anything, orang-orang sangat menentang praktik homo menikahi cewek yang tujuannya untuk kedok, istrinya have no idea lakinya seperti apa, ujung-ujungnya sang suami tidak setia pada istrinya dan masih cari-cari laki di luaran.

    lagipula pilihan menikah atau tidak menikah tidak melulu berkaitan dengan seseorang itu gay atau tidak. pria straight yang memutuskan untuk tetap melajang itu banyak, ada juga gay yang memilih untuk tidak menikah dengan alasan tidak memiliki kepercayaan pada institusi pernikahan.
  • omin wrote: »
    Loool. Berpanjang2, ternyata..

    Sukak yg panjang2 kan???
  • Representasi maho yang yang dikenalkan oleh Lukas sendiri di episode pertama. Ya, ya, saya telah sangat jelas mengatakan di postingan saya sebelumnya kalau setiap penonton ada pandangannya dan pembuat Conq ada pandangannya juga. Karena itu saya bilang kemarin kalau pembuat Conq memilih untuk memberi pesan keberanian ya itulah pesan moral yang mereka pilih untuk sampaikan dan saya mengapresiasinya dengan beberapa catatan.

    Sepertinya salah memahami apa yang saya post sebelumnya. Saya tidak mengatakan yang mana yang lebih mulia, saya bilang kalau ingin merasakan kebahagiaan itu ada banyak caranya. Ada yang dengan membahagiakan diri sendiri dulu ada yang mendahulukan orang lain. Pada postingan sebelumnya, saya bilang demikian sebagai respon postingan kamu yang mengatakan tanpa ragu kalau kebahagiaan itu dapat dicapai dengan membahagiakan diri sendiri dulu, inilah yang saya koreksi dengan mengatakan kalau kebahagiaan bisa saja datang dengan membahagiakan orang lain dulu.

    Untuk paragraf terakhir postingan kamu, saya ucap terima kasih karena telah berbicara seirama dengan esensi yang selama ini saya ekspektasikan untuk disampaikan atau bahkan disebarluaskan, yaitu bahwa pernikahan tak ada hubungannya dengan orientasi seksual. Ya, terima kasih karena telah bersuara sama dengan postingan-postingan saya sebelumnya.
  • Bahkan dengan paragraf terakhir kamu, kamu pun akhirnya telah menyindir ending Conq sendiri dimana si tokoh Timo tidak menikah karena orientasi seksualnya. Sungguh bertentangan, bukan, pandangan dalam paragraf terakhirmu itu dengan apa yang disampaikan oleh Conq pada episode terakhirnya? Haha. Terima kasih lagi ya.
  • edited September 2015
    apa yang dilakukan Timo dengan menikahi seorang perempuan (kalau) dengan alasan kepatuhan kepada orang tua dan keinginan diri untuk memiliki keluarga sendiri, saya rasa akan lebih mulia ketimbang keberanian dan pembuktian kalau diri bisa melawan arus..

    your welcome.

    edit: also, gue gak ngomong pembuktian.
  • Ngakak dulu mz mz
  • Bahkan dengan paragraf terakhir kamu, kamu pun akhirnya telah menyindir ending Conq sendiri dimana si tokoh Timo tidak menikah karena orientasi seksualnya. Sungguh bertentangan, bukan, pandangan dalam paragraf terakhirmu itu dengan apa yang disampaikan oleh Conq pada episode terakhirnya? Haha. Terima kasih lagi ya.

    ya ga bertentangan lah. paham artinya 'tidak melulu' kan?
    gue bilang, pria dewasa tidak menikah alasannya tidak melulu soal orientasi. kalau bentuk diagram venn dengan judul 'alasan pria tidak menikah', 'alasan orientasi' jadi salah satu lingkaran di dalamnya. so, nope, tidak menyindir.
  • Pada postingan sebelumnya, saya bilang demikian sebagai respon postingan kamu yang mengatakan tanpa ragu kalau kebahagiaan itu dapat dicapai dengan membahagiakan diri sendiri dulu, inilah yang saya koreksi dengan mengatakan kalau kebahagiaan bisa saja datang dengan membahagiakan orang lain dulu.

    nope, juga tidak ada gue bilang seperti yang di-italic.

    paham gak frase 'dapat dicapai'? itu membuka kemungkinan bahwa ada alternatif lain. kecuali saya menutup kemungkinannya dengan sisipan kata 'hanya'. --"kebahagiaan HANYA dapat dicapai dengan membahagiakan diri sendiri dulu.




  • Yep, seandainya Timo menjalani pernkahan dengan kesungguhan dan tanggung jawab, wow, bahkan saya mungkin belum tentu mampu melakukan hal yang sama. Itu akan jadi pelajaran moral yang lebih mulia dan lebih berani ketimbang pengakuan diri di tengah masyarakat yang konservatif. Ini tentu saja pandangan saya yang berbeda dengan alur yang telah dibuat oleh pembuat Conq. Bagus juga dikutip disini itu, sehingga jelas lagi pada page ini, kalau saya tidak pernah mengklaim bahwa kebahagiaan hanya akan datang dengan mendahulukan kebahagiaan diri.

    Tetap saja bersinggungan dengan pesan untuk come out yang disuarakan oleh Conq. Saya tidak akan berbelit-belit menyampaikan kritik saya seandainya Conq tidak mengatakan kalau pernikahan itu 'dilarang' bagi seorang Timo hanya karena dia gay. Pembuat Conq bisa membuat Timo tidak menikah, tapi kalau dibuat karena alasan orientasi seksual dia yang gay.. ah, ternyata Conq masih di tahap itu.

    Nah, kalau pernyataan kamu dibuat komprehensif begitu kan jadi jelas. Haha.

    Clay Aiken, seorang gay yang meinkahi cewek dan punya anak, semua orang tahu dia gay. James Franco yang mengemuka dengan imej biseksualitas yang kuat. Josh Hutcherson yang straight tapi berpikiran sangat terbuka dengan mengatakan kalau mungkin saja kelak ia jatuh cinta dengan seorang pria. Ya, inilah yang belum coba untuk disampaikan oleh Conq.
  • dibawa santai aja. itu film pendek dijadikan hiburan aja. gausah diambil pusinglah. krn didunianyata bukannya permasalahan yg sebenarnya lebih komplex dr yg difilm. terlebih lagi km yg mengalaminya
  • *ajang unjuk kepintaran
  • edited September 2015
    pertama lo bilang begini:
    Pada postingan sebelumnya, saya bilang demikian sebagai respon postingan kamu yang mengatakan tanpa ragu kalau kebahagiaan itu dapat dicapai dengan membahagiakan diri sendiri dulu, inilah yang saya koreksi dengan mengatakan kalau kebahagiaan bisa saja datang dengan membahagiakan orang lain dulu.

    gue jawab begini:
    jiddenpark wrote: »
    nope, juga tidak ada gue bilang seperti yang di-italic.

    paham gak frase 'dapat dicapai'? itu membuka kemungkinan bahwa ada alternatif lain. kecuali saya menutup kemungkinannya dengan sisipan kata 'hanya'. --"kebahagiaan HANYA dapat dicapai dengan membahagiakan diri sendiri dulu.

    lah ujung-ujungnya kok malah situ defensif bilang bahwa:
    bagus juga dikutip disini itu, sehingga jelas lagi pada page ini, kalau saya tidak pernah mengklaim bahwa kebahagiaan hanya akan datang dengan mendahulukan kebahagiaan diri.

    yg nuduh lo ngomong gitu juga siapa?

    lo bisa cek ulang ya postingan gue. tapi jangan diubah frasenya secara gila-gilaan.

    nih gue kutip pernyataan gue yg bener :
    tanpa mengurangi rasa hormat gue kepada setiap orang tua juga setiap anak yang mengasihi orang tuanya, gue rasa keberanian untuk mendahulukan kebahagiaan diri sendiri dibanding kebahagiaan orang lain sama mulianya. tanggung jawab terbesar toh tetap pada diri sendiri.
Sign In or Register to comment.