Untuk pertama kalinya, gue mencoba bikin cerita romantis. Duh, semoga bisa yah..
Setelah sebelumnya bikin :
sahabat tersayang yang bertemakan sahabat
professor cinta yang bertemakan kehidupan sehari-hari
A+ yang bertemakan persahabatan tapi gak kelar karena laptopnya ilang, dan males bikin ulang.
Kali ini gue mau bikin cerita yang (semoga) bisa romantis dan membawa emosi para pembaca. Cerita ini gak panjang, karena masih percobaan.
Karakter-karakter utama dalam cerita ini:
1. Ananda Mizuki
2. Ronin Mahardika
3. Sandra Septianti
4. Hilman Putra Wiradilaga
5. Diana Rezky Fatmala
Cerita ini 100% sudut pandang orang ketiga, hanya fiktif belaka, mohon maaf jika ada kesamaan nama atau karakter.
Oke, langsung aja ke Chapter I.
Selamat membaca : )
Comments
“Nanda.. ayo bangun nak.. ini udah jam lima, kan kamu harus sampai di bandara katanya jam setengah delapan.. belum kamu mandi, sarapan, belum lagi macet.. ayo cepat bangun” ucap wanita berumur 48 tahun itu untuk membangunkan seorang Anak laki-laki yang masih berkelumun dibawah selimutnya.
“eemm.. Iya Mama, ini Nanda udah bangun kok..” Tak lama kemudian anak laki-laki itu beranjak dari tempat tidur dan meninggalkan mimpi indahnya semalam. Ananda Mizuki, atau yang biasa dipanggil Nanda. Seorang anak dari pasangan Mira dan Zuki yang lahir 22 tahun lalu. Untuk ukuran teman sebayanya mungkin Nanda sudah tidak layak lagi disebut anak laki-laki. Namun, kebiasaan dimanja oleh kedua orangtuanya sejak kecil, membuat sifat kekanak-kanaknya susah dihilangkan.
Dibalik sifat manjanya, Nanda sebenarnya adalah anak yang sangat cerdas. Dia telah menyelesaikan kuliah S1nya diumur 21 tahun. Kini dia sudah bekerja di salah satu BUMN di negeri ini. Dilingkungan kerjanya juga Nanda dikenal sebagai “Permata” bagi divisinya.
Perawakan Nanda bisa lebih dibilang Cantik, bukan tampan. Kulit putih mulus, tubuh langsing, rambut hitam lurus, gigi yang sangat rapi dan putih, bibir tipis dan merah alami, serta bulu mata yang lentik membuat pria-pria sering bingung apakah dia lelaki atau perempuan. Hanya rambut pendeknya saja yang menandakan nanda seorang laki-laki.
“semua barang-barang kamu sudah dibawa kan nak? Gak lupa bawa vitamin kan? Jaketnya udah dimasukin?” rentetan pertanyaan dilontarkan sang Ibu yang hendak melepas anak satu-satunya pergi karena dipindahkan dari Pekanbaru ke Jakarta.
“sudah ma, semua sudah lengkap. Nanda masuk yah, udah waktunya check-in Ma. Doain Nanda lancar-lancar aja di Jakarta yah ma” ucap Nanda sambil mencium tangan kemudian kedua pipi ibunda tercintanya
**
Hari masih menunjukan pukul 7:40, dan Nanda sudah berada di ruang tunggu Bandara. Tidak lama kemudian, tepat pukul 08:00 terdengar pengumuman “Kepada para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan Nomer Penerbangan GA 173 dipersilakan memasuki pesawat karena pesawat anda telah siap untuk diberangkatkan”
Penerbangan Pekanbaru-Jakarta ditempuh dalam waktu 1 jam 45 menit. Sepanjang perjalanan Nanda hanya bisa memikirkan bagaimana nasib dia dijakarta nanti. Memang Nanda akan tinggal dirumah tantenya untuk sementara. Tapi, apa dirinya bisa mengubah kebiasaan manjanya selama ini.
Tante Devi dan Om Rudi adalah satu-satunya keluarga Nanda di Jakarta. Keluarga Tante Devi dan Om Rudi terkenal sebagai pasangan paling disiplin dan tegas diantara keluarga besar Nanda yang tersebar di penjuru Nusantara.
Sebenarnya, sebelum diputuskan akan dipindah ke Jakarta, Nanda akan dipindahkan ke cabang di Surabaya. Nanda pun sudah berharap dapat dipindahkan ke Surabaya. Karena disana Nanda bisa tinggal di rumah Om Alfien dan Tante Sinta yang bisa dibilang orang yang paling memanjakan Nanda selain orangtuanya. Walau Nanda terpisah jarak dari mereka, tetapi berbagai cara selalu mereka lakukan untuk memberi perhatian kepada Nanda. Namun, melihat prestasi Nanda, akhirnya Perusahaan memutuskan untuk menaruh dirinya di Kantor Pusat, Jakarta.
Lampu kenakan sabuk pengaman sudah kembali menyala. Pilot pun sudah terdengar mengumumkan “flight attendant landing position”. Nanda semakin berdebar karena menyadari dirinya sudah sangat jauh dari kedua orangtuanya. Matanya pun sudah memerah, jika tidak malu dengan orang lain, pasti air matanya sudah mulai tumpah.
**
Setelah keluar dari pesawat dan mengambil semua barangnya yang ada di bagasi pesawat, Nanda bergegas mencari Tante dan Om yang akan menampungnya di Ibu kota. Tak lama kemudian terlihat sepasang manusia paruh baya ditemani dengan anak perempuan yang masih berumur belasan tahun, Nanda pun menghampiri mereka, dan mereka segera melaju menuju ke salah satu kawasan perumahan elite di Jakarta.
Tante Devi dan Om Rudi adalah pasangan yang sangat serasi. Tante Devi yang berumur 51 tahun namun masih terlihat pancaran kecantikan masa mudanya, seorang mantan Pramugari yang kini masih bekerja di sebuah maskapai penerbangan Indonesia sebagai Tim penyeleksi sekaligus trainer bagi para flight attendant. Sedangkan Om Rudi adalah seorang pria berumur 55 tahun yang menjabat sebagai wakil direktur di sebuah perusahaan swasta besar. Mereka memiliki 3 orang anak, yang pertama Reza Rubizandry yang bekerja sebagai Pilot maskapai Internasional, anak kedua mereka Anggita Aryanti yang sedang kuliah ekonomi di Hong Kong, serta Sandra Septianti yang masih duduk di bangku SMA.
“nah, Nanda, Ini kamar kamu. Emang gak lebih besar dari kamar lainnya. Soalnya ini kan kamar tamu. Tapi sekarang ini jadi kamar kamu. Udah lengkap kasur, lemari, AC, PC terkoneksi Internet sepuasnya, TV LED, DVD player, kamar mandi, meja, dan sofa mini. Kalo ada yang kurang bilang Om sama tante yah.” Jelas Om Rudi yang menunjukan kamar baru nanda saat ini.
“ini udah cukup kok om.” Jawab Nanda.
“tapi ingat. Kalau dirumah ini, kamu gak boleh pulang lewat dari jam 8 malam. Kalau lembur, bilang dulu sama kami. Gak boleh bawa teman perempuan masuk ke kamar. Kalau weekend gak boleh pulang diatas jam 10 malam. Lalu kamu harus beresin kamar kamu sendiri, kita memang punya pembantu, tapi setiap kamar merupakan tanggung jawab masing-masing. Setiap pagi baik weekday maupun weekend, harus bangun pagi dan sarapan bersama, paling lambat jam setengah enam kamu udah harus ada di meja makan, karena kita semua berangkat jam enam. Dirumah ini kita gak ada yang boleh pilih-pilih makanan. Makan apa yang udah dimasak bibi, sebagai bentuk penghargaan kita ke dia. Karena kata mama kamu, kamu belum bisa nyetir, jadi sementara kamu pake mobil lama tante dengan dianter jemput supir. Pokoknya dirumah ini berlaku reward and punishment, kalo kamu nurut, Tante sama Om akan sayang kamu dan pasti ada hadiah kamu, tapi kalo kamu salah pasti ada hukumannya. Ngerti?” jelas tante Devi
“iya tan.” Jawab nanda singkat karena membayangkan betapa dirinya akan tersiksa dirumah ini. Bagaimana tidak, seumur hidup Nanda tidak pernah bangun sebelum dibangunkan oleh Ibunya, membereskan kamar pun tidak pernah, Nanda juga sangat pemilih dalam hal makanan.
**
Pagi pertama dijalani Nanda dengan sangat tidak lancar. Dia baru bangun ketika hampir setengah enam pagi, akhirnya Nanda terpaksa mempercepat waktu mandinya yang biasa tiga puluh menin menjadi hanya kurang dari sepuluh menit. Alhasil Nanda telat sekitar lima belas menit tiba di meja makan. Namun karena hari pertama, maka dia dimaafkan dan tidak diberi hukuman.
Perjalanan dari rumah tante Devi menuju Kantor lumayan macet, tetapi untungnya Nanda tidak telat, delapan tepat Nanda telah sampai dikantor dan langsung menemui atasannya yang sudah menanti kedatangan Nanda.
“Anda Ananda Mizuki, Benar?” tanya seorang pria tambun berumur sekitar 47 tahun yang menjadi manager sekaligus atasan Nanda selama di Jakarta.
“benar Pak. Saya Ananda Mizuki, dari cabang Pekanbaru” jawab nanda.
“Saya Anton. wah, tidak menyangka kalau anda ini lebih muda dari yang di foto, dan memang cantik seperti rumor yang saya dengar dari anak-anak yang ada di Pekanbaru. Selamat datang di Jakarta, dan sekarang kita rapat perdana untuk menjambut kedatangan kamu sekaligus dua orang lainnya yang juga dipindahkan dari daerah ke Jakarta.” Jawabnya sambil menjabat tangan Nanda.
Nanda dan pak Anton pun pergi ke ruang Rapat. Ternyata semua anggota divisi telah berkumpul disana.
“oke, sebelum kita mulai rapatnya saya minta tiga orang anggota baru memperkenalkan diri. Silakan sebutkan Nama, asal, dan status perkawinan. Maklum, orang Jakarta banyak yang Jomblo, siapa tau dengan tau status kalian, ada yang bisa klik.” Jawab pak Anton dengan logat bataknya yang kental yang disambut gelak tawa seluruh peserta rapat
“Perkenalkan, saya Diana Rezky Fatmala. Umur 25 tahun, single, dari cabang Makasar.” Jawab seorang wanita dengan perawakan cantik khas wanita makasar dengan hijab serta pakaian yang sangat modis.
“nah, tuh Yusuf, itu si Diana single. Kan dia sepertinya sesuai itu dengan kriteria kau. Kalau tidak salah, orangtua kau juga menyuruh kau mencari orang makasar juga bukan? Sudah, PDKT sana” jawab pak Anton yang membuat lelaki berwajah kalem bernama Yusuf yang berusia 30 tahun salah tingkah. “nah, berikutnya coba kau Nanda” lanjut pak Anton.
“Perkenalkan, nama saya Ananda Mizuki, Umur 22 tahun, dari cabang Pekanbaru” Jawab Nanda. “wah, 22 tahun udah jadi kariawan tetap dan udah dipindah ke kantor pusat. Hebat kamu Nanda” jawab salah seorang peserta rapat.
“iya, dia ini memang kelewat cerdas. Orang-orang di pekanbaru katanya tidak mau melepas dia. Tetapi, apa mau dikata. Ini sudah keputusan orang pusat, tak berdayalah mereka. Selanjutnya Ronin, silakan perkenalkan diri kau” Jawab pak Anton.
“Perkenalkan, saya Ronin Mahardika. Umur 27 tahun. Dari cabang Surabaya, dan Single” jawab seorang laki-laki berparas sangat tampan, modis, dengan tubuh yang proporsional, serta berkacamata. Seketika Nanda langsung terdiam ketika tidak sengaja beradu pandang dengannya.
“baik, untuk ketiga anak muda anggota baru tim kita. Perkenalkan, saya Anton Simanjuntak. Kalau anak-anak biasa memanggil saya Om Anton. Karena kalian masih muda-muda, dikalangan internal divisi kita terserah kalian mau manggil Om Anton atau Papa Anton, asal jangan panggil Pak, Bos, atau semacamnya. Tetapi, demi formalitas, jika dilihat orang selain tim kita, tetap harus panggil saya Pak Anton. Sebagai manager, saya tidak mau ada jurang pemisah yang terlalu lebar antara saya dengan kalian. Saya inigin suasana divisi kita ini seperti suasana di rumah. Tidak perlu serius, yang penting kerjaan beres. Perlu saya beritau bawa kebiasaan ritual divisi kita adalah nongkrong bersama setiap minimal sebulan sekali. Hukumnya wajib nongkrong bareng itu, kecuali ada halangan yang mendesak. Bahkan yang sudah berkeluarga pun, keluarganya kalau bisa ikut. Kalau tidak ada yang ulang tahun atau sedang mendapat keberuntungan, maka saya yang bayar. Tapi kalau ada yang ulang tahun atau sedang mendapat keberuntungan, maka dia yang harus bayar. Selanjutnya kalian para anggota baru divisi ini, silakan tanya kesiapapun jika tidak mengerti tentang pekerjaan, kalau ada yang tidak mau jawab, langsung bilang saya, biar saya kasih dia hukuman. Ada yang ditanyakan?” jelas Pak Anton kepada tiga anak barunya tersebut. Mereka pun serempak mengatakan tidak, dan rapat awal minggu pun dimulai.
*bersambung*
Bukan begitu om @pokemon
Ink konsepnya udah lama, tapi gak berani realisasikan.. Hehehe..
Mensen deh kalo apdet lagi \:D/
pekanbaru??? dimananya?? hahaha.. gw di pku juga om ts.
#abaikan itu menurut gw aja
semoga yg ini laptop nya gak ilang lagi...
Setelah selesai rapat, Nanda beserta seluruh pegawai lainnya kembali melakukan pekerjaan mereka. Nanda, Ronin, dan Diana masih dibebas tugaskan untuk hari ini oleh Pak Anton, dengan alasan kasian anak baru kalau sudah diberi kerjaan. Tugas mereka hari ini adalah mengakrabkan diri dengan pegawai lainnya.
Ruang kerja mereka standar seperti ruang kerja biasanya. Ruangan besar berbentuk persegi, dan disekat-sekat untuk setiap pegawai. Setiap orang mendapatkat satu meja lengkap dengan PC, bangku yang nyaman, satu prangkat ATK, dan juga satu buah gelas.
Anggota divisi Nanda terdapat delapan orang dan satu manager. Nanda, Ronin, Diana sebagai trio anak baru. Yusuf, pria asli berdarah makasar namun dari lahir di Jakarta berumur 30 tahun sebagai supervisor. Yusuf adalah pria pendiam, murah senyum, berpenampilan sederhana, rajin menabung, tidak sombong, pokoknya suami idaman para mertua. Sayangnya Cuma mertua yang mengidamkan. Anak gadis mereka justru banyak yang menolak Yusuf karena terlihat terlalu baik.
Anita, wanita dari Jakarta keturunan Sunda-Manado sebagai sekretaris pak Anton, berumur 32 tahun dengan perawakan yang sederhana, dandanan yang simpel namun manis membuat setiap orang yang melihat menyangka dia masih berumur 25 tahun, Anita merupakan wanita yang fokus pada karir, dia tidak ingin menikah karena menikah baginya hanya akan menambah beban.
Gilang dan Galang, ya, mereka adalah bukti keajaiban Tuhan kata pak Anton. Gilang dan Galang bukanlah saudara apa lagi anak kembar. Gilang adalah pria chinese metroseksual, berumur 26 tahun, dari awal memang sudah ditempatkan di Jakarta. Sedangkan Galang juga pria metroseksual, yang juga berumur 26 tahun, baru satu tahun lebih tiga bulan lalu dipindahkan dari Padang ke Jakarta. Wajah mereka pun sangat mirip seperti anak kembar. Ada beberapa hal yang membedakan Galang dengan Gilang; Galang lebih tinggi beberapa sentimeter dari gilang, Gilang memakai kaca mata, kulit Galang sedikit lebih gelap, walau sebenarnya Galang juga putih, tetapi kulit Gilang lah yang paling putih di divisi tersebut sebelum Nanda datang mengalahkan putihnya Gilang. Melihat begitu miripnya Gilang dan Galang, serta nama depan mereka yang sama, Pak Anton sering bergurau agar mereka melakukan tes DNA.
Dan yang terakhir adalah Clara Alexandra Benedicta Putri Aurora, wanita dengan nama terpanjang di devisi ini, Clara wanita blasteran Jawa-Australia, berumur 28 tahun, dan satu-satunya pegawai sudah menikah selain pak Anton.
**
Tidak terasa sudah masuk waktunya istirahat makan siang. Satu-persatu manusia di ruangan itu sudah pergi untuk makan siang. Gilang dan Galang selayaknya anak kembar pergi makan siang bersama dengan dua orang wanita dari divisi lain yang datang mengajak mereka makan. Yusuf, tidak keluar makan karena sedang puasa sunah.
“Nanda, Diana, Ronin, makan bareng aku yuk.” Ajak Clara
“emm, boleh mbak. Mau makan dimana mbak? Disini kantinnya dimana yah mbak?” jawab Ronin
“Hadeh Ronin, kita Cuma beda setahun kurang kok kamu panggil aku mbak, panggil aja Clara. Mumpung kalian masih belum dapet kerjaan dari pak Anton dan kerjaan aku juga udah beres plus aku udah izin mau pulang abis makan siang kerena mau ke dokter gigi, gimana kalau kita makan keluar? Kalo disini kantinnya ada di bawah kok.” Jelas Clara
“kalo aku sih gak masalah. Gak tau deh kalo Nanda sama Diana mau apa gak.” Jawab Ronin
“Boleh kak Clara, aku mau tapi jangan yang mahal-mahal yah. Pusingnih aku, baru berapa hari udah keluar uang banyak buat ngekos, beli perabotan, bayangin kak, kos aku itu udah mahal tapi gak ada isinya apa-apa, kasur dan lemari pun gak ada. Terpaksa aku beli sendiri semuanya. Memang sih lokasinya strategis, mudah dijangkau angkutan umum, rumahnya sejuk dan asri. Tapi tidak penting itu semua kan kak kalau gak ada apa-apa di kamar. Kalau bukan karena terpaksa, mending aku ngontrak rumah petak sekalian dari pada kos harus sebulan bayar dua juta setengah tapi gak ada apa-apa, belum lagi uang listrik dan air. Ditambah....” Ucap Diana yang kalau udah bicara gak bisa berhenti.
“hahaha, kamu tuh ya. Kalau udah kebuka mulutnya, gak bisa berhenti ngomong.” Sela Ronin yang sengaja agar Diana berhenti bicara dan membuang-buang waktu.
“iya nih, kamu kayak nenek ku di Jawa sana Diana. Kalau udah ngomong, susah di rem. Hahaha. Yaudah, masalah makan siang kalian, biar aku yang traktir. Anggap aja hadiah selamat datang. Nanda gimana? Ikut?” lanjut Clara
“boleh deh Mbak, dari pada aku sendirian di sini. Serem juga kali mbak.” Ucap Nanda
**
Setelah setengah jam bergulat dengan kondisi lalu lintas di Jakarta, akhirnya mereka sampai di restoran tempat biasa Clara makan.
“pada mau pesen apa nih? Sebutin makan dan minumnya sekalian ya. Jangan kelamaan mikir, disini enak semua kok.” Tanya Clara
“aku kak, aku mau ayam goreng sambel mangga sama minumnya jus tomat” jawab Diana semangat
“aku mau ayam penyet minumnya teh hijau” jawab Ronin
“aku mau udang saus tiram sama minumnya teh hijau juga deh mbak” Jawab Nanda
Tak lama kemudian pelayan pun menghampiri mereka dan Clara menyebutkan satu persatu makanan yang hendak dipesan.
“kamu suka teh hijau juga Nanda?” tanya ronin membuka pembicaraan dengan nanda karena Clara dan Diana lagi asik bicara tentang hal-hal yang hanya diketahui oleh wanita.
“iya” jawab Nanda yang bingung harus jawab apa karena karakter aslinya yang pendiam
“ngomong-ngomong nama sama wajah dan karakter kamu pas yah.” Lanjut Ronin
“maksudnya?” tanya Nanda
“iya, Ananda artinya yang layak untuk dicintai. Mizu itu artinya air, sama kaya sifat kamu yang tenang, dan pendiam. Mizuki itu dalam bahasa Jepang Artinya bulan yang sangat cantik sama kaya kamu yang cantik.” Jelas Ronin
“emm, aku malah gak tau arti nama aku. Yang aku tau Mizuki itu akronim dari Mira dan Zuki, nama orang tuaku.” Jawab nanda polos
“ooohh, pantes agak sedikit aneh sih emang. Hahahaha” jawab Ronin
“aneh gimana?” tanya Nanda
“ya, aneh. Nama Ananda itu biasa digunakan anak perempuan, walau sekarang sudah banyak sih anak laki-laki dengan nama Ananda, tapi diikuti dengan nama yang untuk anak laki-laki. Terus, nama Mizuki itu di Jepang adalah untuk nama anak perempuan. Sedangkan kamu kan laki-laki. Masa dua kata untuk nama anak peremuan digabungin buat ngasih nama anak laki-laki. Eh, gak taunya Mizuki itu akronim. Hahaha..” jelas Ronin. “kalo aku manggil kamu bukan Nanda, tapi Mizu boleh? Soalnya Mizu kalo di Jepang bisa dipake buat laki-laki ataupun perempuan” lanjut Ronin
“boleh aja. Tapi harus Mizu ya, soalnya dulu di pekanbaru ada temen yang manggil aku Miju, sejak itu aku maunya dipanggil Nanda yang lebih simpel.” Jelas nanda.
“cie, Ronin godain Nanda. Mau digebet nih.” Sela Diana
“dih, apaan sih kamu. Masa cowo sama cowo” jawab Ronin
“udah lah, gak usah mengelak lagi kamu Ronin Mahardika, atau harus aku panggil ‘Romi Dhika’?” jawab Diana
Bagaikan tersambar petir di siang bolong, Ronin pun seketika terlihat pucat, tangannya gemetar, dan berkeringat. Suasanya di meja itu menjadi hening seketika. Sangat kontras dengan suasanya resotran yang sangat ramai. Ronin pun tidak bisa berkata-kata lagi.
**
Selesai makan, sebelum pulang, Clara pun merasa ada yang aneh dengan Ronin setelah Diana berbicara hal yang Clara dan Nanda tidak mengerti.
“Ronin, kamu kenapa sih mendandak diem? Diana, jelasin ke aku ada apa ini? Masa anak baru udah pada diem-dieman” tanya Clara
“gini loh mbak, sebelum aku jelasin, aku mau tau pendapat mbak sama Nanda tentang Gay?” timpal Diana
“menurut aku, ya, itu hak mereka mau gimana. Aku sih setuju aja, asal mereka berhubungan dilandasi dengan cinta, bukan Cuma nafsu. Menurut aku semua sama kok, mau orang normal juga kalo cowo suka sama cewe Cuma karena nafsu mah sama aja binatang.” Jawab Clara “kalo kamu sendiri gimana?” lanjut Clara
“kalo aku, mereka adalah kaum yang harus dibela hak-hak mereka mbak. Selama gak rebut pacar atau suami orang, selama gak merugikan masyarakat, bangsa, dan negara, ya gak masalah. Sama aja orang normal kok. Kenapa harus membedakan mereka.” Jelas Dina. “kalo Nanda, pendapat kamu gimana?” tanya Diana
“kalo aku yah Diana, jujur aku sendiri masih bingung sama orientasi aku. Pacaran aja aku belom pernah. Jadi aku gak bisa nentuin sikap aku sekarang gimana.” Jawab Nanda
“oouuhh.. kasian, temen Mbak yang paling unyu ini. Yaudah, nanti kalau udah yakin sama orientasi kamu, Mbak bakal cariin kamu pacar. Mau cewe atau pun cowo, mbak punya banyak stok kok.” Jawab clara sambil menggoda Nanda. “terus, pertanyaan Mbak tentang Ronin tadi gimana Diana? Kok malah ngomongin gay.” Lanjut Clara
“karena udah tau kalian terbuka dan gak masalah sama gay, biar Ronin aja deh mbak yang jelasin” jawab Diana
“aku, gay mbak” Jawab Ronin singkat
“what? Serius?” tanya Clara dengan ekspresi yang tidak percaya pria setampan, segagah, seceria, sebaik, Ronin adalah seorang gay. Nanda pun hanya bisa mengeluarkan ekspresi kagetnya setelah mengetahui Ronin seorang gay. Dan Ronin pun hanya mengangguk.
“iya Kak, jadi Nama Roni Dhika itu nama facebook palsunya dia mbak. Nah, disana aku juga punya akun palsu khusus teman-teman ku yang gay. Terus, Roni Dhika ini adalah salah seorang teman ku, bahkan teman gay ku yang paling sering curhat betapa tersiksanya dia gak bisa terbuka kalau dirinya gay. Aku pernah sekali dikirimin fotonya dia yang asli dan aku ingat betul wajahnya. Mangkanya, setelah tau Kak Clara dan Nanda gak masalah dengan keberadaan gay aku mau Ronin lebih terbuka biar dia juga gak tertekan terus. Tapi jangan kasih tau siapapun di kantor yah Kak kalo pada belom siap nerima Ronin yang berbeda dari mereka.” Jelas Diana
“oooh, gitu. Iya, iya. Aku ngerti kok. Udah Ronin, gak usah murung, rahasia kamu aman. Dan kalau ada masalah tentang percintaan mu, silakan hubungi aku atau Diana aja yah. Kita buka layanan Jasa 24 jam kok buat kamu.” Jawab Clara.
“Iya Bang Ronin. Jangan murung gitu. Jelek tau. Hehehe” jawab Nanda
“cieeee, Nanda manggil Ronin Abang. Aw, aw, aw. Aku nunggu kabar baik dari kalian yah. Hahaha” ucap Diana sambil menoel tangan Nanda
“jadi kamu, yang punya akun DinaMakan Sate? Tapi kok foto kamu beda banget sih?” tanya Ronin kepada Diana
“ya iya lah beda. Orang itu foto aku pas masih SMA, masih dekil, dan belom berhijab” jawab Diana
“ngomong-ngomong udah jam setengah dua lewat nih, yuk kalian aku anter ke kantor. Sekalian aku mau ambil tas, terus pamit pulang ke pak Anton.” Ajak Clara
*bersambung*
Udah update, selamat membaca
Semoga gak yah..