BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Hujan Salju di Sore Hari

1356756

Comments

  • aku tdk kbrtan kok dimention./ hehehe..
  • **** Fujita Akio ****

    Fujita Akio terbangun dengan kepala pusing dan badan kaku. Hal pertama yang ia sadari adalah langit masih terang ketika ia melirik kearah jendela. Jam berapa ini? Ia mengerang lalu kembali memejamkan mata sejenak. Ia lelah sekali, badannya masih menolak untuk bergerak. Pelipisnya berdenyut - denyut. Penerbangan dari London ke Tokyo menguras abis tenaganya. Ia memang tidak suka melakukan perjalanan jauh. Tenggorokannya kering, ia harus minum sebelum tubuhnya mengalami dehidrasi. Kapan terakhir kali ia minum? Ia tidak ingat. Mungkin sewaktu di pesawat.

    Akio memaksa dirinya bangun dan duduk di tepi ranjang. Ia mengusap wajah dengan kedua tangannya untuk sedikit menyadarkannya dari rasa kantuk. Lalu perlahan ia bangkit dan menyeret kakinya yang berkaus kaki tebal keluar dari kamar. Matahari nampak masih bersinar melewati pintu kaca balkon untuk menerangi ruang duduk. Kini, ia bukan hanya merasa haus tapi juga merasa perutnya lapar. Kapan terakhir kali ia mengisi perutnya dengan makanan? Sewaktu di pesawat? Ia ingat hanya makan sedikit di pesawat karena sama sekali tidak berselera. Pantas saja sekarang ia kelaparan.

    Akio baru akan berjalan ke dapur ketika mendengar bunyi gemeresik samar di luar pintu apartemennya. Apakah ada orang diluar pintunya? Niat awal mencari minuman batal, ia berbalik dan menghampiri pintu lalu memasang telinga. Tidak ada suara orang berbicara, tapi ia yakin kalau ada orang di balik pintu apartemennya. Dengan agak ragu, Akio meraih pegangan pintu lalu dengan satu sentakan cepat, ia menarik pintu itu terbuka. Akio terkejut ketika melihat sosok seorang pria tengah berdiri di hadapannya. Akio agak menunduk untuk melihat siapa pria tersebut. Mata mereka saling bertemu. Siapa orang ini? Tanya Akio dalam hati. Sepintas Akio merasa kalau pria itu bukan orang Jepang. Matanya besar dan bulat tidak seperti mata orang Jepang pada umumnya yang bermata sipit. kulitnya juga berbeda. Tidak putih, lebih cenderung ke arah kuning. Dia pasti bukan orang Jepang? Pikir Akio pasti.

    Untuk beberapa saat, mata mereka saling memandang. Akio merasa ada yang aneh pada dirinya. Ia merasa menyukai mata hitam pria tersebut. Ia segera mengalihkan pandangan, tak ingin berlama - lama memandangnya.

    "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Akio dengan suara yang terdengar serak di telinganya.

    Ia belum sempat mendengar pria itu memberi jawaban, namun tiba - tiba suasana menjadi gaduh.

    "Suara apa itu?"

    "Siapa yang membanting pintu sekeras itu?"

    "Jangan - jangan ada pencuri?"

    "Pencuri?"

    "Habibi chan kaukah itu?"

    "Habibi Oniisan?"

    "Katsuo! Ayo kita naik."

    "Mana tongkat bisbolku?"

    "Pakai dulu jaketmu!"

    "Tidak perlu."

    "Apa kau bercanda? Diluar sangat dingin."

    "Bu, kau tunggu disini saja!"

    "Hati - hati."

    Dalam sekejap mata, tiga orang bermunculan di hadapan Akio. Ia hanya bisa mengerjap - ngerjapkan mata memandang dua orang pria dan seorang wanita yang menyerbu koridor sempit di lantai dua itu. Mereka balas menatapnya dengan heran. Kini, selain pria berkulit kuning langsat yang berdiri dihadapannya, ada juga seorang pemuda bertubuh kurus berambut agak gondrong yang mengacungkan tongkat bisbolnya, seorang wanita berambut panjang lalu seorang pria tua dengan rambut yang sudah memutih.

    "Habibi, apa yang terjadi?" pekik wanita itu sambil menghampiri pria itu.

    "Habibi? Nama yang aneh." gumamnya dalam hati.

    "Kau baik - baik saja?"

    pria yang dipanggil Habibi melongo sesaat, lalu cepat - cepat menjawab.

    "Oh, Haruka Oneechan. Tidak apa - apa, aku baik - baik saja."

    Oke, pria itu bisa berbahasa Jepang. Gumam Akio.

    "Anda siapa?" tanya pemuda kurus sambil terus memegang tongkat bisbolnya di tangan kanannya.

    "Anak Muda, tolong perkenalkan dirimu!" seru orang tua berambut putih yang berdiri di samping si pemuda kurus itu.

    Akio menelan ludah, tenggorokannya sakit dan ia ingat tadi belum sempat minum. Ia berdehem sejenak, lalu berkata datar.

    "Nama saya Fujita Akio. Saya baru pindah ke apartemen ini.

    "Oh, si orang baru?" tanya pemuda itu.

    "Tadi pagi aku melihatmu datang." lanjutnya.

    Akio melihat tongkat bisbol yang tadinya terangkat tinggi itu kini diturunkan.
    "Saya baru tiba di Tokyo. Karena tidak enak badan, saya langsung tidur begitu tiba di apartemen. Saya mohon maaf karena tidak sempat memperkenalkan diri dari awal."

    "Berarti sejak tadi pagi kau tidur terus di dalam?" tanya wanita itu.
  • "Benar." jawab Akio.

    "Lalu apa yang terjadi disini? Si kakek tua kembali bertanya sambil memandang Akio dan Habibi secara bergantian.

    Perhatian Akio kembali ke arah Habibi yang terlihat serba salah.

    "Kakek, itu.. Itu.. Ehm.. Maksudku, aku hanya khawatir." katanya terbata - bata.

    "aku dengar dari Haruka-san, sudah ada yang menempati apartemen 211 dan orang itu belum keluar dari kamar sejak pagi dan aku tidak mendengar suara apapun dari dalam. Jadinya aku berpikir..." suaranya semakin lirih dan ia tersenyum kikuk sambil menggaruk kepala bagian belakangnya.

    "kalau Fujita-san sakit." sahutnya menjelaskan.

    "Astaga, kau membuatku terkejut." ujar wanita berambut panjang tersebut.

    "Aku kira telah terjadi sesuatu disini." sambug kakek tua.

    "Maafkan aku." sahut Habibi sambil membungkuk.

    "Tidak usah dipikirkan, aku juga minta maaf karena telah membanting pintu terlalu kuat." Jawab Akio tersenyum.

    "Oh, ya, perkenalkan aku Kitano Hiroshi. Aku pemilik apartemen ini. Aku tinggal di lantai bawah nomor 111." sahut kakek tua tersebut memperkenalkan diri.

    "Aku Suzuki Katsuo. Aku dan kakakku tinggal di lantai bawah nomor 112." sahut pria berambut agak gondrong.

    "Aku Suzuki Haruka, kakak Katsuo. Senang berkenalan denganmu." sambung wanita itu.

    "Habibi-chan perkenalkan dirimu."

    Habibi buru - buru membungkuk lalu berkata agak tergagap.

    "Namaku Habibi, salam kenal." Akio balas membungkuk kearah Habibi.

    "Selamat bergabung bersama kami. Semoga kamu betah tinggal disini." sahut kakek Hiroshi.

    Inilah pertama kalinya Fujita Akio menginjakkan kakinya kembali ke Tokyo. Setelah pindah ke London bersama keluarga besarnya selama bertahun - tahun. Kali ini dia kembali bukan karena rindu dengan kampung halamannya. Ia hanya ingin pergi jauh dari London untuk sementara waktu dan Tokyo adalah kota pertama yang terlintas dalam benaknya.


    To be continue
  • lanjut ya ts nya. masih meraba-raba ceritanya dan untuk siapa dialog nya. thanks sudah dimention ya
  • update yg dikit bgt nih :]
  • stuju am yg d atas, kok dikit hehe... d tunggu updateannya lg ts :D
  • @WYATB
    @yubdi
    @hananta


    maaf,
    tadi keburu sibuk soal nya ada teman yang butuh bantuan.
    Hehehe
  • half_blood wrote: »
    lanjut ya ts nya. masih meraba-raba ceritanya dan untuk siapa dialog nya. thanks sudah dimention ya

    hehehe...
    Makasih juga udah mau mampir yah mas.
  • nah kan.. kalo gini jadi enak ngebacanya...

    kayak pernah baca opening yg kyak gini.. kyak winter in tokyo-nya ilana tan kalo g salah ingat.. ehehe
    semangat terus buat TS..
Sign In or Register to comment.