It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku kaget..
Segera kulempar palu dan paku yang tadi kupegang
Setengah berlari aku ke bagian ruang depan
Nafasku ngos-ngosan…
“ada apa bu?” tanyaku bingung.
Aku berdiri terpaku
Bu har wajahnya ceria…
Senyum lebarnya mengembang di bibirnya
Aku masih bingung
“lihat” ujarnya sambil menunjuk ke arah riri
Langsung pandanganku tertuju ke arah riri
“akhhhh…” aku menghela nafas panjang
Riri seperti biasa
Nggak ada apa-apa dengan riri
Dia berdiri dengan masih goyah
Memang beberapa hari terakhir ini riri mulai latihan berdiri
Dan seperti biasa…
Setiap berdiri dia tertawa lebar
Kedua tangannya yang kecil menepuk nepuk seolah bertepuk tangan
Yahhh…walau aku paham ini adalah dalam rangka menjaga keseimbangan tubuhnya.
Nggak ada yang aneh dengan riri?
“riri kenapa bu?” ujarku masih bingung
“jar…tadi riri jalan lho…beneran” ujar bu har tertawa
“oh yaaaa?” aku kaget
Tak dapat kugambarkan rasa bahagia di hatiku
Bahagiaaa banget
Duhhh…akhirnya aku melihat salah satu tonggak sejarah kehidupan buah hatiku
Yaitu…
Dia mulai bisa berjalan.
Akhhh bahagia banget…
Beneran…
Sejak kemaran memang riri sudah mulai ‘rambatan’
Setiap ada kursi atau tembok
Telapak tangannya memegang kuat dan mulai bisa berdiri.
Memang sih sesuai dengan usianya sudah saatnya riri mulai bisa berjalan.
Aku langsung jongkok
“hehehehheheh…rirrrriiiii….sini dong …ririiii….” Aku melambai ke arahnya yang hanya sekitar dua meter
Riri memandangku
Bibirnya masih tertawa dengan bunyi kecil yang melegakan setiap mendengar
Kedua belah tangannya masih menepuk nepuk
Dan…
Saat yang ditunggu datang
Kedua kaki mungilnya melangkah..
Satu..
Dua…
Tiga…
Tiga langkah mendekatiku dan dia langsung ambruk
“hehehehhehehe…duh pinter….ayooo kesini lagiiii…ayoooo” ujarku memberi semangat.
Dia bangkit lagi…
Berdiri lagi
Tawanya seperti cekikikan..
Riri sama bahagianya sepertiku
“ayooo ririii…sini…sini….sini dengan bapak…siniii”
Aku memang tidak mau menyebut diriku ayah atau papa
‘bapak’ saja
Sebutan paling sederhana untuk diriku terhadapnya.
Kaki mungilnya melangkah lagi…
melangkah…
Terus melangkah
Terus …
walau dengan tubuh terhuyung
“hahhahahahhaha” aku tertawa lebar
Langsung kutangkap tubuh mungilnya ketika sampai di depanku
Kupeluk erat…
Kuciumi pipinya gemas.
“ririii pinteeerr…pinter deh anak bapak….”kuciumi sekali lagi
Kugendong…
Kugoyang-goyangkan tubuhnya dalam gendonganku.
Kami tertawa lepas…
Kudengar bu har juga tertawa
Kami semua bahagia menyambut peristiwa ini .
“udaaaahhhh….uhhh jar…tuh riri jadi kotor tuh…kamu tuh belum cuci udah peluk-peluk riri…sini!”
“hehehehehhe…abisnyaaa….riri dah pinter jalan yaaa…hemmm” kucium lagi pipinya
“udaahhhh…ihhh jorok…cium cium riri…kamu kan keringetan…sini!”
Bu har mengulurkan tangannya
Kuserahkan riri kedalam gendongan bu har
“tuh kaaannnn…riri jadi bau apek!”
“hahahhahaha” aku masih tertawa gembira
Bu har cemberut
Tapi aku paham…beliau juga bahagia.
“riri…nanti malem pokoknya kupijit yaa…kakimu pasti capek…hmmm” bu har ikut-ikutan ciumi pipi riri.
Akhhh…hari pertama menempati rumah ini
Sekaligus…
Ini hari pertama riri mulai bisa berjalan
Seolah memberi harapan besar terhadap masa depan kami hidup di sini
Di tanah kelahiran bu har…
Magelang.
………………………
Yahh ini hari pertama kami menempati rumah ini
Walau…seharian ini aku masih tetep kerja keras membetulkan ini itu yang masih nampak kurang
Empat hari…
Yah empat hari aku menyiapkan rumah super kotor ini menjadi lebih siap di huni.
Dan…
Tadi malam
Setelah semua di rasa beres
Kami mengadakan acara selamatan menempati rumah ini
Bu har mengundang beberapa tetangga untuk mengadakan selamatan
Sekaligus mengenalkan aku kepada warga sekitar
Hmmm…masih ingatnya…bapak suwandi, pak sunardi..pak parjono…pak rtnya pak suyono…pak mukti..pak paryanto…akhh…kami sudah mulai mengenal tetangga di sini.
Semua menyambut kami dengan penuh kekeluargaan.
Pak rt berbekal surat pindah dari tangerang sudah mengurus kependudukan kami disini
Aku lega…
Ini jauh lebih membahagiakan hatiku
Menyadari…
Satu hal
Yaitu..kehadiran kami diterima oleh warga sini.
********
Sungguh sunyi
Terdengar di halaman rumah suara serangga nyaring terdengar
Jangkrik… atau apalah namanya
Suaranya nyaring terdengar membelah kesunyian malam
Aku menghela nafas panjang
Sudah sangat lama aku tak menikmati suasana seperti ini
Suasana alamiah
Suasana yang tak kudapatkan di tangerang
Hening….
Udara sejuk…
Kadang terdengar deru sepeda motor atau mobil
Tapi tetep tak mengubah malam menjadi hingar bingar.
Kuseruput kopi panas ini…
Pelann
Kunikmati…
Dan…
Kudengar dengkuran ringan nafas bu har yang sedang terlelap.
Kuhisap kuat rokok di sela bibirku..
Asapnya yang panas menyeruak diantara paru paruku
Memberi rasa hangat di sekujur tubuhku.
Aku sedang susah tidur…
Otakku tiba-tiba penuh dengan masa depanku disini
Aku bingung…
Aku tak mungkin terus begini hidup di sini
Aku harus memulai hidup yang benar-benar baru disini
Mencari uang…
Menafkahi anakku satu-satunya
Akan kulakukan apapun demi riri dan bu har
Dan…
Melupakan masa lalu yang kelam.
“belum tidur jar?” suara bu har mengagetkanku
Aku menoleh
Tersenyum
“belum bu…”
“udah jam satu lho”
“nggak ngantuk bu”
Kudengar langkah kaki pelan bu har mendekatiku
Aku hanya diam saja…
“napa? Mikirin apa?” tanya bu har pelan
“nggak apa-apa bu, Cuma…mungkin belum terbiasa tinggal di sini”
Bu har tersenyum
“rumahnya nggak bagus yo?”
“okhhh….bukan itu bu…bukannnn….sebenarnya….hmmm….aku sebenarnya sedang mikir…hmmm….tentang cari uang disini bu” ujarku lirih takut meyinggung perasaan bu har
Bu har kulihat hanya menarik nafas pelan
“baru sehari nempatin rumah…pelan saja jar…lagian kamu kan bisa memulai lagi usaha tambal ban…disini dulu sementara”
“iya bu…”
“lagian jar…biaya hidup disini lebih ringan dibanding di tangerang.”
“ya bu….” Ujarku pelan sambil mengusap rambut
“udah sana tidur..udah malem”
Pelan aku bangkit
Menuju kamarku
Dipan hanya beralas tikar
Memang aku hanya punya satu kasur saja
Itu untuk tidur bu har dan riri.
Nggak masalah…
Kurebahkan tubuhku
Keras….
Dan kutarik sarung untuk sekedang menutup badanku
Diluar hujan rintik mulai turun…
Dingin…
Aku terlelap dalam penat dan lelah.
******
Akhirnya….
Sebuah gubug kecil di pinggir jalan berhasil kudirikan
Seharian aku membuat ‘tempat usaha ini’
Kutulis pakai cat putih TAMBAL BAN MOTOR
Walau kecil…ini rintisan usaha pertamaku di magelang ini.
Letaknya tepat di depan rumah
Sehingga aku juga bisa sekalian bermain dengan riri.
Hanya satu permasalahannya
Jalan ini jalan kecil
Hanya jalan kampung
Bukan jalan raya…
Motor yang lewat juga jarang
Aku pesimis usaha tambal ban ini akan sukses.
Aku sudah siapin semuanya…
Mulai dari pompa…
Lem…
Ban bekas..
Serta alat-alat bengkel sekedarnya.
Bu har ikut juga membantu
Membersihkan
Serta menata hingga walau hanya berupa gubug kecil…
Tapi bersih
Ada bangku panjang untuk menunggu pelanggan.
Dalam hati kecil…
Aku suka tempat ini
Walau aku tak yakin akan seramai rencanaku.
Dan….
Dan….
Benar saja dugaanku…
Hari pertama…
NIHIL
Tak ada satupun yang menambal ban di tempatku ini…
Tapi aku sadar kok
Ini awal
Ini awal…
Dan awal biasanya memang sulit
Hari kedua…
Ketiga
Sampai dengan hari ke empat…
Hanya dapat dua orang yang menambal ban di tempatku.
Aku menghela nafas panjang…
Sudah mulai putus asa dengan keadaan ini
Sementara …
Kebutuhan hidup terus berjlan
Susunya riri…kebutuhan dapur…listrik dan semuanya perlahan mulai menguras tabunganku.
Akhhhggg…..semoga aku kuat menghadapi semua ini.
***************
Sangat deras disertai angin kencang.
Aku sendiri heran…
Magelang sering banget hujan…
Mungkin karena letaknya di lembah.
Aku menghisap rokok…
Kunikmati sekedar menghangatkan badan ini.
Riri dan bu har sudah tidur…
Pukul 10 malam
Seperti biasa…
Sunyi…
Hanya suara hujan deras yang menerpa atap seng ini dan petir yang menyambar memekakkan telinga.
“jaaaaarrrrrr……” suara bu har menjerit dari dalam kamar
Aku kaget dan langsung melompat berlari menuju kamar…
“ada apa buuu….”
“iniiiii…ririiiiiiiiiiiii….” Suara bu har berteriak
Aku melompat ke ranjang
Kudapat riri..
Diam tak bergerak..
Suhu badannya sangat tinggi.
“rirrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiii” aku ikut berteriak
Kugoyang-goyangkan badannya
Matanya melotot tak berkedip
Mulutnya terbuka dan tak bergerak.
Aku panik…sepanik paniknya.
“ririiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii….” Aku menjerit lagi
“bu riri kenapa?”
“sepertinya kena muntaber…tadi muntah disertai diare”
“hah….” Aku kaget
“jar cari mobil jar…kita ke rumah sakit….biar riri kukompres dulu” bu har panik sambil membawa panci berisi air
Aku melompat
Keluar rumah…
Berlari kesetanan menembus hujan deras yang di sertai angin.
Jam sepuluh malam…
Sudah sepi dan aku harus membawa riri ke rumah sakit
Tubuhku basah kuyup…
Tak kurasakan lagi..
Di otakku hanya ada riri
Riri…
Ya Tuhan….
Selamatkan nyawanya.
Mencari angkot? Nggak mungkin ada
Aku terus berlari
Mencari rumah yang ada mobil nya
Yup….
Kutemukan…
Aku tak paham ini rumah siapa..
Tak peduli lagi.
Kuketuk pintu rumah ini
Sepertinya penghuninya belum tidur
“salamualaikuuuummmmm” suaraku keras
“salamm…” kudengar suara bapak-bapak dari dalam rumah
Pintu terbuka…
Dan ….bapak bapak berdiri terpaku mengamatiku.
“maaf…anda siapa ya? Dan ada keperluan apa?”
“pak…tolong saya pak….anak saya sakit keras dan perlu mobil ke rumah sakit” suaraku menghiba
“ohhh….dimana?”
“saya anaknya bu hartini yang dari jakarta pak”
“ohhh…baik…tunggu bentar” bapak itu berlari ke belakang
Dan secepatnya kembali di hadapanku.
“saya tunggu pak…saya mau pulang dulu”
Aku secepatnya berlari kembali
“heiiii….” Teriak bapak itu
“ada apa pak?”
“ikut mobil saja”
“nggak pak…tubuh saya basah….”
Aku kembali lagi berlari…
Hujan semakin deras menerpa tubuhku.
Aku tak peduli
Dan…
Kembali tiba di depan rumah..
Sejenak aku terpaku…
Menetap…
Menatap…
Gubug bengkelku ambruk berantakan tesapu hujan yang di sertai angin
Sejenak aku terpaku menatap
di…sana…di dalam rumahku riri dan bu har sedang menungguku.
Tak terasa air mataku menetes….bercampur dengan tetesan air hujan di pipiku….
@ularuskasurius
@masbadudd
@3ll0
@adinu
@erickhidayat
@YANS FILAN
@mustaja84465148
@agungrahmat
@sindu
@aa_akew
@arieat
@ramadhani_rizky
@imt17
@Agova
@hikaru
@sandy.buruan
@angelsndemons
@akukamukita
@denizputera
@arjuna150586
@yunjaedaughter
@pria_apa_adanya
@joenior68
@ukhty
@mumura
@DavidLiu
@cute cowo
@AbnerLeo19
@cloverxander
@Sonny77
@Hiruma
@hananta
@zeva_21
@tarry
@Afhand
@d_cetya
@raka rahardian
@egosantoso
@heavenstar
@Ian_sunan
@adhiyasa
@babayz
@kojul
@eka-januartan
@fends
@4ndh0
@DickDevil69
@Fino_DeAustin
@edmun_shreek
@Mr_makasar
@wooyoung
@sandalrusak
@euy_aing
@wita
@bodough
@yansah678
@sulastri
@daniel007
Sekali lagi mohon maaf
Lamaaa banget nggak update
Ada banyak masalah yang menimpaku dan kebetulan laptop juga ngadat.
Moga kedepannya diberi kelancaran dan kemudahan dalam segala hal termasuk dalam menulis cerita ini hingga tamat
Makasih bagi yang masih sudi baca tulisanku ini.
Updatetan kali ini agak kacau tulisanku…
Maklum…lama vakum nulis jadi kagok..hehehhe
Maaf juga jika ada yang belum kumention.
Sekali lagi trims…
Hehhee. Lik @seno kalo gak aku tagih mulu bakalan lanjutnya 2015 nih cerbung, lain kali jangan diulangi ya, pembaca pada galau nih kalo lama updetnya...tapi thanx lah udah dilanjut, moga2 kontinyu...#kasih tip goceng buat lik no
Pas... Semuanye, anak sakit, tempat usaha hancur. Sabar ye jar
Awal perjuangan yang penuh ujian buat Mas Fajar.