BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Ku Memilih Setia

Dengan wajah masam aku keluar dari mobilnya Irgie, lalu segera mengambil kopor dari bagasi dan dengan langkah cepat aku segera memasuki areal Terminal Lebak Bulus, suasana di terminal saat itu terlihat padat sekali, suasana mudik H- 8 Lebaran musim ini semakin penuh sesak dan ramai sekali, sudah pasti aku harus berebut naik Bis agar bisa mendapatkan tempat duduk, agak sedikit malas sebenarnya tapi mau bagaimana lagi ini sudah menjadi hal wajar dan tak bisa di hindari bagi pemudik yang mau pulang kampung, mau tak mau harus berebut naik bis jika ingin kebagian tempat duduk. Selalu begini pada setiap mudik lebaran.

"Fey tunggu.." Dari belakang Irgie menggamit tanganku dan menahan langkah kakiku, aku menoleh dengan tatapan galak padanya, namun tak sepatah katapun keluar dari mulutku, aku sedang kesal sekali pada kekasihku ini.

"Tidak baik bepergian dalam keadaan marah begitu Fey, tolong ngertiin keadaanku.." Wajah Irgie tampak memelas meminta pengertianku, tapi aku benar-benar sedang tidak mau ngertiin dia lagi, selama ini selalu aku yang harus mengerti keadaan dia, kapan giliran dia mengerti keinginanku, Irgie terlalu egois menurutku.

"Terserah kamu deh Gie, aku memang gak berarti buat kamu kan?" Balasku mengecamnya, Irgie nampak terkejut dengan jawabanku

"Bukan gitu Fey, sebenarnya aku pengen ikut tapi aku belum siap melanggar aturan Eyang ku.. Please Fey sekali ini saja ngertiin.."

"Aku sudah terlalu sering ngertiin kamu, kapan kamu ngertiin aku Gie, bahkan untuk satu-satunya permintaan aku sama kamu ini kamu tidak mau menurutinya, aku benar-benar kecewa sama kamu Gie.."

"Mintalah yang lain, tapi jangan yang ini dulu Fey.."

"Kamu itu egois Gie, sudahlah percuma aku ngomong sama kamu, lebih baik aku pergi sekarang aku tidak mau tak dapat kursi dan sepanjang jalan berdiri di bis.." Aku segera menutup pembicaraan itu, lebih banyak bicara malah semakin membuat aku makin kesal sama Irgie, segera ku tepis cekalannya di tanganku dan aku terburu pergi, Irgie masih terdengar memanggilku namun aku sudah tak ingin mempedulikannya lagi dengan gesit aku segera ikut berebut masuk ke dalam bis bersama calon penumpang lain yang berjejalan di terminal.

Sebenarnya masalah aku sama Irgie sepele saja, aku meminta Irgie mau berlebaran di kampungku, entah kenapa tahun ini aku ingin sekali merayakan hari suci itu bersama kekasihku di kampung halamanku namun ternyata Irgie tidak bisa ikut, alasannya ia tidak bisa melanggar aturan Eyang kakungnya yang sejak dulu selalu mewajibkan seluruh keluarganya agar pulang dan merayakan iedul fitri bersama keluarga besarnya di Jawa Tengah sana.

Aku pikir jika Irgie alfa sekali saja tak pulang Eyangnya itu pasti mau mengerti, tapi Irgie terlalu takut untuk melanggarnya sehingga lebih memilih menolak permintaanku, padahal dulu sewaktu dia mengajak ku berlebaran di kampung halamannya aku dengan semangat bersedia menemaninya, Irgie memang egois. Mungkin dia sudah tak sayang aku lagi. Aku benar-benar marah padanya.


***
Setelah dengan perjuangan tinggi aku berjejalan berebut masuk ke dalam Bis dan mencari kursi kosong akhirnya aku bersyukur mendapatkan kursi kosong juga, yah walau sedikit harus sikut sana sikut sini tapi ternyata tak sia-sia aku tak harus berdiri sepanjang 6 jam perjalanan dari Lebak Bulus menuju Tasikmalaya kampung halamanku, dengan cepat aku segera menjejalkan pantatku di jok bis itu.

Di samping Jok ku dekat kaca sudah ada yang menempati, sepertinya seorang cowok namun aku tak bisa melihat wajahnya, sepertinya cowok itu mencoba untuk tidur bahkan dia menutup wajahnya dengan jaketnya, dia seakan tak peduli dengan kebisingan di terminal, dan aku pun memilih tak peduli padanya setelah merapikan koporku aku pun mencoba duduk nyaman di dalam Bis, menanti perjalanan mudik ini di mulai sang sopir. Aku pun mencoba memejamkan mataku, mencari ketenangan, mengalihkan semua kebisingan dan kemarahanku pada Irgie, aku malas terus mengingatnya. Hingga tanpa sadar aku benar-benar tertidur, mungkin karena semalaman tadi aku begadang merapikan segalanya hingga sekarang jadi begitu ngantuk.

***
Aku terbangun ketika bis ngerem mendadak dan itu cukup kencang hingga mampu membuatku terjaga, rupanya ada motor menyalip sehingga membuat bis hampir menyenggolnya dan segera ngerem mendadak, terdengar sopir dan kondektur ribut memaki-maki pengendara sepeda motor yang tanpa aturan itu.
Sepertinya aku cukup lama tertidur, mungkin sudah separuh perjalanan karena saat ku lihat jam ternyata sudah dua jam lebih berlalu dari saat aku naik tadi, hanya saja yang membuat aku kelabakan dan malu sendiri rupanya aku tertidur di bahu teman sebangku ku, entah sudah berapa lama aku tidur di bahunya aku segera meminta maaf padanya dengan kikuk dan merasa tak enak hati, melihat kepanikanku pria itu hanya tersenyum-senyum saja memandangiku, aku sedikit terpana juga melihatnya rupanya cowok yang tadi menyembunyikan wajahnya di balik Jaketnya itu seorang cowok putih dan ganteng, dia memiliki bulu cambang yang lebat, juga kumis tipisnya yang lucu, saat tersenyum terlihat dia menawan sekali.

"Kamu tak ingat aku?" Tiba-tiba cowok itu bersuara, aku sedikit terperangah dengan pertanyaannya, mungkinkah dia mengenalku atau hanya ingin memulai obrolan sebagai teman perjalanan.

"Maksudnya apa? Apa kamu kenal saya?" Tanyaku keheranan, dia kembali tersenyum

"Kamu Fey kan?" Ucapnya kembali, aku semakin terperangah, kenapa dia bisa tahu namaku, ku selidiki wajahnya tapi aku benar-benar tak mengenali wajah ganteng ini

"Kamu siapa? Kok tahu aku?"

"Aku Andre.. Teman sekolahmu waktu d SMP dulu, kita hanya 2 tahun satu sekolah karena sewaktu kelas 3 aku pindah ke Jakarta bersama keluargaku.." Terangnya menjelaskan siapa dirinya, aku mencoba menerawang masa lalu saat SMP dulu, ku ingat nama Andre tapi seingatku aku hanya mengenal temanku bernama Andre dulu seorang bocah kecil berkacamata dan culun, rasanya tidak mungkin Andre ganteng di sampingku ini adalah Andre culun itu. Ini benar-benar kebetulan sekali bisa satu bis dengan seorang teman sekolah yang mengenaliku.

"Apakah kamu Andre Culun itu?" Tanyaku sedikit ragu, dulu di sekolah Andre temanku selalu di panggil Andre Culun oleh teman satu kelas karena memang benar-benar culun dan lugu

"Yah itu aku.." Jawabnya mantap, aku semakin kaget dan benar-benar tak percaya ini, kenapa Andre culun bisa berubah ganteng full begini

"Koq beda yah?" Ucapku tak mampu menyembunyikan keherananku, tapi aku segera menutup mulutku menyadari kalimatku yang tak pantas itu, tapi ku lihat lagi-lagi Andre hanya tersenyum saja

"Kamu juga beda, sekarang lebih manis.." Ucapnya santai, muka ku jadi memerah mendengarnya

"Mungkin karena bertahun-tahun tidak ketemu jadi terasa beda, padahal wajahku tetap ini dari dulu.." Ucapnya lagi sedikit bergurau, aku jadi ikut tertawa

"Kamu mau mudik? Bukankah seluruh keluargamu dulu pindah ke Jakarta?" Tanyaku

"Tidak semua, nenek ku masih di kampung dia tidak mau ikut pindah, katanya lebih nyaman di desa lebih tenang dan adem, aku ingin menengoknya karena keluarga yang lain tidak pulang.." Jelasnya

"Ooh.." Timpalku sembari mengangguk-angguk

"Kamu mudik sendiri?" Tanyanya kembali, aku kembali mengangguk, aku masih tak tahu harus ngomong apa karena aku masih belum fokus dan kepikiran tentang perubahan Andre yang menakjubkan seperti ini, aku benar-benar terpana.

Namun akhirnya aku mampu menguasai diri, kami pun jadi bercerita panjang lebar saling bertanya dan menceritakan pengalaman, kadang mengingat masa-masa di sekolah dulu yang kadang terjadi pengalaman unik, lucu atau menyebalkan, makin lama kami terasa semakin akrab, oh senangnya mendapat teman perjalanan setidaknya jadi tidak menjenuhkan perjalanan mudik ini.

***
Tepat 3 jam perjalanan, bis berhenti untuk istirahat, biasanya jika hari biasa itu di gunakan seluruh penumpang untuk mengisi perut atau sekedar buang air kecil, biasanya bis berhenti di sebuah rumah makan.
Tapi karena ini masih suasana puasa kebanyakan penumpang yang turun hanya ingin buang air kecil saja, termasuk aku dan Andre, kami segera berlalu ke toilet umum karena biasanya bis hanya sebentar saja saat beristirahat jika di bulan puasa begini.

Saat tiba di toilet rupanya hampir semua kamar toilet penuh, hanya ada satu kamar yang tersisa, aku segera menuju kamar toilet kosong itu, memang sih ada satu ruangan buat buang air kecil cowok yang bisa di gunakan ramea- rame tapi aku tak terbiasa seperti itu apalagi disana juga terlihat penuh jadi terburu aku masuk ke kamar kosong itu namun di saat aku mau menutup pintu toilet tiba-tiba Andre menyerobot ikut masuk, aku jadi kaget oleh tingkahnya itu

"Yang lain full jadi gak masalah kan kita masuk berdua, lagian kita sama-sama cowok gak bakal di gerebek.." Ucapnya dengan santai lalu menutup pintu toilet, dengan cuek juga dia lalu membelakangi ku menghadap closet dan pipis dengan tenangnya, aku yang mematung di belakangnya dekat pintu jadi tak bisa berkata apa-apa, tiba-tiba saja dadaku jadi deg-degan gak jelas, oh kenapa aku harus di libatkan situasi seperti ini, andai dia tahu aku ini gay. Apa dia masih mau masuk toilet bersama kayak gini ya.

"Heh koq malah ngelamun, mau pipis atau bengong di sini?" Bisik suaranya menyadarkanku, ku lihat wajah Andre begitu dekat di depan wajahku dia tersenyum, aku jadi gelagapan sendiri

"Iya.. Yasudah kamu keluar deh kalo udah selesai.." Usirku, aku mana bisa pipis jika masih ada dia di dalam, malu tau

"Adeuuh.. Kayak anak cewek aja malu-malu Fey.." Timpalnya dengan tawa namun dia segera keluar dari dalam toilet, sepeninggal dia aku buru-buru mengunci pintu, sedikit menyandar ke pintu mengatur nafasku yang tiba-tiba kacau balau begini, namun mengingat waktu istirahat sebentar aku pun segera menunaikan hajatku lalu kembali ke Bis. Ternyata Andre sudah ada di bangkunya, dia memandangiku dengan senyum nakalnya sedang aku yang grogi sengaja pura-pura tak mempedulikannya, aku benar-benar malu sekali.

***
Tak di pungkiri, selepas satu bis dalam perjalanan mudik kemarin aku dan Andre pun kembali menjadi akrab, kami kembali menjadi teman baik setelah bertahun-tahun berpisah.
Andre jadi sering main ke rumah orang tuaku, kadang juga aku yang bermain ke rumah neneknya, kadang pula kami pergi ngabuburit dan buka bersama di sebuah kedai di kota kecil kami, semua itu aku jalani dengan senang hati dan aku menikmati kebersamaan dengan Andre selama ini. Entah kenapa ada setitik perasaan sejuk menyentuh hatiku kala aku sedang bersama Andre, seperti sore ini.

Selepas dzuhur tadi siang Andre datang menjemputku, katanya ia ingin mengajak ku berkunjung ke tempat wisata alam Curug Tujuh yang berada di kawasan Panjalu, bahkan Andre hingga meminjam motor gede milik pamannya demi mengajak aku jalan-jalan itu, tentu saja dengan senang hati aku menyambut ajakannya apalagi sudah lama pula aku ingin main ke taman wisata itu, aku belum pernah kesana dan sempat penasaran juga ingin melihat tujuh Curug (Air terjun) yang berada di kawasan itu.

Lima curug sudah terlewati dan kami nikmati keindahannya oleh kedua mata kami, terkadang kami mengabadikan suasana itu dengan camera digital yang sengaja aku bawa.
Sewaktu kami tiba di curug yang ke enam dan hampir mencapai puncaknya kami beristirahat di sana, kami sudah terlalu kelelahan setelah menempuh jalan yang menanjak demi melihat curug-curug ini, di sebuah batu besar kami duduk berdampingan menatap air terjun yang tumpah ke sungai dari atas sana, semilir angin mengipasi tubuh kami dengan lembut, entah kenapa aku merasa suasana ini jadi terasa romantis, ah andai saja yang di sampingku ini Irgie kekasihku bukan Andre aku pasti akan sangat bahagia, apalagi suasana nya sangat sepi tiada orang lain selain kami.
Namun entah mengapa hatiku cukup berdebar-debar juga mendapati kini aku hanya berdua di tempat seromantis ini bersama Andre.

Clep! Perasaan dingin seakan tumpah ke hatiku di saat tiba-tiba jemari Andre hinggap di atas jemariku, aku kaget sendiri apakah Andre sengaja menyentuh jemariku atau itu hanya ketidak sengajaan, aku melirik kearah Andre tapi rupanya dia sedang asyik menatap air terjun di hadapannya, jadi aku pikir Andre tak sengaja melakukannya namun herannya saat aku ingin melepaskan tanganku dari jemarinya Andre meremas jemariku dan menggenggamnya lebih erat, dadaku kembali deg-degan dan aku terus menatapnya kebingungan.

"Aku ingin bicara sesuatu sama kamu Fey.." Tiba-tiba dia bersuara, namun wajahnya tetap tak berpaling dari air terjun yang menimbulkan suara bergemuruh itu

"Tentang apa?" Tanyaku

"Tentang perasaanku?"

"Perasaanmu? Maksudnya?"

"Aku suka sama kamu Fey, ehm lebih tepatnya aku ini gay dan aku tahu kamu juga sama dan aku menyukaimu, aku mau kamu jadi pacar aku Fey.." Degh! Kali ini aku benar-benar terkejut dengan pengakuan Andre, kemarin-kemarin aku memang sedikit curiga melihat perhatian Andre padaku tapi aku tak menyangka dia menyukaiku lebih tak menyangka ternyata dia gay juga sepertiku. Mulutku jadi kelu tak tahu harus menjawab apa.

"Kamu gak mau menjawabnya Fey?"

"Aku harus jawab apa?"

"Loh koq malah balik tanya, jawab saja iya atau tidak, walau aku berharap kamu bilang iya, aku benar-benar suka banget sama kamu Fey.." Sejenak aku menahan nafas ku coba beranikan bicara menjawab isi hati Andre padaku.

"Aku gak ingin bohongi kamu Ndre, jujur aku juga suka sama kamu, aku nyaman deket sama kamu tapi aku udah punya pacar di Jakarta sana, walau kita sedang marahan tapi aku juga gak mau jadi pengkhianat.." Ucapku selirih mungkin, sebenarnya aku tak mau mngecewakan Andre namun jika menerimanya itu berarti aku sudah melukai 2 hati dan tentunya aku sendiri memiliki cap sebagai pengkhianat atau tukang selingkuh, aku tak mau itu menempel padaku. Walau aku marah sama Irgie tapi aku masih mencintainya.

"Berarti kamu menolak aku kan Fey?" Suara Andre terdengar parau, aku tahu dia pasti kecewa dan sedih tapi itu sudah seharusnya ku lakukan, lain halnya jika aku tidak memiliki Irgie sudah pasti akan ku terima cowok seganteng dan sebaik Andre

"Maafkan aku Ndre.." Jawabku merasa tak enak hati

"Yasudahlah tak apa-apa, itu kan hak mu, walau aku sedih tapi mau gimana lagi, walau begitu aku tak menyesal tetap menyukaimu dan berharap suatu hari nanti bisa jadi pacar kamu.." Ujarnya sambil bangkit dari duduknya, dia terlihat berusaha ceria

"Tapi aku tidak doain kamu putus loh sama pacarmu, hanya berharap jadi pacar mu saja, tidak apa-apa kan?" Lanjutnya sambil menebar senyum padaku, dia lalu mengulur tangannya saat ku sambut ia menarik tubuhku hingga berdiri

"Kita tidak tahu takdir di depan kita seperti apa, semua orang berhak memiliki harapan.." Kataku berupaya bijak di hadapannya

"Yasudah lupain yang barusan, aku minta maaf jika ganggu acara jalan-jalan kita, satu air terjun lagi Fey yuk kita kesana.." Seru Andre berusaha semangat, walau aku tahu dia pasti bersedih, dengan lincah dia melompat dari batu besar menuju jalan setapak yang akan mengarah ke curug terakhir, dalam diam aku mengikuti langkahnya dengan dada berkecamuk.
Ah Ndre andai pertemuan kita tidak terlambat dan tepat waktu, tapi kau hadir di waktu yang salah..


***
Hari H pun tiba, semua umat islam di dunia merayakan iedul fitri yang suci, semua bergembira termasuk aku dan keluargaku, di awali pagi hari kami menunai kan shalat iedul fitri di mesjid agung kampung ku, lalu setelah itu kami sekeluarga ke makam untuk berdoa di pusara para leluhur selesai mengunjungi makam leluhur semua umat islam terutama di kampungku biasanya mengunjungi sanak saudara untuk bersilaturahmi, tak lupa sebelumnya mengunjungi para tetangga terdekat.

Untuk keluargaku sih tak banyak yang di kunjungi kami hanya datang ke rumah Kakek Nenek dan di sana semua keluarga sudah berkumpul jadi acara silaturahmi dan maaf-maafan lebih terasa simple, setelah itu kami pulang ke rumah dan paling-paling ada satu dua tetangga yang mampir untuk silaturahmi. Jadi tak banyak kegiatan yang ku lakukan di saat lebaran. Ah andai Irgie mau ikut mungkin aku bisa berjalan-jalan sama dia, sedang apa ya Irgie disana, pasti sedang berkumpul dengan keluarga besarnya itu.
Haruskah aku terus marah padanya, beberapa hari ini semenjak aku pulang aku tidak berkomunikasi sama dia, tiap dia telfon selalu aku reject dan sms nya pun tidak aku balas, aku masih benar-benar kesal padanya. Tapi ini kan hari suci, lebaran itu kan seharusnya semua orang saling memaafkan, masa aku tidak mau maafin dia sih. Haruskah aku menelfonnya? Ah tidak biar saja dia yang menelfon, aku gak mau yang memulai menghubunginya nanti dia merasa benar lagi.

Saat aku masih melamun sendiri di teras depan tiba-tiba sebuah sepeda motor masuk ke halaman, rupanya Andre yang datang, aku segera menyambutnya dan kami pun bermaaf-maafan setelah itu aku mengajaknya masuk, Andre menemui keluargaku dan bersilaturahmi setelah itu kami kembali ke teras.

"Aku kesini mau ngajak kamu ke suatu tempat, kamu ada acara gak?" Ucapnya mengungkapkan alasan kedatangannya

"Kemana?" Tanyaku

"Suprise dong, mau kan? Di jamin kamu gak nyesel deh.." Ucapnya di bikin penuh misteri, aku jadi penasaran

"Bikin penasaran saja, boleh deh, lagian jenuh juga di rumah terus.." Ucapku menyetujui ajakannya, Andre tampak senang.

Kami menuju motornya dan aku pun segera naik membonceng di belakang saat Andre sudah duduk di depan, namun baru saja Andre menstater motornya tiba-tiba sebuah mobil pribadi masuk ke halaman, dan betapa kagetnya aku menyadari mobil siapa yang masuk itu, rasanya mimpi antara percaya dan tidak. Bukankah itu mobil Irgie?

Dari dalam mobil Irgie keluar, dia tampak lusuh dan kelelahan, melihat kearahku wajah Irgie terlihat masam entah kenapa, sedangkan aku masih mematung menatap kearahnya masih tak percaya dengan yang ku lihat.

Irgie mematung di dekat mobilnya kini wajahnya semakin sangar menatapku, dan aku baru sadar jika aku masih duduk di jok belakang motor Andre dan yang lebih parah sejak tadi aku memeluk pinggang Andre, Irgie pasti marah karena itu, aku segera melepas pelukanku dan turun dari motor lalu menghampiri Irgie.

Sedangkan seakan mengerti Andre melajukan motornya meninggalkan kami setelah sebelumnya pamit padaku, aku tahu untuk kedua kalinya Andre pasti kecewa tapi bagiku ada yang lebih penting saat ini, nyatakah Irgie di hadapanku ini?
Kekasih yang ku rindukan ada di kampung halamanku, di depan rumahku, dan pada saat lebaran sesuai keinginanku waktu itu, yah walau sebenarnya kedatangan Irgie cukup telat juga, lebarannya udah hampir usai.

"Aku sudah jauh-jauh datang dari Jakarta, sudah melanggar titah eyangku dan terjebak macet sehari semalem, semua itu demi kamu tapi menyebalkan banget kamu malah asyik-asyikan sama cowok lain, pantas kamu tak mau nerima telfon ku dan sms ku tak di balas rupanya kamu sudah tergoda cowok itu ya.." Ku dengar Irgie mencerocos ngamuk-ngamuk, rupanya dia telah salah faham dan cemburu, aku segera menutup mulutnya takut ada yang mendengar ocehannya.

"Dia itu teman sekolahku dulu, tadi dia mau ngajak jalan saja, udah ah jangan cemburuan gitu.. Kamu cuma salah faham koq.." Ucapku mencoba meredam amarahnya

"Beneran tuh?" Irgie masih tampak curiga

"Demi apapun Gie, aku tidak ada apa-apa sama dia hanya sekedar teman saja.." Ucapku meyakinkannya, mendengar itu wajah Irgie mulai melembut

"Syukurlah.. Kalo ketahuan kamu macem-macem takan ku maafkan seumur hidupku.."Ancamnya tegas

"Enak saja.. Heh tapi koq bisa sih kamu ada di sini?"

"Kemarin katanya ngajak aku sekarang aku udah disini malah nanya kok bisa?" Irgie kembali sewot

"Tapi kata kamu kan gak bisa?"

"Aku ini cinta sama kamu, saat kamu pulang masih marah sama aku jadinya kepikiran terus, apalagi kamu gak mau nerima telfon dan sms aku, aku jadi takut kehilangan kamu makanya demi kamu aku kesini.. Ini semua demi kamu tahu" jawab Irgie tampak serius, matanya menatap syahdu kearahku, aku jadi berbunga sekaligus terharu mendengarnya, ingin rasanya ku peluk dia dan ku ciumi tapi itu tidak mungkin ku lakukan di halaman rumahku jika tidak mau seluruh keluarga dan warga kampungku heboh.

"Maafin aku ya, makasih udah mau berkorban buatku, aku makin sayang sama kamu.." Ucapku lirih, mataku rasanya jadi berkaca-kaca

"Ku maafkan tapi dengan syarat.." Balasnya mengancam, aku jadi mendelik padanya

"Apa itu? Awas kalo macem-macem.."

"Aku capek, ngantuk, lapar dan lain-lain, pokoknya kamu harus melayani aku seperti rajaaa.." Teriaknya berapi-api dan cukup kencang, aku kaget namun tak sempat menyumpal mulutnya, akhirnya semua keluargaku keluar karena kaget mendengar ada orang teriak-teriak di luar rumah, aku lemas karena malu.

Mau tak mau ku kenalkan deh Irgie pada keluargaku sebagai teman kuliahku di Jakarta, keluargaku menyambut baik, dan untungnya Irgie pun pandai mengambil hati mereka.

Kisah ini pun akhirnya happy ending walau acakadul..

*End*
«13

Comments

Sign In or Register to comment.