BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

[movie] tenggelamnya kapal van der wijck

135

Comments

  • @claudy anaknya keren bingits ya jadi sutradara & pengisi suara di Despicable Me
  • Ibas wrote: »
    suka atheis (lupa yg ngarang), runtuhnya surau kami (AA. navis), sebuah lorong dikotaku (NH Dini), dulu mah bacaan wajib pas sma. karya2 selasih juga.

    ama si doel anak betawi by aman datuk mojaindo, trus perawan di sarang penyamun (lupa pengarangnya), malam jahanam (ini sih dialog kayak drama)

    Suka juga sama atheis karya achdiat miharja (cmiiw).

    Biar gak oot : trailernya keren sih, pevita nya juga cantik. Biasanya film yg diadaptasi dari buku akan sedikit mengecewakan terutama bagi yg udah baca novelnya.
  • penasaran sama efek visualnya
  • kabarnya film paling mahal sepanjang masa yang diproduksi soraya, iya beneran penasaran gimana visual effectnya...
  • Wilhem wrote: »
    Iya bro and sista, yg maen pevita pearce (cakep bgt), herjunot ali sama reza rahardian. Banyak yg bilang katanya film ini mirip titanicnya versi indonesia sama mirip great gatsby. Terlepas dari itu, menurut gue tetep aja beda. Kalo titanic itu 95 persen kejadiannya diceritakan di kapal. Nah kalo film ini, adegan tenggelamnya kapal tuh cuma sebagai penghias aja. Ga terlalu di ekspos. Gue sih ngarepnya harusnya diceritaiin detailnya di kapal. Coz biar sedikit match sama judulnya. Kita kan pertama baca judulnya pasti nangkepnya kejadiannya seluruhnya terjadi di kapal, tapi ternyata enggak. Dan gue juga baca review di internet salah satunya ialah katanya banyak warga minang yg protes karna hayati bajunya terbuka. Menurut warga minang, hayati itu wanita yg taat sama agama. Bajunya selalu tertutup. Terus bro, menurut gue pribadi (liat trailernya) kurang jadul ya bro. Topi yg di pake pevita pearce sama reza rahardian itu terlalu modern, kostum juga. Dan yg gue sedikit heran, bagaimana mereke zainudin, aziz, dan hayati berkomunikasi? Setau gue saat itu bahasa indonesia blm jadi bahasa nasional. Ngomong ngomong bahasa, katanya mereka juga memerankan bahasanya kurang total. Masih kedengeran kek bahasa indonesia modern yg dipaksa pake aksen minang dan bugis.
    Oya buat buku nya sendiri, gue mau nyari nyari dulu di bursa buku bekas kek di blok m dan lainya. Kalo ga ada gue baru ke perpus daerah atau kota. Kalo emang gada juga, barulah gue beli.
    Yah, gue ga punya mesin scan nya bro, gimana donk ???
    Buat bro diatas yg udah ngasih link nya, makasih ya. Maybe kalo udah mentok, bisa langsung pesen kesitu.
    Besok bro, premiernya. Ga sabar pengen nonton. Pasti sedih nih film.

    jadi...recommended atau ngga nih filmnya? Kalo oke biar dimasukin ke list wiken ini.. hehe
  • Sayang...trit movie jakarta udh ga aktif lg.. udah lama ga ada kabar nobar..
  • Tenggelamnya kapal van der wick salah satu yg terbaik. .walo pernah di gugat sebagai karya plagiat oleh pramodya ananta. .
    Saranku kalo nyari bukunya yg cetakan edisi ke 2. .bahasa bicara dan bahasa ceritanya mak nyess. .asli menyentuh.
    Seakan kita dibawa ke masa thn 1930an. .
  • lihat aja nanti malam
  • Great Gatsbiesque maksudnya yang scene di pesta? XD
  • Sumpah,, disini Pevita cantik banget.
  • 2000LY wrote: »
    bagaimn dgn teknologi (special efek) untuk scene kapal tengggelam nya? pasti ga banget ya, ga real... seperti film indonesia lainnya..

    ya kalo dibandingin sama visual effect film hollywood masih jauh lah bro. tapi sumpah bro, ceritanya dalem bgt.
  • sarumen wrote: »
    ada adegan bikin anak dlm mobilnya jg ga yah 8->

    ya elah bro, lo kira titanic. sealian aja bro kapal nya nabrak gunung es ga. (secara di indonesia iklim tropis) hahahhaa
  • dxavier wrote: »
    Setau Aku, bukunya ada di Perpustakaan Nasional, Salemba... :)

    serius bro ? kalo di perpus nasuonal bisa di pinjem ga bro bukunya ? maklum blm oernah ke perpus nasional.
  • iya banyak yg bilang adegan dance sama balap mobil mirip great gatsby

    iya, film termahal sepanjang penbuatan film oleh soraya
    visual effect ga begitu "wah".
  • Beranda / Hiburan
    "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck", Film Kelas
    Academy Award
    Sumber: Film
    Mungkin terkesan lebay judul tulisan di atas.
    Tapi saran saya, sehabis membaca ulasan
    ini....tontonlah film nya, buktikan bahwa saya bukan
    sedang " bajaga ubek di balai" (artinya: jualan obat di
    pasar).....istilah ini pun saya dapatkan dari salah satu
    dialog dalam film ini.
    Film yang diangkat dari novel karya Haji Abdul Malik
    Karim Amarullah atau yang lebih kita kenal sebagai salah
    satu ulama terbaik negeri ini, dengan panggilan yang
    terkenal Buya Hamka.
    Novel nya, yang berjudul sama dengan judul film ini,
    adalah materi bahasan pelajaran sastra, dalam mata
    pelajaran Bahasa Indonesia ketika saya duduk di bangku
    SMP.
    Film karya sutradara Sunil Soraya sekaligus produser
    film, menunjukkan kualitas yang Bollywood jika saya
    belum dapat menyamakan dengan Hollywood. Yaitu
    mengandalkan keindahan gambar, dialog, hingga alur
    cerita yang memainkan emosi penonton.
    Mengambil latar belakang kisah kasih dua insan suku
    Minangkabau, Zainuddin dan Hayati. Hanya bedanya,
    Zainuddin (diperankan oleh Herjunot Ali) adalah seorang
    pemuda yaitim piatu, berayah suku Minangkabau dan ibu
    berdarah Bugis. Sejak ayahnya meninggal, Zainuddin
    ikut ibunya pulang kampung ke Makassar, itulah
    sebabnya selain pandai berbahasa Padang, dalam film
    ini digambarkan Zainuddin juga mahir berbahasa
    Makassar.
    Namun ketika ibunya pun wafat, Zainuddin yang
    kemudian beranjak remaja, kembali ke kampung halaman
    ayahnya, dusun (nagari) Batipuh, Padang Panjang,
    Sumatera Barat.
    Sementara Hayati (Pevita Pearce), gadis Batipuh,
    Sumatera Barat, sekampung dengan ayah Zainuddin,
    berasal dari keluarga asli Minangkabau yang masih
    memegang teguh adat Minang. Bagi suku Minang, masa
    itu, tahun 1930-an, garis keturunan itu ditentukan dari
    pihak Ibu. Bukan dari Ayah sebagaimana lazimnya umat
    Islam.
    Karena hal inilah, ketika Zainuddin hendak melamar si
    cantik Hayati, keluarga Hayati menentang habis-habisan.
    Alasannya Zainuddin bukan terlahir dari Ibu berdarah
    Minang, maka ia dianggap tak jelas garis keturunannya.
    Ia dianggap bukan orang Minang walaupun ayahnya
    orang Minang tulen. Indak basuku istilahnya dalm film
    ini. Saya sedikit faham pola pikir seperti ini, karena
    Maka, sebagai seorang anak dari perempuan berdarah
    Bugis, Zainuddin, seolah dihukum atas dosa yang tidak
    dilakukannya. Ia tak boelh menikahi gadis pujaan
    hatinya.
    Hayati pun, akhirnya berjodoh dengan Azis (Reza
    Rahardian) seorang putera orang kaya Padang Panjang,
    yang bekerja pada perusahaan dagang Belanda. Banyak
    berkawan dengan orang Belanda, mahir berbahas
    Belanda, dan bergaya hidup ke Barat-barat an, gemar
    berjudi, main wanita (dengan bule sekalipun ia kencani),
    gemar mabuk.
    Singkat cerita, Zainuddin yang patah hati akhirnya
    merantau ke Pulau Jawa. Ditemani oleh sahabat setianya
    Muluk (Randy Nidji), ia pun berkarir sebagai seorang
    penulis novel yang sukses di Batavia,lalu diangkat
    sebagai pemimpin sebuah surat kabar "Pewarta
    Soerabaja" di kota Surabaya, menikmati ketenaran dan
    kemakmuran namun hidup membujang, karena cinta
    seumur hidupnya adalah Hayati yang kini telah menjadi
    istri orang.
    Kisah pun berbalik, pasangan Azis - Hayati ditakdirkan
    pindah ke Surabaya, dan akibat Azis bangkrut, mereka
    pun berbalik terpaksa mengemis belas kasih kepada
    sesama perantau Minang di Surabaya, yang kini telah
    menjadi salah seorang jutawan muda yang tenar, Si
    Puyuh Bugis, Zainuddin yang telah berganti nama
    menjadi Shabir.
    Saya tak akan menceritakan semua kisahnya di sini,
    nanti Anda akan malas menontonnya, meskipun bagi
    yang telah menamatkan novelnya sekalipun, film ini
    masih menyimpan kejutan-kejutan di luar yang saya
    ceritakan di atas.
    Saya lebih suka mengomentari kualitas film ini.
    Kalo dibandingkan dengan film-film Indonesia yang
    sebelumnya menjadi "hits" di bulan Desember 2013 ini,
    yaitu "Sagarmatha", "99 Cahaya di Langit Eropa" bahkan
    dibanding film kontroversial "Soekarno".....saya nilai film
    Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ("TKVWD") adalah
    yang terbaik !
    Dari segi apa?
    1) Kualitas gambar
    Setting pemandangan, properti (pakaian, rumah, mobil,
    delman, sepeda onthel hingga kapal laut) dipilih dari
    kualitas terbaik, sehingga dapat dikatakan "wah" sekali.
    Contoh rumah gedong nya Zainuddin di Surabaya, lokasi
    pacuan kuda di Padang Panjang.....semua nampak
    bergaya ke Barat-barat an, tampak sekali pengaruh gaya
    Eropa dalam kehidupan di dalam film tersebut, akibat
    ketika itu Indonesia masih dalam penjajahan Belanda.
    Setting film diambil sekitar tahun 1931-1938. Masa
    Hindia Belanda.
    Permainan kamera nya pun cermat, menangkap moment-
    moment penting bahkan, adegan kapal Van Der Wijck
    berlayar di lautan yang saya tahu betul itu, kapal replika
    diapungkan di bak di studio, jadi tampak indah dengan
    baluran sinar matahari senja di Laut Jawa.
    Sumber: Detil Setting Properti yang luar biasa
    (cms.jakartapress.com)
    2) Pemilihan Aktor dan aktris
    Selain nama-nama di atas, mungkin selain Arzetti
    Bilbina yang menjadi etek (bibi/tante) dari Zainuddin,
    maka pemeran lainnya hampir tidak ada yang tenar dan
    spesial.
    Namun akting mereka menurut saya rata-rata bagus,
    bahkan para pemeran tetua-tetua di kampung Batipuh,
    selain begitu fasih berbahasa Minang, mereka juga rata-
    rata terlihat serius dan total memerankan perannya.
    Juga cukup banyak menggunakan figuran bule,
    mengesankan benar bahwa ini film di jaman kolonial,
    masa begitu bertebarannya orang Belanda di Indonesia
    (Hindia-Belanda) kala itu.
    Sumber: Akting Herjunot Ali dan Pevita Pearce yang
    mengharukan (koleksi pribadi)
    3) Detil dalam gambar maupun cerita
    Ini yang paling saya suka dibandingkan rata-rata film
    Indonesia pada umumnya.
    Sedemikian detilnya, hingga Herjunot Ali pun dalam film
    ini tidak hanya digambarkan menguasai bahasa Minang,
    namun juga bahasa Makassar.
    Ada sebuah adegan Zainuddin sedang menulis surat
    cinta kepada Hayati, di sebelahnya terlihat sepiring
    penganan khas Minangkabau, makanan kesukaan alm.
    nenek saya, makanan Padang yang telah langka dijual,
    Bika Kelapa Bakar.
    Jangan tanya soal kedetilan Sunil yang mencari mobil-
    mobil tahun 1930-an untuk properti film ini, hingga ada
    mobil yang spare part nya harus dipesan di Jerman, agar
    di film ini bisa benar-benar berjalan, karena selama ini
    hanya koleksi museum.
    Untuk membuat filmnya saja, pihak Soraya Intercine
    Films harus melakukan riset lokasi, lingkungan sosial,
    pada masa kisah dalam novel itu terjadi dan sejarah
    tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang nyata terjadi di
    Laut Cirebon tahun 1936.
    Tiket kapal Van Der Wijck berbahasa Belanda, telepon di
    rumah Zainuddin yang klasik tahun 1930-an, kostum,
    bahkan setting kota nya...sangat jadul dan detil.
    Desain kapal Van Der Wijck pun harus dicari dari
    galangan kapal Feyenoord Rotterdam Belanda. Itu juga
    cetak birunya didapat dari kolektor. Tak ada foto-foto
    bersejarah tentang kapal "Titanic" nya Hindia Belanda
    tersebut.
    Bahkan setiap adegan-adegan yang menggambarkan
    banyak orang Belanda di sekitar aktor utama, selalu
    soundtrack film yang semula banyak diisi oleh lagu-
    lagu band Nidji, tiba-tiba diganti oleh lagu-lagu
    berbahasa Belanda, yang sedang hits di tahun itu.
    Sedikit saja saya kurang sreg, ketika acara pesta
    gathering Klub Perantau Anak Sumatera (KLAS) di
    Surabaya berpesta di rumah Shabir a.k.a Zainuddin.
    Lagu nya sih sudah benar lagu Belanda tahun itu, hanya
    sayang nya ditabuhi suara synthesizer dan electronic
    instruments serta beat musik cepat ala lagu-lagu disco
    atau clubbing music era tahun 2000-an. Bagi saya musik
    seperti itu cukup mengganggu, walau tidak penting
    sekali.
    Juga tak dikisahkan bagaimana Muluk si pemuda
    kampung yang awalnya tak mampu menegmudi mobil,
    yang diperankan dengan kocak oleh Randy Nidji, tiba-
    tiba mampu menguasai keahlian mengemudi mobil
    sehingga menjadi chauffeur nya Meneer Shabir alias
    Zainuddin kemana-mana.
    Sungguh lho, bagi saya sejak film "Penghianatan G 30 S
    PKI" , dan "Tjoet Njak Dhien" ....sangat langka
    menemukan film Indonesia yang digarap dengan begitu
    serius dalam hal detil.
    Mohon maaf, saya juga penggemar sutradara Gareth
    Evans, namun film nya yang berhasil menjadi hits di
    Hollywood yaitu The Raid:Redemption yang dibintangi
    Iko Uwais, itu saja....masih jauh kalah dalam hal detil
    dibanding film TKVWD.
    Menurut saya sih...hmmm....film ini layaklah untuk
    diikutkan dalam Festival-Festival Film Internasional,
    seperti Cannes, Berlin, Golden Globe atau bahkan
    Academy Awards 2014, untuk kategori film berbahasa
    asing.
    Teknik penggarapannya sudah kelas dunia menurut saya.
    Menurut saya lho.....hehehe.
    Dan...bagi yang berprasangka bahwa film ini alur cerita
    nya meniru film " Titanic" nya James Cameron, saya
    ingatkan, bahwa walau kisah kapal Titanic (1912) yang
    tenggelam lebih dahulu daripada kisah tenggelamnya
    kapal Van Der Wijck (1936).
    Namun kisah cinta dua insan yang dipisahkan oleh
    tragedi kapal tenggelam, lebih dahulu novel
    Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1938), dibanding
    film nya James Cameron (1998) atau 60 tahun kemudian.
    Dalam kisah kapal Titanic asli tak ada kisah kasih tak
    sampai ala Leonardo Di Caprio dengan Kate Winslet
    tersebut. James Cameron baru menciptakan untuk
    filmnya di tahun 1998.
    Dibaca : 162 kali
    Penulis : Andhika Heru
Sign In or Register to comment.