It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Suka bnget deh part ini kak @monster26. Mengaduk2 perasaan ku. *haalaah
Gak suka Hendra ciuman sama Maya? Merasa terkhianati?
Tapi tapi kan tadi kamu gitu juga sama Ferdy~~ :-P
Udahlah saling mengerti ajah. Saling 'memiliki dan berbagi' #plak
Sumpah, biasanya kalo baca crita bot dikhianati topnya, pasti bakal kesel n benci bnget sama si top. Apa lg kalo selingkuhnya ama cewek... Tapi tadi gw malah nyantai- malah sempet mengulas senyum- yaudah sih kan samanya~ :-))
Lanjutt><
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @Different @babybroww @amira_fujoshi @waisamru @ ken89 @darwin_knight @icha_fujo @ying_jie @timmysuryo @erickhidayat @ncholaaes @seventama @DM_0607 @jerukbali @adilope @surya_90 @badut @Zarfan @leviosha @alvian_reimond @RezzaSty @Beepe @maret elan @Didit_Praditya @alvian_reimond @amauryvassili1 @Achan @Jhoshan26 @echank @penggemar_dady @gymue_sant @handikautama @jacksmile
Burried The Heart 25
Ke esokan harinya, di saat Hendra akan berangkat kuliah, ia tampak mengunjungi Shane terlebih dahulu. Di datanginya Shane yang berada di ruang makan. Shane tak mau menggubrisnya, ia malah mempercepat sarapan paginya, kemudian seger beranjak keluar dari dalam ruang makan.
Hendra hanya dapat terdiam melihati Shane yang meninggalkannya begitu saja, tidak seperti biasanya.
Hendra mengikuti Shane ke dalam kamar, Shane tampak membereskan perlengkapan kuliahnya, kemudian keluar dari dalam kamar, lagi-lagi ia tak menggubris Hendra. Hendra merasa serba salah, ia pun kembali menyusul Shane, dilihatnya Shane mencari-cari pak Adi untuk mengantarkannya berangkat kuliah,
“hei.. bukankah kau akan berangkat bersamaku” ujar Hendra dengan kedua alis yang mengerut, Shane menatapi kakak sepupunya itu sejenak, masih tak menggubrisnya, hingga pak Adi mendekatkan mobil tepat di depannya, tanpa basa basi, Shane langsung masuk ke dalam mobil, dan mobil itu meninggalkan pekarangan paviliun.
“arrrghhhhhhhhhhhhhh” teriak Hendra kesal atas sikap Shane yang dingin terhadapnya dan menyesali perbuatannya. Hendra berjalan terhuyung-huyung menuju mobil, di dalam nya sudah terdapat Maya yang menunggunya. Gadis cantik itu tampak menatap keheranan ke arah Hendra,
“ada apa kak?” tanya Maya,
Hendra mengangkat kepalanya, menatapi gadis cantik itu.
“semua ini karena kamu” ucap Hendra dengan membentak, membuat Maya terkejut dan terlonjak, “jika saja malam tadi kau tak menggodaku, maka Shane tidak akan bersikap dingin terhadapku”
Maya terdiam, jantungnya berdebar kencang, seumur hidup, ia tak pernah di bentak atau di marahi siapapun termasuk keluarganya, dan hari itu, untuk pertama kalinya ia mendapat bentakan dari Hendra. Tubuh Maya gemetar, takut sekaligus sedih, ingin rasanya ia keluar dari dalam mobil dan berlari ke dalam kamarnya untuk menyembunyikan rasa malunya terhadap Hendra.
Hendra mengendarai mobil dengan perasaan kesal yang luar biasa. Ia sama sekali tak mau melihat ke arah Maya. Keduanya tampak terdiam selama dalam perjalanan menuju universitas. Sesampainya mereka di universitas, Hendra tampak terburu-buru turun dari mobil, ia juga menjadi sangat kasar terhadap Maya, ia meminta agar gadis itu turun dari dalam mobil dengan cepat. Setelah Maya turun, Hendra mengunci mobilnya dan berjalan masuk ke dalam gedung tanpa memperdulikan gadis cantik tersebut.
Di posisi lain, Shane mengajak Ferdy untuk bersantai di taman, tidak di dalam kantin, karena ia hafal sekali, jika Hendra akan berada disana untuk bertemu dengan teman-temannya. Ferdy sebenarnya merasa heran, tapi ia menutupi keheranannya itu dengan mengikuti kemauan Shane. Sampai di dalam kantin, Hendra tidak mendapati Shane ataupun Ferdy berada disana. Dengan perasaan kecewa, Hendra bergabung dengan teman-temannya, sembari menyapu sekitar dengan pandangannya, siapa tahu ia akan melihat Shane.
***
Selepas pulang kuliah, Shane sengaja meminta Ferdy untuk menemaninya melepaskan penat, hal itu tentu saja di sambut baik oleh Ferdy. Dengan motor kesayangannya, Ferdy membawa Shane menuju sebuah taman kota di daerah menteng, Jakarta pusat. Keduanya berjalan mengitari taman untuk beberapa saat, setelah itu, keduanya duduk di bangku yang terdapat di dalam taman,
“sedaritadi aku lihat, kau sedang ada masalah”tukas Ferdy,
“ada apa?”
Shane menoleh ke arah Ferdy sejenak, kemudian membuang pandangannya sejauh mungkin matanya memandang, lalu di lanjutkan dengan helaan nafas,
“tidak ada apa-apa” jawab Shane
Ferdy jeda,
“kalau memang ada masalah, cerita saja, aku akan menjadi pendengar setiamu, siapa tahu, aku punya solusi untuk membantumu”
Shane tersenyum kecil,
“masalah hati” tukas Shane singkat,
Ferdy terdiam, di liriknya pemuda di sampingnya itu sejenak,
“tentang Hendra?” tanya Ferdy,
Shane menganggukkan kepalanya tanpa melihati Ferdy,
“ada apa dengannya?”
Otak Shane berpikir, apakah kejadian yang di lakukan oleh Hendra patut untuk de ceritakan pada Ferdy? Atau ia lebih baik mengalihkan pembicaraan? Shane bingung, pusing memikirkan hal tersebut,
“bisakah kita membicarakan hal lain?” ucap Shane,
Ferdy tersenyum kecil,
“tentu saja”
Shane menekuk kedua alisnya, bibirnya menyungging senyuman yang di rasakan Ferdy adalah senyuman terpaksa. Ferdy pun lebih memilih diam, tak mau banyak berkomentar ataupun bertanya. Saat-saat seperti itu adalah saat-saat dimana Shane sedang membutuhkan ketenangan, ia tak ingin mengganggunya dulu.
“apa kabar Virnie?” tanya Shane,
“oh, dia baik-baik saja”
“sayang, waktu berkunjung ke rumah mu waktu itu, aku tidak banyak berkomunikasi dengannya karena terlalu mengantuk” ungkap Shane,
“jangan terlalu dekat dengan anak itu” tukas Ferdy,
“kenapa?”
“dia sangat bawel”
Keduanya terlihat tertawa kecil bersamaan,
“semenjak kau datang waktu itu, Virnie terus menerus menanyaimu”
Shane mengerutkan alis,
“menanyakan hal apa?”
“kapan kau akan ke rumah lagi” jelas Ferdy,
Shane tersenyum kecil, “apa aku masih boleh mengunjungi rumahmu?” tanya Shane,
“ada-ada saja ucapanmu, rumahku bukanlah istana raja yang tidak boleh sembarang orang yang masuk, tentu saja boleh”
Shane lagi-lagi tersenyum, kali ini ia jeda sejenak, menikmati suasana taman. Dari penglihatannya, ia melihati beberapa anak kecil yang tampak berlari-lari kesana kemari, wajahnya tampak ceria, saling berkejar-kejaran,
“andai saja aku dapat memutar waktu, aku ingin memilih untuk menjadi anak-anak lagi” ungkap Shane,
“kenapa kau memiliki pikiran seperti itu?”
“semakin bertambahnya usia, semakin kita menjadi dewasa, semakin dewasa, semakin banyak pula hal yang membuat pikiran terkuras dan membuat sakit hati” ujar Shane,
Ferdy terdiam, ikut melihati anak-anak yang sedang bermain dengan riangnya yang berada tak jauh dari tempat dimana mereka duduk,
“jikalau aku boleh memberi saran, jangan karena satu hal, kau menjadi putus asa untuk menghadapi setiap masalah yang akan menyambangi dirimu” tukas Ferdy,
Shane menolehkan kepalanya, menatapi Ferdy. Otaknya mencoba mencerna ucapan Ferdy yang baru saja di katakannya, lalu, ia kembali melihati anak-anak tersebut,
“sayangnya, aku tak sekuat saran yang kau berikan” sergah Shane,
“Tuhan tidak mungkin memberi cobaan berat melebihi dari batas kemampuan manusia yang di ciptkannya”
“jika di dengar, memang sangatlah mudah, tapi pada saat kita tertimpa masalah tersebut, kita pasti selalu akan memikirkan jalan keluarnya”
Ferdy meletakkan lengannya di pundak Shane,
“jangan suka berputus asa, aku yakin, kau adalah Shane yang kuat” hibur Ferdy,
Shane hanya terdiam tak mengomentari ucapan Ferdy.
***
Malam harinya, Shane tampak bersantai di dalam ruang utama paviliun sembari menonton televisi. Ia tampak bosan sebenarnya, tangannya menekan-nekan remote serta mengganti-ganti channel televisi secara tidak jelas.
Perasaannya berbaur menjadi satu. Setelah menyediakan teh di lengkapi beberapa jenis makanan kecil untuk majikan kecilnya, Bi Inah hanya dapat melihati majikan kecilnya itu sesaat sebelum meninggalkan ruangan utama dengan perasaan cemas.
Beberapa hari sudah lewat, selama beberapa hari itu, Shane tampak mendiamkan Hendra, membuat pemuda tersebut terlarut dalam kesalahan yang amat dalam. Malam itu, Hendra mendatangi paviliun dan dilihatnya Shane sedang duduk disana sembari menonton televisi. Hendra pun berjalan masuk ke dalam dan duduk tak jauh dari tempat Shane berada.
Pria muda yang menyadari keberadaan Hendra, tampaknya agak tidak begitu senang, Shane menekan tombol remote dengan kesal, kemudian ia membantingn remote itu di atas sofa, ia juga mengarahkan pandangannya pada Hendra, di tatapnya wajah pria itu dengan tatapan kesal. Tanpa basa basi lebih banyak, Shane bangkit berdiri dari duduknya dan beranjak masuk ke dalam kamar.
Hendra dengan cepat menyusul Shane. Pada saat Shane akan menutup pintu kamarnya, agar pemuda tersebut tidak dapat masuk, seketika Hendra berusaha menahan pintu tersebut. Shane juga tampak berusaha mendorong pintu agar tertutup, tapi apa daya Shane yang bertenaga kecil. Pintu terbuka dengan lebar, Hendra pun melangkah masuk ke dalam kamar Shane.
“apakah kau sangat membenci diriku untuk sekarang ini?” tanya Hendra lirih,
Shane terdiam,
Hendra melangkah semakin mendekati Shane, sedangkan Shane ia berusaha menghindar. Tangan Hendra dengan cepat meraih tangan Shane,
“apa kau akan mencengkeram ku dengan kencang lagi” ujar Shane dengan nada menantang namun menekan serta kedua mata yang tampak terbelalak ke arah Hendra,
“tidak, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk akan selalu meyayangimu, tidak akan pernah menyakitimu” ungkap Hendra,
Shane jeda,
“aku tahu, aku sudah melakukan sebuah kesalahan fatal, aku sudah tergoda oleh nafsuku” ucap Hendra, “tapi... apakah kau tidak dapat membukakan sebuah pintu maaf untukku” sambung Hendra yang Shane lihat kedua matanya mulai tergenang oleh air mata,
“aku sudah cukup menyesali perbuatanku, tapi aku tak ingin menyesal untuk yang kedua kali, jika aku di tinggal olehmu” tukas Hendra lirih.
Shane berdiri terpaku mentapi Hendra, ketika pemuda itu mengucapkan kata-kata tersebut, pria muda itu juga membiarkan tangan Hendra tetap menggenggam tangannya,
“maafkan aku” Hendra dengan tiba-tiba melepaskan tangan Shane, kemudian dengan gerakan cepat, ia berlutut di hadapan Shane, membuat pria muda itu bingung,
“apa yang kau lakukan... untuk apa kau berlutut” sergah
Shane sedikit panik,
“aku ingin kau maafkan aku, aku ingin kau membuka pintu maaf untukku” pinta Hendra dengan tatapannya yang lirih ke arah Shane,
Shane berdiri tak berdaya, ia merasakan tubuhnya sangat lemas. Ia sudah lelah menghadapi semuanya, ingin rasanya ia meninggalkan segalanya. Shane memejamkan mata sejenak, berusaha berharap bahwa semuanya itu adalah hanya sebuah mimpi, yang ketika ia bangun nanti, segalanya akan berakhir dan kembali seperti semula.
***
Di luar sana, langit tampak menurunkan derai-derai air hujan yang cukup deras, membuat semua yang berada di bawahnya tampak basah tak bersisa. Ferdy terduduk di sisi jendela dengan ponsel ke sayangannya. Ia tampak berkutat dengan ponselnya itu. Ibu jarinya sibuk menekan-nekan tombol ponsel.
Ia tampak termenung sembari menatapi gambar diri Shane. Ia terus menerus menyesali dirinya yang bertepuk sebelah tangan terhadap Shane. Ferdy sangat menginginkan sekali jika Shane dapat menjadi miliknya. Sangat ingin.
Keinginan-keinginan itu lah yang pada akhirnya membuatnya menjadi menyiksa perasaannya sendiri. Ia menyesalkan semuanya. Ferdy menyesalkan mengapa ia harus bertemu dengan Shane, mengapa ia mau mengubah seksualitas nya demi orang yang tak pernah bisa mencintai dirinya, mengapa ia mau melakukan segala hal demi Shane, mengapa ia tak bisa membenci Shane, meskipun berulang kali Shane sudah melukai perasaannya secara tidak langsung, mengapa ia harus melapangkan dada lebar-lebar untuk sabar terhadap pria muda tersebut. Mengapa, mengapa dan mengapa. Begitu banyak mengapa yang menggerogoti dirinya sampai-sampai ia sendiri tidak dapat menjawab jawaban dari mengapa tersebut.
Ferdy menyesali semuanya.
Di saat yang bersamaan, sebuah bunyi tanda pesan singkat masuk terdengar dari ponsel Ferdy, dengan malas Ferdy keluar dari Folder foto, menundukkan kepala untuk membaca pesan singkat tersebut,
1 New Message
From : +6281253338xxx
Hai Ferdy, apa kabar?
Aku Fellicia, masih ingat?
Ferdy mengerutkan alisnya, mencoba mengingat nama yang di sebutkan dalam pesan singkat tersebut. Pikirannya terbang jauh ke belakang, di saat-saat dimana dirinya masih mengenyam bangku sekolah lanjutan pertama. Ia memiliki seorang teman dekat perempuan. Ya.. Ferdy mengingatnya,
Reply
To : +6281253338xxx
Hai Felli, tentu saja aku masih ingat
aku baik, bagaimana denganmu?
Send
Delivery Success
1 New Message
From : +6281253338xxx
Aku baik,
Kapan kau ada waktu, kita bertemu,
Sekarang aku sudah kembali ke Indonesia
Ferdy tampak larut dalam membalas pesan singkat tersebut. Untuk sejenak, ia melupakan sosok Shane yang terus menggerogoti pikiran dan perasaannya.
Reply
To : +6281253338xxx
Bagaimana kalau besok malam?
Kita bertemu di coffee shop tempat kita sering kesana semasa sekolah
Bagaimana? Apa kau ada waktu?
Send
Delivery Success
1 New Message
From : +6281253338xxx
Ok,
Aku tunggu,
Jangan sampai tidak datang yaa..
Reply
To : +6281253338xxx
Siipp..
Send
Delivery Success
***