BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

SCRAMBLE (multichapters, fiction) Part 2 - update 20/09/2013

edited September 2013 in BoyzStories
SCRAMBLE by Rieyo

long time no see teman2! my 2nd mutichapters story is up. finally saya bisa mencoba sharing lagi cerita saya disini. seneng banget cukup banyak yg menikmati cerita saya sebelumnya, i am so grateful, terima kasih banyak :) ini mungkin not really good as usual, tp saya harap bisa cukup menghibur disaat mengisi waktu luang teman2. dasar inspirasi ini saya kembangkan dari request-an teman/adik saya yg minta dibuatkan tema seperti ini, mungkin gak 100% sesuai dng keinginan dia, tp semoga tetap bisa dinikmati ;) it's pure of my imagination as always. enjoy it :)
«1345

Comments

  • edited September 2013
    Part 1

    Kris: apa kabar lu? Gua kangen

    Dhi: baik2 kris. Sama, gw juga kangen. Bnyk tgs melulu dong, pusing

    Kris: take a break lah dhi!

    Dhi: yoi, ini jg lg take a break. Soalnya klo gw gak on skrg psti nanti bakal ada manusia di belahan dunia laen yg doain gw yg jelek2 :p

    Kris: siapa emang?

    Dhi: manusia aneh pokonya

    Kris: biarin aneh, yg pnting laku! Telponan yuk, dhi!

    Dhi: cih kepedean. Emg kmu ada plsa?

    Kris: plsa elu lah! Lu yg telpon gua!

    Dhi: -_- tuh kan mau enaknya aja

    Kriiing!

    Bunyi ringtone standar terdengar dari handphone setengah jadul milik Krisnanda. Cowok ganteng berusia 20 tahun itu berpaling sebentar dari depan layar laptop untuk mengambil handphone nya yang tadi dia geletakan begitu saja di atas karpet. Senyuman mengembang di bibir tipisnya ketika dia melihat nama yang di harapkan muncul di layar handphone-nya.

    “Hallo sayang...” sapa Kris tanpa canggung menggoda Dhias yang ada di ujung telpon sana.

    “Halah sok imut kamu! Udah jangan lama, pulsa gue tinggal dikit lagi nih” sahut Dhias, berpura-pura tidak terkena efek dari panggilan konyol tapi manis dari pacarnya itu.

    “Euh selalu aja lu galak kalo telponan begini” Kris menekuk bibirnya walau dia tahu Dhias tak akan melihatnya. Dia memandang ke arah foto Dhias yang terpampang di sebuah profil sosial media nya.

    “Yah abis kamu nya kebanyakan tingkah. Gue nelpon dari sini kan gak gratis. Ini international-call!”

    “Iya iya gua tau, bawel! Gua kan kangen, tapi kalo gua yang nelpon, pulsa gua kagak cukup. Lu tau lah anak kuliahan yang nge-kost kayak gua, cuma punya duit bulanan yang gak seberapa...”

    Dhias tertawa pendek di ujung telepon sana, mendengarkan keluhan pacarnya.

    “Nah kan, lu pasti ngetawain gua” Kris memotong sendiri curhatannya dan jadi mengkomplain tawa Dhias.

    “Ini yang paling gue kangenin dari kamu, Kris” kata Dhias akhirnya dengan suara yang lebih lembut daripada sebelumnya.

    “Hm? Maksud lu?”

    “Cara kamu ngeluh, pasti muka kamu udah dibikin se-mengkhawatirkan mungkin”

    Kris menekuk bibirnya untuk kedua kali.
    “Siapa yang ngeluh?! Gua gak ngeluh” sangkalnya.

    Dhias malah tertawa lagi. Diam-diam Kris pun jadi mengembangkan senyumnya mendengarkan suara orang yang dia sayang. Sungguh, sebenarnya dia rindu melihat tawa itu langsung di depan matanya – nyata dan bukan melalui layar komputer saja.

    “Masih setahun lagi, Kris. Kamu masih bisa nunggu kan? Atau kamu yang mau nyusul kesini?” kata Dhias setelah beberapa detik dia selesai tertawa. Ucapannya sekarang terdengar lebih serius.

    Kris agak memudarkan senyumannya. Dhias memang sudah setahun ini tak bisa dilihatnya secara langsung, tak bisa dia cubit pipinya, dan tak bisa dia acak-acak rambut ikalnya. Kris sungguh melewati hari-harinya dengan penuh perjuangan. Dia berusaha sebisa mungkin tetap menjalin komunikasi dengan pacarnya itu. Satu tahun yang bagaikan satu abad itu, mungkin memang cukup bisa dia lewati dengan selamat, tapi sekarang masih ada satu tahun lagi – apa dia sanggup?

    “Jangan ngeledek lu, gua gak akan ada dapet beasiswa buat nerusin kuliah di luar negeri” ujar Kris pahit. Dulu Dhias memang sempat mengikuti sebuah program beasiswa di kampus mereka ketika akan masuk ke tingkat 2, dan seperti yang sudah di duga, pacarnya yang pintar itu lolos untuk mendapatkan kesempatan belajar selama 2 tahun di sebuah universitas di Jepang. Itu sebabnya, mereka pun terpaksa menjalani hubungan jarak jauh ini.

    “Ye, gue gak ngeledek, tapi justru nge-motivasi kamu!”

    “Ah lu pasti pulang kan kalo yang setahun itu udah kelar nanti?!”

    Dhias tampak terdiam beberapa detik.
    “Hmm, mungkin” kata cowok manis itu akhirnya.

    Kris mengernyitkan kening mendengar jawaban ragu-ragu dari pacarnya itu.
    “Mungkin?” ulangnya.

    “Gue... kayaknya pengen ngelanjutin study lagi disini, Kris. Gue lagi nyari-nyari beasiswa lagi. Gak apa-apa kan?”

    Kerutan di kening Kris menghilang, berganti dengan ekspresi datar di wajah gantengnya. Sebenarnya dia merasakan kaget dan sedikit kecewa juga di dalam hatinya. Dia tahu persis kalau Dhias memang sering mengatakan ingin lebih memperdalam ilmu Biologi yang dia sukai itu, dan juga ingin mendapatkan gelarnya dari universitas di luar negeri, tapi – Kris tak tahu kalau ternyata rasanya akan seberat ini. Sebagai pacar, sebagai orang terdekat Dhias, harusnya dia tentu saja senang dan mendukung pilihan pacarnya itu – tapi sekali lagi, ternyata tak semudah yang dia bayangkan.

    “Kris?”

    “Hm?” Kris menyahut panggilan Dhias, cepat – tersentak dari lamunannya.

    “Kamu malah diem”

    “Sorry sorry, gua agak ngantuk kayaknya”

    “Lha, tadi minta ditelpon, sekarang kamu malah ngantuk...”

    Kris tersenyum tipis mendengar suara manja Dhias yang rasanya sudah cukup lama tidak pernah dia dengar. Belakangan ini setiap mereka saling menelepon, pacarnya itu memang lebih banyak mengomel. Tapi walau begitu, Kris tetap suka memintanya untuk menelepon. Setidaknya mendengarkan suara Dhias, bisa membuat dia tetap memiliki alasan dan yakin berada di tempatnya, bahwa dia masih harus menunggu seseorang yang ada di sebrang lautan sana.

    “Sorry Dhi, gua agak capek. Tadi siang abis kuliah kan gua langsung ngerjain urusan di himpunan, terus nge-tutor anak-anak baru di club” Kris semakin memperlebar alasannya. Walau itu semua tidak bohong, tapi tetap saja dia merasa sudah berlebihan. Dia sebenarnya ingin menyudahi pembicaraan tentang Dhias yang ada kemungkinan akan berjauhan lagi dengannya. Hanya membayangkannya saja membuat Kris takut tak sanggup untuk kembali menjalaninya.

    “Oh gitu, ya udah kamu istirahat aja. Udahan ya telponnya, gue juga harus ngerjain tugas. Kamu langsung tidur sana, gak usah online lagi” kata Dhias tampak menyadari sikap tak nyaman pacarnya.

    “Hm... lu juga jangan kemaleman tidurnya” Kris melirik jam digital di meja belajarnya. Sudah pukul 9 malam, berarti sudah pukul 11 malam di Tokyo sana.

    “Ok, paling jam 12-an gue kelar. Lagian besok gue ada kelas jam 9 pagi kok. Udah ya, good night”

    “Night”

    Dhias tidak langsung mematikan handphone-nya, dia menunggu sesuatu yang biasa dikatakan Kris sebelum mereka menyudahi pembicaraan di telepon, tapi pacarnya itu tidak juga mengatakan apapun. Terdengar desahan halus Dhias di ujung line sana, sebelum kemudian telepon mereka terputus.
    Kris menyimpan handphone-nya lalu memandang kembali ke arah layar laptop di hadapannya. Masih ada foto Dhias yang sedang tersenyum khas disana. Cowok itu mendesah pelan, lalu meng-closed semua browser dan mematikan laptopnya.

    Untuk pertama kali dari sejak setahun lalu, komunikasi jarak jauh mereka berakhir dengan ketidaknyamanan seperti ini. Mungkin satu tahun masih bisa mereka lalui dengan sukarela tapi ketika masih harus ada tahun-tahun berikutnya, rasa tidak aman mulai mengganggu perasaan mereka – tepatnya pada perasaan Kris. Ini pertama kalinya dia menjalani LDR (Long Distance Relationship) dan walau di awal dia merasa semuanya baik-baik saja, tapi kalau terlalu lama, dia sepertinya mulai tak yakin. Dia hanya manusia dan laki-laki biasa yang membutuhkan kehadiran seseorang yang dia sayang secara nyata. Kris berharap dia benar-benar bisa survive untuk satu tahun ke depan, begitu juga untuk tahun-tahun berikutnya.

    beep beep

    Kris melihat pada handphone-nya lagi dan melihat ada e-mail masuk dari Dhias.

    Maap ya kris, gw bikin obrolan kita jd gak enak

    Kris terdiam beberapa detik, sebelum kemudian dia membalas e-mail itu.

    Gak kok dhi, gw bnran ngantuk. dan btw gw slalu dukung apapun pilihan lu. Gw sayang lu.

    Thanks ya. Gw juga sayang kamu, kris.

    Kris mendesah lebih panjang setelah menjatuhkan lagi handphone-nya ke atas karpet. Cowok itu kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang, dan mencoba untuk memejamkan mata. Rasanya dia tak mau memikirkan apapun sekarang. Dia hanya ingin tetap sadar kalau dia selalu menyayangi Dhias, dan itu tak akan pernah berubah... seberapa besar apapun jarak yang memisahkan mereka.
    ***

    “Vir, ngeliat sini dong!”

    “Coba agak diangkat dikit dagunya”

    “Oke... oke tahan kayak gitu!”

    Krisnanda melirik sekilas pada teman-teman club fotografi nya yang sedang membidikkan kamera mereka pada Virgo, salah satu anggota yang menjadi model dan baru bergabung di club satu bulan ini. Biasanya, Kris akan langsung bersemangat setiap kali dia tiba di ruang club dan melihat teman-temannya sedang memotret. Tapi hari ini, Kris hanya duduk di sebuah kursi, lalu mengamati kamera nya. Ia mengeluarkan lap khusus dan mengelap lensanya dengan hati-hati.

    “Kris!” teriak Abdy, salah satu temannya yang tengah memotret tapi menyadari kedatangan Kris.

    “Hm?” Kris hanya menyahut sekenanya.

    “Ngapain lu? Ayo ikutan! Lagi iseng lomba bikin angle ter-keren nih!”

    Sekali lagi Kris melirik dan melihat pada Virgo yang sedang berpose, tapi dari ujung matanya balas melirik ke arahnya. Jiwa fotografer nya memang agak bangkit, apalagi melihat model seindah Virgo. Tapi suasana hatinya kurang mendukung sekarang. Sejak semalam dia memang jadi agak uring-uringan, tentunya setelah mengobrol dengan Dhias – dan obrolan mereka tidak biasanya berakhir dengan agak tidak menyenangkan.

    “Pagi-pagi udah cemberut aja, Mas Kris” komentar Virgo tiba-tiba masih di sela-sela dia berpose.

    Ketiga teman Kris lainnya yang sedang asik memotret pun jadi terusik dan membalikkan badan mereka untuk melihat pada Kris, ingin tahu seperti apa cowok yang biasanya selalu ceria itu menjadi cemberut. Krisnanda memang terkenal sebagai cowok yang tampak tak pernah sedih. Setiap saat, dia akan selalu terlihat ceria dan enerjik – jadi tentu saja, sesuatu yang langka melihat Kris menjadi orang yang pendiam.

    “Gua gak cemberut” sahut Kris sambil mendelik pada Virgo.

    “Kenapa lu?” teman-temannya langsung bereaksi hampir bersamaan.

    Virgo tertawa kecil. Cowok cakep bahkan nyaris cantik itu berhenti berpose karena sudah tak ada kamera yang mengarah padanya. Dia jadi ikut mengamati salah satu seniornya yang tampak sedang uring-uringan itu.

    “Gua gak kenapa-kenapa, udah pada lanjut sana, gak usah peduliin gua!” kata Kris lagi, terlihat iritasi.

    “Tumben lu marah-marah gitu, PMS?” kata Stevani, satu-satunya anggota perempuan yang berada disana.

    Teman-temannya langsung tertawa merespon kelakar cewek cantik itu.

    “Gue tuh ngeri kalo liat lu bete kayak gitu” tambah Stevani pula.

    Kris hanya memutarkan bola matanya dan mengacuhkan tawa ditahan dari teman-temannya.

    “Kapan-kapan curhat sama gue ya?” Stevani menyimpan kameranya dan mengusap kepala Kris, lembut.

    “Stev!” seru Dion, cowok yang sedang pedekate pada Stevani, menunjukkan keberatannya.

    “Hayo! Hajar Yon, hajar!” seperti biasa, Abdy akan menjadi penengah yang mengompori mereka.

    Memang sudah menjadi rahasia umum kalau diantara mereka ada cinta segitiga yang tak pernah berujung. Sejak mereka bergabung di club, Stevani sudah menunjukkan perhatiannya pada Kris, sementara Dion tak gentar mendekati Stevani, dan Kris hanya menganggap Stevani sebagai sahabat – juga merespon keadaan mereka yang sebenarnya serius menjadi sesuatu yang main-main. Itu sebabnya diantara mereka tetap tak ada kecanggungan yang berarti. Mereka tetap berteman baik.

    Jelas tak ada satu pun yang tahu kalau Kris sudah memiliki Dhias. Mereka semua mengira Dhias hanya teman baik Kris. Bagaimanapun, cowok ganteng itu tak mau mengambil resiko dengan membeberkan hubungan percintaannya yang tak biasa. Ini negara Timur, tentu selalu sulit untuk mengakui keadaan semacam itu – tanpa mendapatkan cibiran dari orang banyak.

    “Ssst ah, pagi-pagi jangan pada bikin pusing gua!” Kris menghentikan becandaan teman-temannya itu, lalu beranjak dari tempat duduknya, menghampiri lemari lensa di ujung ruangan.

    “Ya udah, gue gak akan maksa lu sekarang” kata Stevani pula. “Gue ada kelas bentar lagi, Mas Abdy, pemenangnya umumin nanti ya!”

    Abdy hanya menunjukkan tanda oke dengan jempolnya karena dia masih enak tertawa.

    “Gue juga ada kelas, kita ngumpul lagi jam biasa oke!” sambung Dion sambil mengikuti Stevani keluar setelah merapikan kamera nya.

    “Kalian ada kelas juga gak?” tanya Abdy pada Kris dan Virgo yang masih ada disana, setelah dia merapikan kamera-nya.

    “Gue satu jam lagi, Mas” jawab Virgo.

    Abdy melihat pada Kris yang tampaknya tidak memperhatikan pertanyaannya barusan. Cowok yang sudah akan segera menyusun tugas akhirnya itu, menghampiri Kris dan menepuk pundaknya.
    “Jangan lama-lama PMS-nya, Kris” ujarnya, kemudian cepat berlalu menuju pintu keluar begitu Kris menoleh dan memberikan tatapan membunuh. Tawa Abdy masih terdengar hingga di luar ruangan.

    “Ck!” Kris mendecakkan lidahnya sambil kembali konsen mengganti lensa kameranya.

    Virgo tersenyum memperhatikan cowok ganteng itu. Dia mengambil tas nya dan duduk di kursi yang tadi di duduki Kris.

    “Kenapa sih, Mas? Beneran PMS ya?”

    Sekali lagi Kris melirik pada Virgo dengan lirikan kurang bersahabat.
    “Elu lagi...” desisnya. “Kenapa gak pergi juga?!”

    “Kan kuliah gue masih sejam lagi” sahut Virgo cuek.

    “Cari tempat laen buat mejeng, jangan disini!”

    “Dih, Mas Kris kenapa sih?!”

    “Mas Kris! Mas Kris! Kita seumur tahu, ngapain lu panggil gua Mas!?” sentak Kris tiba-tiba.

    “Mas kan senior gue!” Virgo ikut meninggikan suaranya.

    Mereka saling memandang dengan tatapan iritasi di sepasang mata mereka. Virgo lebih dulu mengalihkan pandangannya, selalu merasa kalah ketika harus memandang mata tajam namun indah milik Kris. Sejak mereka pertama kali bertemu di club ini sebulan yang lalu, Virgo memang langsung mengagumi Krisnanda. Mereka seumur, tapi karena Virgo memulai kuliahnya setahun lebih muda dari Kris, dia tentu jadi adik tingkat. Dan sejak berkenalan, Virgo sudah terlanjur terbiasa memanggil Kris dengan sebutan Mas. Biasanya juga Kris tak pernah protes, tapi entah kenapa hari ini – mungkin karena cowok itu sedang dalam mood yang buruk, dia jadi mempermasalahkannya.

    Setahu Virgo, sejak dia mengenal Krisnanda, seniornya itu memang cowok yang selalu ceria, enerjik malah seolah-olah tak pernah merasakan sedih. Itu sebabnya, Krisnanda terkenal sebagai cowok yang supel dan ramah. Dia ganteng, dengan rating ketampanan wajah diatas rata-rata, tubuh yang tinggi tegap, juga sikap yang menyenangkan . Dia juga cukup pintar dalam akademis. Selain dia pandai memotret dan menjadi salah satu kebanggaan di club fotografi, dia juga kebanggaan di club musik – kepandaiannya bermain drum, selalu membuat siapapun terutama perempuan meleleh.

    Melihat dari semua itu, Virgo merasa Krisnanda adalah cowok yang sempurna, jadi bukan hal yang aneh kalau sebagai sesama cowok – dia merasa iri pada Krisnanda. Tanpa sadar, Virgo memang kerap membandingkan dirinya sendiri dengan cowok itu. Dia tidak memiliki tubuh tinggi tegap. Malah untuk ukuran laki-laki, tubuhnya terlalu pendek dan kecil. Dia juga tidak memiliki wajah ganteng yang bisa dengan cepat membuat perempuan jatuh hati. Dia justru memiliki wajah yang nyaris cantik dan malah membuat perempuan iri padanya. Dia juga tak memiliki kemampuan dalam fotografi, dia malah lebih sering dijadikan objek untuk dipotret, dibanding dia yang memotret. Dia tak bisa bermain alat musik karena kakak perempuannya di rumah begitu pelit untuk mengajarinya sekedar bermain gitar. Dia malah lebih suka memasak dan membantu adik perempuannya mengerjakan pekerjaan rumah. Semuanya sungguh berbanding terbalik, belum lagi kalau berteman – dia selalu membuat orang merasa canggung pada dirinya, entah karena dirinya terlalu kalem, terlalu dingin atau malah terlalu lembut? Dan yang paling menyebalkan diantara semua itu, Virgo mengakui kalau dirinya juga tidak memiliki otak yang brilian. Dia paling tidak suka kalau harus diminta banyak berpikir, itu sebabnya juga dia memilih jurusan Seni Rupa di kampus ini, untuk mengindari soal-soal atau sesuatu yang memerlukan otak berlebih. Meski sebenarnya, dia juga tidak begitu pandai dalam menggambar.

    Intinya, menurut Virgo, dia sekarang sangat kalah telak dari Krisnanda. Tapi dia merasa, kalau dia bisa berteman baik dengan Kris, setidaknya dia bisa terlihat luar biasa juga. Dan mungkin dia bisa belajar banyak dari cowok itu. Kalau perlu, nantinya dia ingin bisa mengalahkan kharisma yang dimiliki Kris. Dia juga ingin populer seperti cowok itu. Dan diam-diam Virgo sudah menemukan sesuatu yang menurutnya kelemahan dari seorang Krisnanda; cowok itu kadang bisa jadi sangat kekanakan. Virgo merasa cowok yang sangat kekanakan, akan membuat siapapun ilfeel.

    “Nama lu Virgo kan?” tanya Kris tiba-tiba membuyarkan keheningan, karena tanpa sadar mereka jadi terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing.

    “Iya”

    “Nama asli?”

    Virgo melirik Kris agak enggan, karena dia tahu sepasang mata tajam itu masih mengarah padanya dan mungkin ditambahi dengan sedikit tatapan prejudis disana.
    “Asli lah!” jawab Virgo akhirnya.

    “Alay banget nama lu”

    Virgo memelototkan matanya, tak percaya Kris jadi mengatainya. Dengan cueknya, Kris malah kembali mengamati kamera-nya.

    “Secara gak langsung, lu ngatain bokap gue alay, Mas” ujar Virgo datar.

    Kris tertawa ditahan.
    “Sori” katanya sambil kembali pura-pura sibuk dengan kamera nya.

    Virgo mengernyitkan keningnya. Dia beranjak dari duduknya, lalu berdiri tepat di hadapan Kris, meski kepalanya hanya setara dengan bahu cowok itu –tapi Virgo mencoba dengan berani mendongakkan kepalanya untuk menatap mata Kris.

    “Lu ngajak ribut, Mas?!”

    Kris masih menahan tawanya, tapi dia balas memandang Virgo. Untuk kedua kali, mata mereka bertabrakan, namun kali ini agak lama.

    “Nggak Vir, gua kan udah bilang sori”

    “Sori aja gak cukup!” sahut Virgo sambil meninju pelan bahu Kris.

    Kris terkejut. Dia mengelak ketika tangan Virgo malah jadi terarah ke samping perutnya, tempat yang jelas akan membuat geli siapapun.

    “Eh! Apaan sih lu!? Bahaya! Bahaya! Gua megang kamera nih, mahal!” teriak Kris sambil menghindar. Tapi Virgo tak peduli dan terus mengejar seniornya itu, senyuman jadi muncul di wajah manisnya begitu melihat tatapan tak berdaya di mata tajam Kris.

    “Heh, alay! Eh Virgo! Berhenti gak lu!?” dengan kekanakannya, Kris terus berlari ke ujung setelah dia menyimpan kamera nya dengan aman di atas meja.

    “Tuh kan, lu ngatain gue lagi!” Virgo agak menekuk bibirnya sebelum kemudian dia kembali mengejar ke arah Kris.
    Kris akhirnya tertawa renyah dan malah dengan semakin kekanakannya, dia melanjutkan meledek Virgo.

    “Sini alay! eh Virgo alay... eh...”

    “Mas Kris!!!” teriak Virgo yang semakin hilang kesabaran.

    Tanpa sadar, mereka malah jadi berlarian di dalam ruangan club dengan tawa dan teriakan yang saling bersahutan. Kris sudah lupa dengan kegalauan yang dia rasakan sejak semalam hanya karena obrolan singkat dan sebenarnya kurang bermutu dengan Virgo. Dan Virgo juga tidak sadar kalau dia sudah menikmati sikap kekanakan Kris dengan meladeninya seperti ini.

    Perbedaan diantara mereka sepertinya malah membuat mereka saling mendekat.
    * * *
  • edited September 2013
    Dengan puas, Kris mengamati foto Virgo yang baru dia upload ke akun instagram-nya. Foto itu dia ambil tadi siang tanpa sepengetahuan adik tingkatnya itu. Virgo tengah duduk di kursinya mengikuti kuliah, dengan pose salah satu tangan menopang dagu. Kris mengambil dengan kameranya dari luar jendela kelas menggunakan beberapa kali zoom. Hasilnya ternyata tidak mengecewakan. Adanya perpaduan cahaya, malah membuat gambarnya tampak lebih artistik.

    Kris menggunakan hashtag #virgo #class #cute, lalu meng-cc nya pada teman-temannya di club. Seperti yang dia inginkan, dia ternyata mendapatkan pujian. Abdy malah menyebarkannya sebagai pemenang random kompetisi mereka hari itu, padahal tadi pagi Kris tidak sempat mengikutinya karena sedang bad mood. Jelas saja itu mengundang banjir protes dari Dion dan Stevani, meski ujung-ujungnya, Stevani tetap malah membela Kris hingga membuat Dion kesal.

    Kris sedang tertawa-tawa dan asik membalas mention teman-temannya ketika bunyi buzz di akun messenger nya yang menyala, mengintrupsinya. Kris nyaris lupa kalau dia seharusnya menyapa Dhias dulu seperti biasa. Ini adalah waktu dimana mereka biasa berkomunikasi.

    Buzz

    Dhi: ciye, siapa tuh...

    Buzz

    Kris: siapa? Siapa?

    Dhi: itu yg kamu upload

    Kris: oh itu... si virgo

    Dhi: siapa?

    Kris: model baru di club

    Dhi: hmm... cute ya?

    Kris: lumayan

    Kris mengembalikan window pada twitter-nya untuk lanjut menggila bersama teman-temannya, baru kemudian dia mengecek messenger-nya, tapi tak ada balasan lagi dari Dhias.

    Buzz

    Kris: sibuk lu?

    Dhi: ngga

    Kris mengernyitkan keningnya mendapatkan jawaban yang cepat dari Dhias. Berarti sebenarnya bisa jadi sejak tadi Dhias berada disana, hanya tidak membalas chat-nya.

    Kris: oh, ngapain dong lu?

    Dhi: diem aja

    Kris: knp dhi?

    Dhi: gpp. Nunggu kamu gak sibuk aja

    Kris: gw gak sibuk kok

    Perasaan Kris jadi agak tak enak. Dia menyadari kalau obrolan mereka jadi terlalu singkat dan tidak seramai biasanya. Entah kenapa. Mungkin masih karena efek pembicaraan mereka kemarin malam?

    Kris: dhi?

    Dhi: gw tdr aja ya

    Kris: hah? Knp?

    Dhi: gpp. Besok aja kita chat lg. Kmu lg sibuk. Gw gak mau ganggu

    Kris: gw gak sibuk kok! Suer!

    Dhi: ^^ iya iya, tp gw ngantuk sayaaaang

    Kris menghembuskan nafas agak lega.

    Kris: yah bilang aja dong lu ngantuk, jgn blg gw lg sibuk -_-

    Dhi: haha lu bneran lg sibuk, kris. Twit lu rame, balesin gih

    Dhi: daaah

    Kris: dah, love you

    Dhi: love u 2

    Kris menghela nafas sekali lagi, dan membuka window twitter-nya. Seperti yang Dhias bilang, disana memang semakin ramai. Teman-temannya semakin menggila bahkan semakin banyak yang berkomentar. Dan ada satu nama yang cukup menyita perhatian Kris dari sekian banyak username milik teman-temannya. Username ini mungkin sudah lama menjadi follower-nya tapi Kris tidak begitu memperhatikan sebelumnya.

    VIRGO DEWAPUTRA @.virgoissst
    @ kerisnand mas, gue pake DP ya pic nya! thanks loh, gue ganteng bgt!

    Krisnanda Fathmara @.kerisnand
    @ virgoissst bayar woi bayaaar! yg motret lu jauh lbh ganteng loh!

    VIRGO [email protected]
    @ kerisnand iye tau mas genteng :p

    Krisnanda [email protected]
    @ virgoissst genteng jidat lu, dasar alay!

    VIRGO [email protected]
    @ kerisnand bodo! yg pnting gw ganteng bukan genteng :p

    Dan sesi mention-mentionan mereka pun jadi lebih panjang juga lama daripada obrolan heboh Kris dengan teman-temannya. Bahkan setelah Kris mematikan laptopnya, dia melanjutkan mengecek twitter dari handphone-nya. Satu hal yang sudah lama tidak dilakukannya sejak beberapa tahun ini. Biasanya dia memang hanya akan online saat benar-benar penting, dan kebanyakan waktu online-nya dia habiskan dengan chatting bersama Dhias. Tapi entah ada apa dengan hari ini, dengan malam ini. Kris seolah tak mau menyudahi obrolan tak bermutunya denganVirgo.

    Krisnanda [email protected]
    @ virgoissst minta nomer lu!

    VIRGO [email protected]
    @ kerisnand buat apa mas? gw gak trima jasa pijat

    KRISNANDA [email protected]
    @ virgoissst sarap! Lol

    Sebelum Kris sempat memaksa, sebuah sms tiba-tiba masuk ke handphone-nya. Dia membuka sms itu dan menemukan nomer asing.

    Sender: +62856xxxxxx
    Ini nomer gw mas, kan dulu gw udh pny nomer mas kris

    Senyuman bodoh terulas di bibir Kris.

    Ok. Thanks ya fans!

    Sender: +62856xxxxxx
    Im not ur fans. Udh ah mas, gw ngantuk!

    Kris semakin melebarkan senyumannya.

    Ok ok, slamat tdr my cute fans....

    Kris tidak langsung menyimpan handphone-nya begitu dia sadar apa yang barusan sudah dikirimnya. Dia mengumpat dalam hati lalu mengirim sms lagi.

    Ralat. Gak pake cute, my fans aja!

    Sender: +62856xxxxxxx
    Hahaha... trserah deh mas kris ganteng

    Malam itu, Kris tidur dengan perasaan senang yang tak bisa dia jelaskan. Perasaan seperti ini rasanya sudah agak lama dia lupakan. Dan untuk pertama kali, Kris tidak merasakan sesak karena rasa rindu yang selalu ditimbunnya untuk Dhias. Untuk pertama kali juga dia merasakan keringanan di dada dan pikirannya. Dia malah bermimpi melihat senyuman seseorang yang sepertinya baru dia sadari kalau senyuman itu sangat menenangkannya... senyuman Virgo.
    * * *
    To Be Continued

    A/N: maap utk error2 dsb. thank you n see ya!
  • Welcome backkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.. *panggil @yuzz dkk*
  • Wow , i like this storie .
    Don't forget mention me ..
  • Thanks for ceritanya.... I'm your fans sejak baca "If I Love You To?". Ditunggu updateannya... Rie San.
  • edited September 2013
    Dari awal bayangan konfliknya dah kerasa. Gak sabar seseknya dichapter b erikutnya
  • edited September 2013
    Gara2 jaringan gila, harus ngedit comment sampe 4 kali. Sori ya rie-san dah nyampah disini.
  • edited September 2013
    Gua kasih kisss aja dibagian ini :x
  • hurrayyy..!

    i love uuu.... bang rieyo!
    welcumback!!

    makasi mas @adam08 :-*

    panggil @masdabudd @silverrain @tamagokill @autoredoks @bi_ngung dkk
  • hurrayyy..!

    i love uuu.... bang rieyo!
    welcumback!!

    makasi mas @adam08 :-*

    panggil @masdabudd @silverrain @tamagokill @autoredoks @bi_ngung dkk
  • @yuzz loe dibawah gue skarang... ƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐ"̮ ....
  • edited September 2013
    Bener2 gua nyampah. Sorry beribu sorry. Jadi gak enak hati...
  • *jorokin @idhe_sama ke sumur
  • baru update pertama dah berasa nyeseknya, bkal gmn lanjutanny??
  • Ditunggu lanjutannya, tlg dimention ya... Tks
Sign In or Register to comment.