It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Liputan6.com, Jakarta : Mengapa Gerakan 30 September 1965 gagal, bahkan hanya dalam hitungan hari? Padahal PKI, pihak yang dalam versi resmi dituding sebagai dalang, bukan partai gurem. Anggotanya jutaan. Sejumlah perwira militer juga terlbat.
BERITA TERKAIT
Pancasila Perekat Persatuan Bangsa Pancasila Perekat Persatuan Bangsa
Sejumlah akademisi telah coba menguliknya. Salah satunya adalah John Roosa, sejarawan dari Universitas Columbia, Kanada. Dalam buku Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'Etat in Indonesia (2006), ia mengarisbawahi kehadiran catatan yang dibuat Brigjen Supardjo, salah seorang yang terlibat dalam gerakan tersebut--bahkan tentara dengan pangkat tertinggi.
Catatan itu berjudul 'Beberapa Pendapat jang Mempengaruhi Gagalnja “G-30-S” Dipandang dari Sudut Militer (1966).' Selama puluhan tahun, para analis mengabaikannya meski tersedia di Museum TNI Satria Mandala, Jakarta. Roosa kemudian menyebutnya sebagai 'Dokumen Supardjo.'
Menurut Roosa, Dokumen Supardjo penting karena ditulis sebelum ia tertangkap. "...informasi yang terkandung di dalamnya mempunyai bobot keterandalan dan kejujuran yang khas. Supardjo menulis demi kepentingan kawan-kawannya, bukan bagi para interogator dan penuntut umum yang memusuhinya," tulisnya.
Kesimpulan Supardjo: G 30 S gagal karena gerakan ini dipimpin seorang sipil, Sjam, yang tahu sedikit sekali tentang prosedur-prosedur kemiliteran. "Dengan menempatkan diri sebagai orang yang berwenang atas sebuah aksi militer, Sjam menimbulkan kekacauan tentang garis komando di dalam kelompok inti," tulis Roosa.
Saat tiba di Halim Perdanakusumah, sehari sebelum kejadian, Supardjo mengaku bingung tentang siapa sebenarnya yang memimpin G 30 S. Gerakan ini mengabaikan prinsip-prinsip baku organisasi kemiliteran, tidak memiliki komandan tunggal.
"Kerja sama antara kelompok PKI (Sjam dan Pono) dengan kelompok militer (Untung, Latief, dan Soejono) tersusun sangat longgar, sehingga dua kelompok tersebut terus-menerus berdebat tentang apa yang harus dilakukan, bahkan pada saat-saat kritis ketika keputusan harus segera diambil," tulis Roosa.
Persiapan Tidak Matang
Roosa menyatakan, Supardjo menulis catatan itu sebagai seorang perwira yang dibingungkan oleh semua penyimpangan gerakan dari praktik baku kemiliteran. Supardjo menjadi brigadir jenderal pada umur 44 karena kepiawaiannya sebagai ahli strategi dalam sejumlah pertempuran.
Dalam bagian lain, Supardjo menulis, perencanaan gerakan ini kurang matang. "Rentjana operasinja ternjata tidak djelas. Terlalu dangkal. Titik berat hanja pada pengambilan 7 Djenderal sadja. Bagaimana kemudian bila berhasil, tidak djelas, atau bagaimana kalau gagal djuga tidak djelas," tulis Supardjo.
Supardjo memang lebih berfungsi sebagai penasihat ketimbang sebagai panglima. Lihat, ia baru datang pada 29 September ke Jakarta. Pada hari-hari sebelumnya, ia ada di Kalimantan sebagai komandan militer dalam konfrontasi dengan Malaysia.
Melihat kemampuan dan kebesaran PKI, Supardjo yakin, gerakan itu sebenarnya bisa berhasil jika dipersiapkan dengan matang.
"Saja ibaratkan seorang pemasak jang mempunjai bumbu, sayur2 jang serba tjukup, tetapi kalau tidak pandai menilai temperatur dari panasnja minjak, besarnja api, bilamana bumbu2 itu ditjemplungkan dan mana jang didahulukan dimasak maka masakan itu pun tidak akan enak," tulisnya.
Supardjo belakangan ditangkap. Ia dieksekusi mati pada 13 Maret 1967. (Yus)
BERIT
Bupati Madiun bantah daerahnya pernah jadi basis PKI
Ikuti upacara di Lubang Buaya, puluhan pelajar pingsan
dn aidit. ©kepustakaan-presiden.pnri.go.id
0
Teriakan bubarkan Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI bergemuruh di Istora Senayan Ribuan anggota Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) serempak berteriak semangat.
"Bubarkan HMI! HMI antek nekolim!"
Malam itu, 28 September 1965, CGMI menggelar Kongres II. Seperti diketahui, CGMI adalah organisasi kemahasiswaan underbouw PKI. Sebelum Kongres, hampir setiap hari CGMI berdemo meminta pemerintah membubarkan HMI karena perbedaan pandangan politik.
Wakil Perdana Menteri II Johannes Leimena dan Presiden Soekarno yang berpidato malam itu dengan tegas menolak permintaan CGMI. Pemerintah tak akan membubarkan HMI.
Giliran Ketua Central Comite Partai Komunis Indonesia (CC PKI) Dipa Nusantara Aidit naik ke mimbar. Pidato Aidit menggebrak diiringi teriakan dukungan massa.
"Kalau CGMI tak bisa membubarkan HMI lebih baik kalian memakai kain seperti perempuan!" kata Aidit disambut gemuruh teriakan anggota CGMI. "Bubarkan HMI, Bubarkan HMI."
Aidit tak selesai sampai situ. "Indonesia belum mencapai kemajuan dan kemakmuran. Negara ini memang tidak akan bisa maju kalau diurus oleh pemimpin yang mempunyai empat atau malahan lima orang istri!" teriak Aidit.
Sejumlah hadirin terkesiap. Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel Maulwi Saelan menggeleng-gelengkan kepala mendengar pidato Aidit.
"Kasar sekali, pernyataan Aidit itu kasar sekali," kata Saelan menceritakan kisah itu pada merdeka.com, pekan lalu.
Semua tahu pada siapa sindiran Aidit itu dialamatkan kalau bukan Presiden Soekarno yang memiliki lima istri. Fatmawati, Hartini, Ratna Dewi, Haryati dan Yurike.
Tak ada yang berani melihat wajah Soekarno. Tapi Soekarno dengan tenang meninggalkan acara tersebut tanpa berkata apapun.
Padahal baru beberapa hari sebelumnya Soekarno menganugerahkan penghargaan prestisius Bintang Mahaputera pada Aidit. Soekarno pun hadir pada peringatan HUT PKI ke-45, 23 Mei 1965 di Istora Senayan. Dalam acara itu Soekarno dan Aidit berangkulan mesra.
Saat itu PKI memang menjadi pendukung utama kebijakan Soekarno. Bagi Soekarno, PKI menjadi penyeimbang bagi kekuatan politik Angkatan Darat yang dominan. Soekarno selalu berusaha menjaga keseimbangan antara Angkatan Darat dan PKI.
Bukan kali pertama Aidit melancarkan serangan pada Soekarno. Aidit pernah menyatakan kalau rakyat Indonesia sudah bersatu dan sosialisme sudah terwujud, maka Pancasila tak dibutuhkan lagi.
Seluruh rakyat tahu, Soekarnolah yang merumuskan Pancasila. Kritik Aidit dijawab Soekarno dengan menetapkan 1 Juni sebagai hari kelahiran Pancasila.
Hubungan Aidit dan Soekarno memang turun naik, kadang mesra, kadang renggang. Seperti kata pepatah, tak ada kawan abadi.
Baca juga:
anw, mnurutku Soekarno ini kayak ga bisa menahan diri dan kurang menerapkan konsep sehidup semati
Ketika Soekarno sedang terlarut dalam proses pembentukan bangsa hingga detik-detik terakhir kekuasaan dan hidupnya, ada sembilan wanita jelita mendampingi Soekarno. Dari Siti Utari, Inggit Ganarsih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manoppo, Ratnasari Dewi, Haryatie, Yurike Sanger hingga Heldy Djafar. Inggit Ganarsih adalah istri yang usianya 15 tahun lebih tua dari Soekarno, dan yang lain lebih muda dari Soekarno.
Heldy Djafar, istri terakhir Soekarno yang berusia 48 dibawah Soekarno. Beberapa perkawinan Soekarno berakhir dengan perceraian. Tapi ada pula istri yang tetap mempertahankan perkawinan mereka hingga hari meninggalnya Soekarno.
Kecantikan perempuan adalah besi berani yang tak pernah berhenti memikat Soekarno hingga masa senja hidupnya. Pertautan Soekarno dengan wanita berawal pada usia amat belia. Jiwanya yang labil, terus berkelana dari satu bunga ke bunga lain. Rika Melhusyen, Pauline Gobe, Laura Kraat yang sempat mengguncangkan dada. Untuk mendapatkan perhatian gadis bermata biru, Rika Meelhusyen, Soekarno rela membawakan buku-buku bahkan berjam-jam mengantar pulang dengan sepeda. Rika adalah gadis pertama yang dicium Soekarno.”
Hanya inilah satu-satunya jalan yang kuketahui untuk memperoleh keunggulan terhadap bangsa kulit putih,” kata Soekarno kepada Cindy Adams dalam autobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Itulah alasan yang bersifat politis dan eksistensial yang menyebabkan Soekarno begitu deman dengan gadis bermata biru.
Cinta yang tak sampai – Soekarno kemudian menemukan kembali di tahun 1920 pada putri cantik HOS Tjokroaminoto, Siti Utari – gadis yang begitu mungil yang tampak lugu dan pendiam.” Lak, engkaulah bakal istriku kelak,” begitu kata Soekarno pada suatu senja. Tahun 1921, di Surabaya, Soekarno menikah dengan Siti Utari, gadis berusia 16 tahun, putri sulung tokoh Sarekat Islam, HOS Tjokroaminoto, pemilik rumah tempat menumpang ketika Soekarno sekolah di Hogere Burger School.
Di Bandung, tempat Soekarno melanjutkan pendidikan d Technische Hogere School, Soekarno mondok di rumah Haji Sanusi yang tinggal bersama istrinya Inggit Ganarsih. Di rumah inilah terjadi percikan api yang memancar dari lelaki berumur dua puluh tahun, masih hijau dan belum berpengalaman, telah menyambar seorang perempuan dalam umur tiga puluhan tahun yang matang dan berpengalaman. Percikan gairah tersebut tidak hanya membakar Soekarno.
Secara bersamaan menghapuskan simpul tali perkawinan yang baru dia jalani. Soekarno mengatakan bahwa Utari masih suci. Tetapi pihak yang mengenal betul karakter Soekarno tentu saja menyangsikan, sebagaimana diceritakan Abu Hanifah dalam Tale of A Revolution. Kepindahan ke Bandung sekaligus perceraian Soekarno dengan Utari telah menjauhkan hubungan Soekarno dengan Tjokroaminoto dan kemudian Tjipto Mangunkusumo menjadi mentor politik yang baru. Nasionalisme sekuler menjadi pandangan politik Soekarno yang baru.
Tahun 1923, Soekarno menikahi janda Haji Sanusi, Inggit Ganarsih yang lebih tua 15 tahun dari Soekarno. Hampir 20 tahun susahnya kehidupan dilalui bersama. Dari penjara hingga pengasingan – Soekarno lewati bersama Inggit Ganarsih. Saat Soekarno dipenjara Sukamiskin karena kegiatan politik. Inggit Ganarsih setia menemani dan menunggu sampai hukumannya habis. Karena hanya dia yang boleh menjenguk Soekarno di penjara, otomatis Inggit yang menjadi penghubung antara suaminya dan para pejuang lain secara sembunyi-sembunyi.
Untuk menulis pesan Soekarno, Inggit menggunakan kertas rokok lintingan. Ketika itu, Inggit memang berjualan rokok buatan sendiri. Rokok yang diikat dengan benang merah hanya dijual kepada para pejuang, di dalamnya berisi pesan-pesan Soekarno. Tak mengherankan jika di depan para peserta Kongres Indonesia Raya di Surabaya (1932), Soekarno menjuluki istrinya, Inggit Ganarsih sebagai “ Srikandi Indonesia,”. Kita tidak pernah mengetahu, apa jadinya Soekarno tanpa Inggit Ganarsih.
Ketika Soekarno diasingkan di Bengkulu. Ada seorang gadis jelata yang mondok di rumah Soekarno. Namanya Siti Fatma yang kemudian dikenal Fatmawati. Inggit Ganarsih merasa ada percikan bunga cinta antara suaminya dengan putri angkatnya, Fatmawati. Ternyata benar. Soekarno ingin menikahi Fatmawati untuk memperoleh keturunan tanpa menceraikan Inggit Ganarsih, tapi mantan istri Haji Sanusi menolak di madu.
Meski pernikahan Soekarno dengan Inggit tidak dikaruniai anak, mereka memiliki dua anak angkat:Ratna Djuami dan Kartika. Pada jaman pendudukan Jepang, Soekarno menikahi Fatmawati dan sebelumnya menceraikan Inggit Ganarsih dengan baik-baik.
.
rachmawati tidak sreg dengan maudy kusnady, hanung & ario bayu
Rachmawati Soekarnoputri rupanya merasa pemilihan peran untuk film Hanung Bramantyo di "Soekarno: Indonesia Merdeka!" tak sesuai. Menurut putri sang proklamator, secara fisik dan bahasa tubuh Ario Bayu tidak cocok memerankan Soekarno. Ia mengaku lebih memilih Anjasmara untuk film tersebut.
"Hanung sempat bilang, Ario Bayu minta terlalu tinggi honornya. Dan saya juga sebenarnya nggak sreg sama Ario Bayu," ujarnya di Jakarta Selatan, Jumat (14/6).
"Fisiknya, gesture-nya, saya nggak cocok. Kok tiba-tiba diajak bikin footage. Tapi Raam mengatakan, cocok menjadi Soekarno. Anjasmara yang saya inginkan jadi Soekarno."
Selain itu, Rachmawati Soekarnoputri juga berpendapat Maudy Koesnaedi kurang sesuai untuk peran Inggit. Baginya Zee Zee Shahab lebih mirip secara fisik dengan karakter tersebut.
"Zhe Zhe Shahab mirip Bu Inggit. Saya kenal Pak Karno, Bu Fat dan Bu Inggit. Nggak gampang cari figur mereka," tambahnya. "Tapi Hanung bilang pemeran itu urusan dia. Saya nggak kenal Maudy atau Tika Bravani."
Lebih lanjut, ia mengaku kecewa dengan pemilihan peran ini dan memutuskan keluar dari film tersebut. Padahal, Rachmawati Soekarnoputri mengaku ide pembuatan film ini berasal darinya.
"Akhirnya saya keluar dari tim itu," ungkapnya. "Padahal ide film Soekarno itu dari saya."
syahrintoel
Banned
syahrintoel is offline
syahrintoel is a legends
syahrintoel is a legend
ATUSAN orang berkumpul di depan gedung bioskop XXI Planet Hollywood, kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan hari ini, Selasa (24/12).
Mereka melakukan unjuk rasa, menuntut pihak bisokop berhenti memutar film "Soekarno: Indonesia Merdeka" garapan sutradara Hanung Bramantyo.
Namun dari sejumlah orang yang melakukan aksi demonstrasi, ternyata tidak semua memahami permasalahan sebenarnya.
Para pelaku demonstrasi yang didominasi ibu rumah tangga itu mengaku hanya ikut-ikutan karena mendapat bayaran.
"Saya ikut saja ke sini, namanya diajak. Masalahnya apa sih? Yang penting dapat uang jajan," ucap salah seorang wanita pendemo di depan bioskop XXI Planet
Hollywood, Jakarta Selatan, Selasa (24/12).
Bahkan secara blak-blakan, wanita itu mengungkapkan kalau aksi mereka dibayar kisaran Rp 30 - Rp 40 ribu.
"Beda-beda. Ada yang 30 ribu atau 40 ribu, tergantung panitianya. Namanya ibu-ibu yang penting dapat uang jajan, dapur ngebul. Fair-fairan saja ya," terangnya.
Ditanya soal konten film yang dipermasalahkan wanita itu menjawab belum mengetahui. Mereka mengetahui film tersebut hanya cuplikan dari tayangan televisi. Bahkan, dia juga belum mengetahui jika film tersebut sudah beredar
"Saya cuma liat di televisi doang. Saya belum nonton, soalnya kan belum beredar," pungkasnya.
(pri/gur)
[img][/img]
Old 15th June 2013, 17:59 #4
volverine
Mania Member
Default
eh...perhatiin deh, kok eyang rahmawati ini mirip tata liem ya?
mata saya yang siwer atau emang karena mirip beneran sih?
Tipikal Pria Setia, Anjasmara Dianggap Tak Cocok Perankan Soekarno
Print Email Kamis, 19 September 2013 10:42 Ari Kurniawan
Tweet
anjasmara
HANUNG Bramantyo menolak rekomendasi Rachmawati Soekarnoputri untuk menjadikan aktor Anjasmara sebagai pemeran sosok Soekarno dalam
film "Soekarno: Indonesia Merdeka".
Bukan karena aktingnya jelek, juga bukan soal bentuk fisik yang tak mendukung. Hanung punya penilaian tersendiri terhadap Anjas.
"Anjas itu tipe setia. Tipe setia, terus (diceritakan di film) punya istri banyak, jadi jelek," cetus suami artis Zaskia Mecca itu, saat dijumpai di Multivision Tower,
Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (18/9).
Bung Karno memang dikenal cukup flamboyan di masanya. Dia pun mampu memperistri lebih dari satu wanita cantik.
"Bung Karno itu terhadap perempuan ada mata khusus. Sementara Anjas bukan tipe playboy," lanjut Hanung.
(ari/gur)
Pertunjukan teater Dharma Gita Maha Guru yang berlangsung 13 Juli-15 Juli lalu di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, menyisakan pujian. Mengangkat kisah
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno, dari lahir hingga wafat, tiketnya sold out.
Kesuksesan pertunjukan yang disutradarai Rahmawati Soekarnoputri, anak Soekarno, tidak lepas dari penampilan Anjasmara (36) yang ciamik. Tidak hanya
wajah Anjas yang mirip Bung Karno, bahasa tubuhnya juga. “Banyak yang menilai wajah saya mirip Bung Karno. Apalagi kalau saya memakai busana khas Bung
Karno,” ucap Anjas di rumahnya yang asri dan klasik, Kamis (19/7) lalu.
Sejatinya, Anjas sudah 3 kali memerankan Bung Karno. Yang pertama untuk serial FTV, kedua teater, dan ketiga di Dharma Gita Maha Guru. Kali pertama
memerankan tokoh Bung Karno, Anjas grogi. Dia bertemu Bung Karno dalam mimpi. “Saya mimpi bertemu beliau. Dalam mimpi, saya membawa tas Bung
Karno hingga ke dalam kamarnya. Begitu juga saat saya memerankan Bung Karno di sebuah pertunjukan teater. Padahal di pertunjukan teater itu saya
memerankan Bung Karno tanpa dialog. Saya yakin dipercaya memerankan tokoh Bung Karno tidak hanya karena saya mirip beliau, tapi juga ada pertimbangan
profesional lainnya,” jelas Anjas.
Akan tetapi suami Dian Nitami ini merasa belum maksimal memerankan Bung Karno. Maka, ketika Rahmawati Soekarnoputri, yang juga ibu tiri Anjas,
memintanya kembali memerankan Bung Karno, dia menyetujuinya. Awalnya bukan Anjas pemerannya. Tapi entah kenapa, sebulan sebelum pertunjukan ada
pergantian pemain. “Saya memerankan tokoh Bung Karno bukan karena dekat dengan Bu Rahmawati. Ini murni profesional,” ucapnya.
Pertimbangan lain Anjas menerima tawaran itu, karena miris tidak ada lagi tokoh bangsa ini yang sehebat Bung Karno, idolanya. “Dengan adanya pertunjukan
itu, kami mencoba mengingatkan masyarakat bahwa kita pernah memiliki tokoh, pahlawan dan, pendiri bangsa ini yang luar biasa hebat dan diakui dunia,”
ucap Anjas.
(ej/adm)
......
Disomasi Putri Bung Karno, Produser Keukeuh Tayangkan Film "Soekarno"
Print Email Kamis, 19 September 2013 08:18 Ari Kurniawan
Tweet
Konferensi-pers-film-SOEKARFILM "Soekarno" digugat oleh putri Sang Proklamator, Rachmawati Soekarnoputri.
Rachma yang telah mundur dari tim penggagas, menganggap film yang disutradarai Hanung Bramantyo tersebut tidak boleh untuk ditayangkan.
Pasalnya, menurut calon mertua artis Jane Shalimar itu, pengunduran dirinya secara otomatis menggugurkan hak Multivision Pictures (MVP) untuk melanjutkan
produksi.
Hal ini langsung dibantah oleh pihak MVP. Raam Punjabi selaku produser, menolak apa yang didalilkan Racma.
Ia bersikukuh untuk tetap menayangkan film yang telah menelan biaya hingga 15 miliar rupiah itu pada Desember mendatang.
"Saya dan Hanung bikin film ini dengan niat dan tujuan yang baik. Film ini bukan dari ide seseorang, setiap orang berhak memproduksi film Soekarno, karena
beliau adalah tokoh milik bangsa," tutur Raam, saat jumpa pers di Multivision Tower, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (18/9).
(ari/gur)
Pihak Rachmawati Mengaku Tidak Tahu Ada Demonstrasi Turunkan Film Soekarno
RATUSAN orang melakukan demonstrasi di depan bioskop XXI Planet Hollywood, menuntut film "Soekarno: Indonesia Merdeka" berhenti diputar.
Rachmawati Soekarno Putri sebagai pihak yang keberatan atas pemutaran film "Soekarno" mengaku tidak terlibat atas aksi massa tersebut.
"Setahu saya, beliau (Rachma) enggak tahu soal itu. Justru dia malah tanya saya. Dia bilang, 'Memang ada demo?'," ujar Muannas Alaidid, salah satu tim kuasa
hukum Rachmawati kepada wartawan, Selasa (24/12).
Muannas memastikan bahwa klienya tidak pernah memerintahkan orang untuk turun ke jalan menggelar demonstrasi.
Dalam demontrasi yang didominasi kaum ibu-ibu itu, sebagian tidak mengerti permasalahan yang sedang terjadi. Mereka mengaku ikut-ikutan karena dibayar
Rp 30 ribu.
(pri/gur)
A-
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua PBNU HA Slamet Effendy Yusuf menegaskan bahwa pihaknya menolak meminta maaf kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) karena PKI bukanlah korban, melainkan pemberontak.
"Mereka memang menuntut negara, TNI, dan NU meminta maaf, tapi hal itu tidak mungkin karena NU itu anti-komunis dan komunis itu bertentangan dengan Pancasila," katanya di Surabaya, Minggu.
Ketika berbicara dalam seminar nasional "Kebebasan dan HAM dalam Koridor Pancasila" di Kantor PCNU Surabaya, ia menjelaskan keturunan PKI sekarang memang pintar mengemas seolah-olah PKI adalah korban.
"Tapi, NU memiliki bukti sejarah bahwa PKI adalah pemberontak yakni shalawat badar dan Banser. Shalawat Badar diciptakan pimpinan NU di Banyuwangi untuk melawan PKI. Itu sama dengan Banser, jadi hal itu membuktikan bahwa PKI itu musuh, bukan korban," katanya.
Dalam seminar yang juga menampilkan Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen (TNI) dan Brigjen Pol Anton Tabah (staf khusus Kapolri), Rais Syuriah PBNU KHA Hasyim Muzadi mengajak negara dan TNI untuk tidak melayani tiga tuntutan PKI yakni maaf, kompensasi, dan rehabilitasi.
"Kita justru harus waspada, karena mereka sekarang bukan berhadapan langsung dengan TNI, NU, dan negara, melainkan melakukan penyusupan," katanya.
Menurut dia, penyusupan itu bukan hanya dalam bentuk "Paguyuban Korban Orde Baru", namun mereka juga menyusup ke parlemen di Senayan, birokrasi melalui pilkada langsung, dan bahkan menyusup ke NU.
"Banyak anak-anak muda NU yang mulai tertarik dengan ajaran Marxisme dan banyak kalangan yang mulai melihat pemberontakan G-30-S/PKI sebagai rekayasa Orde Baru, padahal generasi sekarang tidak tahu banyak tentang PKI. NU punya bukti siapa mereka," katanya.
Hal senada diungkapkan Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen yang sekarang menjadi politisi PPP. "Pemberontakan PKI sebagai rekayasa Orba itu tidak benar, karena PKI sempat mengajak Soeharto, tapi Soeharto tidak mau," katanya.
Pandangan itu juga dibenarkan staf khusus Kapolri Brigjen Pol Anton Tabah. "Generasi muda sekarang perlu diberitahu fakta yang sebenarnya terjadi saat itu, karena PKI memutarbalikkan fakta, sedangkan generasi muda tidak mengalami fakta yang sebenarnya," katanya.
Baginya, melawan PKI merupakan jihad yang sesungguhnya, karena PKI itu memiliki pola yang lihai yakni penunggangan atau penyusupan yang bila tidak diwaspadai akan menyebabkan terjadi ketegangan lagi seperti tahun 1948 dan 1965.
.
dulu anjas ini khan anak emasnya multivision
scr ini jamannya; dari dulu si asli nya; artis dan tokoh2 populer dijadiin pejabat publik..
cumn rencananya gagal as hanung nggk jadiiin anjas pemeran utamanya...
cumn mmg dari dulu rahma mega dan lain2 hobinya marah2 ngamuk2 di publik;
yg kyk gtu mosok mo dijadiin sosok2 panutan to
parahh...
dunia sungguh sempit dan meresahkan..
.
@firkhafie
@dr_gonzo