It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kata indah boleh kau sadur,
temani jiwamu yang tertidur,
selamat berlayar ke alam impian,
di dunia tanpa batas tepian...
And always I said it, berikan apresiasi yang luar biasa ke semua penulis yang ada di boystory dengan karyanya yang ruar biasa. Salut.
MAAF Tarik kalian bro @andhi90 om bro @erickhidayat bro @diarlied bro @greenbuble @kimo_chie @darrenhat @shuda2001 @zhar12 @b_hyun @binyolgnatius @aicasukakonde @adzhar @esadewantara88 @flowerboy @boyzfath @2mocin @bintang69 @ardi_cukup @hikaru @congcong @pokemon @kim_kei @syeoull mb @vbear @caetsith @galihsetya14 @el_crush @joenior68 @the_angel_of_hell @obay @rez1 @brownice dan READER/PEMBACA LAIN yang minta di mention.
Happy Read “I hope”
Day 3
"Gue beneran suka sama Anya Dra" kata Leo
Setelah kejadian semalam. Aku jadi meragukan diriku sendiri, apa jadinya posisi ku sama dengan Leo, dalam project ini kami sudah mencampurkan perasaan kami. Project ini seperti pisau bermata 2 untuk ku pribadi, jika aku tidak menggunakan perasaan ku maka tulisan yang aku dan Calvin buat akan terasa hambar, ini tulisan tentang hubungan sepasang kekasih, ada keharusan menggunakan peasaan jika ingin tulisan jadi yang tebaik, di lain pihak, jika aku terlalu menggunakan perasaanku ... Aku, Cavin …
"DRA!" Leo membuyarkan lamunanku
"Gimana nih, gue beneran suka sama Anya jadinya, banyak kecocoka kami Dra "
"Ya bagus kan?"
"Ia sih, tapi ini cuma 7 hari"
"Tinggal di lanjut aja kok, ngapain repot"
"Ia, lu bener, tapi kalu Anya gak suka gue gimana, berati cuma 7 hari doang gue pacaran ama dia"
"Kan masih ada 4 hari lagi nih, ya tunjukin aja lu serius, gampang"
"Elu yah Dra, lu sendiri gimana ama Calvin, lu gak kebawa perasaan lu kan?"
Aku sempat terdiam sebelum menjawab pertanyaan Leo, bagaimana jika aku menggunakan perasaanku, entahlah, aku baru saja mengenal Calvin lebih jauh, dan itu pun masih banyak hal yang belum aku ketahui sepenuhnya. Menggunakan perasaanku? Ayolah.
Calvin : w r u Dra?
Me : di rumah Leo, kamu dimana?
Calvin : kampus, wanna pick me up?
Me : sure, wait 4 me Vin
"Dari siapa Dra?" tanya Leo
"Pacar gue" aku tersenyum menjawab pertanyaan Leo.
"Lu kebawa perasaan lu yah?"
"Mungkin" jawabaku singkat
Terbawa perasaan? Itu yang kufikirkan sepanjang perjalanan dari rumah Leo ke kampus Calvin. Matahari di siang ini cukup terik aku tidak ingin menghabiskan waktu ku di luar ruangan, hmm apa yang akan aku lakukan dengan Calvin hari ini, sejak kejadian kemarin aku tidak bisa berfikir jernih. Mungkin mencium seorang perempuan hal yang biasa untuk ku, tapi mencium seorang pria?.
Calvin sudah menarik perhatian ku sejak pertama kali dia bekerja sebagai penulis part time. Laki-laki yang memiliki paras menarik, pendiam dan membuatku penasaran, sayangnya aku tidak pernah memberanikan diri untuk sekedar berkenalan atau menyapanya. 2 hari terakhir ini ketertarikan ku kepada Calvin semakin tinggi, aku ingin tahu segala tentangnya. Apa aku menggunakan perasaanku?
"Huuuf"
Aku rasa aku menggunakan perasaanku.
"Vin" aku membukakan pintu mobil, membiarkan Calvin masuk dan duduk disampingku.
"Kemana kita vin?"
"Hmmmm, tumben?"
"Sekarang giliran mu, apa yang akan kita lakukan?"
"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat"
Aku hanya mengikuti petunjuk Calvin, melewati jalan utama menuju arah perbukitan di pinggir kota, suasana yang tenang, semilir angin berhembus diantara dedaunan, pepohonan yang berukuran besar, beberapa kursi yang tersusun di bawah pohon, dan beberapa pedagang yang menjajakan daganganya, cukup nyaman suasana disini, matahari yang tidak kusukai pun tidak mengurangi keindahan tempat ini.
Calvin mengajaku duduk di salah satu kursi di bawah pohon yang lumayan besar, sedikit jauh dari keramaian atau pedagang disitu. Aku melihat Calvin sangat tenang disini, dia benar-benar menikmati tempat ini, sesekali matanya terpejam untuk menghirup udara segar.
"Dra... Sudah puas memandangku?"
"Kau menyadarinya Vin" aku semakin melebarkan senyumku dan membiarkan diriku menikmati wajah Calvin.
"Kenapa kau mengajaku kesini vin?"
"I wanna tell you something" Calvin merubah posisi duduknya menjadi berhadapan denganku.
"Kamu ingat dra, preman yang pernah memukulmu kemarin?"
"Ya, mana mungkin aku lupa vin, bekas memarnya saja belum hilang sepenuhnya" aku menunjuk rahangku yang masih sedikit lebam.
Calvin tersenyum kecil
"Dra, salah satu dari preman itu adalah kakak dari seorang yang pernah ada disini" Calvin menyentuh dadanya.
"Hmmm"
"Namanya Riki, 2 tahun lalu tepat disini dia pernah menyatakan perasaanya dra"
"Lalu dimana dia sekarang Vin?"
Calvin menghela nafas, ada raut sedih di wajahnya.
"Dia sudah tenang disana dra"
"Maaf"
"Gak apa Dra, kupikir kamu perlu tau juga Dra, Riki orang yang pernah mengisi kekosongan hati ini, mengajarkan ku arti cinta dan mencintai"
"Lalu kenapa kakak nya ... "
"Kakaknya tidak pernah setuju dengan hubungan kami, dan aku mengerti itu, hubungan seperti ini tidak akan pernah berhasil sepenuhnya"
"Lalu kenapa kakak Riki masih mengerjaimu, bukanya Riki, maaf sudah tiada"
"Entahlah Dra, mungkin dia tidak puas sebelum aku menderita"
"Tenang saja, aku berjanji akan selalu menjagamu Vin"
Calvin membalas senyumku, mungkin ini hanya janji muluk yang tidak bisa kupastikan untuk melakukanya, dan kurasa Calvin pun mengerti akan hal itu, senyumnya cukup mengiakan janji yang aku buat atau mungkin lebih tepat aku sebut janji itu sebagai gombalan?
"Tunggu disini sebentar Vin"
"Mau kemana Dra?"
Aku bergegas ke arah mobil, aku ingat di belakang aku membawa gitar, aku rasa ini waktu yang tepat untuk menunjukan pesona ku di depan Calvin.
"Gitar? Kamu bisa main gitar Dra"
Di benak ku hanya ada satu lagu yang terlintas,
And I've dropped out,
I've burned up,
I've fought my way back from the dead.
I've tuned in, turned on, remembered the things that you said
I'll be your crying shoulder,
I'll be love's suicide
I'll be better when I'm older,
I'll be the greatest fan of your...
I'll be your crying shoulder,
I'll be love's suicide
I'll be better when I'm older,
I'll be the greatest fan of your life
Raut senyum cerah terogres di wajahnya saat aku bernyanyi, aku tidak perduli dengan padangan orang lain di tempat itu, yang pasti memang terlihat aneh, 2 orang pria duduk bersama dan salah satunya bernyanyi lagu romantis untuk teman prianya.
"Untuk seorang player kamu memang memiliki banyak bakat Dra"
"Hey, lagu itu tulus untuk mu, kau pasti berfikir itu lagu gombal untuk menggoda semua cewek yang pernah aku dekati"
"Aku tidak berfikiran seperti itu Dra, tapi karna kau mengatakanya seperti itu, aku jadi berfikir kalo itu lagu itu jadi salah satu trik mu"
"Hey apa kau marah Dra"
Aku hanya diam dan cemberut, jujur saja memang selama ini bernyanyi jadi salah satu trik untuk mendekati seseorang, tapi aku tidak pernah menyanyikan lagu I'll be di depan siapapun.
"Sini gitar mu"
Calvin mengambil gitar yang kusandarkan di sebelah ku, petikan gitarnya membuatku merinding, suaranya menghayutkan ku, tapi aku merasakan kesedihan dari nyanyianya.
Ini bukan bujuk rayu ku
Aku tak punya bunga
Yang aku butuh hanya cintamu
Yang kamu butuh hanya cintaku
Semudah itu segampang itu
Yang aku butuh hanya dirimu
Yang kamu butuh hanya diriku
Kita pun tahu
Tak bagus bila berpisah
Aku baru pertama mendengar lagu itu, tapi jujur saja kurasa aku akan lebih menyukai versi Calvin.
"Hey, kenapa kau selalu memandangku seperti itu Dra"
"Kau sadar, kalu pesona mu itu sekarang benar-benar memikatku"
"Jadi kau memaafkanku?"
"Aku kapan marahnya Vin?"
"Tadi?"
"Aku hanya cemberut saja"
"Awwww"
Satu jentikan di dahi hari ini aku dapatkan dari Calvin,
3:40 pm, aku dan Calvin kembali pulang, malam ini kami merencanakan untuk ke bioskop, aku tidak tahu film apa yang di putar, aku tidak terlalu suka menonton di bioskop, tapi biarlah selama bersama Calvin, dan aku berfikir film dengan genre action atau thriller jadi pilihan tepat untuk date dengan seorang pria, di banding genre romantic yang malah membuatku merinding karena geli.
"Stop disini saja Dra"
Aku memarkirkan mobil tepat di gang Calvin tinggal,
"Aku jemput jam 7 yah"
"Oke Dra"
"Sini lu, bangsat" Preman-preman yang pernah memukulku, mencegat Calvin saat keluar dari mobilku.
"Vin" aku keluar untuk menolong Calvin.
"Braaaak" satu pukulan di perutku, salah satu preman itu menahan kedua tanganku,
"Vin" kataku
Calvin kesulitan bergerak, 2 orang preman dengan tubuh yang lebih besar darinya menahan tangan Calvin, tepat di dalam gang sepi itu.
"Bang Romi, lepasin teman gue bang, dia gak ada hubunganya"
"Dia teman lu"
"Braaak" Aku merasa kesakitan, aku kembali dipukul di perut oleh preman yang bernama Romi itu.
"Bang hentikan, ini diantara kita bang, dia gak tau apa-apa"
"Jadi gini kelakuan lu, setelah lu ngebunuh adek gue, sekarang lu bisa senang-senang sama cowo ini"
Mataku sudah sedikit berkunang-kunang karena pukulan, tubuhku juga sedikit lemas
"Itu kecelakaan" kataku.
"Apa yang lu tau hah" satu pukulan lagi aku rasakan di perutku.
"Bang sudah bang, biar gue yang nanggung kebencian abang, lepasin Rendra bang"
"Hoo, jadi namanya Rendra" Romi menarik daguku
"Apa yang lu mau bang, lepasin Rendra"
"Yang gue mau?" Romi mendekati Calvin, "Gue mau lu mati"
Romi mengeluarkan pisau dari celana belakangnya,
"Setalah ini hutang lu lunas"
Apa yang harus aku lakukan, Calvin menutup matanya, apa dia siap untuk di tusuk, aku mencoba melepaskan genggaman salah preman ini, aku tidak tau harus berbuat apa, kenapa aku selemah ini, aku sudah berjanji akan menjaga Calvin,
"Daaak" aku menghantamkan kepalaku kearah belakang dan mengenai wajah preman yang menahanku,
Aku hanya bisa berlari ke arah Calvin, pikiran ku hanya ingin melindungi Calvin sebelum di tusuk preman itu,
---
Apa ini? Aku menyentuh perutku, ada darah, kenapa banyak sekali, aku hampir tidak bisa merasakan pergerakan tubuhku, aku membalikan wajahku ke arah Calvin, wajah Calvin terkejut dan penuh ketakutan, 2 orang preman yang menahanya sudah tidak lagi memengang tangan Calvin, pandanganku semakin kabur, Calvin menahanku agar tidak terjatuh, tapi kenapa aku tidak bisa menahan berat tubuh ku,
"Dra, dra"
"Kamu baik-baik saja Vin"
"Dra, kita harus kerumah sakit Dra"
"Preman tadi kemana?"
"Mereka kabur"
Aku masih bisa melihat Calvin panik, tanganya menyentuh perutku yang mengeluarkan darah, entah karena terlalu sakit, atau memang aku sudah tidak merasakan apa-apa sekarang, pandanganku menghitam, kurasa aku mulai kehilangan kesadaranku.
"Aku sudah melindungimu, aku sudah jadi pangeran berkuda putih untukmu Vin" kataku lirih,
Pandanganku semakin menghitam, apa aku akan mati...
DAY 3 TO BE CONTINUED TO DAY 3 PART 2
Mungkin lu bosen denger n liatnya tp ya gw emang suka sama gaya penulisan n gaya bahasanya, simple tp kena. Kayanya feel yg keluar n di gambarin sebagai rasa sayang berasa dr pengalaman n feel yg lu rasa dr alber ya . Keep writing bro