It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Gua ... Gak tahu gimana ngomongnya... Gimana yah..."
"Nyesel?"
"BUKAN DONG... Kamu ini negative thinking aja... Ini... Sex yang... Terindah... Aku merasa seperti...bener- bener bersatu ama kamu... Seperti aku bener- bener ngerasain kamu luar dalem... Gimana yah jelasinnya..." jawab Hendra sambil satu titik air mata jatuh ke pipi Setiadi.
"Perasaan yang ... Indah banget..."
"Itulah aku Ndra, aku gak main- main ama sex. Aku selalu berikan semua kalo aku melakukannya."
"Di, kamu bikin aku makin cinta ama kamu" sahut Hendra sambil mencium kening Setiadi dan memeluknya.
"Di, tidur yuk, udah jam 1 lewat nih... Kamu mandi dulu yah"
"Wah, bisa- bisa ku gak bangun deh..."
"Hehehe... Kamu gak bangun... Si saja singa akan bangunin kamu... graaaooolll..."
"Hahaha... Ya udah ku bersih- bersih dulu yah..."
Selang 15 menit, Hendra pun bebenah diri, dan mereka pun tidur saling berpelukan.
"Di, bangun..."
"Hhhhh..." Setiadi hampir tak mampu membuka matanya, masih mengantuk.
"Di, kita musti jalan pagi loh "
"Jam berapa ini?" Setiadi melihat jam weker menunjukkan jam 5:30 lewat.
"Pagi amat..."
"Nanti kita telat, gak enak aku"
Dengan mata setengah tertutup Setiadi berusaha untuk bangun.
Di salah satu gelanggang olah raga di bilangan Jakarta Selatan, motor Hendra berhenti. Setiadi sudah mulai menebak- nebak latihan olah raga apa yang akan Hendra lakukan. Mereka hanya berbekal sarapan roti seadanya, sekedar mengganjal perut, karena sesudahnya mereka akan sarapan di rumah Hendra.
Beberapa pasang mata mencuri pandang ke arah Setiadi ketika ia memilih duduk agak menjauh. Setiadi sudah mulai terbiasa sesekali menjadi pusat perhatian. Setiadi tak menyangka, Hendra ternyata terampil dalam ilmu bela diri wushu. Dia memperhatikan gerakan Hendra yang cekatan namun luwes, menandakan dia sudah cukup lama belajar. Tak lama, Hendra pun dipanggil pelatih untuk latihan tanding. Lawan tanding nya juga perantaran Hendra dengan postur yang lebih ramping. Jurus demi jurus dilakukan Hendra dengan tenang, gerakan yang cekatan, mampu menandingi lawannya yang kerap menyerangnya dengan gerakan yang lebih agresif. Dibandingkan lawannya, gerakan hendra lebih tenang, lebih difikirkan, semua tangkisannya tenang, serangannya lebih terlihat cepat. Setiadi tidak terlalu tertarik dengan olah raga ini, hanya takjub Hendra senang dengan bela diri ini, dan terlihat cukup senior dalam gerakannya.
Sesi latihan pun berakhir dengan beberapa analisa dari latihan tanding. Hendra pun menghampiri Setiadi,
"Aku mandi dulu yah, bentar kita meluncur ke rumah, ku udah lapar"
"Oke, tenang aja"
Selang 10 menit mereka pun sudah dalam perjalanan. Kira- kira 20 menit kemudian mereka sudah di sambut ibu Hendra,
"Eh buyung, nak Yadi udah dateng. Yuk sarapan dulu. Yang lain udah duluan." sambut ibu Widya ramah.
"Sandra udah pulang dari Bali."
"Oh yah, asik... KAKAK... Mana oleh- olehnya?"
Setiadi meliha wanita sepantarannya berjalan anggun, tidak terlalu tinggi, namun langsing, dengan paras mirip Hendra, namun sangat feminim.
"Sabar dong buyung, belon apa- apa udah nagih pula. Eh ini Setiadi yah" sambil menyapa ramah.
"Pagi mbak, saya Setiadi"
"Halo, saya Cassandra, kakak ke 2 Hendra. Saya panggil kakak, mas, ato..." sambil menjabat tangan Setiadi.
"Panggil Yadi aja cukup," Setiadi senang dengan sikap ramah dan terbuka Cassandra.
"Kakak udah sarapan?"
"Waduh, jangan panggil kakak lah, kedengerah seperti kakak tua. Panggil aja jeng. Kita udah sarapan dari tadi. Yuk Yadi, sarapan dulu, bunda lagi buat nasi uduk."
Pada kunjungannya ke 2, Setiadi sudah bisa lebih membaur.
"Yadi katanya udah direktur yah..." tanya Cassandra.
"Yah, aku gawe di kantor" jawab Setiadi merendah.
“Enak juga dong yang jadi bawahannya, punya boss sexy seperti ini, imut pula” Cassandra sambil bercanda.
"Jeng gawe apa?"
"Saya copy writer"
"Oh yang buat tag line iklan itu?"
"Iyah... Tahu gak sih Yadi, kamu itu cute banget keliatan kayak adeknya buyung"
"Makasih jeng...lagian jeng cantik loh padahal lagi gak dressed up" sambung Setiadi sambil tersenyum ramah.
"Makasih..." jawab Cassandra sambil tersipu- sipu.
Suasanan sarapan pagi itu pun cair seketika. Setiadi berkali- kali memuji masakan ibu Widya yang memang tak diragukan lagi, sementara ibu Widya dan Cassandra menemani mereka sambil mengobrol, bercerita tentang liburannya ke Bali. Selepas itu, Cassandra membagi beberapa cindera mata, untuk Hendra berupa t-shirt bermotif batik Bali yang sangat sejuk dikenakan, untuk Setiadi kalung leher yang jika di pakai menempel pas pada leher menambah kesan sexy Setiadi.
"Ndra, keluarga kamu open banget... Kakak perempuanmu aja ramah banget..."
"Perjalanannya berliku- liku Di, buah ketabahan aku dulu... waktu aku SMA aku sudah gak tahan lagi harus pura- pura seneng cewek, udah 2 tahun ku paksain jalan, tapi kan gak ada rasa. Lalu ku bilang ama nyokap dulu, awalnya sih nangis, gak terima kalo aku yang gagah ini... harus jadi seperti ini. Lalu bokap adain siding keluarga...”
“Waw, berat juga... waktu kasusku, dulu kokoh habis di pukulin papah, papah kayak ngamuk, kayak lupa itu anak kandungnya sendiri. Aku pas belain, aku juga kena hajar...”
“Bokap awalnya marah besar, Cuma untungnya aku tidak sampe di usir, Cuma terus di ceramahin. 3 tahun aku bertahan, gak pernah pacaran, mereka pun akhirnya diem sendiri. Cuma pas aku dapet pacar pertama, aku dapet yang morotin duit aku... bokap hampir saja marah, Cuma dia bilang aku harus belajar bertanggung jawab, masih untung itu tabungan aku, tapi aku akhirnya relakan saja, ku percaya aku akan dapat yang lebih baik lagi, sampe akhirnya aku dapet kamu...” tatap Hendra dengan pandangan teduh kepada Setiadi.
“Ndra, aku gak perlu harta kamu, aku punya gawe sendiri, aku Cuma perlu cinta kasih kamu aja, itu sudah cukup.”
“Di, aku akan selalu berusaha untuk kasih lebih dari itu untuk kamu” sahut Hendra sambil menatap Seiadi.
Tibalah bulan September, Johan akhirnya pindah ke Jakarta mengikuti panggilan kerja selepas wisuda. Bekerja di salah satu perusahaan accounting. Dibantu Hendra dengan pengalaman kerjanya, proses adaptasi Johan berjalan cukup lancar. Setiadi pun mulai mencari rumah tempat tinggal yang lokasinya tidak terlalu berjauhan, juga ingin supaya Johan bisa tinggal satu atap dengan Jimmy.
“Jim, lu cariin dong rumah hasil sitaan Bank yang gak jauh dari sini, jadi gua bisa maen ke tempat lu.”
“Oh ada, kebetulan temen gua di Bank baru urus sita satu rumah kira- kira 3 blok dari sini.”
“Oh boleh itu... kita tanyain deh, kesempatan nih”
“Iyah, mumung harga property belon naek terlalu banyak, masih ada sisa rumah murah, yang BU juga masih ada”
“Iyah tuh, kan ada misi nya gua pindah”
“Apa tuh?”
“Itu tuh Johan...” Setiadi tertawa
“Hahahahah... lu mah, belon juga kita jadian”
“Ya kan, pedekatenya mending satu atap aja lah, giliran dia hemat. Juga udah saat nya gua punya rumah, gua udah settled di Jakarta juga”
“Ya gua akan kehilangan lu”
“Lagian Cuma 3 blok, jalan dikit, lagian Johan kan temen akrab gua, enak lagi ngumpul bareng rame- rame”
@Monic, semua ada saatnya, tenang tinggal chpater 7,8,9 saja. chpater 9 sudah pamungkas...
@Dekisugi, @arieat, @rivengold, @Gabriel_Valiant, @YANS FILAN,@the_angel_of_hell, @Lu_Chu, @hikaru, @aii, @badboykem, @Ricky89, @mr_Kim, @ananda1, @dheeotherside, @shuda2001, @paranoid, @kimo_chie, @AhmadJegeg, @A@ry, @Gigiharis_Krist, @hantuusil, @moccachino, @Monic
Sex yg iiinndddaaahhhh......
Proses pengajuan kredit pun cukup lancar, rampung dalam hitungan beberapa buian dari pengajuan kredit bank yang di fasilitasi teman Jimmy, sampai notaris pun berjalan cukup lancar. Setelah menunggu sekitar 8 bulan setelah proses renovasi, membeli perlengkapan furniture seperlunya, Setiadi pun siap untuk pindahan.
“Di, bagus tuh, cat nya, warnanya teduh, ada variasainya juga” Jimmy berkomentar sewaktu mereka memindahkan barang- barang Setiadi dari rumah Jimmy
“Iyah, gua pilih beda cat untuk tiap dinding, supaya gak bosen.”
“Yadi, ku suka paduan warnanya” sahut Hendra
“Iyah dong, Johan dan kamu yang bantu pilih” jawab Setiadi.
Mereka melihat sofa berukuran 2 orang dengan 1 sofa single berwarna kuning pucat, dengan meja kayu berwarna coklat alami, di belakangnya satu set furniture makan untuk 4 orang dari kayu sederhana, 1 rak kecil untuk tv dan dvd player, lemari kecil untuk piring dan perabotan makan dan lainnya, cukup untuk ditinggalli.
“Sebelah kamar gua itu kamer tamu, masih kosong, belon ada ranjang”
“Di, lu beli ranjang dobel ato single?”
“Gua dikasih Hendra yang lebarnya 1.4m, enak buat sendiri, kalo Hendra nginep masih lumayan lega juga”
“Ada yah ukuran nanggung gitu” tanya Johan.
“Itu sumbangan dari rumahku” jawab Hendra tersenyum
“Nanti ik kasih jij ranjang ekstra aja, ada 1 nganggur, kan kalo kita rame- rame bisa ngumpul.”
“Iyah, sekalian si Rontje masak di sini” jawab Jimmy.
“Eh kita makan dulu yuk, udah laper banget ini perut” Rontje mengeluarkan bekal yang dia bawa dari pagi sebelumnya memasak khusus untuk acara pindahan.
Siang itu, Setiadi, Hendra, Jimmy, Johan, Ronjte berkumpul di rumah baru Setiadi, menikmati makan siang mereka. Tak lupa Hendra pun membawa masakan dari ibunya, dibawa dengan mobil keluarga Hendra.
“Tjetje, masakan lu enak amir, gak kalah loh ama bunda” Hendra memuji
“Makasih Ndra, abis kalo lagi banyak waktu bingung mau ngapain, masak lumayan, jadi bekel ilmu juga”
“Ndra, kamu nanti tinggal bareng gak?” Johan bertanya.
“Bunda sih udah kasih usul dari pada kos, sepertinya iyah deh”
“Nah... tinggal Jimmy nih, kan kamer satunya udah kosong... hayo siapa yang isi nih...” Setiadi bercanda.
Mereka melihat wajah Johan dan Jimmy memerah menahan malu. Sampai saat itu Jimmy pun sudah lebih dekat dengan Johan. mereka, terutama Setiadi senang sekali Jimmy akhirnya untuk pertama kali jatuh cinta dan mau menjalin hubungan.
Flashback:
“Di, gimana nih, gua gak bisa tidur nih...” satu malam Jimmy sedang duduk di ruang tamu menonton acara tv
“Lu udah nembak dia belon?”
“Gua takut... gua kan belon pernah ginian”
“Kan udah gua bilang, Johan udah lama seneng ama lu. Kalian juga kan sama hobby nya.”
“Gua takut”
“Dianya suka smsan gak ama lu?”
“Sering, gua juga, Cuma pas kalo mau sms ato bicara ke sana gua takut banget”
“Lu tembak aja dia, dia kan udah kasih signal ama lu”
Dua bulan kemudian...
“Jim, kamu kok gugup?” tanya Johan sewaktu mereka sedang berdua di Plaza Senayan.
“Gak kok, gua seneng bisa jalan berdua ama lu” jawab Jimmy kebingungan dengan perasaannya.
“Jim, aku suka ama kamu, aku suka ama setia kawan kamu ke Yadi, Yadi udah sering cerita kamu itu yang paling bisa diandalken kalo ada apa- apa.”
“Ah itu kan Yadi yang ngarang. Gua sih biasa aja lah”
“Jim, aku akan sangat bahagia kalo kamu bisa jadi sesuatu yang lebih..”
Johan menatap Jimmy ...
“Jim, kamu mau gak...”
“Iyah Han, aku mau...”
+++
@Dekisugi, @arieat, @rivengold, @Gabriel_Valiant, @YANS FILAN,@the_angel_of_hell, @Lu_Chu, @hikaru, @aii, @badboykem, @Ricky89, @mr_Kim, @ananda1, @dheeotherside, @shuda2001, @paranoid, @kimo_chie, @AhmadJegeg, @A@ry, @Gigiharis_Krist, @hantuusil, @moccachino, @Monic
Hahaha .
@the_angel_of_hell, kan mereka lebih terampil maen bola basket dan bola bekel ganda itu loh