It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Thx ya mas Ian. Really appreciate it.
Eehh, ciyus?? Hehehe.. Thx yuzz.
Iya mas nanggung. Coba diselesaikan di kamar mandi, kyk Indra tadi mas..
Eehh. Makasih ya jo atas apresiasinya.
Waah. Senangnya bisa berbagi mas Dhit91. Thx ya mas atas apresiasinya.
Lagi ujan disana mas, jadi ga bisa adegan panass. Semoga besok cerah. Jadi rada panasan.
Aww.. Maacih mas dark..
Kwkwkwkk.. Itu mah uda juga mupeng klo kyk gitu kejadiannya.
hihihi sebenernya nama Dain masih mending loh... makajo-ku lebih kasian, namanya sih alrizal tapi entah bagaimana kenapa dan apa sebabnya orng kampung pada manggil dia Si'al... ga masalah juga sih sebenernya~~ seandainya di undangan married kk aku namanya ga ditulis dengan SIAL... hehehehe aduhh jd inget ) )
met puasa uda dan semuanya
keep update ^^
Hahaha.. Thx yaa.
Kayaknya banyak yang ga bisa buka link youtubenya yah. nanti aku bikinin versi mp3 nya yah.
Hahahaaaa.. Kasian banget kakaknya ya mass. Teringat terus SIAL sampe tua tuuhh..
Maklum mass, lagi bulan suci Ramadhan. hahahaa..
Siaap diak. hehehe..
Iyaahh..
@4ndh0
@Éline
@aicasukakonde
@andre_patiatama
@bayuwardana51
@bintang96
@bi_ngung
@boljugg
@bintang96
@boyskyez
@Dakon_bek
@DavidLiu
@dota
@dr_gonzo
@dhika_smg
@dantososo
@darkrealm
@dundileo
@dewaa91
@dhit91
@edwinjoej
@Fantasia40
@greenbubles
@hwankyung69
@hades3004
@hakenun
@hikaru
@jo_greens
@jonatjco
@kresna_wijaya
@irfan832
@MikeAurellio
@masdabudd
@peacock
@rain407
@rezadrians
@rigil
@seno
@sandy.buruan
@sinjai
@trace_tri
@Tsu_no_YanYan
@ularuskarius
@wyatb
@yuzz
@zhedix
@zhar12
Versi Bahasa Indonesia
=============
(Di bawah ada Versi Minang)
Pagi-pagi,
Dering HP tak berhenti-henti bunyi.
'MAMA' tertulis disana.
"Assalamu'alaikum maa..", ujarku.
"Wa'alaikum salam. Sedang ngapain Uda.. ",jawab suara di seberang sana.
"….", aku masih terkantuk-kantuk.
"Pasti Uda baru bangun ya", Tebak Mama.
"Ngg...", jawabku malas.
"Udah subuh tadi? "
"Ngg.. Udah..", jawabku berbohong.
"Janganlah bangun kesiangan terus nakk.. Ga baik buat badan..", Mama menasehati.
"Ngg..", jawabku lagi dengan mata lima watt.
"Kok Mama ngomong ga didengerin sih", Ujar Mama bete.
Gimana mau dengerin, otak aja masih belum kekumpul semua.
Masih berceceran di kasur. Hahaha..
"Iya Ma.. Ada Da dengerin", kataku sambil bangun dari tidur dan mengambil posisi duduk.
"Trus badan gimana? Udah sembuh?"
"Udah Ma.. Udah sembuh nih.."
Ni Uda sedang push up..", kataku bergurau.
"Eeeh, gimana caranya orang nelpon sambil push up ya.
Uda ini janganlah Mama dibecandain juga..", kata Mama sedikit merajuk.
"Iyaa Mama yang baik..", Bujukku.
"Da.. Kesana sajalah Mama yah..
Risau juga pemikiran Mama ini.."
Waduh. Nyokap tetep maksain mau ke sini.
"Uda sendiri disana.
Engga ada yang merawat", argumen Mama.
Hehehehe.. Engga tau si Mama. Aku disini kan ada yang merawat. Tapi sayangnya ga mungkin aku bilang siapa orangnya.
Bisa-bisa Mama shock dan memulangkan ke kampung. Hahahaa.
“Ada kok kawan-kawan disini yang menolong Ma..
Janganlah risau Mama.. Uda ga kenapa2 disini kok..", terangku menenangkan Mama.
"Ooo begitu.." , Ujar mama mengerti.
silent for 5 Seconds..
"Jadi gini Da..
Uda ini kan udah mau Wisuda kan..
Trus mencari kerja..", Mama memulai topik baru.
"Truss..", aku menantikan kelanjutannya.
"Ada Uda ingat Tante Rasmidar..?", tanya Mama.
Tante Rasmidar itu temen main Mama dulu waktu Kami masih tinggal di Tarandam, Padang.
Sekarang beliau sudah hijrah ke Jakarta, ikut suaminya dinas.
"Ada, kenapa gitu Ma.."
"Kan ada anaknya yang dibawah Uda empat tahun.."
"Yang penangis itu ya.. Kalau sudah nangis, keluar-keluar ingusnya", kataku berkelakar.
"Eeh.. ga boleh ngomong kayak gitu Da..", Mama sedikit menegur.
"Hehehe.. Iya.. Maaf Ma.."
"Tau ga Da, udah jadi gadis cantik dia sekarang..
Mama aja kaget liatnya", puji Mama.
"Ooo..", kataku.
Hmmm.. Aku sudah bisa menebak nih arahnya.
Tapi biarlah. Kita lihat dulu permainan si Mama.
"Dia sekarang di UN*** Da. Ambil Doktor disana", lanjut Mama lagi.
"Doktor gimana caranya Ma?? Emangnya S3.
Dokter itu namanya.
Bukan Doktorr..", koreksiku.
"Iyaa, sama aja itu nakk.."
Hahaha.. Si Mama agak bete ternyata aku koreksi.
"Ada dekat lokasinya dengan kampus Uda tuh?", Tanya Mama.
"Eeeh.. Jauh Maa..
Itu di Jatinangor kampusnya.
Uda kan di Dago" , Aku berusaha mencegah usaha Mama.
"Jauh gimana..
Kata Tante Midar, anaknya itu sekolah di Bandung juga..", Mama tetep ga mau kalah.
"Bandung kan ga sekecil Padang Maa..", Aku memberikan argumen baru.
"Lagian Jatinangor itu udah di luar Bandung.
Sama kayak kita mau ke Lubuk Alung", lengkap dengan penjelasan ilmiah, biar Mama bingung.
Sebagai informasi, Lubuk Alung itu merupakan kecamatan di Padang Pariaman. Jarak tempuh dari Padang sekitar 35 KM.
"Mana jauh itu.. Menendang setengah jam sampai itu..", Tapi ternyata Mama tidak selugu itu.
"Iya, tapi jalannya macet Ma..
Sudah itu Uda kan mau kerja di Jakarta rencananya, jadi tambah jauh itu Maa..", akupun sebagai anaknya tentu lebih cerdik.
"Ada tau Mama itu nak..
Udah pernah Mama menjajal Bandung itu..", Ujar mama berusaha terlihat tau Bandung banget.
"Mama kirimin nomornya yaa..", Waahh. Si Mama kejepit, langsung potong kompas nih.
"Untuk apaa..?", tanyaku.
"Ya untuk Uda telponlaah..
Masak untuk disimpan aja..", jelas Mama.
"Aduuh.. Males aahh.."
"Ondeeh.. Dengarlah Mama dulu nakk.
Uda itu udah sakit-sakitan Mama liat.
Siapa pula yang akan mengurus nanti", Lanjut mama gigih.
"Nanti ajalah Maa.. Males In nih..", Dan aku tetap bersikukuh.
Mama biasanya tau kalau aku sudah manggil nama sendiri, artinya udah mulai kesal.
"Nanti-nanti aja kata Uda.
Lihatlah sama Uda Makciak tu.
Udah mau pensiun dia, anaknya kecil-kecil baru.
Sekarang menyesal"
Suara Mama disini udah mulai meninggi.
Makciak itu sama dengan Paman.
Kepanjangan dari Mak Kaciak, alias Paman paling kecil/bungsu.
"Ya tapi kan ga harus sekarang Maa..
In aja sekarang belum wisuda.
Kerjaan belum jelas.
Mau sama apa anak gadis orang In kasih makan"
Gw pun ikut-ikutan meninggi volumenya.
"Eeeh, dia nanti ada aja jalannya tuu..
Kayak Mama sama Papa dulu..
Papa itu waktu ngelamar Mama, belum ada kerjaan yang jelas.
Tapi karena sama-sama berniat baik, dijalankan saja..", Mama mulai mengeluarkan jurus pamungkasnya, membanding-bangingkan dengan orang lain.
"In ga bisa kayak gitu Ma..
Semuanya harus ada perencanaan.
Lagian dulu dengan sekarang beda.
Dulu orang ga sekolah, bisa juga kerja.
Sekarang orang udah S1 aja banyak yang nganggur", Dan aku ga mau kalah menangkis dengan jurus realita masa kini.
"Ya kan engga sekarang juga In langsung merit..
Kenalan saja dulu..", Mama sedikit melunak.
"Pikiran In ga kesana sekarang Maa.
In mau mengembangkan karier dulu.." Tapi aku berusaha tetap waspada.
"Jadi udah jelas ga mau In sama si Rosma Nalurita itu..? ", Tanya Mama tambah lunak lagi.
"Engga dulu deh Ma..", tegasku.
Akhirnya Mama KO. Hehehee..
"Kalo engga anak Ni Yet gimana?
Si Gema.
Anaknya baik tampak sama Mama..", dan. Ternyata itu hanya KO tipuan. karena malah siap dengan gempuran baru.
"Ndeeh..", aku untungnya masih pasang kuda-kuda.
"Ya udaah.. Ya udaah..", Kali ini sepertinya beneran menyerah.
"Mama ngirim rendang nak.. Udah nyampe?", tanya Mama mencari topik lain.
"Eh berkirim Mama..
Asyikk..
Nanti Da tanya ke Ibu Kos, ada titipan masuk ga"
"Udah ya Maa..
Uda mau ke kampus lagi niih..", kataku mulai merengek.
Nyokap kalau ga direm, bisa seharian ngobrol.
"Iya dehh..", kata nyokap akhirnya.
"Jaga kesehatan ya nakk..
Tidur jangan kurang..
Sembahyang jangan ditinggalkan..
Jangan makan sembarangan..", nasehat Mama.
"Iyaa Maa..
Makasih ya Maa..", jawabku lega.
"Ya udah..
Mama tutup lagi yaa.."
"Iya Ma.."
Akhirnyaa…
"Tapi nanti mungkin Mama kirim saja potonya yah..", Seperti yang diduga, Mama masih ada sisa-sisa tenaga terakhir.
"Ndeehh.." aku kembali mengeluh.
"Poto aja kok Daa.. Kan ga berat tuuhh.." Tenaga itu makin menguat.
"Aaaahh…" aku mulai mengerang untuk melemahkan lagi.
"Iya dehh.. Iya dehh..
Punya anak bujang satu, pening pula kepala Mama..", kata Mama menggerutu. Tenaganya berhasil aku patahkan. Heheehee.
"Ya ga usahlah Mama pening-pening.
Uda ga apa-apa disini kok..", kataku menenangkan.
"Gimana ga pening Mama, Uda sakit di sana..", Mama mulai nyerocos lagi.
"MAAA!!!"
Aku langsung memotong, sebelum panjang lagi kesananya.
"Uda mau berangkat ke kampus lagi niih..", desakku.
"Iyalah nak.. Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikum salam Ma.."
=============
Versi Bahasa Minang.
=============
Pagi-pagi,
Dering HP tak berhenti-henti bunyi.
'MAMA' tertulis disana.
"Assalamu'alaikum maa..", ujarku.
"Wa'alaikum salam. Sadang manga Uda ko..", jawab suara di seberang sana.
"….", gw masih terkantuk-kantuk
"Pasti Uda baru jago yoo", Tebak Mama.
"Ngg...", jawabku malas.
"Alah subuah gai tadii?"
"Ngg.. Alah..", jawabku berbohong.
"Jan lah jago tinggi ari tu nakk. Dak elok ka badan doo..", Mama menasehati.
"Ngg..", jawabku lagi dengan mata lima watt.
"Baa lo Mama mangecek indak badangaan koo", ujar Mama bete.
Gimana mau dengerin, otak aja masih belum kekumpul semua. Masih berceceran di kasur.
"Iyo Maa.. Lai Da dangaan.., kata gw sambil bangun dari tidur dan mengambil posisi duduk.
"Tu baa badan? Alah cegak?"
"Alah Ma.. Alah cegak aa..
Ko Uda sadang push up aa..", kataku bergurau.
"Eehh, baa lo urang manalepon sambia push up koo.
Uda ko janlah Mama juo dipagarah an nakk..", kata Mama sedikit merajuk.
"Iyoo Mama nan elook..", bujukku.
"Da.. kasinan selah Mama dak.. Risau juo pamikiran Mama ko aa..", ucap Mama.
Waduh.. Nyokap tetep maksain mau ke sini.
"Uda surang se disinan. indak ado nan marawat", argumen Mama.
Hehehehe.. Engga tau si Mama.. kan ada yang merawat.. Tapi sayangnya ga mungkin aku kasih tau orangnya.
Bisa-bisa Mama shock dan memulangkan ke kampung. Hahahaa..
"Lai kawan-kawan siko manolongan maa.. Jan lah risau-risau Mama.. Uda dak baa2 disiko dooh..", terangku menenangkan Mama.
"Ooo bituu..", ujar Mama mengerti.
silent for 5 seconds..
"Jadi giko Da aa..
Uda ko kan alah ka Wisuda ndakk..
Tu mancari karajo lai..", Mama memulai topik baru.
"Tuu..", aku menantikan kelanjutannya.
"Lai takana dek Uda Tek Rasmidar..?", tanya Mama.
Tek Rasmidar itu temen main Mama dulu waktu Kami masih tinggal di Tarandam.
Sekarang beliau sudah hijrah ke Jakarta, ikut suami dinas.
"Lai, baa tu Ma.."
"Ado anaknyo nan di bawah Uda ampek taun mah.."
"Nan pangengek tu yo.. Kalau alah manangih, kalua-kalua salemonyo", kataku berkelakar.
"Eeh.. Indak buliah ngecek gitu doh Da..", Mama sedikit menegur.
"Hehehe.. Iyo.. Maaf Maa.."
"Tau ndak Da, alah jadi gadih rancak nyo kini..
Mama se tacangang mancaliaknyo", puji Mama.
"Ooo..", kataku.
Hmmm.. aku sudah bisa menebak nih arahnya.
Tapi biarlah. Kita lihat dulu permainan si Mama.
"Nyo kini di UN*** Da. Ambiak Dotor sinan", lanjut Mama lagi.
"Dotor baa lo Ma?? Emang nyo S3.
Dokter namonyo tuu.
Indak Dotor doohh..", koreksiku.
"Iyoo, samo se tu nyo nakk.."
Hahaha.. Si Mama agak bete ternyata kena koreksi.
"Lai dakek jo kampus Uda tu?", tanya Mama.
"Eeeh.. Jauah Maa..
Tu di Jatinangor kampusnyo.
Uda kan di Dago", Aku berusaha mencegah usaha Mama.
"Jauah baa loo..
Kecek si Midar tu anaknyo sikolah di Banduang loo..", Mama tetep ga mau kalah.
"Banduang kan ndak sangenek Padang do Maaa..", Aku kasih argumen baru.
"Lagian Jatinangor tu alah di lua Banduang.
Samo lo bantuak awak ka Lubuak Aluang", lengkap dengan penjelasan ilmiah, biar Mama bingung.
Sebagai informasi, Lubuk Alung itu merupakan kecamatan di Padang Pariaman. Jarak tempuh dari Padang sekitar 35 KM.
"Ma lo jauah tuu.. Mandongkak sangah jam tibo mah..", Tapi ternyata Mama tidak selugu itu.
"Iyo, tapi jalannyo macet Maa..
Sudah tu Uda kan nio karajo di Jakarta rencana, jadi tambah jauah tu Maa..", akupun sebagai anaknya tentu lebih cerdik.
"Lai tau Mama nyo nak..
Alah pernah dek Mama tajajak Banduang tu Mah..", ujar mama berusaha terlihat tau Bandung banget.
"Mama kiriman nomor nyo yoo.."
Waahh. Si Mama kejepit, langsung potong kompas.
"Tuak aa tuuu.."
"Yo untuak Uda telponlaah..
Masak lo untuak disimpan se.."
"Aaahh.. Maleh maah.."
"Ndeeh.. Danga lah Mama dulu nakk.
Uda tu alah sakik2 nampak dek Mama.
Sia lo nan ka mauruih beko", Lanjut mama gigih.
"Beko2 selah Maa.. Maleh In aa", dan aku tetap bersikukuh.
Mama biasanya tau kalau aku sudah menyebut nama sendiri, artinya sudah mulai kesal.
"Beko ka beko se Uda ko.
Caliak lah dek Uda Makciak tuu.
Alah ka pensiun nyo lai, anaknyo ketek-ketek baru.
Dulu dijodohan dek Anduang, nyo tulak-tulak taruih.
Kini manyasanyo"
Suara Mama disini udah mulai meninggi.
Makciak itu sama dengan Paman.
Kepanjangan dari Mak Kaciak, alias Paman paling kecil/bungsu.
"Yo tapi kan ndak harus kini do Maa.."
In se alun wisuda lai aa.
Karajo alun jaleh.
Ka jo aa anak gadih urang In agiah makan"
Aku pun ikut-ikutan meninggikan volume suara.
"Eehh, nyo beko ado se jalannyo tuu..
Bantuak Mama jo Papa dulu..
Papa tu malamar Mama, alun ado karajo nan jaleh lai.
Tapi dek karano samo-samo baniaik elok, dijalanan se..", Mama mulai mengeluarkan jurus pamungkasnya, membanding-bandingkan dengan orang lain.
"In ndak bisa mode itu doh Ma..
Sadonyo harus ado perencanaan.
Lagian dulu jo kini beda.
Dulu urang ndak sikolah, bisa juo karajo.
Kini urang alah S1 se banyak nan nganggur", dan aku ga mau kalah menangkis dengan jurus realita masa kini.
"Iyo, indak kini lo In lansuang baralek doh..
Kenalan se dulu..", Mama sedikit melunak.
"Pangana In ndak kasinan kini doh Maa.
In nio mangambangan karier dulu..", tapi aku tetap waspada.
"Tu ndak nio In samo si Rosma Nalurita tu doh..?", tanya Mama tambah lunak lagi.
"Ndak dulu lah Ma.."
Akhirnya Mama KO. Hehehee..
"Kok indak anak Ni Yet baa?
si Gema..
Anaknyo elok nampak dek Mama..", dan.. Ternyata itu hanya tipuan.. karena malah siap-siap dengan gempuran baru.
"Ndeeh…", aku untungnya masih pasang kuda-kuda.
"Yolaah.. Yolaah… ", kali ini sepertinya beneran menyerah.
"Mama bakirim randang nak.. Alah sampai?", tanya Mama mencari topik lain.
"Eh bakirim Mama..
Asyikk..
Beko Da tanyo ka Ibuk Kos, ado ndak titipan tibo.."
"Alah Ma..
Uda nio ka kampus lai aa..", kataku mulai merengek.
Nyokap kalau ga direm, bisa seharian ngobrol.
"Iyolahh..", kata nyokap akhirnya.
"Jago kesehatan tu yo nakk..
Lalok jan kurang..
Sumbayang jan tingga..
Jan makan sumbarangan..", nasehat Mama.
"Iyoo Maa..
Mokasih yo Maa.."
"Yolah..
Mama tutuik lai ko aa..
"Iyo Ma.."
Akhirnyaa…
"Tapi beko ancak Mama kirim se poto nyo ndak..", seperti yang diduga, Mama masih ada sisa-sisa tenaga terakhir.
"Ndeehh…", aku kembali mengeluh.
"Poto se nyo Daa.. Kan ndak barek gei tu dooh..", tenaga itu menguat.
"Aaaahh…", aku mulai mengerang.
"Iyolah.. Iyolah..
Punyo anak bujang ciek, paniang lo palo Mama..", kata Mama menggerutu. Tenaganya berhasil kupatahkan lagi.
"Yo ndak usahlah Mama paniang-paniang.
Uda dak baa-baa disiko dooh..", kataku menenangkan.
"Baa ndak paniang Mama, Uda sakik disinan..", Mama mulai nyerocos lagi.
"MAAA!!! ", Aku langsung memotong, sebelum panjang lagi kesananya.
"Uda ka pai ka kampus lai aaaaa…"
"Iyoolah nak.. Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikum salam Ma.."
In nio mengembangkan karier dulu..
Pikiran In ga kesana sekarang Maa.
In mau mengembangkan karier dulu..)
yg pas itu kok malah miring semua da in? )
juling nih mata.. )
Ambo lamar ya..hahahaha......
Jadii pingin Makan Rendang udaak...