BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Pojok Santay: KumCer, Cerita 2 pg 3, Final Break Up

124

Comments

  • Nice Story.
  • agak gantung yang ini ending nya.. ga kaya cerita yudha

    strike to the point!!!
  • mana cerita baru nya.. hoho
  • kirain ada cerita baru =.="
  • tambah karya2 baru lagi dong @santay
  • @mr_Kim tuh di bawah.

    @tamagokill noh!

    @Ozy_Permana sip.

    @arieat di bawah

    @darkrealm wah kalo dilanjut jd cerbung dong, hehe

    = = =

    Sebelumnya sorry kalo ceritanya bikin bingung.

    GARIS WAKTU

    Hujan turun rintik-rintik. El tersenyum. Firasatnya tak salah. Sejuk yang berbeda sedari pagi tadi memang mengisyaratkan bahwa hari ini akan hujan. Benar saja, sekarang ia sedang merasakan butiran tipis air hujan menimpa kulitnya.

    Tapi El tak perduli. Silahkan saja jika mau hujan, gumamnya sembari menggengam payung di lengan kirinya lebih kuat. Lantas ia melanjutkan menyusuri jalanan yang lengang.

    Setelah cukup jauh kakinya melangkah, tiba-tiba ia diam dan terpaku. Tepatnya di depan sebuah cafe bergaya klasik. Well, sebenarnya semua bangunan di sekitar sini semuanya bergaya klasik. Tapi bukan karena cafe itu yang membuatnya menghentikan langkahnya, namun seseorang yang berdiri di depan pintu masuk cafe itu.

    Seorang pemuda, berkaos putih tanpa corak, tengah menengadah ke arah langit dengan mata terpejam dan bibir tersenyum. Seolah-olah tengah meresapi titik-titik air hujan menimpa wajah tampannya.

    El menghampiri pemuda itu. Jantungnya tiba-tiba saja berdetak hebat. Sejenak ia terpaku dan terpukau di hadapan pemuda itu. Waktu seakan berhenti. Ia baru tersadar saat sepercik air mengenai wajahnya. Ia mengerjap dan kemudian melihat pemuda itu masuk ke dalam cafe.

    El mendesis sembari ikutan masuk seiring hujan yang semakin deras, lalu duduk di bangku kosong terdekat. Tatapannya tak bisa teralihkan dari pemuda itu. Pemuda itu berdiri di belakang meja cafe sambil meramu minuman. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya.

    ***

    Sangat jelas dalam pikiran El saat mereka bersama. Cuplikan-cuplikan indah yang mereka lalui bersama. Saat mereka berdua di dapur, di pagi hari dengan cahaya matahari melimpah. Kegiatan masak bersama sangat menyenangkan. Sepasang adam yang sama-sama tak bisa masak, memutuskan menaklukkan dapur demi sepiring sarapan sederhana. Hasilnya... Kacau! Baik tampilan dan rasanya. Padahal sudah mencontek buku resep. Tapi itu salah satu kebersamaan yang sangat menyenangkan. Saling suap-suapan hasil kreasi dapur mereka... Meskipun rasanya jauh dari kata enak, tapi karena disuapin sama orang kita cintai, semuanya terasa nikmat.

    Bukan hanya acara masak bersama saja yang berpusaran di benaknya. Kebersamaan di ruang tengah juga Mengusiknya. Saat kekasihnya itu tertidur di pangkuannya ketika ia sedang membaca. Ia tersenyum saat melihat wajah damai itu...

    "Selamat datang, Mas. Mau pesan apa?"

    El tersentak. Lamunannya buyar.

    "Eng, capuccino," jawabnya cepat sambil mengusap-usap jari manisnya yang berhias cincin perak tanpa ukiran.

    "Baiklah. Tunggu sebentar ya, Mas..."

    El mengangguk.

    Sang waitress pun berlalu...

    ***

    "Sayang, look at me!"

    El menoleh dan tersenyum. Ada bekas busa capuccino di atas bibir pacarnya itu.

    "Sengaja pengen dijilat, eh?"

    Dia tertawa.

    "Kok ketawa?" El mendekatkan wajahnya ke wajah sang pacar.

    "Eh, eh..." dia menjauhkan wajahnya.

    "Hmmm!"

    Dia mendekat, menggelayut di pundak El, dan menghadiahinya kecupan di pangkal leher.

    El tersenyum dan mengelus kepala kekasihnya itu.

    "I love you..."

    "Me too..."

    "Hmm, aku punya hadiah buat kamu..."

    "Oh ya? Apa?"

    "Kamu bisa temukan jawabannya di kantong kemeja aku..."

    Pacarnya memicingkan sebelah matanya. Lantas tanpa kata langsung menjulurkan lengannya dan merogoh saku kemeja El.

    "Ini?" dia mengangkat sebentuk cincin ke hadapan El.

    El mengangguk.

    Pacarnya itu mangut-mangut sambil memperhatikan cincin perak polos tersebut.

    "Oh...!" pacarnya tiba-tiba tersenyum. Rupanya cincin itu tak benar-benar polos. Ada goresan tipis yang terpahat di permukaan cincin itu. Inisial nama mereka berdua.

    "Gimana?"

    "I like it! Thanks, Honey..." dia memeluk El erat.

    ***

    "Ini segelas capuccino-nya, Mas. Semoga bisa menghangatkan di cuaca mendung ini..."

    El tersentak dari lamunannya. Ia langsung menunduk saat tahu siapa yang mengantarkan pesanannya. Dia.

    El menatap dan menyentuh cincin yang tersemat di jari manisnya sesaat setelah pemuda itu pergi.

    El memejamkan matanya...

    Kenyataan pahit menghantam hatinya. Cincin yang melingkar di jari manisnya kini pernah melingkar di jari manis Dia. Sebelum pil pahit harus ditelannya saat sang pacar datang di pagi yang cerah, tanpa berucap sepatah katapun langsung mengembalikan cincin perak pemberiannya lalu pergi tanpa mau memberikan alasan keputusannya. Meninggalkannya sendiri yang terduduk di sofa dingin. Pagi yang cerah seketika berubah gelap. Menelan semua energi dan kebahagiaannya. Setelah pagi itu dia tak pernah kembali...

    ***

    El menelan ludah. Semuanya begitu nyata. Sangat nyata.

    Kenyataan menyadarkannya.

    "Kita memang nggak ditakdirkan untuk bersama..." desisnya seraya melepaskan cincin itu dari jari manisnya. Ia meletakkannya di samping cangkir capuccino-nya dan berjalan keluar cafe.

    Langkah El belum mencapai pintu cafe saat waiter---pemuda berkaos putih---itu menghampiri meja tempat El tadi duduk. Ia bermaksud membereskan meja itu saat matanya menangkap sebentuk cincin di dekat uang dan cangkir capuccino yang masih tersisa setengah.

    Dia langsung mengambil cincin itu dan berteriak memanggil El.

    "Mas! Tunggu!"

    El berhenti.

    "Cincinnya ketinggalan..."

    El berbalik menatap sang waiter lalu berkata, "Simpan saja untukmu..."

    ***

    Sang waiter terhenyak saat menatap wajah El.

    Otaknya langsung berputar cepat ke belakang saat mata mereka bertemu...

    Mereka meracik segelas capuccino bersama..., nonton bersama...

    Dan tentu saja saat ia menerima cincin ini. Cincin perak yang hampir tertelan olehnya karena sang pacar menaruhnya di dalam es krim vanilla kesukaannya...

    Ia terhenyak saat El menggenggamkan cincin yang masih berada di telapak tangannya dan kembali berkata, "Simpanlah..."

    Ia menggenggam cincin itu erat dengan wajah kebingungan saat El terus berlalu meninggalkan cafe...

    ***

    Hujan semakin deras. El tersenyum sambil geleng-geleng kepala kemudian mengembangkan payungnya lalu melangkah pergi.

    "Ada apa?" tanya seorang waitress pada sang waiter.

    Sang waiter mendesah. Tanpa kata ia langsung berbalik ke belakang meja cafe sambil menggenggam sebentuk cincin di telapak tangannya dengan erat.

    "Seandainya itu benar terjadi..."

    *End*
  • ninggalin jejak dolooo yeee piiihhh
  • jeung, aku bingung, hahahah... Nanti dibaca ulang lagi deh
  • Ħõ`öĦ arie juga bingung, lier urang teh.
  • wooo... keren sumpah..
  • bagus tp kok aku agak bingung...hihihi
  • N JUJUR GUE BIGUNG DENGAN ALURR CERITANYAA BROO
  • bagus ceritanya... tp,, emang rada bingung.... mau nanya ni bro @santay,, jd sbenarnya antara tokoh diatas g ada hubungan kn ya?? cuma skedar mirip dgn org yg prnah dkat dgn mreka.. gitu kan???.. *garukgarukkepala
Sign In or Register to comment.