Halo Semua... Ini Tread pertamaku sejak pertama kali gabung BF. Berhubung aku ga bisa nulis (ga punya waktu buat nulis), akhirnya aku putusin buat share novel Sword Art Online ini. Aku yakin banyak disini yang sama-sama fans SAO, bisa juga forum buat diskusi soal ceritanya sekaligus nostalgia karna season satunya udah END.
Ohya, sebelumnya, (buat yg ga tau SAO) SAO bukan gay theme story...
Oke Cekicrot ya
Sword Art Online (ソードアート・オンライン) adalah seri light novel yang ditulis oleh Reki Kawahara dan diilustrasikan oleh Abec.
Sampai saat ini ada 10 jilid novel.
Sword Art Online ditulis sebagai web novel dengan nama pena "Kunori Fumio" sejak 2002, dan dipublikasikan tahun 2009 bersamaan dengan Accel World, di bawah label Dengeki Bunko.
DILARANG KERAS MENJUAL TERJEMAHAN INI DALAM BENTUK APAPUN. INI ADALAH TERJEMAHAN GRATIS OLEH PENERJEMAH DAN PENYUNTING BUKAN UNTUK KEGIATAN KOMERSIAL
Comments
Prolog
Sebuah kastil besar yang terbuat dari batu dan baja melayang di langit tak berujung.
Hanya itulah isi dari dunia ini.
Butuh waktu sebulan bagi berbagai kelompok pengrajin untuk meninjau lantai dasar yang berdiameter sekitar 10 kilometer — cukup luas untuk memasukkan seluruh Setagaya[1] ke dalamnya. Di atasnya terdapat 100 lantai yang tersusun lurus ke atas; ukurannya sangat luar biasa. Sekedar menebak berapa banyak data yang digunakan untuk membuatnya pun mustahil.
Di dalamnya terdapat beberapa kota besar, dengan banyak kota dan desa kecil, hutan serta padang rumput, dan bahkan danau. Hanya satu tangga yang menghubungkan setiap lantai, dan tangga itu berada di dungeon[2] tempat monster-monster berkeliaran. Karena itu, menemukan dan melewatinya bukan hal yang mudah. Namun, ketika seseorang melewatinya dan tiba di sebuah kota di lantai atas, «Gerbang Teleportasi» antara lantai itu dan semua kota di lantai bawah akan terhubung, sehingga semua orang dapat bergerak dengan bebas dari lantai ke lantai.
Di bawah kondisi ini, kastil raksasa itu terus menerus ditaklukkan sejak dua tahun lalu. Garis depan sekarang ada di Lantai ke-74.
Nama kastil itu adalah «Aincrad», sebuah dunia pertarungan pedang yang terus melayang, melingkupi kurang lebih enam ribu orang di dalamnya. Dikenal juga dengan nama...
«Sword Art Online»
Catatan Penerjemah
1. ↑ Setagaya adalah nama dari salah satu distrik di Jepang
2. ↑ Arti harfiahnya adalah gua, tapi sebenarnya dungeon itu adalah tempat untuk berburu yang monsternya lebih banyak dari tempat lain dan biasanya ada bosnya
BAB1
Sebuah pedang abu-abu menebas pundakku.
Garis tipis di pojok kiri atas penglihatanku berkurang sedikit. Pada saat yang bersamaan aku merasa sebuah tangan yang dingin menembus jantungku.
Garis biru—yang bernama "HP bar[1]"—adalah sebuah penanda visual dari energi kehidupanku. Di sana masih tersisa sekitar 80 persen. Tidak, kalimat itu kurang tepat. Sekarang, aku sudah 20 persen mendekati kematian.
Aku segera melompat ke belakang sebelum pedang musuh mulai bergerak menyerang.
"Haaa...."
Aku memaksakan diri untuk menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. 'Tubuh' di dunia ini tidak membutuhkan oksigen, tetapi tubuh yang di dunia nyata mungkin saja sedang bernapas dengan cepat. Tanganku mungkin saja sedang berkeringat dan jantungku berdetak dengan cepat.
Tentu saja.
Bahkan jika semua yang kulihat ini adalah virtual reality[2] 3 dimensi, dan garis HP-ku yang sedang berkurang hanyalah sekumpulan angka yang menunjukan sisa HP-ku, kenyataan bahwa aku sedang bertarung mempertaruhkan nyawa tidaklah berubah.
Saat kalian memikirkannya seperti itu, pertarungan ini sangatlah tidak adil. Itu karena musuh di depanku adalah monster berkepala dan berekor kadal, bertubuh manusia dengan kulit berwarna hijau gelap. Mereka bukanlah manusia, bukan juga makhluk hidup. Mereka hanyalah sekumpulan data digital yang akan terus muncul berapa kali pun dibunuh.
—Tidak.
AI yang mengendalikan lizardman[3] sedang mempelajari gerakanku dan memperbaiki kemampuannya merespon seiring berjalannya waktu. Tetapi, saat dia dihancurkan, data tentang pertarungannya pun hilang dan tidak diturunkan ke unit yang akan muncul kembali di area ini.
Ini membuat lizardman tersebut seperti makhluk hidup. Seperti makhluk yang memiliki pikiran masing-masing.
"...Benar 'kan?"
Tidak mungkin dia mengerti apa yang kukatakan, tapi lizardman tersebut (seekor monster level 82 yang bernama «Lizardman Lord») berdesis sambil menyeringai dan menunjukan taring tajam yang keluar dari rahangnya.
Ini adalah kenyataan. Semua yang ada di dalam dunia ini nyata. Tidak ada virtual reality ataupun kepalsuan apa pun di dalam dunia ini.
Aku mengubah posisi pedang panjang satu tangan-ku dengan tangan kanan sejajar dengan bagian tengah tubuhku sambil memperhatikan musuh.
Lizardman itu menggerakkan buckler[4] yang berada di tangan kirinya ke depan dan menarik scimitar[5] di tangan kanannya ke belakang.
Angin dingin bertiup ke dalam dungeon yang gelap dan mengguncangkan api obor. Lantai yang basah dengan lembut memantulkan sinar dari obor yang berkelap-kelip.
"Kraaah!!"
Bersamaan dengan teriakan yang keras tersebut sang lizardman melompat maju. Scimitar-nya membentuk kilatan cahaya yang tajam menuju ke arahku. Sebuah cahaya jingga yang menyilaukan menyala dari lintasan scimitar tersebut. Sebuah teknik pedang kelas atas dari pedang lengkung, «Fell Crescent». Teknik pedang kelas atas yang dapat menempuh jarak 4 meter dalam waktu 0,4 detik.
Tapi, aku telah menantikan serangan itu.
Aku telah perlahan-lahan menambah jarak untuk menciptakan situasi agar AI yang menggerakkan lizardman itu menggunakan teknik tersebut. Aku mencium bau terbakar dari tebasan scimitar yang hanya berjarak beberapa senti dari hidungku.
"Ha ...!!"
Dengan teriakan singkat, kuayunkan pedang secara horizontal. Pedang tersebut sekarang tertutupi oleh efek cahaya biru langit, memotong melalui perutnya yang hanya memiliki pelindung tipis, tetapi bukan darah yang keluar melainkan cahaya merah yang berterbangan. Monster itu berteriak dengan suara pelan.
Tetapi pedangku tidak berhenti. Sistemnya membimbingku mengikuti gerakan yang terprogram dan melanjutkan ke tebasan yang selanjutnya dengan kecepatan yang biasanya mustahil.
Ini adalah elemen paling penting dalam bertarung di dunia ini, «Teknik Pedang».
Pedangku melesat cepat dan menebas dari kiri ke dada lizardman. Dari posisi ini, aku berputar dan serangan ketiga mengenai lebih dalam dibanding sebelumnya.
"Raarrgh !"
Bersamaan dengan pulihnya lizardman dari keadaan stun[6], setelah gagal menyerang dengan teknik tingkat tinggi, dia berteriak dengan marah atau mungkin ketakutan dan mengangkat tinggi-tinggi scimitar-nya ke udara.
Tetapi rangkaian seranganku belum selesai. Pedang yang sedang mengayun ke kanan tiba-tiba berbalik arah dan mengenai jantungnya—titik yang kritis.
Jejak sinar di udara berbentuk kotak bekas serangan 4 kali berturut-turut dariku berpijar, kemudian terpencar. Sebuah teknik 4 tebasan horizontal, «Horizontal Square».
Cahaya terang menyinari dungeon dan kemudian menghilang. Pada saat yang sama, HP bar diatas kepala lizardman menghilang tanpa menyisakan satu titik pun.
Tubuh yang besar itu jatuh, meninggalkan jejak yang panjang, kemudian terhenti tiba-tiba.
Sama seperti kaca yang pecah, lizardman itu pecah menjadi pecahan kecil yang tak terhitung jumlahnya dan menghilang.
Ini adalah «Kematian» di dunia ini, singkat dan cepat. Kehancuran sempurna tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.
Aku melihat experience point[7] dan barang yang kudapat, yang muncul dengan tulisan berwarna ungu di tengah penglihatanku, dan mengayunkan pedangku ke kanan dan ke kiri sebelum menyarungkan pedangku di sarung pedang yang berada di punggungku. Aku mundur beberapa langkah dan menyandarkan punggungku ke dinding dan perlahan terduduk.
Lalu aku menghela napasku yang kutahan sejak tadi dan menutup mataku. Keningku mulai terasa pening, mungkin karena letih akibat pertarungan yang panjang. Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali untuk menghilangkan rasa pusing dan membuka mataku.
Jam yang bersinar yang berada di bagian kanan bawah penglihatanku menunjukan bahwa sekarang sudah melewati jam 3 sore. Aku harus segera keluar dari dungeon ini atau aku tidak akan mencapai kota sebelum gelap.
"...Bagaimana kalau aku pulang sekarang?"
Di sini tidak ada seorang pun yang mendengar, tapi aku tetap mengatakannya dan perlahan-lahan bangun.
Aku sudah menyelesaikan kegiatan hari ini. Entah bagaimana aku sekali lagi terhindar dari tangan kematian. Tetapi setelah istirahat sejenak, hari esok akan datang bersama dengan pertarungan yang lebih banyak lagi. Ketika berada dalam pertarungan yang tanpa 100 persen kemungkinan menang, sebanyak apa pun jaring-jaring pengaman yang kalian siapkan, akan datang suatu hari dimana keberuntungan kalian habis.
Masalahnya adalah apakah permainan ini akan «terselesaikan» atau tidak sebelum kematian menjemputku.
Kalau kalian menghargai nyawa kalian lebih dari apa pun, bertahan di kota dan menunggu seseorang menyelesaikan game ini adalah pilihan yang paling bijaksana. Tetapi aku tetap pergi solo[8] ke garis depan seorang diri. Apakah aku hanya seorang pecandu VRMMO[9] yang terus meningkatkan statusnya melalui pertarungan yang tak terhitung, ataukah—
Apa aku hanyalah seorang idiot yang dengan mudahnya berpikir bahwa dia bisa memenangkan kebebasan dari semua orang di dunia ini dengan pedangnya?
Saat aku berjalan menuju pintu keluar labirin dengan senyum tipis yang mencerca diriku sendiri, kuingat kembali hari itu.
2 tahun yang lalu.
Saat semuanya berakhir dan dimulai.
Catatan Penerjemah
1. ↑ HP bar = Display yang digunakan untuk memperlihatkan kesehatan (darah) karakter dalam banyak video games
2. ↑ Virtual reality = teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer (computer-simulated environment)
3. ↑ Lizardman = Manusia kadal
4. ↑ Buckler = Perisai kecil berbentuk bulat
5. ↑ Scimitar = Pedang lengkung
6. ↑ Stun = Tidak bisa bergerak sesaat
7. ↑ Experience point = Parameter untuk kenaikan level dalam suatu game
8. ↑ Solo = Sendirian
9. ↑ VRMMO = Virtual Reality Massively Multiplayer Online game
BAB 2
“Ahh… ha… uwahh!”
Sebuah pedang mengayun bersamaan dengan teriakan aneh itu, tanpa mengenai apa pun kecuali udara.
Tepat sesudahnya, babi rusa biru itu bergerak dengan kecepatan yang cukup mengejutkan jika dibandingkan dengan badannya yang besar, menerjang ke arah pemburunya. Aku tertawa terbahak-bahak melihatnya terlempar ke udara dan berguling menuruni bukit setelah tertabrak oleh hidung pesek babi rusa itu.
"Hahaha, bukan seperti itu. Gerakan awal itu sangat penting, Klein."
"Argh… sialan."
Pemburu yang sedang menggerutu itu, anggota party[1]-ku yang bernama Klein, berdiri dan melirik ke arahku sambil menjawab dengan lesu.
"Tapi Kirito, meskipun kau bilang begitu, aku tak bisa mengenai musuh yang bergerak."
Aku bertemu dengan orang ini, orang yang berambut merah dan mengenakan bandana dan sebuah armor[2] kulit sederhana di tubuhnya yang kurus itu, beberapa jam yang lalu. Jika dia memberitahukan nama aslinya, mungkin akan sulit untuk tidak menggunakan honorifik, tapi nama Klein miliknya dan nama Kirito milikku ini adalah nama yang dibuat untuk karakter kami. Menambahkan "-san" atau "-kun" akan membuat nama kami menjadi lebih menggelikan dibandingkan apa pun.
Kaki orang yang sedang dibicarakan itu mulai bergetar.
Sepertinya dia sedikit pusing.
Aku mengambil sebuah kerikil di bawah kakiku dan mengangkatnya sedikit lebih tinggi dari bahuku. Sesaat setelah sistemnya mendeteksi gerakan awal dari sebuah teknik pedang, kerikilnya mulai memancarkan sedikit sinar berwarna hijau.
Setelah itu tangan kiriku bergerak dengan sendirinya dan batunya terlempar, meninggalkan segaris cahaya dan mengenai celeng itu diantara alisnya. Ggiik! celeng itu memekik kesal dan berbalik ke arahku.
"Tentu saja mereka bergerak. Mereka bukan boneka latihan. Tapi jika kau mulai dengan gerakan yang tepat, sistemnya akan meneruskan teknik pedangmu dan mengenai targetnya untukmu."
"Gerakan... gerakan..."
Sambil berkomat-kamit seperti sedang membaca mantra, Klein mengangkat pedang pendek yang ada di tangan kanannya.
Meskipun babi rusa biru, atau nama aslinya «Frenzy Boar» adalah monster level 1, Klein telah menghabiskan hampir setengah dari HP-nya karena terkena serangan balasan akibat serangannya yang asal-asalan tadi. Yah, meskipun dia mati, dia akan dihidupkan kembali di «Kota Awal» dekat sini. Tapi, berjalan menuju daerah perburuan lagi itu agak menjengkelkan.
Sepertinya tinggal satu serangan lagi sebelum pertarungannya berakhir.
Aku sedikit memiringkan kepalaku saat aku menangkis terjangan boar itu dengan pedang yang ada di tangan kananku.
"Hmm, bagaimana cara menjelaskannya ya, ini tidak seperti satu, dua, tiga lalu terjang, tapi lebih seperti mengumpulkan sedikit tenaga dan sesaat setelah kau merasakan kalau skill-nya dimulai, lalu BAM! Dan kau merasa kalau itu mengenai monsternya."
"Bam, ya?"
Muka Klein yang agak tampan itu menyeringai hingga tidak enak dipandang mata dan dia mengangkat pedangnya setinggi perutnya.
Menarik dan menghela napas, setelah menarik napas yang dalam, dia menurunkan kuda-kudanya dan mengangkat pedangnya. Kali ini sistemnya mendeteksi kalau posenya benar dan pedangnya mulai memancarkan sinar berwarna jingga.
"Ha!"
Dengan teriakan kecil itu, dia melompat dengan gerakan yang sangat berbeda dibandingkan sebelumnya. Swish-! bersamaan dengan suara itu, pedangnya meninggalkan jejak merah menyala di udara. «Reaver», teknik dasar pedang lengkung satu tangan, menancap di leher bagian kanan babi rusa yang sedang menerjang dan melenyapkan seluruh HP-nya, yang sekitar setengah penuh (seperti Klein).
Guekk! Babi rusa itu menjerit dan tubuh besarnya mulai terpecah seperti kaca, dan angka-angka berwarna ungu muncul, menunjukan berapa banyak experience point yang kudapat.
“Yeeeeaaaahhh!”
Klein berpose kemenangan dengan senyuman besar di wajahnya dan mengangkat tangan kirinya. Aku menepuknya dan tersenyum padanya.
"Selamat atas kemenangan pertamamu. Tapi, babi rusa itu hanya selemah slime[3] di permainan lain."
"Eh, benarkah? Kupikir babi rusa itu adalah semi-boss atau sejenisnya."
"Mustahil."
Senyumanku menjadi agak miris saat aku menyarungkan pedangku di punggungku.
Meskipun aku menggodanya, aku mengerti perasaannya sekarang. Karena aku punya pengalaman 2 bulan lebih daripada dia. Hanya sekarang dia bisa merasakan kegembiraan menghancurkan musuhnya dengan tangannya sendiri.
Klein mulai menggunakan teknik pedang yang sama berulang-ulang sambil berteriak. Mungkin itu adalah salah satu caranya untuk berlatih. Aku meninggalkannya sendiri dan melihat sekeliling.
Padang rumput yang terbentang sangat luas ini bersinar kemerahan saat matahari mulai terbenam. Di utara terlihat bayang-bayang hutan, danau yang berkilauan, dan aku bisa melihat tembok yang mengelilingi kota hingga ke timur. Di bagian barat ada langit yang tak terbatas dengan awan berwarna keemasan yang melayang di atasnya.
Kami ada di padang rumput yang terbentang di sebelah timur dari «Kota Awal» yang berada di ujung utara dari lantai pertama kastil terbang raksasa «Aincrad». Seharusnya ada banyak sekali pemain lain yang sedang bertarung dengan monster di sekitar sini, tapi karena terlalu luas, tidak ada satu pun dari mereka yang terlihat.
Terlihat puas, Klein menyarungkan pedangnya dan berjalan kemari sambil melihat sekeliling juga.
"Omong-omong, berapa kali pun aku melihat sekeliling seperti ini aku masih belum bisa percaya kalau kita ini «berada di dalam game»."
"Yah, meski kau bilang 'di dalam', bukan berarti kalau jiwa kita tersedot ke dalamnya atau sejenisnya. Yang melihat dan mendengar bukanlah mata dan telinga, melainkan otak kita dengan mengirimkan sinyal dari «Nerve Gear».
Aku berkata begitu sambil mengangkat bahuku. Klein mengerutkan bibirnya seperti anak kecil.
"Kau mungkin sudah terbiasa sekarang, tapi bagiku ini adalah pertama kalinya aku melakukan «Full Dive». Bukankah ini luar biasa? ...Aku benar-benar bersyukur dilahirkan di zaman ini!"
"Kau berlebihan."
Tapi meskipun tertawa, aku setuju dengannya.
«Nerve Gear»
Itulah nama perangkat keras yang menjalankan VRMMORPG—«Sword Art Online».
Bentuk dasar mesin ini sangat berbeda dibandingkan dengan yang lama.
Tidak seperti perangkat keras tipe lama yang seperti "monitor layar datar" atau "stick game", Nerve Gear mempunyai bentuk seperti helm yang menutupi seluruh kepala dan wajah.
Di dalamnya terdapat banyak pemancar sinyal, dan dengan menggunakan pemancar sinyal itu, Gear-nya langsung mengakses ke dalam otak si pemakai. Si pemakai tidak menggunakan mata dan telinganya untuk melihat dan mendengar, melainkan menangkap sinyal yang dikirimkan langsung ke otak mereka. Ditambah lagi, mesinnya tidak hanya bisa mengakses indra pendengaran dan penglihatan, tapi juga bisa mengakses indra peraba, perasa, dan penciuman. Singkatnya, kelima indra.
Setelah memakai Nerve Gear, kalian kunci tali pengikatnya di dagu dan mengatakan perintah inisiasi («Link Start»), semua suara menghilang dan kalian akan diselimuti kegelapan. Segera, setelah melewati lingkaran berwana pelangi di tengah, kalian sudah berada di dunia yang terbuat sepenuhnya dari data.
Jadi...
Setengah tahun lalu, mesin ini (yang mulai dijual pada Mei 2022) berhasil membuat «Virtual Reality». Perusahaan elektronik yang membuat Nerve Gear menyebut keadaan terhubung dengan virtual reality...
«Full Dive».
Dunia yang sepenuhnya terpisah dari kenyataan, cocok dengan kata "full".
Alasannya adalah karena Nerve Gear tidak hanya mengirimkan sinyal palsu pada kelima indra, tetapi juga memblokir dan mengembalikan sinyal yang dikirimkan oleh otak ke tubuh.
Ini bisa dibilang syarat paling dasar untuk bergerak dengan bebas di dalam Virtual Reality. Jika tubuhnya menerima sinyal dari otak ketika si pengguna dalam keadaan Full Dive, pada saat si pengguna memutuskan untuk «Berlari», tubuh asli mereka akan menabrak tembok.
Karena Nerve Gear mampu mengembalikan perintah yang dikirimkan oleh otak melalui tulang belakang, aku dan Klein bisa bebas menggerakan avatar kami dan mengayunkan pedang kami sesukanya.
Kami benar-benar terjun ke dalam game.
Pengalaman ini benar-benar memikatku dan banyak pemain lainnya, hingga membuat kami tidak akan pernah bisa kembali ke pena-sentuh atau sensor gerakan.
Klein melihat ke arah angin yang berhembus melalui padang rumput dan tembok kastil dengan air mata sungguhan di matanya.
"Jadi, SAO adalah game pertama yang kaumainkan dengan Nerve Gear?" Aku bertanya.
Klein yang terlihat seperti seorang prajurit tampan yang berasal dari zaman perang menengok ke arahku dan mengangguk.
"Ya."
Jika dia menggunakan ekspresi yang serius di wajahnya, dia akan terlihat seperti aktor yang sedang memerankan drama zaman dulu. Tentu saja ini sangat berbeda dari tubuh aslinya di dunia nyata. Ini hanyalah avatar yang dibuat berasal dari memilih diantara daftar pilihan.
Tentu saja, aku juga terlihat seperti seorang protagonis yang sangat tampan dari sebuah anime fantasi.
Klein meneruskan pembicaraan dengan suaranya yang terdengar pelan tapi bersemangat, tentu saja ini juga berbeda dengan yang di dunia nyata.
“Yah, tepatnya aku membeli perangkat kerasnya segera setelah aku mendapatkan SAO. Hanya ada sepuluh ribu yang dikeluarkan sekarang, jadi kupikir aku memang sangat beruntung. Tapi, kalau dipikir-pikir kau sepuluh kali lebih beruntung daripada aku karena kau terpilih untuk beta testing. Mereka cuma mengambil seribu orang!”
“Ah, ya, benar juga.”
Klein terus melihat ke arahku. Tanpa sadar aku menggaruk kepalaku.
Aku masih ingat kesenangan dan rasa antusias saat pembuatan «Sword Art Online» diumumkan sudah selesai lewat media seperti baru kemarin.
Nerve Gear telah membuat dunia permainan menjadi lebih maju dengan Full Dive-nya. Tapi, karena mesinnya masih baru selesai, hanya game-game yang tidak terkenal saja yang ada untuk dimainkan. Contohnya puzzle, dan game-game yang berhubungan dengan pelajaran atau lingkungan, itu membuat kecewa para penggemar game sepertiku.
Nerve Gear benar-benar bisa menciptakan sebuah virtual reality.
Tapi kau hanya bisa berjalan 100 meter sebelum kau mencapai batas dinding di dunia itu; itu benar-benar mengecewakan. Para pecinta game sepertiku, yang benar-benar menghargai pengalaman berada di dalam game, tidak mungkin kalau kami tidak menantikan suatu game dengan gaya tertentu.
Kami mulai menunggu untuk sebuah game network yang bisa memuat jutaan orang mendaftar dan masuk, bertarung bersama dan hidup sebagai karakter mereka sendiri, atau dengan kata lain—sebuah MMORPG.
Ketika rasa antisipasi dan kesabaran kami mencapai puncaknya, VRMMORPG pertama diumumkan tepat waktunya, «Sword Art Online». Panggung permainan ini adalah sebuah kastil raksasa yang terdiri dari 100 lantai.
Para pemain hidup di sebuah dunia dengan hutan dan danau, hanya mengandalkan pedang dan kemampuan mereka untuk menemukan rute untuk menuju ke lantai atas dan mengalahkan monster yang tak terhitung jumlahnya untuk membuka jalan menuju lantai teratas.
«Magic» yang dianggap merupakan bagian yang tidak bisa digantikan dari MMORPG fantasi telah dihilangkan dan skill yang tidak terhitung jumlahnya yang bernama «Sword Skills» dibuat. Itu mungkin adalah salah satu rencana untuk membuat para pemain bisa merasakan pengalaman dari pertarungan dengan tubuh mereka sendiri melalui full dive sebanyak mungkin.
Skill-nya bervariasi termasuk skill produksi seperti pandai besi, penjahit, dan kemampuan sehari-hari seperti memancing, memasak, dan bermain musik, mengizinkan pemain tidak hanya berpetualang di dalam game besar ini tetapi juga benar-benar «hidup» di dalamnya. Jika mereka mau, dan skill level mereka cukup tinggi, mereka bisa membeli rumah dan hidup sebagai pengembala domba.
Saat informasi ini disampaikan, rasa antusias para gamer menjadi semakin tinggi.
Beta test-nya hanya mengajak seribu orang pencoba. Katanya, ada seratus ribu orang, setengah dari jumlah Nerve Gears yang terjual saat itu, ingin menjadi pencobanya. Keberuntungan adalah satu-satunya alasanku bisa terpilih. Selain itu, beta tester mendapat keuntungan tambahan karena diberikan prioritas ketika game-nya sudah resmi keluar.
Dua bulan beta testing terasa seperti mimpi saja. Di sekolah, aku selalu memikirkan tentang susunan skill-ku, equipment dan item, dan lari langsung ke rumah segera setelah sekolah berakhir dan masuk ke game hingga subuh. Beta test-nya berakhir dalam sekejap mata, dan di hari di mana karakterku direset, aku merasa kehilangan yang sangat besar seperti setengah tubuh asliku menghilang.
Dan sekarang-11 November 2022, Minggu.
«Sword Art Online» setelah semua persiapannya telah selesai, jam 1 siang servis server-nya resmi dimulai.
Tentu saja, aku telah menunggu selama 30 menit dan langsung masuk tanpa menunggu sedetik pun, tapi ketika aku memeriksa keadaan server-nya, sembilan ribu lima ratus orang lebih sudah masuk ke dalam game. Sepertinya semua orang yang beruntung mendapatkan gamenya merasakan hal yang sama denganku. Semua situs penjualan online mengumumkan kalau gamenya terjual habis tepat setelah penjualan dibuka dan penjualan offline, yang dimulai sejak kemarin, telah terbentuk barisan orang yang mengantri lebih dari empat hari, membuat keributan yang cukup hingga bisa masuk dalam berita. Itu berarti semua orang yang beruntung bisa membeli kaset game nya hampir semuanya adalah penggemar game serius.
Kelakuan Klein menunjukan semua ini dengan jelas.
Setelah aku masuk ke dalam SAO, aku mulai berlari melalui jalan batu yang sudah kukenal di «Kota Awal» untuk menuju ke toko senjata. Menyadari kalau diriku adalah seorang beta tester setelah melihatku memulai dan berlari tanpa ragu, Klein berlari ke arahku.
“Hei, ajarkan aku beberapa hal!” dia memohon.
Aku heran kenapa dia bisa begitu tidak tahu malu dan memohon ke orang yang baru dia temui. Aku kehilangan kata-kataku karena takjub.
“Ah, kalau begitu… Bagaimana kalau kita ke toko senjata dulu?” Aku menjawabnya seperti seorang NPC; kami akhirnya membuat sebuah party, dan aku mulai mengajarinya beberapa dasar bertarung—dan itulah mengapa kami berakhir seperti ini.
Sebenarnya, aku tidak terlalu akrab dengan orang di dunia nyata atau di dalam game, bahkan mungkin lebih sedikit di dalam game dibanding dengan di dunia nyata. Selama beta testing aku mengenal beberapa orang, tapi aku tidak terlalu dekat dengan mereka hingga tidak bisa menyebut mereka sebagai teman.
Tapi Klein punya sisi yang agak bersahabat, dan aku juga tidak berpikir kalau itu tidak mengenakkan. Berpikir kalau aku mungkin bisa akrab dengannya, aku membuka mulutku.
“Jadi… Apa yang sekarang mau kaulakukan? Apa kau mau terus berburu hingga kau terbiasa?”
“Tentu! Itu yang mau kubilang, tapi…”
Mata Klein melihat ke arah bawah kanan dari penglihatannya. Dia pasti sedang memastikan waktu.
“…Yah, aku harus keluar dari game dan makan. Aku memesan pizza untuk jam 5:30.”
“Benar-benar sudah mempersiapkan segalanya.”
Aku tidak bisa mengatakan hal lain, Klein membusungkan dadanya.
“Tentu saja!” dia berkata begitu dengan bangga. “Aku sudah janji untuk bertemu beberapa teman di «Kota Awal» sebentar lagi. Aku bisa memperkenalkan beberapa dari mereka dan kau bisa mendaftarkan mereka sebagai teman. Dengan begitu kau bisa kapan pun mengirim pesan. Bagaimana?”
“Errr… Hmmm…,” Tanpa sadar aku bergumam.
Aku agak akrab dengan Klein, tapi tidak ada jaminan kalau aku bisa akrab dengan teman-temannya. Aku merasa kalau kemungkinannya lebih besar kalau aku tidak akan bisa akrab dengan mereka, dan sebagai akibatnya, aku juga tidak bisa berteman dengan Klein lagi.
“Haruskah aku…?”
Terlihat mengerti alasanku menjawab dengan tidak begitu yakin, Klein menggelengkan kepalanya.
“Ah, aku tidak bermaksud memaksamu. Lagipula akan ada kesempatan lain untuk memperkenalkan mereka.”
“…Ya. Maaf, dan terima kasih.”
Segera setelah aku berterima kasih padanya, Klein menggelengkan kepalanya sekuat mungkin.
“Hei, hei! Seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Aku menerima banyak bantuan darimu. Aku akan membalas jasamu lain kali. Kalau kita ketemu lagi.”
Klein tersenyum dan melirik ke arah jam sekali lagi.
“…Yah, aku akan keluar sebentar. Terima kasih banyak, Kirito. Sampai jumpa lagi.”
Dengan begitu, dia menaruh tangannya ke depan. Saat itu, kupikir orang ini pasti adalah seorang pemimpin yang hebat di dalam «game lain» dan bersalaman dengannya.
"Ya, sampai jumpa."
Kami melepaskan tangan masing-masing.
Itu adalah saat di mana Aincrad, atau Sword Art Online, berhenti menjadi sebuah game yang menyenangkan bagiku.
Klein berjalan mundur sedikit dan menempelkan jari tengah dan jempol tangan kanannya lalu menarik ke bawah.. Ini adalah hal yang perlu dilakukan untuk memanggil «main menu window». Segera setelahnya terdengar suara berdering dan muncul sinar kotak berwarna ungu.
Aku menyingkir sedikit dan duduk di sebuah batu lalu membuka menu-ku juga. Aku mulai menggerakkan jariku untuk menyusun item yang kudapat setelah bertarung dengan boar tadi.
Lalu.
"Eh?" Klein berkata dengan nada yang aneh.
"Apa ini? …tidak ada tombol keluar-nya."
Saat itu aku berhenti menggerakkan jariku dan mengangkat kepalaku.
"Tidak ada tombolnya…? Mustahil, coba lihat lebih jelas."
Aku berkata dengan sedikit bingung. Dia membuka matanya lebar-lebar di bawah bandannanya dan mendekatkan kepalanya ke menu. Kotaknya lebih panjang ke samping daripada ke atas, dan mempunyai sekumpulan tombol di bagian kiri serta sebuah gambaran karakter yang menunjukkan equipment yang kaupakai di bagian kanan. Di bagian bawah menu ada tombol «LOG OUT» yang digunakan untuk keluar dari dunia ini.
Ketika aku kembali melihat ke arah list yang menunjukkan items yang kudapat setelah beberapa jam bertarung, Klein mulai berbicara dengan nada yang tinggi tidak seperti biasanya.
“Benar-benar tidak ada. Coba lihat Kirito.”
“Sudah kubilang tidak mungkin tidak ada di sana…” aku bergumam sambil menghela napas lalu mengklik ke tombol di bagian kiri atas untuk kembali ke menu screen.
Inventory window dibagian kanan menutup dan kembali ke menu utama. Di sebelah kiri dari gambar karakter, yang masih memiliki banyak tempat kosong, tersusun tombol-tombol.
Aku menggerakkan tanganku ke bawah seperti biasa dan—
Tubuhku membatu.
Tidak ada.
Seperti yang dikatakan Klein, tombol yang ada di sana ketika beta test—tidak, bahkan tombol yang masih ada ketika aku masuk ke dalam game—telah menghilang.
Aku memandangi tempat kosong itu selama beberapa detik, lalu melihat ke seluruh bagian menu, memastikan kalau itu bukan dipindahkan saja posisinya. Klein melihatku dengan kata “Benar, 'kan?” tertulis diwajahnya.
“…tidak ada, 'kan?”
“Ya, tidak ada.”
Aku mengangguk, meski itu agak menjengkelkan untuk langsung setuju dengannya. Klein tersenyum dan mulai mengusap-usap dagunya yang tebal.
“Yah, ini kan hari pertama, jadi bug seperti itu mungkin terjadi. Seharusnya sekarang para GM sedang kewalahan dengan jumlah pesan yang membanjiri pesan masuk-nya,” Klein berkata dengan tenang.
“Apakah tidak apa-apa kalau kau hanya berdiri saja seperti itu? Kau bilang kalau kau memesan pizza, ya 'kan?” Aku sedikit menggodanya.
“Ah, benar juga!”
Aku tersenyum saat melihatnya kepanikan, dan membuka matanya lebar-lebar.
Aku melempar beberapa item yang tidak kuperlukan dari inventory, yang telah menjadi merah karena terlalu banyak item di dalamnya, lalu aku berjalan kearah Klein.
“Argh! pizza ikan teri dan ginger ale ku-!”
“Kenapa kau tidak coba menghubungi GM? Mereka mungkin bisa memutuskan hubungan servermu dari sana.”
“Sudah kucoba, tapi tidak ada respon sama sekali. Ini sudah pukul 5:25! Hei, Kirito! Apa tidak ada cara lain untuk keluar?” Setelah mendengarkan apa yang Klein katakan sambil melambaikan tangannya—
Wajahku menjadi kaku. entah kenapa aku merasa takut dan merinding di punggungku.
“Coba kupikir… Untuk keluar…” Aku berbicara sambil berpikir.
Untuk keluar dari virtual reality ini dan kembali ke kamarku, aku harus membuka menu, menekan tombol 'Keluar dari game' dan menekan 'Ya' di jendela yang muncul di sebelah kanan. Itu sangat simpel. Tapi-pada saat yang sama, selain prosedur itu, aku tidak tahu cara lain untuk keluar dari game.
Aku melihat ke wajah Klein, yang berada sedikit lebih tinggi dari wajahku dan menggelengkan kepalaku.
“Tidak… Tidak ada. Jika kau mau keluar dari game, kau harus menggunakan tombol di menu, selain itu tidak ada cara lain.”
“Itu mustahil… Pasti ada suatu cara!”
Klein tiba-tiba mulai berteriak seperti kalau dia tidak mempercayai kata-kataku.
“Kembali! keluar dari game! Kabur!”
Tapi tentu saja, tidak ada yang terjadi. Di SAO tidak ada perintah suara seperti itu.
Setelah dia berteriak ini dan itu dan bahkan melompat, Aku berbicara padanya.
“Klein, itu sia-sia. Bahkan di manual tidak tertulis apa pun tentang pemutusan akses darurat.”
“Tapi… Ini gila! Bahkan jika ini adalah bug, aku bahkan tidak bisa kembali ke kamarku semauku!” Klein berteriak dengan ekspresi bingung diwajahnya.
Aku sangat setuju dengannya.
Ini mustahil. Benar-benar tidak masuk akal. Tapi ini kebenaran yang tidak bisa dibantah.
“Hei… Apa-apaan ini? Ini benar-benar aneh. Sekarang, kita tidak bisa keluar dari game ini!"
Klein tertawa menyedihkan dan mulai berbicara lagi.
“Tunggu, kita cukup mematikannya saja. Atau lepas saja «Gear»-nya.”
Ketika aku melihat Klein menggerakkan tangannya, yang bergerak seperti sedang melepas sebuah helm yang tidak terlihat, aku merasa kalau kegelisahanku kembali.
“Itu mustahil, dua-duanya. Sekarang ini kita tidak bisa menggerakkan tubuh asli kita. «Nerve Gear»-nya menerima semua sinyal yand dikirim dari otak kita dan mengirimkannya kemari…” Aku memegang bagian belakang kepalaku. “… dan menyampaikannya ke tubuh kita di sini.”
Klein perlahan-lahan menutup mulutnya dan menurunkan tangannya.
Kami berdua berdiri tanpa berbicara selama beberapa saat, saling berpikir.
Untuk mendapat keadaan Full Dive, Nerve Gear memblokir semua sinyal yang dikirim oleh otak kita dan mengirimkannya kemari supaya kita bisa mengontrol tubuh kita di dunia ini. Jadi, berapa liarpun aku menggerakkan tubuhku di sini, tubuhku di dunia nyata, yang sedang terbaring di kasur sekarang tidak akan bergerak sedikit pun; memastikan kalau aku tidak akan membenturkan kepalaku ke sisi meja atau apa pun.
Tapi karena fungsi ini, kita tidak bisa bebas keluar dari kondisi Full Dive.
“…jadi, selain bug-nya diperbaiki atau seseorang dari dunia nyata melepaskan Gear-nya, kita hanya bisa menunggu?” Klein bergumam, terlihat sedikit pusing.
Aku diam-diam setuju dengannya.
“Tapi aku tinggal sendiri. Kau?”
Aku sedikit ragu-ragu tapi aku mengatakan yang sebenarnya padanya.
“…Aku tinggal dengan ibuku dan adik perempuanku, bertiga. Kupikir aku pasti akan dipaksa keluar dari kondisi Dive jika aku tidak keluar saat makan malam…”
“Apa? Be-Berapa umur adik perempuanmu?”
Klein tiba-tiba melihat ke arahku, matanya bercahaya. Aku mendorong kepalanya menjauh.
“Kau agak tenang sekarang, ya 'kan? Dia anggota klub olahraga dan membenci game, jadi dia tidak mungkin bisa akrab dengan orang seperti kita… Tapi daripada itu,” aku membentangkan tangan kananku untuk mengganti jalan pembicaraannya. “Apa kau tidak berpikir kalau ini aneh?"
“Tentu saja. Ini kan bug.”
“Bukan, maksudku bukan hanya bug saja, ini adalah bug «mustahil keluar dari game», ini masalah yang cukup besar yang bisa membuat pengoperasian game itu sendiri terganggu. Seperti pizza-mu di dunia nyata yang semakin mendingin setiap detik, ini benar-benar merugikan keuangan, ya 'kan?"
“…sebuah pizza dingin… Itu sama saja dengan natto keras!”
Aku mengabaikan komentar yang tidak berarti itu dan melanjutkan pembicaraan.
“Jika sudah seperti ini, seharusnya operator akan segera mematikan server nya dan membuat semua pemain keluar dari game apa pun yang terjadi. Tapi… Ini sudah lebih dari 15 menit sejak kita menyadari hal ini dan belum ada satu pun pesan dari sistem yang muncul, meski kita abaikan penghentian server-nya, ini sudah terlalu aneh."
“Hmm, sekarang kupikir-pikir kau benar juga."
Sekarang Klein mulai mengusap dagunya dengan ekspresi serius diwajahnya. Di bagian bawah bandanna yang menutupi dahinya, pengetahuan terpancar di dalam matanya.
Aku mulai mendengarkan Klein, merasa sedikit aneh berbicara dengan orang yang belum pernah kutemui jika aku menghapus akun milikku.
“…perusahaan yang membuat SAO, «Argas» adalah perusahaan yang terkenal karena sangat memperhatikan penggunanya, ya 'kan? Itulah kenapa orang-orang berebutan membeli kasetnya meskipun ini adalah game online pertamanya. Semua itu akan sia-sia jika mereka membuat kesalahan seperti ini di hari pertamanya."
“Aku setuju, and SAO adalah VRMMORPG pertama. Jika ada sesuatu yang salah sekarang, mereka pasti akan segera memperbaikinya."
Klein dan aku melihat wajah virtual masing-masing dan menghela napas.
Musim di Aincrad dibuat berdasarkan kenyataan, jadi sekarang di sini juga sedang memasuki musim gugur.
Aku melihat ke atas, menghirup udara virtual, menarik napas dingin yang dalam.
Sekitar 100 meter di atas aku bisa melihat atap berwarna ungu muda yang merupakan bagian bawah dari lantai 2. Sambil mengikuti permukaannya yang tidak rata, aku melihat menara besar—«labirin» yang merupakan jalan menuju ke lantai atas, dan melihatnya terhubung dengan jalan keluarnya.
Saat itu jam 5:30 lewat dan garis kecil di langit yang terlihat berwarna merah seperti matahari terbenam. Meski berada di situasi seperti ini, melihat padang rumput luas yang berwarna keemasan karena memantulkan sinar matahari sore, aku menemukan diriku tidak bisa berbicara di depan keindahan dunia virtual ini
Tepat sesudahnya.
Dunia berubah selamanya.
Catatan Penerjemah
1. ↑ Party = Kelompok dalam game
2. ↑ Pakaian untuk melindungi tubuh dari serangan
3. ↑ Slime = Lendir/Lumpur. Biasanya monster paling lemah dalam game (yang dimainkan Kirito dan Klein tentunya)
BAB 3
Ding, ding, Sebuah suara seperti bel , atau mungkin sebuah bel peringatan, terdengar dengan keras, membuatku dan Klein melompat karena kaget.
“Ah…”
“Apa ini!?”
Kamu berteriak bersamaan dan melihat satu sama lain, kedua mata kami terbuka lebar.
Klein dan aku diselimuti oleh pilar cahaya berwarna biru terang. Di balik cahaya biru itu, padang rumput di penglihatanku perlahan-lahan menjadi kabur.
Aku pernah mengalami ini beberapa kali selama beta testing. Ini adalah «Teleport» yang dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah item. Aku tidak punya item yang dibutuhkan dan aku juga tidak meneriakkan perintah yang seharusnya diucapkan. Apakah operator nya melakukan teleport paksa? Jika begitu, kenapa mereka tidak memberitahu kami?
Ketika aku sedang berpikir, cahaya di sekelilingku bergetar semakin keras dan kegelapan menyelimutiku.
Saat cahaya birunya memudar, sekelilingku menjadi jelas lagi. Tapi, ini bukan padang rumput yang memantulkan cahaya matahari terbenam lagi.
Sebuah jalan besar yang terbuat dari batu. Jalan abad pertengahan yang dikelilingi oleh lampu jalan dan istana besar yang memancarkan sinar gelap terlihat di kejauhan.
Ini adalah starting point, central plaza dari «Kota Awal».
Aku melihat kearah Klein yang membuka mulutnya lebar-lebar disampingku. Lalu kearah kerumunan orang yang berada di sekeliling kami.
Melihat ke sekumpulan orang yang sangat cantik dan tampan dengan equipment dan warna rambut yang bervariasi, tidak salah lagi mereka adalah player lain sepertiku. Ada sekitar berapa ribu hingga sepuluh ribu orang disini. Sepertinya semua orang yang sedang log on saat ini dipaksa teleport ke central plaza.
Selama beberapa detik, semua orang hanya melihat sekeliling tanpa mengatakan apapun.
Lalu ada beberapa bisikan dan kata-kata yang terdengar disana-sini; perlahan-lahan semakin berisik.
“Apa yang terjadi?"
“Bisakah kita log out sekarang?”
“Bisakah mereka memperbaikinya lebih cepat?”
Komentar-komentar seperti itu bisa terdengar dari waktu ke waktu.
Ketika para player mulai kehilangan kesabaran, teriakan-teriakan seperti “Apa ini bercanda?” dan “Keluar kalian, GM!” dapat terdengar.
Lalu tiba-tiba.
Seseorang berteriak dengan suara yang lebih keras dari suara-suara itu.
“Ah…lihat keatas!”
Klein dan aku hampir secara otomatis mengarahkan mata kami keatas dan melihat. Ada pemandangan aneh yang menyambut kami.
Di permukaan bagian bawah lantai dua, seratus meter diatas udara, terdapat tanda silang berwarna merah.
Ketika aku melihat dengan lebih jelas, aku bisa melihat kalau itu adalah dua kata yang saling bersilangan. Kata-kata yang satunya adalah [Warning] dan yang satu lagi adalah [System Announcement].
Aku terkejut selama sesaat tapi kemudian berpikir 'Oh, operatornya mulai menginformasikan kita sekarang', dan mengendurkan bahuku sedikit. Pembicaraan di plaza menjadi sunyi dan kau bisa merasakan kalau semua orang menunggu kata selanjutnya yang akan keluar.
Tapi, apa yang terjadi selanjutnya tidak seperti apa yang kubayangkan.
Dari tengah pola itu, sebuah cairan yang seperti darah mulai mengalir turun perlahan-lahan. Cairan itu turun dengan kecepatan pelan seperti menggambarkan sebarapa kentalannya cairan itu; Tapi cairan itu tidak jatuh kebawah, malah mulai berubah ke bentuk yang lain.
Apa yang muncul adalah pria setinggi 20 meter yang mengenakan jubah berkerudung yang menutupi tubuhnya.
Tidak, itu tidak terlalu tepat. Dari tempat kami melihat, kami bisa dengan mudah melihat kedalam tudungnya-tidak ada wajah disana. Benar-benar kosong. Kami bisa melihat dengan jelas bagian dalam bajunya dan sulaman hijau didalam tudungnya. Didalam jubahnya pun sama, yang bisa kami lihat hanyalah bayangannya saja.
<img src="https://us.v-cdn.net/5016325/uploads/FileUpload/99/a957ffa0e5b9c95defa427682263b8.jpg"/>
Aku pernah melihat jubah itu sebelumnya. Itu adalah baju yang selalu digunakan pegawai Argas yang bekerja sebagai GM. Tapi semua GM pria mempunyai wajah seperti seorang penyihir tua dengan janggut panjang, dan Yang wanita mempunyai avatar wanita berkacamata. Mereka mungkin menggunakan jubah itu karena kurangnya waktu untuk menyiapkan avatar yang layak, tapi tempat kosong dibalik tudungnya memberikanku perasaan gelisah yang tidak bisa dijelaskan.
Para player di sekelilingku pasti merasakan hal yang sama.
“Apa itu GM?”
“Kenapa dia tidak punya wajah?”
Banyak bisikan seperti itu yang bisa terdengar.
Lalu tangan kanan dari jubah besar itu bergerak seperti untuk mendiamkan mereka.
Sebuah sarung tangan putih bersih muncul dari lipatan panjang lengan bajunya. Tapi lengan baju itu, seperti bagian lain dari jubahnya, tidak terhubung dengan bagian tubuh manapun.
Lalu tangan kirinya perlahan-lahan terangkat keatas juga. Kemudian dengan dua sarung tangan kosong yang terbentang di depan 10 ribu player, orang tak berwajah itu mulai membuka mulutnya—tidak, terasa seakan-akan dia melakukannya. Kemudian sebuah suara pria yang tenang dan pelan terdengar bergema dari ketinggian.
‘Para Player sekalian, aku menyambut kalian semua kedalam dunia ku'
Aku tidak bisa segera mengerti.
«Duniaku»? Jika orang berjubah merah itu adalah seorang GM, maka dia memang punya kekuatan seperti dewa di dunia ini, yang mengizinkannya mengubah dunia ini sesukanya, tapi kenapa dia mengatakannya sekarang?
Klein dan aku melihat satu sama lain kebingungan. Orang berjubah merah tanpa nama itu menurunkan kedua tangannya dan melanjutkan perkataannya.
‘Namaku adalah Kayaba Akihiko. Sekarang ini, akulah orang satu-satunya yang bisa mengendalikan dunia ini.’
“Apa…!?”
Avatarku menjadi kaku karena shock, dan tenggorokanku, dan mungkin leherku di dunia nyata juga, berhenti bekerja selama beberapa detik.
Kayaba—Akihiko!!
Aku tahu nama itu. Tidak mungkin aku tidak tahu.
Orang ini adalah seorang game designer dan seorang genius di bidang quantum physics, orang yang membuat Argas, yang beberapa tahun lalu hanyalah satu dari banyak perusahaan kecil lainnya, menjadi salah satu perusahaan yang bisa mengatur perekonomian dunia.
Dia merupakan direktur pengembangan SAO dan pada saat yang sama, pendesain Nerve Gear.
Sebagai salah seorang hardcore gamer, aku sangat menghormati Kayaba. Aku membeli seluruh majalah yang menceritakan tentang dia dan telah membaca beberapa wawancaranya hingga aku hampir hapal isinya. Aku hampir bisa membayangkan dia mengenakan baju putihnya yang selalu dia gunakan hanya dengan mendengar suaranya.
Tapi dia selalu berdiri dibalik layar, menolak tampil di depan media; dia tidak pernah menjadi GM sebelumnya-jadi kenapa dia melakukan sesuatu seperti ini?
Aku berusaha berpikir lagi untuk mengerti situasinya. Tapi kata-kata yang keluar dari orang itu terdengar seperti ejekan bagiku yang sedang berusaha untuk mengerti.
‘Kupikir hampir semua orang telah menyadari kalau tombol logout telah menghilang dari main menu. Itu bukanlah bug, itu adalah bagian dari sistem «Sword Art Online».’
“Bagian dari…sistemnya?”
Klein bergumam, suaranya terbata-bata. Pengumumannya berlanjut dengan suara yang pelan seperti untuk menyembunyikan suara aslinya.
‘Hingga kalian mencapai ke lantai teratas dari kastil ini, kalian tidak bisa log out.’
Kastil ini? Awalnya aku tidak mengerti kata tersebut. Tidak ada kastil di «Kota Awal».
Lalu kata-kata selanjutnya yang di katakan Kayaba menghilangkan semua kebingunganku.
‘…selain itu, dilarang menghentikan atau melepas Nerve Gear dari luar. Jika hal-hal seperti itu dilakukan…’
Sunyi.
Kesunyian diantara sepuluh ribu orang ini sangat menekan. Kata-kata selanjutnya keluar secara perlahan-lahan.
‘Pengirim sinyal di Nerve Gear mu akan mengirimkan sebuah gelombang elektromagnetik yang kuat, menghancurkan otakmu dan menghentikan semua fungsi tubuhmu.’
Klein dan aku melihat satu sama lain dalam keadaan shock selama beberapa detik.
Pikiranku seakan-akan menolak untuk mempercayai apa yang baru saja kudengar. Tapi pernyataan singkat yang dikatakan Kayaba menusuk ke pikiranku.
Menghancurkan otak kami.
Dengan kata lain, membunuh kami.
Pengguna manapun yang mematikan Nerve Gear atau membuka kunci pengaman dan melepaskannya akan terbunuh. Itulah apa yang baru saja Kayaba maksudkan.
Orang-orang di keramaian mulai bergumam, tapi tidak ada satupun yang berteriak atau panik. Tidak ada seorangpun, sama halnya denganku, yang bisa mengerti ataupun memprotesnya.
Klein mengangkat tangannya perlahan-lahan dan mencoba untuk memegang head gear yang seharusnya berada di sana di dunia nyata. Ketika dia melakukannya, dia mengeluarkan tawa kecil dan mulai berbicara.
“Haha…Apa yang dia katakan? Pria itu, apa dia gila? Omongannya tidak masuk akal. Nerve Gear… Ini hanya game. Menghancurkan otak kita…Bagaimana dia bisa melakukannya? Benar kan, Kirito?”
Suaranya terbata-bata di bagian akhir. Klein menatapku dengan serius, tapi aku tidak bisa mengangguk setuju.
Pengirim sinyal di dalam helm Nerve Gear mengirimkan gelombang elektronik untuk mengirimkan sinyal virtual ke dalam otak.
Mereka menyebut ini sebagai ultra teknologi terbaru, tapi teori dasar penggunaannya sama dengan barang elektronik yang sudah ada sejak 40 tahun yang lalu di jepang, microwave.
Jika listriknya mencukupi, mungkin saja Nerve Gear nya bisa menggetarkan partikel air yang ada di dalam otak kami dan membakarnya dengan panas yang dihasilkan. Tapi…
“…secara teori, itu mungkin, tapi dia pasti hanya menggertak. Karena jika kita mencabut kabel Nerve Gear, tidak mungkin itu dapat mengirimkan gelombang sekuat itu. Kecuali ada sejenis baterai yang punya kapasitas penyimpanan yang cukup besar…didalam…”
Klein mungkin sudah bisa mengira alasan kenapa aku berhenti berbicara.
“Ada…satu,” katanya, kata-katanya hampir seperti sebuah teriakan dengan ekspresi kosong diwajahnya. “30% dari berat gearnya berasal dari baterainya. Tapi…itu benar-benar gila! Bagaimana jika tiba-tiba terjadi mati listrik atau sejenisnya!?”
Kayaba mulai menjelaskan, seperti dia telah mendengar apa yang Klein teriakkan.
‘Untuk lebih jelasnya, pemindahan sumber tenaga listrik untuk 10 menit, terputus dari server lebih dari dua jam, atau pencobaan untuk membuka kunci, mematikan, atau merusak Nerve Gear. Jika salah satu dari kondisi itu terpenuhi, proses penghancuran otak akan dimulai. Syarat-syarat itu telah diberitahukan kepada pemerintah dan kepada masyarakat lewat seluruh media di dunia luar. Untuk catatan, sudah ada beberapa kasus dimana ada keluarga atau teman yang mengabaikan peringatannya dan mencoba dengan paksa melepaskan Nerve Gear. Hasilnya—’
Kata-katanya berhenti sesaat.
‘—sayangnya 213 player sudah keluar dari dunia ini, dan dunia nyata untuk selamanya.’
Sebuah teriakan yang panjang dan tipis bisa terdengar. Tapi sebagian besar dari player masih belum bisa mempercayai atau menolak untuk mempercayai apa yang baru saja dikatakan dan hanya berdiri saja dengan wajah yang pucat dan mulut yang terbuka atau senyuman miris di wajah mereka.
Pikiranku mencoba menolak mempercayai apa yang baru saja dikatakan oleh Kayaba. Tapi tubuhku mengkhianatinya dan lututku mulai bergetar dengan kuat.
Aku tersandung kebelakang beberapa langkah dengan lututku yang lemah dan berhasil mencegah diriku jatuh. Tapi Klein terjatuh kebelakang dengan wajah tanpa ekspresi.
213 player telah meninggalkan dunia ini.
Kalimat itu terus menerus berulang di dalam kepalaku.
Jika yang dikatakan Kayaba benar-lebih dari 200 orang telah meninggal saat ini?
Beberapa dari mereka mungkin saja ada beta tester sepertiku. Aku mungkin telah mengenal beberapa dari nama karakter dan avatar mereka. Orang-orang itu telah terbakar otaknya dan…mati, apa ini yang Kayaba telah katakan?
“…dak percaya… Aku tidak percaya.”
Klein, yang masih duduk di lantai, mulai berbicara dengan suara yang kaku.
“Dia hanya mencoba menakuti kita. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal seperti itu? Berhenti bercanda dan biarkan kami keluar dari sini. Kami tidak punya waktu untuk mengikuti upacara pembukaan mu yang gila ini. Yeah…ini semua hanyalah sebuah event. Sebuah pertunjukan pembuka, kan?”
Didalam kepalaku, aku meneriakkan hal yang sama.
Tapi seperti untuk menghilangkan harapan kami, suara Kayaba yang seperti seorang pebisnis meneruskan penjelasannya.
‘Para Player, kalian tidak perlu mengkhawatirkan tubuh yang kalian tinggalkan di luar sana. Saat ini, seluruh media TV, radio, dan internet sedang melaporkan situasi ini berulang kali, termasuk kenyataan bahwa sudah ada beberapa korban jiwa. Kemungkinan Nerve Gear kalian terlepas sudah menghilang. Sebentar lagi, menggunakan dua jam yang kuberikan, kalian semua akan di pindahkan ke rumah sakit atau tempat-tempat seperti itu untuk mendapatkan perawatan terbaik. Jadi kalian bisa tenang…dan berkonsentrasi untuk menaklukkan game nya.’
“Apa…?”
Lalu, akhirnya mulutku mulai berteriak dengan keras.
“Apa yang kau katakan!? Menaklukkan game nya!? Kau ingin kami bermain di situasi seperti ini!?”
Aku terus berteriak, menatap kearah jubah merah yang meresap kedalam permukaan dasar lantai atas.
“Ini bukan game lagi!!”
Lalu Kayaba Akihiko mulai mengumumkan perlahan dengan suaranya yang monoton.
‘Tapi aku ingin kalian semua mengerti bahwa «Sword Art Online» bukanlah sebuah game biasa lagi. Ini adalah dunia nyata yang kedua. …mulai sekarang, segala jenis revival didalam game tidak akan bekerja lagi. Disaat HP mu mencapai angka 0, avatar mu akan menghilang selamanya, dan pada saat yang sama—’
Aku bisa menebak apa yang akan dia katakan dengan sangat jelas.
‘Otakmu akan dihancurkan oleh Nerve Gear.’
Tiba-tiba, rasa ingin tertawa menggelembung di dasar perutku. Aku menahannya.
Sebuah garis horizontal panjang bersinar di bagian kiri atas penglihatanku. Ketika aku memfokuskan pandanganku kearahnya, angka 342/342 dapat terlihat.
Hit points. Nyawaku.
Saat itu mencapai nol, Aku akan mati—sinyal gelombang elektromagnetik akan membakar otakku, membunuhku seketika. Inilah yang telah Kayaba katakan.
Tidak salah lagi ini adalah sebuah game, sebuah game dengan nyawamu sebagai taruhannya. Dengan kata lain, sebuah game kematian.
Aku pasti telah mati setidaknya 100 kali dalam dua bulan beta testing. Aku direspawned dengan sedikit senyum malu di wajahku di bagian utara dari main plaza, di «Black Iron Palace», dan berlari ke arah tempat perburuan lagi.
Itulah RPG, sebuah game dimana kau berkali-kali mati dan belajar dan menaikkan level. Tapi sekarang kau tidak bisa? Sekali kau mati, kau akan kehilangan nyawamu? Dan sebagai tambahan—kau bahkan tidak bisa berhenti bermain?
“…tidak mungkin,” Aku berkata dengan pelan.
Siapa yang mau pergi ke tempat perburuan dengan kondisi seperti itu? Tentu saja semua orang hanya akan menetap di dalam kota di tempat yang aman.
Lalu seperti membaca pikiran ku, dan mungkin pikiran semua player lain, pengumuman berikutnya diberikan.
‘Para player, hanya ada satu cara untuk keluar dari game ini, seperti yang kubilang sebelumnya, kalian harus memcapai lantai teratas dari Aincrad, lantai keseratus dan mengalahkan boss terakhir yang ada disana. Semua player yang masih hidup pada saat itu akan secara otomatis keluar dari game ini. Aku sudah mengatakan pada kalian semua yang perlu kukatakan.’
Sepuluh ribu orang player berdiri terdiam.
Itulah saat dimana aku menyadari apa yang dimaksud Kayaba ketika dia mengatakan «capailah lantai teratas dari kastil ini». Kastil ini—berarti tempat luas yang memenjarakan seluruh player di lantai pertama dan 99 lantai lainnya yang ada diatas, bertumpuk hingga ke langit dan melayang diatasnya. Dia membicarakan Aincrad itu sendiri.
“Menaklukan…seluruh 100 lantai!?” Klein tiba-tiba berteriak. Dia cepat-cepat berdiri dan mengangkat tinjunya ke atas langit.
“Bagaimana mungkin kami melakukannya? Kudengar menaiki satu lantai saja sangat sulit selama beta testing!”
Itu benar. Selama dua bulan beta testing, seribu orang player hanya bisa mencapai lantai keenam. Bahkan jika ada sepuluh ribu orang yang log in, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melewati 100 lantai?
Kebanyakan player yang dipaksa berada disini bertanya-tanya akan pertanyaan-yang tidak ada jawabannya ini.
Kesunyian menegangkan ini perlahan-lahan menunjukan gumaman pelan. Tapi tidak ada tanda-tanda dari ketakutan dan rasa putus asa.
Sebagian orang disini masih bingung apakah ini benar-benar «bahaya nyata» atau sebuah «event pembukaan yang sangat dibuat-buat». Semua yang dikatakan Kayaba terlalu menakutkan hingga terasa tidak nyata.
Aku mengadahkan kepalaku lagi untuk melihat ke arahnya dan moncoba untuk memaksakan pikiranku menerima situasi ini.
Aku tidak bisa log out lagi, selamanya. Aku juga tidak bisa kembali ke kamarku dan kehidupanku. Satu-satunya cara untuk bisa kembali adalah jika seseorang mengalahkan boss di lantai tertinggi dari kastil terbang ini. Jika HP mencapai angka nol meski sekali saja sebelum itu—aku akan mati. Aku akan benar-benar mati dan akan menghilang selamanya.
Tapi...
Betapapun aku mencoba menerima kenyataan, ini mustahil. Hanya sekitar lima atau enam jam lalu aku masih makan makanan buatan ibuku, berbicara sedikit dengan saudara perempuanku, dan berjalan didalam rumahku.
Sekarang aku tidak bisa kembali ke tempat itu lagi? Dan saat ini, ini adalah dunia nyata yang sebenarnya?
Lalu, ketika jubah merah yang sejak tadi berada di depan kami mengibaskan sarung tangan kanannya dan mulai berbicara dengan suara yang tidak memiliki emosi sama sekali.
‘Kalau begitu biar kutunjukkan bukti kalau ini adalah kenyataan. Di dalam inventorimu akan ada hadiah dariku. Ambillah.’
Segera setelah mendengarnya, aku menekan jari telunjuk ku dan jempol ku bersamaan dan menarik nya kebawah. Semua player melakukan hal yang sama dan plaza dipenuhi oleh suara gemerincing bel.
Aku menekan tombol item di menu yang baru saja muncul dan ada item disana, di bagian teratas dari daftar barang-barangku.
Nama itemnya adalah—«Hand Mirror»
Kenapa dia memberi kami benda ini? Sambil berpikir aku menyentuh nama bendanya dan menekan tombol "buat benda menjadi object". Segera setelahnya terdengar sebuah sound effect dan sebuah kaca persegi berukuran kecil muncul.
Aku memegangnya dengan ragu-ragu tapi tidak ada apapun yang terjadi. Apa yang muncul di dalam cermin adalah wajah dari avatar yang kubuat dengan susah payah.
Aku memiringkan kepalaku dan melihat ke arah Klein. Dia juga melihat ke cermin dengan wajah yang tanpa ekspresi.
—Lalu.
Tiba-tiba Klein dan avatar-avatar di sekeliling kami diselimuti oleh cahaya putih. Segera setelah melihatnya, aku juga dikelilingi cahaya yang sama, dan apa yang bisa kulihat hanyalah warna putih.
Sekitar 2, 3 detik kemudian, sekelilingku menjadi jelas lagi seperti mereka baru saja…
Tidak.
Wajah di depanku bukanlah wajah yang kukenal.
Armor yang terbuat dari besi yang dijahit, bandana, dan rambut merah berdurinya sama. Tapi wajahnya berubah ke bentuk yang lain. Matanya yang tajam berubah menjadi cekung dan berwarna lebih terang. Hidungnya yang mancung menjadi sedikit pesek, dan muncul janggut di pipi dan dagunya. Jika avatarnya adalah seorang samurai yang masih muda dan ceria, maka yang ini adalah seorang warrior yang telah kalah—atau mungkin seorang perampok.
Aku lupa akan situasinya selama beberapa saat dan berkata.
“Siapa…kau?”
Kata yang sama terdengar dari mulut orang yang berada didepanku.
“Hey…siapa kau?”
Lalu tiba-tiba menyadari apa guna hadiah Kayaba, «Hand Mirror» yang sedang kupegang.
Aku buru-buru mengangkat kacanya, dan melihat muka yang terpantul.
Rambut hitam yang rapi diatas kepala, sepasang mata yang kelihatan lemah dapat terlihat dibalik rambut yang agak panjang, dan wajah yang orang-orang bisa salah lihat dan menganggapku sebagai wanita ketika aku pergi keluar dengan menggunakan pakaian bebas bersama saudara perempuan ku.
Wajah tenang dari warrior «Kirito» yang baru beberapa detik yang lalu masih ada telah menghilang. Wajah yang terpantul di cermin—
Adalah wajah asliku yang susah-payah ku sembunyikan.
“Ah…wajahku…”
Klein, yang juga sedang memandangi cerminnya terjatuh kebelakang. Kami berdua melihat satu sama lain dan berteriak disaat yang sama.
“Kau Klein!?” “Kau Kirito!?"
<img src="https://us.v-cdn.net/5016325/uploads/FileUpload/e9/004b84f501cb11a58cc60b3c95c555.jpg"/>
Suara kami juga berubah, mungkin pengubah suaranya berhenti bekerja. Tapi kami tidak punya waktu untuk memikirkan hal seperti itu.
Cerminnya terjatuh dari tangan kami dan mengenai lantai, dan hancur dengan suara pecahan yang agak keras.
Ketika aku melihat sekeliling lagi, kerumunannya sudah tidak lagi dipenuhi oleh orang yang terlihat seperti karakter dari game-game fantasi. Sekumpulan anak muda normal sudah menggantikan tempat mereka. Ini seperti melihat sekumpulan orang di dunia nyata di sebuah perkumpulan game yang menggunakan kostum seperti armor. Bahkan perbedaan jumlah laki-laki dan perempuannya berubah drastis.
Bagaimana ini mungkin terjadi? Klein dan aku, dan mungkin semua player di sekitar kami telah berubah dari avatar yang mereka buat dari awal, menjadi diri asli kami. Tentu saja, teksturnya sendiri masih terlihat seperti model poligon dan masih sedikit terasa aneh, tapi yang paling menakutkan adalah keakuratannya. Seakan-akan gearnya punya sebuah full body scanner yang terpasang.
—Scan.
“…ah, benar!” Aku melihat kearah Klein dan memaksakan suaraku untuk keluar.
“Ada pengirim sinyal di Nerve Gear yang menutupi seluruh kepala kita. Jadi itu tidak hanya bisa melihat cara berpikir otak kita, tapi wajah kita juga…”
“Ta-Tapi, bagaimana bisa mesin itu tahu bagaimana bentuk tubuh kita terlihat… Seperti seberapa tinggi kita?”
Klein berkata sambil diam-diam melihat ke sekitar kami.
Rata-rata tinggi dari player, yang sedang melihat diri mereka sendiri dan orang lain dengan berbagai ekspresi, sangat terlihat berkurang setelah «perubahan» tadi. Aku—dan mungkin Klein juga-telah mensetting tinggi kami agar sesuai dengan tinggi asliku di dunia nyata untuk menghindari tinggi yang berlebihan yang bisa menghambat gerakanku, tapi hampir semua player sepertinya membuat diri mereka lebih tinggi sekitar sepuluh hingga dua puluh cm. Bukan hanya itu, bentuk dan lebar tubuh para player juga menjadi lebih besar sekarang. Tidak mungkin Nerve Gear bisa mengetahui semua ini.
Tapi Klein menjawab pertanyaan ini.
“Ah…tunggu. Aku baru membeli Nerve Gear kemarin jadi aku masih ingat, ada bagian dari set-up…apa yah disebutnya, pengukuran? Yah apapun itu, saat itu kau disuruh menyentuhkan nya ke bagian tubuhmu di sana-sini, mungkin itu…?”
“Ah, benar……pasti itu…”
Pengukuran adalah saat dimana Nerve Gear mengukur «seberapa jauh tanganmu bisa menggapai tubuhmu». Ini dilakukan untuk menciptakan perasaan yang lebih nyata didalam game. Jadi bisa dibilang kalau Nerve Gear punya data mengenai bentuk asli tubuh kita yang tersimpan di dalamnya.
Itu mungkin untuk membuat semua avatar para player menjadi replika yang sama persis dengan diri mereka. Tujuan dari semua ini juga menjadi jelas sekarang.
“…kenyataan,” aku bergumam. “Dia bilang ini adalah kenyataan . Avatar yang terbuat dari poligon ini…dan HP kita adalah tubuh dan kehidupan asli kita. Untuk membuat kita percaya kalau dia menciptakan tiruan sempurna dari kita…”
“Tapi…tapi kau tahu Kirito.”
Klein menggaruk kepalanya dengan kasar dan matanya memantulkan sinar saat dia berteriak.
“Kenapa? Kenapa dia melakukan hal seperti ini…?”
Aku tidak menjawabnya dan menunjuk keatas.
“Tunggu saja. Mungkin dia akan menjawab pertanyaan itu sebentar lagi.”
Kayaba memenuhi harapanku. Beberapa detik kemudian, sebuah suara yang terdengar serius, terdengar dari langit yang berwarna merah darah.
‘Kalian pasti heran dan berpikir ‘kenapa’. Kenapa aku-pencipta dari Nerve Gear dan SAO, Kayaba Akihiko-melakukan sesuatu yang seperti ini? Apakah ini sejenis serangan teroris? Apakah dia melakukan ini untuk meminta uang tebusan untuk membebaskan kami?’
Itulah saat ketika suara Kayaba, yang hingga sekarang tanpa emosi, mulai menunjukkan sedikit emosi di dalamnya. Tiba-tiba kata «empati» terpikir oleh ku, meski tidak mungkin itu terjadi.
‘Itu semua bukanlah alasanku melakukan ini. Bukan hanya itu, searang bagiku, sudah tidak ada alasan untuk melakukan ini. Alasannya karena…situasi ini sendiri lah yang merupakan alasanku melakukan ini. Untuk membuat dan mengamati dunia ini adalah satu-satunya alasanku membuat Nerve Gear dan SAO. Dan sekarang, semuanya telah menjadi nyata.’
Lalu setelah istirahat singkat, suara Kayaba sekarang menjadi tanpa emosi lagi dan berkata.
‘…sekarang aku telah menyelesaikan official tutorial dari «Sword Art Online». Para Player—semoga kalian beruntung.’
Kata-kata terakhirnya diikuti oleh suara bergema kecil.
Jubah besar itu mulai melayang lebih tinggi tanpa bersuara, dan mulai menyelam, dari kepalanya, kedalam system message yang menutupi langit seakan-akan meleleh.
Bahunya, kemudian dadanya, lalu kedua tangan dan kakinya bergabung kedalam permukaan merah, dan terakhir sebuah noda merah yang tersisa menghilang. Segera sesudahnya system message yang telah menutupi langit menghilang dengan tiba-tiba seperti saat itu muncul.
Suara dari angin yang bertiup di atas plaza dan BGM dari orkestra NPC terdengar perlahan di telinga kami.
Game telah kembali ke keadaan normal, kecuali beberapa peraturan yang baru saja diubah.
Lalu—akhirnya.
Kerumunan dari 10 ribu player tadi mulai memberikan reaksi yang wajar.
Dengan kata lain, ribuan suara mulai terdengar dengan keras di seluruh plaza.
“Itu bercanda kan…? Apa-apaan itu? Itu lelucon kan!?”
“Berhenti bercanda! Biarkan aku keluar! Biarkan aku keluar dari sini!”
“Tidak! Kau tidak bisa melakukan ini! Aku harus segera bertemu dengan seseorang sebentar lagi!”
“Aku tidak suka ini! Aku mau pulang! Aku mau pulang!!!!!!”
Pekikan. Tuntutan. Teriakan. Kutukan. Permohonan. Dan jeritan.
Orang-orang yang telah berubah dari game player menjadi tahanan dalam hitungan menit berlutut dan memegangi kepala mereka, melambaikan tangan mereka, memegang satu sama lain atau mulai menyumpahi dengan suara yang keras.
Di tengah-tengah semua suara ini, anehnya pikiranku menjadi jernih lagi.
Ini, adalah kenyataan.
Apa yang dinyatakan Kayaba Akihiko semuanya benar. Kalau begitu, ini sudah pasti terjadi. Itu akan aneh jika tidak. Kejeniusan adalah satu sisi dari Kayaba yang membuatnya terlihat menarik.
Sekarang aku tidak bisa kembali ke dunia nyata selama beberapa waktu—mungkin beberapa bulan atau bahkan lebih. Saat ini aku tidak bisa melihat maupun berbicara dengan ibu dan saudara perempuanku. Mungkin saja aku tidak akan punya kesempatan itu lagi. Jika aku mati disini—
Aku akan mati di dunia nyata.
Nerve Gear, yang pernah menjadi sebuah mesin game, sekarang menjadi kunci penjara ini dan alat eksekusi yang akan membakar otakku.
Aku bernapas perlahan menarik dan menghela, dan membuka mulutku.
“Klein, kesini sebentar.”
Aku memegang tangannya, yang terlihat lebih tua dariku di dunia nyata, dan keluar dari kerumunan yang berisik itu.
Kami bisa keluar dari sana dengan lumayan cepat, mungkin karena kami berada di dekat pojokan. kami memasuki salah satu jalan yang menuju keluar plaza dan aku bersembunyi di bayangan dibalik kereta kuda yang tidak bergerak.
“…Klein,” Aku memanggil namanya lagi.
Dia masih terlihat tidak percaya. Aku melanjutkan pembicaraan, berusaha keras agar kata-kataku terdengar serius.
“Dengarkan aku. Aku akan keluar dari kota ini dan menuju ke desa selanjutnya. Ikutlah bersamaku.”
Klein membuka matanya lebar-lebar dibawah bandana nya. Aku terus berbicara dengan suara yang pelan dan memaksa mulutku untuk mengeluarkan kata-kata.
“Jika apa yang dikatakannya benar, untuk bertahan hidup di dunia ini kita harus memperkuat diri kita. Kau tahu kalau kan kalau MMORPG adalah pertarungan untuk memperebutkan sumber daya diantara player. Hanya orang-orang yang bisa mendapat uang dan experience yang paling banyak lah yang bisa menjadi kuat. …orang-orang yang telah menyadari hal ini akan memburu semua monster disekitar «Kota Awal». Kau harus menunggu sangat lama hingga monsternya muncul lagi. Pergi ke desa sebelah sekarang akan lebih baik. Aku tahu jalannya dan semua daerah berbahayanya, jadi aku bisa pergi kesana, meski aku masih level satu.”
Mengingat yang sedang berbicara adalah aku, tumben sekali aku mengatakan kata sebanyak itu, tapi meski begitu dia tetap diam.
Lalu beberapa detik kemudian wajahnya berkerut.
“Tapi…tapi kau tahu. Seperti yang kubilang sebelumnya kalau aku mengantri begitu lama untuk membeli game ini bersama dengan teman-temanku. Mereka pasti sudah log in dan seharusnya mereka masih berada di plaza sekarang. Aku tidak bisa…pergi tanpa mereka.
“…”
Aku menghela napasku dan menggigit bibirku.
Aku bisa mengerti semuanya dengan jelas tentang apa yang ingin dikatakan oleh Klein melalui pandangan gugupnya.
Dia—orang yang ceria dan mudah akrab dengan orang lain, dan mungkin dia sangat memperhatikan teman-temannya. Dia pasti berharap kalau aku bisa membawa semua teman-temannya bersama kami.
Tapi aku tidak bisa mengangguk.
Jika hanya dengan Klein, aku bisa mencapai ke desa berikutnya sambil menjaga kami dari monster-monster yang agresif. Tapi jika ada dua orang lagi—tidak, jika ada satu orang lagi yang ikut—mungkin akan berbahaya.
Jika seseorang mati dalam perjalanan, mereka akan mati seperti yang dikatakan oleh Kayaba.
Tanggung jawabnya pasti akan tertuju padaku yang menyarankan untuk keluar dari «Kota Awal» yang aman dan gagal untuk menjaga teman-temanku.
Aku tidak bisa menanggung beban yang seberat itu. Itu mustahil.
Klein terlihat menyadari kekhawatiranku. Sebuah senyuman muncul di wajahnya yang sedikit berjanggut dan dia menggelengkan kepalanya.
“Tidak…Aku tidak bisa terus bergantung padamu. Aku adalah seorang guild master di game yang biasa kumainkan. Tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja dengan teknik yang kau ajarkan padaku hingga sekarang. Dan…masih ada kemungkinan kalau ini hanyalah sebuah lelucon dan kita akan bisa log off. Jadi jangan khawatirkan kami dan pergilah ke desa itu.”
“…”
Dengan mulutku yang tertutup, aku dibingungkan oleh ketidak-tegasan yang belum pernah kurasakan seumur hidupku.
Lalu aku mengatakan kata yang akan menggerogotiku selama dua tahun kedepan.
“…OK.”
Aku mengangguk , berjalan mundur, dan mengatakannya dengan tenggorokanku yang kering.
“Baiklah, ayo berpisah disini. Jika ada masalah kirimlah pesan padaku. …well, sampai jumpa, Klein.”
Klein memanggilku ketika aku mengalihkan pandanganku dan akan pergi.
“Kirito!”
“…”
Aku menengok tapi dia tidak mengatakan apapun, pipinya hanya bergerak sedikit.
Aku melambaikan tanganku sekali dan berbalik kearah barat laut—kearah desa yang akan kusinggahi.
Ketika aku baru berjalan lima langkah, sebuah suara memanggilku dari belakang lagi.
“Hey, Kirito! Kau terlihat tampan di dunia nyata! Aku agak suka dengan gayamu!”
Aku tersenyum pahit dan menyahut tanpa menengok.
“Wajahmu juga sepuluh kali lebih cocok untukmu!”
Lalu aku meninggalkan teman pertamaku di dunia ini dan berlari lurus tanpa ragu.
Setelah aku berlari melewati jalan yang berangin selama beberapa menit, Aku melihat kebelakang lagi. Tentu saja, tidak ada siapa-siapa disana.
Aku mengabaikan perasaan aneh di dadaku dan berlari.
Aku berlari menuju ke gerbang barat laut dari «Kota Awal» dan kemudian melewati padang yang luas dan hutan yang lebat, kemudian menuju sebuah desa yang terletak dibalik semua itu—menuju game survival tanpa akhir ini.
harusnya di tengah bab3
ada yang bisa bantu ga??
save dulu deh, ntar bacanya..
selamat menerjemahkan...
I love SAO
prtma kali dngr2 SAO sih dr fb fp meme gitu
kirain SAO it jdul game
trnyata jdul anime
minggu lalu iseng2 donlot dn nntn
trnyata feelnya dapet
ada seru,seneng,sedih,deelel deh
sedihnya pas cewek yg rmbut biru it mati #lupa namanya
emang SAO ada brp season sih @chibipmahu?
Di novelnya lanjut sampe buku 9 sih, kalau animenya sampe buku 2
mengingat novel nya ada 9 jilid, pasti ada season 2 nya
@luvtoteen @amauryvassili1 @dyta salam kenal ya...
klo menurut lu kirito itu cocoknya sama asuna chan atau suguha chan??