It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
nga kya the traveller @Tsunami
8) – Revisi
Posted by Ditya L
Martin meminang-minang ponselnya.
Membaca sms itu berulang-ulang. Sejak
masuk ke inbox-nya semalam. SMS itu
sama sekali belum dibalasnya. Bukannya
nggak mau, tapi martin sama sekali nggak
tahu harus balas apa. Isi kepalanya
langsung blank begitu membaca kata demi
kata SMS itu.
“tin, si nenek telepon tuh” tiba-tiba pundak
martin ditepuk david dari belakang. Martin
menekan line telepon. “ya?”
“martin, saya ada urusan ke jepang,
berangkat siang ini. Mungkin saya akan
lama di sana. Kontrak yang kemarin kita
bicarakan bisa kamu selesaikan dengan
wakil saya, nama nya rudi. Sudah saya
jelaskan semuanya, kamu tinggal bawa ke
sini kontraknya. Rudi akan langsung tanda
tangan supaya dananya bisa langsung
ditransfer” ujar Mrs. Shinaya panjang-lebar.
Mata martin bersinar-sinar senang. Yes!
Berarti dia nggak harus berurusan sama si
nenek tua itu. “baik Mrs. Shinaya, nanti saya
hubungi pak rudi. Hati-hati di perjalanan.”
Ujar martin sok perhatian. Sponsor kelas
kakap gitu…
“terima kasih. Ngomong-ngomong, maafkan
kelancangan saya selama ini.”
“Hah?”
“ya, saya memang suka sama kamu dan
sempat menginginkan kamu jadi suami
saya…”
Nah lho, kok minta maafnya kayak pesan
terakhir gini? Jangan-jangan si nenek
feeling mau mati lagi.
“saya akan menikah di Jepang” kata si
nenek sebelum martin sempat nekat
menghentikan si nenek pergi ke jepang
karena takut pesawatnya jatuh.
“Me-menikah?” BUSYET!
“ya… saya akan menikah dengan pria jepang
yang saya kenal lewat internet. Dia tidak
setampan kamu, tapi saya yakin dia bisa
melayani saya”
UEK!!! Gilingan juga nih bangkotan satu.
Kenal di internet langsung di ajak kawin!
“melayani” dia? Melayani apa, coba? IHHH!
– tapi, I’m free .
“selamat, Mrs. Shinaya. Semoga berbahagia.
Salam saya buat calon suami anda” kata
martin akhirnya. Satu masalah lewaaat…
“terima kasih, martin”
“sama-sama”
KLIK. “Serius?!” pekik david histeris
mendengar berita pernikahan si nenek tua.
“ya iya lah. Ngapain juga gue ngomong-
ngomong kalau bohong. Penting amat”
martin mengklik tombol print di
komputernya. Kalau bukan si nenek, berarti
nggak perlu dia yang ke sana.
“gila juga ya. Pria gigolo gitu kali ya? mau
aja gitu dikawinin nenek-nenek kenalan
lewat internet” cibir david. “jangan-jangan
cowok web cam ”
Martin angkat bahu. “tahu. Terserah deh
yaa. Yang penting gue bebaaassss…”
David nyengir. “iya sih. Selamat… selamat.
Dapet proyek gratisan. Biarpun lo gagal
dapet warisan”
“sialan lo!”
David ngakak puas. “padahal gue pengin
minta lo beliin gue apa kek, mobil kek…”
“basi lo, dav!”
David ngakak lagi.
“nih!” martin menyodorkan surat kontraknya
pada david. “lo ke kantor si nenek buyut itu
ntar sore, pas dia udah berangkat. Temuin
pak rudi. Bilang ini dari gue”
David menatap martin heran. “kok gue?”
“lo nggak ada kerjaan, kan? Lagian si nenek
udah nggak ada. Kan gue udah
mengorbankan diri, sekarang lo selesein
deh. Jadi gue bisa pulang cepat. Gue ada
urusan. Urgent! Ya…?”
Demi kelancaran pengucuran bonus dan
event ini, david mengangguk patuh. “ya
deh… ya deh…”
Martin menepuk bahu david. “gitu
doooong..”
Lama martin memandangi layar ponselnya
dengan bimbang. Padahal nyaris lima belas
menit dia duduk di belakang kemudi
mobilnya.
Martin,
Maafin ak nekat mulai smuanya…
Tp ini gak bs selesai bgt aja.
Ak tgg kmu bsk dr jam 3 sore di depan
pintu tmn menteng.
Ak tgg kmu sampe dtg. Krn ak yakin kmu
pasti dtg…
-deni-
Begitu SMS deni kemarin.
Sekarang jam setengah tujuh. Kalau deni
betul-betul menunggunya sampai datang,
berarti sudah tiga jam lebih cowok itu ada di
sana. Martin masih ragu untuk datang
menemui deni. Apa pun yang bakal mereka
omongi, rasanya martin sama sekali belum
siap. Tapi kalau deni betul-betul nekat
nunggu dia sampai datang?
#######
Ternyata deni betul-betul nekat! Dia betul-
betul menunggu martin sampai datang.
Martin menemukan sosok deni merokok
sambil duduk di bangku kayu tukang
gorengan. Punting rokok yang bertebaran di
bawah kakinya seolah memastikan deni ada
di sana sejak jam tiga sore tadi.
“aku tahu kamu pasti datang,” deni
menengadah menyambut kedatangan
martin. Wajahnya kelihatan kuyu. Ya iya
lah… selain bosen, pasti capek banget
duduk di sini menunggu berjam-jam.
“kau naik apa?” martin mencari-cari motor
atau mobil deni yang mungkin parkir di
sekitar situ.
“motor. Tuh ada si situ” deni menunjuk
motornya di salah satu sudut.
Martin mengangguk
Lalu hening.
“mau gorengan?” tanya deni basa-basi.
“nggak. Thanks. Tadi di kafe aku baru
ngopi” jawab martin canggung.
“kita ngobrol di sana?” ajak deni, menunjuk
motornya.
Martin mengerutkan alis. “kenapa nggak di
mobilku aja? Bosa di dalem, kan…” usul
martin
“jangan deh. Nanti di kira macem-macem.
Nggak mau di gerebek hansip, kan?” kata
deni garing. “mang, pinjem bangunya, ya?”
deni menunjuk bangku plastik punya tukang
gorengan itu. Dengan gaya sok asyik si
mang mengacungkan jempolnya.
Martin duduk di kursi plastik yang di taruh
deni di dekat motornya.
“aku tahu kamu pasti dateng…” ulang deni
lagi.
“ternyata kamu benar-benar ngotot, ya?
gimana kalau aku nggak dateng?” mata
tajam martin melirik deni. “apa kamu mau
nunggu sampe nginep di sini segala?”
Deni tertawa kecil. “kayaknya iya.”
“gila kamu”
Deni tertawa lagi. “tapi kenyataanya kamu
dateng, kan?”
“karena aku nggak mau bikin anak orang
jadi gelandangan,” katanya ngeles.
Hening lagi.
“martin…” panggil deni akhirnya.
“hmmm?”
“apa yang aku bilang sama kamu di garasi,
diparkiran kafe waktu itu, semuannya serius.
Aku nggak main-main”
Topic itu… finally …
Martin terlihat seperti gugup.
“kamu nggak nyangka aku main-main, kan?”
deni berusaha menatap langsung mata
martin.
“apa aku kelihatan nyangka kamu main-
main?” martin balok tanya.
Deni diam.
“aku Cuma kaget” kata martin pendek.
“apa kamu pikir aku nggak kaget?” kata-
kata deni kedengeran aneh. Kenapa dia
harus kaget? Kan dia yang ngomong.
“ so? ” kali ini martin yang mencari-cari mata
deni. “kamu mau ralat semuanya sekarang?”
tuduh martin.
Wajah deni mengeras kaget. “aku bilang aku
juga kaget. Tapi aku nggak bilang itu
kekeliruan, kan? Aku serius. Aku sama sekali
nggak mau ngeralat. Aku betul-betul suka
sama kamu… aku… aku jatih cinta sama
kamu, martin”
Rasanya seluruh persendian martin copot.
Badannya mati rasa. Otaknya berhenti
kerja… anak itu betul-betul gila.
“martin, aku…”
“kenapa?” potong martin.
Deni meremas-remas tangannya sendiri.
“bukannya aku pernah bilang, jangan tanya
kenapa… nggak harus ada alasan buat jatuh
cinta”
Martin menggeleng pelan. “kalau nggak ada
alasan, kamu bisa aja jatuh cinta lagi kapan
saja. Karena nggak perlu alasan. Terus, apa
istimewannya aku di banding dengan yang
lainnya? Aku perlu alasan, deni” tegas
martin.
Deni mendesah pelan. “alasannya karena…
kamu bikin jantungku nggak keruan, otakku
nggak bisa konsentrasi, badanku gemetaran
grogi setiap ketemu kamu. Aku nggak bisa
berhenti mikirin kamu, aku… aku… pengin
selalu sama-sama kamu” ujar deni
sungguh-sungguh. “ please, martin, aku
nggak bohong, aku belum pernah ngerasa
begitu cocok sama seseorang sampe aku
bertemu kamu. Kamu yang supel. Kamu
yang dewasa sekaligus asyik, kamu yang
selalu bikin aku nyaman di dekat kamu”
Martin diam. Andai dia bisa, dia juga mau
bilang hal yang sama ke deni. Semua itu
juga martin rasain. Dan itulah yang
berusaha disangkal dan diingkarinya…
“apa alasanku bisa di terima?” tanya deni
Martin membuang napas berat. “sejak
kapan?”
“sejak aku nganter kamu pulang dari
Gading. Sejak… sejak aku pura-pura jadi
pacar kamu, sejak… pertemuan kita”
Martin diam lagi.
Deni menatap martin dalam. “apa jawaban
kamu, tin?”
Martin nggak yakin. Dia nggak mungkin
akhir-akhir dia selalu mikirin deni,
bagaimana dia selalu deg-degkan kalau
bertemu deni, betapa pikirannya akan hilang
dan terus melamun kalau ingat deni. Malah
dia sampai sindrom melamun yang sukses
bikin celaka dan malu gara-gara deni.
“sazi… sazi gimana? Kamu tau kan sazi
suka sama kamu? Kamu tau kan dia selalu
berusaha narik perhatian kamu?”
Gentian deni yang diam.
Beri peringkat:
colek @aldino_13
harus.
@idans_true thx buat cerita ini thx a lot bgt :') ini hal terbaik di ujung minggu ini!!!