BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Cinta Yang Tidak Semestinya [RECYCLE] by Ditya_L

12346»

Comments

  • Wahh bener2 nanya ma story hunter @octavfelix‌ pasti tau die .... :D
  • da aku mah apa atuh.. -_-"
    nga kya the traveller @Tsunami
  • edited September 2014
    CINTA YANG TIDAK SEMESTINYA (PART
    8) – Revisi
    Posted by Ditya L

    Martin meminang-minang ponselnya.
    Membaca sms itu berulang-ulang. Sejak
    masuk ke inbox-nya semalam. SMS itu
    sama sekali belum dibalasnya. Bukannya
    nggak mau, tapi martin sama sekali nggak
    tahu harus balas apa. Isi kepalanya
    langsung blank begitu membaca kata demi
    kata SMS itu.
    “tin, si nenek telepon tuh” tiba-tiba pundak
    martin ditepuk david dari belakang. Martin
    menekan line telepon. “ya?”
    “martin, saya ada urusan ke jepang,
    berangkat siang ini. Mungkin saya akan
    lama di sana. Kontrak yang kemarin kita
    bicarakan bisa kamu selesaikan dengan
    wakil saya, nama nya rudi. Sudah saya
    jelaskan semuanya, kamu tinggal bawa ke
    sini kontraknya. Rudi akan langsung tanda
    tangan supaya dananya bisa langsung
    ditransfer” ujar Mrs. Shinaya panjang-lebar.
    Mata martin bersinar-sinar senang. Yes!
    Berarti dia nggak harus berurusan sama si
    nenek tua itu. “baik Mrs. Shinaya, nanti saya
    hubungi pak rudi. Hati-hati di perjalanan.”
    Ujar martin sok perhatian. Sponsor kelas
    kakap gitu…
    “terima kasih. Ngomong-ngomong, maafkan
    kelancangan saya selama ini.”
    “Hah?”
    “ya, saya memang suka sama kamu dan
    sempat menginginkan kamu jadi suami
    saya…”
    Nah lho, kok minta maafnya kayak pesan
    terakhir gini? Jangan-jangan si nenek
    feeling mau mati lagi.
    “saya akan menikah di Jepang” kata si
    nenek sebelum martin sempat nekat
    menghentikan si nenek pergi ke jepang
    karena takut pesawatnya jatuh.
    “Me-menikah?” BUSYET!
    “ya… saya akan menikah dengan pria jepang
    yang saya kenal lewat internet. Dia tidak
    setampan kamu, tapi saya yakin dia bisa
    melayani saya”
    UEK!!! Gilingan juga nih bangkotan satu.
    Kenal di internet langsung di ajak kawin!
    “melayani” dia? Melayani apa, coba? IHHH!
    – tapi, I’m free .
    “selamat, Mrs. Shinaya. Semoga berbahagia.
    Salam saya buat calon suami anda” kata
    martin akhirnya. Satu masalah lewaaat…
    “terima kasih, martin”
    “sama-sama”
    KLIK. “Serius?!” pekik david histeris
    mendengar berita pernikahan si nenek tua.
    “ya iya lah. Ngapain juga gue ngomong-
    ngomong kalau bohong. Penting amat”
    martin mengklik tombol print di
    komputernya. Kalau bukan si nenek, berarti
    nggak perlu dia yang ke sana.
    “gila juga ya. Pria gigolo gitu kali ya? mau
    aja gitu dikawinin nenek-nenek kenalan
    lewat internet” cibir david. “jangan-jangan
    cowok web cam ”
    Martin angkat bahu. “tahu. Terserah deh
    yaa. Yang penting gue bebaaassss…”
    David nyengir. “iya sih. Selamat… selamat.
    Dapet proyek gratisan. Biarpun lo gagal
    dapet warisan”
    “sialan lo!”
    David ngakak puas. “padahal gue pengin
    minta lo beliin gue apa kek, mobil kek…”
    “basi lo, dav!”
    David ngakak lagi.
    “nih!” martin menyodorkan surat kontraknya
    pada david. “lo ke kantor si nenek buyut itu
    ntar sore, pas dia udah berangkat. Temuin
    pak rudi. Bilang ini dari gue”
    David menatap martin heran. “kok gue?”
    “lo nggak ada kerjaan, kan? Lagian si nenek
    udah nggak ada. Kan gue udah
    mengorbankan diri, sekarang lo selesein
    deh. Jadi gue bisa pulang cepat. Gue ada
    urusan. Urgent! Ya…?”
    Demi kelancaran pengucuran bonus dan
    event ini, david mengangguk patuh. “ya
    deh… ya deh…”
    Martin menepuk bahu david. “gitu
    doooong..”
    Lama martin memandangi layar ponselnya
    dengan bimbang. Padahal nyaris lima belas
    menit dia duduk di belakang kemudi
    mobilnya.
    Martin,
    Maafin ak nekat mulai smuanya…
    Tp ini gak bs selesai bgt aja.
    Ak tgg kmu bsk dr jam 3 sore di depan
    pintu tmn menteng.
    Ak tgg kmu sampe dtg. Krn ak yakin kmu
    pasti dtg…
    -deni-
    Begitu SMS deni kemarin.
    Sekarang jam setengah tujuh. Kalau deni
    betul-betul menunggunya sampai datang,
    berarti sudah tiga jam lebih cowok itu ada di
    sana. Martin masih ragu untuk datang
    menemui deni. Apa pun yang bakal mereka
    omongi, rasanya martin sama sekali belum
    siap. Tapi kalau deni betul-betul nekat
    nunggu dia sampai datang?
    #######
    Ternyata deni betul-betul nekat! Dia betul-
    betul menunggu martin sampai datang.
    Martin menemukan sosok deni merokok
    sambil duduk di bangku kayu tukang
    gorengan. Punting rokok yang bertebaran di
    bawah kakinya seolah memastikan deni ada
    di sana sejak jam tiga sore tadi.
    “aku tahu kamu pasti datang,” deni
    menengadah menyambut kedatangan
    martin. Wajahnya kelihatan kuyu. Ya iya
    lah… selain bosen, pasti capek banget
    duduk di sini menunggu berjam-jam.
    “kau naik apa?” martin mencari-cari motor
    atau mobil deni yang mungkin parkir di
    sekitar situ.
    “motor. Tuh ada si situ” deni menunjuk
    motornya di salah satu sudut.
    Martin mengangguk
    Lalu hening.
    “mau gorengan?” tanya deni basa-basi.
    “nggak. Thanks. Tadi di kafe aku baru
    ngopi” jawab martin canggung.
    “kita ngobrol di sana?” ajak deni, menunjuk
    motornya.
    Martin mengerutkan alis. “kenapa nggak di
    mobilku aja? Bosa di dalem, kan…” usul
    martin
    “jangan deh. Nanti di kira macem-macem.
    Nggak mau di gerebek hansip, kan?” kata
    deni garing. “mang, pinjem bangunya, ya?”
    deni menunjuk bangku plastik punya tukang
    gorengan itu. Dengan gaya sok asyik si
    mang mengacungkan jempolnya.
    Martin duduk di kursi plastik yang di taruh
    deni di dekat motornya.
    “aku tahu kamu pasti dateng…” ulang deni
    lagi.
    “ternyata kamu benar-benar ngotot, ya?
    gimana kalau aku nggak dateng?” mata
    tajam martin melirik deni. “apa kamu mau
    nunggu sampe nginep di sini segala?”
    Deni tertawa kecil. “kayaknya iya.”
    “gila kamu”
    Deni tertawa lagi. “tapi kenyataanya kamu
    dateng, kan?”
    “karena aku nggak mau bikin anak orang
    jadi gelandangan,” katanya ngeles.
    Hening lagi.
    “martin…” panggil deni akhirnya.
    “hmmm?”
    “apa yang aku bilang sama kamu di garasi,
    diparkiran kafe waktu itu, semuannya serius.
    Aku nggak main-main”
    Topic itu… finally …
    Martin terlihat seperti gugup.
    “kamu nggak nyangka aku main-main, kan?”
    deni berusaha menatap langsung mata
    martin.
    “apa aku kelihatan nyangka kamu main-
    main?” martin balok tanya.
    Deni diam.
    “aku Cuma kaget” kata martin pendek.
    “apa kamu pikir aku nggak kaget?” kata-
    kata deni kedengeran aneh. Kenapa dia
    harus kaget? Kan dia yang ngomong.
    “ so? ” kali ini martin yang mencari-cari mata
    deni. “kamu mau ralat semuanya sekarang?”
    tuduh martin.
    Wajah deni mengeras kaget. “aku bilang aku
    juga kaget. Tapi aku nggak bilang itu
    kekeliruan, kan? Aku serius. Aku sama sekali
    nggak mau ngeralat. Aku betul-betul suka
    sama kamu… aku… aku jatih cinta sama
    kamu, martin”
    Rasanya seluruh persendian martin copot.
    Badannya mati rasa. Otaknya berhenti
    kerja… anak itu betul-betul gila.
    “martin, aku…”
    “kenapa?” potong martin.
    Deni meremas-remas tangannya sendiri.
    “bukannya aku pernah bilang, jangan tanya
    kenapa… nggak harus ada alasan buat jatuh
    cinta”
    Martin menggeleng pelan. “kalau nggak ada
    alasan, kamu bisa aja jatuh cinta lagi kapan
    saja. Karena nggak perlu alasan. Terus, apa
    istimewannya aku di banding dengan yang
    lainnya? Aku perlu alasan, deni” tegas
    martin.
    Deni mendesah pelan. “alasannya karena…
    kamu bikin jantungku nggak keruan, otakku
    nggak bisa konsentrasi, badanku gemetaran
    grogi setiap ketemu kamu. Aku nggak bisa
    berhenti mikirin kamu, aku… aku… pengin
    selalu sama-sama kamu” ujar deni
    sungguh-sungguh. “ please, martin, aku
    nggak bohong, aku belum pernah ngerasa
    begitu cocok sama seseorang sampe aku
    bertemu kamu. Kamu yang supel. Kamu
    yang dewasa sekaligus asyik, kamu yang
    selalu bikin aku nyaman di dekat kamu”
    Martin diam. Andai dia bisa, dia juga mau
    bilang hal yang sama ke deni. Semua itu
    juga martin rasain. Dan itulah yang
    berusaha disangkal dan diingkarinya…
    “apa alasanku bisa di terima?” tanya deni
    Martin membuang napas berat. “sejak
    kapan?”
    “sejak aku nganter kamu pulang dari
    Gading. Sejak… sejak aku pura-pura jadi
    pacar kamu, sejak… pertemuan kita”
    Martin diam lagi.
    Deni menatap martin dalam. “apa jawaban
    kamu, tin?”
    Martin nggak yakin. Dia nggak mungkin
    akhir-akhir dia selalu mikirin deni,
    bagaimana dia selalu deg-degkan kalau
    bertemu deni, betapa pikirannya akan hilang
    dan terus melamun kalau ingat deni. Malah
    dia sampai sindrom melamun yang sukses
    bikin celaka dan malu gara-gara deni.
    “sazi… sazi gimana? Kamu tau kan sazi
    suka sama kamu? Kamu tau kan dia selalu
    berusaha narik perhatian kamu?”
    Gentian deni yang diam.
    Beri peringkat:
  • Nah gt donk ... thanks for upload :D
  • Finally :3 ohiya bakal berubah juga gag endingnya??
  • Tuh part 8 ku copas dri blog tommy, sisanya cari sendiri yah disono msih lengkap ko. Tar klo gw apload smua tkut mrah penulisnya, hehe...

    colek @aldino_13
  • Hehe iya thx ka @idans_true ini udah part 11 kok :p
  • Kita pisah bukan karena kita mau, tapi karena kita
    harus.

    @idans_true thx buat cerita ini thx a lot bgt :') ini hal terbaik di ujung minggu ini!!!
Sign In or Register to comment.