BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

27

edited September 2012 in BoyzStories
Aku tidak percaya akan menulis kisah ini.





Aku panggul tas ransel berisi 4 pasang pakaian, Selain keempat pasang baju itu ku lengkapi juga alat mandi yang kumasukan kedalam tas plastik kecil bertuliskan playboy warnanya hitam supaya terkesan macho, tidak lupa handuk. Ada beberapa buku juga yang kusisipkan di belakang kantung tasku, alat tulis dan yang paling berat sebuah laptop, ini benar-benar menyiksa bahuku. Keringat mengucur deras membasahi kaos putih yang kukenakan. Mataku tidak lepas-lepasnya memperhatikan jalanan di kanan dan kiri bus yang penuh sesak penumpang, angin yang masuk dari jendela yang dibuka lebar-lebar tidak mampu menyejukan ruangan bus ini, tapi sebanding dengan tarifnya yang hanya 4000 rupiah untuk jarak tempuh yang lumayan jauh. Aku berdiri dengan menggendong tas ranselku di depan badanku. Bahuku terasa mulai mati rasa. Perjalanan selama 45 menit yang biasanya sebentar menjadi terasa lama dengan beban tas ransel ini.

Aku mendarat dengan kaki kiriku, seperti pesan sang kondektur saat menuruni bus.
"KAKI KIRI DULU! KAKI KIRI DULU!"

"Terimakasih pak kondektur." Ujarku dalam hati. "Pesanmu sungguh membantu."

Aku lihat BB ku, membaca ulang petunjuk jalan yang ditulis di dalam BBM, percakapanku dengan Amlo.

Sebelum sempat ku lihat BBM dari Amlo 2 hari yang lalu, ada telepon masuk.

Nama "Sayang" disana.

" Maaf ya sayang." Batinku, aku abaikan lalu mencari BBM yang ku maksud.


Aku memberhentikan angkot sesuai petunjuk Amlo lewat BBM dan menyebutkan tujuanku. Supirnya menggangguk, isyarat bahwa aku menaiki angkot yang tepat. Aku masuk lalu menyandarkan tubuhku di kursi penumpang. Aku tersenyum lebar karena sebentar lagi sampai tujuan. Aku kantungi BB ku dan kembali menyabaikan panggilan masuk, hanya bergetar saja, karena kupikir perjalanan ini sangat berisik tidak mendukung untuk menerima telepon. Angkotnya kali ini tidak penuh, karena sepertinya arah tujuanku bukan daerah perkantoran seperti bus tadi.


Sesampainya di tujuan, aku memperkenalkan diri pada orang yang disana. Seorang wanita lebih muda dariku memakai setelan putih-putih dengan jilbab menutupi kepalanya.

"Silahkan duduk dulu saya panggilkan dulu orangnya."

Dia meninggalkanku kemudian kembali bersama Amlo.

"Nyasar gak lu?" Sapa Amlo sambil menjabat tanganku.

"Enggak. Lumayan juga ya jauhnya, berasa...." Aku tidak menyelesaikan kalimatku, melirik wanita tadi yang sedang sibuk menulis, "... Berasa ke ujung dunia." Lanjutku dalam bisikkan pada Amlo, takut menyinggung wanita tadi.


"Hahahaha" tawa Amlo pecah sambil menepuk pundakku kencang.

"Aduh!" Protesku sambil mengelus-elus pundakku.

"Oh ya udah kenalan belum?" Tunjuk Amlo sama wanita tadi. Wanita tadi senyum saja.

"Udah tadi, bahkan udah sempet ngopi-ngopi ya mbak di Jco."

"Hahahaha, bisa aja lu." Pukul Amlo sambil melayangkan pukulan ke pundakku, kali ini aku berhasil menghindar.


"Kamarnya dimana? Berat nih bawaan." Protesku.

Amlo mengantarku ke kamar dan tanpa dipersilakan, aku merebahkan tas dan tubuhku diranjang.

"Cape coy!"

" Lu udah sampe sini, gue balik ya."

"Jiah? Kok cepet banget. gak kangen ama gue nih?"

"Basi lu!" Amlo menjitak kepalaku.

" Lu jangan nakal ya?" Katanya lagi sambil menggendong ransel yang dibawanya sedangkan tangan kanannya membawa helm.

"Gak ada nasihat yang lebih dewasa ya? Kerja yang baik atau Kalo ada kesulitan bilang gue. Apa kek! Jangan nakal? Nasihat apa tuh." Protesku lagi.

" Ah! Protes mulu!"

Amlo melangkah meninggalkanku, aku bangkit dan mengikutinya.

" Abis ini kemana?" Tanyaku.

" Ngejar gawean lagi nih."

" Banyak uang ya lu sekarang." Ledekku.

" Hahaha, lu kaya gak tau aja bayaran kita berapa."

Amlo mengobrol sebentar dengan wanita tadi lalu menerima amplop. Pamitan padaku lalu mengendarai motornya lalu menghilang dari pandangan.

"Saya ganti baju dulu ya." Kataku pada Sari, wanita tadi. Sari hanya mengagukkan kepalanya.


Aku periksa BB ku di saku celana. Miss call sebanyak 5 kali dari Sayang. Sudah jam 9 kulihat jam di BBku, dia pasti sudah ada di kantor. Aku tersenyum lalu mengetik sms.

"Sayang, maaf ya. Aku tadi di bus jadi gak bisa kuangkat. Pulang jam berapa, nanti aku telepon."

(Send)


"Hi"

Pesan singkat ini sudah beberapa kali kukirim ke profil ini. Dia tidak pernah menanggapinya.

Aku perhatikan wallnya, dia cukub aktif mengirim wall, menanggapi orang-orang yang mengomentari fotonya di facebook.

Laki-laki, umur 20 tahun yang masih kuliah, badannya bagus, perutnya six pack dan lengannya terbentuk sempurna.

" Hem... Dia sepertinya tidak tertarik padaku." Batinku.

Aku tutup facebookku dan mulai membaca buku yang sedangku baca. Amlo dan Rani membaca buku saku yang sama denganku. Kami saling diam bersama belasan anak lainnya di ruangan itu.

TOK TOK TOK TOK TOK

Ketukan di pintu membuatku terbangun dari tidur.

Astaga?!

Ternyata aku tertidur setelah mengganti baju.


Sari yang mengetuk, wajahnya sedikit tegang. Aku segera masuk ke ruangan sebelah kamarku setelah Sari.

Seorang perempuan menangis tersedu-sedu mengatakan dirinya sesak nafas. Dadanya terasa sakit. Dia gelisah dan tidak bisa ditenangkan. Usianya aku taksir kurang lebih 20an tahun.


Aku menannyakan beberapa pertanyaan pada kedua orang yang mengantarnya. Kedua orang tuanya tampak sama paniknya. Mereka seperti keberatan dengan pertanyaan-pertanyaanku.

Aku menarik napas dalam mencoba sabar. Aku kemudian menanyakan pada perempuan yang kesakitan apa yang dirasakannya. Dia pun seperti enggan menjawab.

"Sakit.... Sesak.....!!!!!" Nyaris berteriak diantara isak tangisnya.

Aku menekan perutnya bagian atasnya dan dia semakin menjerit.

"Sakit!!!!!" Sentaknya, sambil menepis tanganku.

"Sakit ya?" Tanyaku dingin. Pertanyaan bodoh sebenarnya.


" Sari, Ranitidin intravena." Perintahku.

Sari segera mengambil spuid 3cc dan membuka 1 ampul ranitidin menghisap isinya kedalam spuid. Lalu menyuntikannya di tangan kanan pasien. 10 menit setelah Sari menyuntikan obat, perempuan tadi mulai tenang. Sikab kedua orang yang mengantarnya mulai sama tenangnya.



" Mas siapa ya?" Tanya kedua orang yang membawa perempuan tadi yang sampai sekarang belum kutahu namanya karena ketiga orang ini menolak menjawab pertanyaanku.

Wait!? Itu pertanyaan untukku?

"Hah? Saya Elmo." Jawabku.

Wajah mereka tetap bingung.

" Saya dokter Elmo." sambil tersenyum.

Wajah mereka mulai cerah.

" Mas teh dokter... Muda pisan... Kasep lagi." Kata si ibu sambil bergantian melihat anak perempuannya dan aku.

Aku tersenyum lebih lebar mendengar kata 'kasep' dari kedua orang itu.

Beberapa menit kemudian, Aku menjelaskan penyakit apa yang di alami pasien dan memberikan resep pulang.

(Kasep: ganteng, cakep. Pisan: sekali. Keduanya bahasa daerah sunda.red)
( Ranitidin: obat maag.red)

Tidak terasa sudah jam 6 sore. Pasien sudah tidak ada. Aku masuk ke kamar dan memeriksa BBku lagi. 3 miss call dari Sayang. Aku meneleponnya segera, merasa bersalah.


Tok Tok Tok

Aku membatalkan untuk menelepon.

"Maaf dok, pasien."



aku pulang dengan seragam UGDku. Menguap beberapa kali sepanjang perjalanan kaki menuju kost. Aku membuka facebook.

Di Feeds terpajang foto-foto laki-laki tadi yang mendapat komentar dari teman, temannya. Ada perasaan kesal juga. Dalam keadaan putus asa kutulis di inboxnya.


" Buat lu, gue mungkin hanya 1 dari ribuan teman fb lu yang tidak kau sadari keberadaannya, gue berharap dengan pesan ini membuat lu sadar ada gue diantara seribu lebih teman fb lu. Gue mau kenal elu lebih jauh, kita gak tau hubungan kita akan kemana. Cuma, kasih gue kesempatan."

(Send)


Ini pertama kalinya aku mengirim pesan panjang pada laki-laki ini. Selama lebih dari sebulan foto-fotonya selalu masuk "Feeds" ku sehingga aku selalu memperhatikan apa saja aktifitasnya di Facebook. Aku tutup kembali Facebookku. Aku tau pesan inipun tidak akan mendapatkan balasan.

Menyebalkan!


Sesampainya di kostanku saat menimbang-nimbang untuk mandi atau makan dulu aku tertidur sampai. Sampai Adren mengetuk pintu kostku.


"astaga!?" Semprotnya saat aku membukakan pintu. " Lu udah tidur, gak ganti baju lagi."

"Mau apa? Makan?"

"Yoa bro. Lapar!"

"Gue mandi dulu."

Aku meluyur meninggalkan Adren di dalam kamar sambil membawa handuk dan perlengkatan mandiku. Dia protes dan membujukku untuk makan dulu tapi aku mengabaikannya.



"Rame banget ya Sar, emang serame ini ya biasanya." Ujarku pada sari setelah pasien terakhir meninggalkan pintu klinik.

"Iya dok, memang rame. Soalnya daerah kampung, jauh dari Rumah Sakit dan Klinik lain masih jauh-jauh." Jelasnya.

Aku mengobrol ringan saja dengan Sari.

"Astaga!? Jamnya mati ya?"

"Kenapa dok?" Tanya balik Sari.

"Kok udah jam 11?"

Aku mengecek jam tanganku. Sama.

"Astaga? Ini bener jam 11 malem?" Tanyaku.

"Iya dok."


"Saya belum mandi. Mandi dulu ya."Kataku pada Sari, Alasanku sebenarnya yang ku maksud mau segera menelepon Daniel.

Teleponku sudah tidak diangkat. Jam segini biasanya memang Daniel sudah tidur. Hidupnya luar biasa teratur. Jarang sekali tidur larut. Tidak sepertiku.

Aku cek sms dan BBM yang masuk.


"Aku tidur duluan ya."
Ini isi Sms Daniel yang ku save dengan kata sayang.

Aku hanya bisa membalas dengan sms:
Maaf ya sayang.


Aku pun segera mandi dan mengganti baju lalu tidur di kamar jaga dokter. Aku sempat tidur 3 jam sebelum ada pasien asma yang mengalami sesak nafas. Pasien pulang 1 jam kemudian dan tanpa pikir panjang lagi aku tidur hingga jam 9 pagi. Kesiangan lagi untuk menelepon daniel.

Ada 2 miss call lagi dari Daniel, jam 9 begini dia bisanya sudah dikantor dan tidak bisa diganggu.

"Maaf ya. Ketiduran." Sms ku

"Udah biasa." Balasnya

Aku sungguh tidak enak hati.

"Jangan marah ya."

"Enggak marah kok." Balasnya lagi.


Setelah makan dengan Adren, aku sempatkan membuka fb.

Ada 1 pesan masuk.

Aku segera membukanya.

Nama Daniel ada disana.

"Hai juga"

Aku segera membalasnya dan kami mulai berbalas-balas inbox. Sampai akhirnya aku mendapatkan nomer hapenya.


Yesss!!!!! Sorakku dalam hati.


"Napa lu?" Tendang Adren di betisku.
"Senyum-senyum sendiri."

Aku tidak menjawab.

Aku save nomernya: Daniel.
«13456

Comments

  • Kata Sayang

    " Gak sopan tau pake 'gue elu' tuh." Protes Daniel.

    " Yang sopan apa?" Tanyaku

    " Aku dan kamu."

    " Itu terdengar seperti pacaran."

    " Itu terdengar lebih sopan." Tegas Daniel.

    " Iya aku minta maaf."

    " Nah kan terdengar lebih enak."

    Daniel terdiam sesaat.

    " Kenapa diam?"

    " Gpp."

    Tak terasa kita mengobrol sudah 1 jam. Sekarang sudah jam 11 malam. Dia pamit untuk tidur karena besok harus bangun pagi. Aku pun begitu. Aku pun tertidur.

    Kami hampir tiap malam, tiap jam 10 malam aku menelefonnya, biasanya sampai satu jam kadang lebih. Kegiatan ini sebulan lamanya kami jalani. Seru juga ternyata melakukan PDKT seperti ini. Walaupun jadi agak lelah juga karena agak mengantuk pada keesokan harinya. Tapi ini sepadan.

    Aku mengganti kata ganti orang pertama dan keduaku dengan 'aku kamu' sesuai permintaan Daniel. Agak ganjil rasanya pada awalnya, biasanya 'gue elu' sekarang menjadi 'aku kamu.'
    Pergantian kata ganti orang ini memang membuat kami berdua tampak lebih mesra. Aku yang terbiasa kaku dan keras kepala menjadi sedikit lunak dan lembut, perubahan ini memang tidak mudah, tapi tidak ada salahnya berubah untuk hal yang lebih baik.

    Keesokannya hal yang pertama kulakukan adalah mengecek sms masuk di hp ku. Kegiatan ini sudah jadi kebiasaan setiap kali aku bangun selama sebulan ini sejak aku mendapatkan nomer hape Daniel.

    "Boleh aku panggil kamu sayang mas." Isi sms Daniel.

    Aku membaca sms itu. Tidak ku membalas. Hingga aku lupa membalasnya seharian karena kesibukanku sebagai koass.


    "Sms ku tadi pagi gak dibalas?"

    Sms masuk yang kubaca menjelang sore, saat aku mendapat tugas jaga malam.

    Sayang...
    Aku tidak pernah menggunakan kata ini pada siapapun selain keluargaku. Bahkan tidak untuk sahabat-sahabatku.

    Oh ya satu pengecualian lagi, pada kucing-kucing di dekat kost ku saat aku membelai mereka sebelum berangkat atau pulang dari RS.
    (۳ ˘̶ِ̀ ˘̶́)۳

    Tapi pada mengucapkannya pada 'seseorang' tidak pernah. Belum ada. Aku jadi bingung. Secepat itukah rasa sayang tumbuh. Aku akui dia yang aku pikirkan pertama kali saat aku bangun tidur, menanti sms-smsnya menjadikan hari-hariku berwarna, tapi kata sayang? sudahkah waktunya.

    Aku kembali memilih untuk tidak membalas sms itu.

    Sayangnya itu sebuah keputusan buruk. Kami jadi betengkar. Sebulan lamanya dia tidak membalas sms ataupun mengangkat teleponku.

    Bagiku kata sayang dan cinta merupakan kata yang sangat kuat. Tidak bisa sembarangan mengucapkannya. Harus pikir panjang sebelum mengucapkannya, apakah sudah sekuat itukah perasaanku pada Daniel.

    Atau sekali lagi aku terlalu kaku, terlalu konservatif. Terlalu berhati-hati mengekspresikan ketertarikanku pada seseorang. Aku terlalu menutup dirikah?


    Tanpa aku sadari disetiap waktu luangku aku selalu memeriksa hapeku, bergegas memeriksa inbox saat ada sms masuk. Hanya kesibukanku sebagai koass yang membuat pikiranku tidak karuan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang daniel.

    Sedang apa dia sekarang? Sudah makan kah dia? Maagnya kambuh gak ya? Atau lebih parah ada laki-laki lain yang telah menjerat hatinya.

    " Dek, dorong yang bener berangkarnya." Tegur dokter Bella saat memergoki bengong. Matanya menatapku tajam. Aku menunduk menghindari tatapannya.
    "Maaf dok."


    Aku minta maaf, kadang aku terlalu takut mengakui perasaan ku sendiri, aku minta maaf ya, sayang.

    Itu sms yang aku ketik dengan berkali-kali editan terutama di bagiankata terakhir.

    Aku masih menimbang-nimbang untuk mengirimnya atau tidak. Akhirnya aku tekatkan juga untuk mengirimnya.

    Beberapa menit tidak ada balasan.

    Aku kecewa sekali, mungkin dia sudah tidur. Aku meninggalkan kamar untuk ke kamar mandi. Aku cuci mukaku dengan sabun pembersih muka lalu bergosok gigiku. Bersiap tidur.

    Saat mematikan lampu ku periksa hp dulu. Ada sebuah sms masuk.

    Nah gitu dong sayang. Daniel.

    Aku tersenyum dan meneleponnya.

    "Hallo. Sayang lagi apa?" Tanyaku saat telepon diangkat.
  • eh cerita @elmo nongol lagi.
  • @adinu iya nih hehehe
  • Masih bingung. Ayo lanjut...

    Iya ya, masih diedit. Maklum di upload pake hape.
  • ini lanjutn'a littmann meets hugo y kak? Atau ni crita lain tp mempunyai nama pmeran utama yg sma?
    Uhm kak sy mo tny dktr sma koass itu sma y? Soal'a sy liat d bag awal elmo ngenalin dri sbg dkter trs pas bag akhir si elmo itu koass.. Atau d bag akhir itu adlh flashback'a? Hehe sori crewet abis pnasaran xD
  • Vee_Uchiha wrote: »
    ini lanjutn'a littmann meets hugo y kak? Atau ni crita lain tp mempunyai nama pmeran utama yg sma?
    Uhm kak sy mo tny dktr sma koass itu sma y? Soal'a sy liat d bag awal elmo ngenalin dri sbg dkter trs pas bag akhir si elmo itu koass.. Atau d bag akhir itu adlh flashback'a? Hehe sori crewet abis pnasaran xD

    Plotnya dibikin maju mundur. Jadi bingung ya? Maaf berikutnya nanti gue perbaiki.

    Ini kisah yang berbeda sebenernya. Bener2 beda. Latar belakang sih persis, lagi pengen curhat aja.
  • wew sy blh req g kak? Kl bs bhs kedokteran'a d bnykn y kak.. Kaya d littmann meets hugo.. crita itu ngebuat sy terpana sma pengetahuan2 kedokteran'a :D
    Trs ni skdr saran kak.. Kl bsa alur flashback'a d ksh tanda dgn tulisan kata 'flashback-nya' atau alur flashback'a d bedain warna tulisan'a.. Kl d pisahin sma garis aja takut'a ada reader yg bingung sma alur'a :)
    And the last.. Ttp smangat buat nulis'a y kak...
  • Vee_Uchiha wrote: »
    wew sy blh req g kak? Kl bs bhs kedokteran'a d bnykn y kak.. Kaya d littmann meets hugo.. crita itu ngebuat sy terpana sma pengetahuan2 kedokteran'a :D
    Trs ni skdr saran kak.. Kl bsa alur flashback'a d ksh tanda dgn tulisan kata 'flashback-nya' atau alur flashback'a d bedain warna tulisan'a.. Kl d pisahin sma garis aja takut'a ada reader yg bingung sma alur'a :)
    And the last.. Ttp smangat buat nulis'a y kak...

    Oh ya, dulu pas cerita pertama malah banyak yang agak protes karena keterangannya soal kedokterannya banyak banget, terlalu mendominasi cerita. Gue sedikit tambah. Kisah yang ini gak akan terlalu panjang kok.

    Thx masukannya soal dikasih tanda itu buat flashbacknya.

  • ini kok lapaknya dobel ya? terus yg diikutin yg mana nih mas berooo.....?? hehe
  • yuzz wrote: »
    ini kok lapaknya dobel ya? terus yg diikutin yg mana nih mas berooo.....?? hehe

    Ups! Sorry double post. Maaf
  • Interesting! Moga enak dibaca kyk The Doctor-ny Erich Segal :)

    Kl boleh ksh sedikit saran aja, tiap adeganny dibuat lebih panjang. Yg ini terkesan terburu2 dan terlalu pendek :)

    Lanjutkanlah!:)
  • Aku belum pernah menjalin hubungan asmara dengan siapapun. Ini pertama kalinya. Sering terasa menggelikan merayu Daniel saat dia marah, menggodanya dengan dirty talk saat aku tau dia sibuk dengan pekerjaannya.

    Mengganti kata ganti orang kedua dengan kata sayang saja sudah sangat aneh. Aku merasa geli awalnya. Kikuk dan terasa benar-benar ganjil. Tetapi semakin lama aku semakin terbiasa. Semakin menikmatinya, berinteraksi dengan Daniel dengan semua hal baru yang kupikir dilakukan semua pasangan gay lainnya. Yap. Kami sudah jadian.


    "Aku kirim permintaan in relationship with ya." Sms ku pada Daniel.

    Hihihi akhirnya aku mengalami juga apa yang dirasakan pasangan lainnya di facebook. Bagaimana mereka memamerkan kemesraan mereka di facebook. Aku semakin rajin membuka facebookku, untuk tau apa yang Daniel lakukan, memeriksa siapa saja yang memberi komentar di foto-fotonya, dan hal-hal memata-matai. Aku melakukannya bukan karena aku tidak percaya padanya tetapi karena rasa keinginan untuk terus berinteraksi dengannya, sekalipun dalam dunia maya.

    Daniel tidak langsung membalas. Beberapa menit sambil aku duduk-duduk bersama koass lainnya aku masih menunggu smslu dibalas. Sejam lewat, aku cek facebook, permintaan in relationship with ku belum di confirm. Aku sms dia segera dia lagi.

    "Sibuk ya?"

    (Send)


    Perasaanku sedikit kesal. Sesibuk apa sih, sampe gak sempet balas sms? Batinku


    "Elmo." Panggil Donna.

    "Ya? Hadir." Balasku.

    " Bengong aja. Kok kayanya kesel banget gitu." Selidik Dona.

    "Enggak kok. Ada apa?" Tanya ku balik, supaya tidak diinterogasi lebih lanjut. Sial, sangat terbaca ya kekesalanku di wajahku? Batinku.

    " Keluarga Pak Tanto sudah bersedia di Siti. Bantu dorong brangkarnya ke ruang radiologi"
    (Siti maksudnya CT scan.red)

    " Udah? Akhirnya. Kenapa baru sekarang?" Tanyaku sedikit berbisik sambil mendorong brangkar Pak Tanto yang tidak sadarkan diri. Sepatuh badannya sebelah kanan tidak bergerak. Pak tanto mengorok keras, tanda lidahnya jatuh kebelakang mulutnya.
    Saat datang tekanan darahnya 200/100 mmHg. Tekanan yang wajar dapat membuat pembuluhdarah di dalam kepalanya pecah. Yap, ini yang disebut Stroke.

    Pak Tanto sudah masuk UGD sejak tadi malam. Dona koass neurologi yang menerimanya semalam. Sampai pagi ini aku bertugas keluarganya baru menyetujui tindakan-tindakan yang dr.Colin sarankan tadi malam.

    " Itulah Mo." Bisik Donna juga sambil mendorong bersamaku Pak Tanto ke arah ruangan CT-Scan. " Pasien sekarang terlalu mempertanyakan tindakan-tindakan yang disarankan. Karena pemberitaan tentang malpraktek membuat orang curiga dengan tenaga kesehatan."

    Kami siap-siap memindahkan Pak Tanto ke tempat tidur CT-Scan. Petugas radiologi membantu kami berdua, setelah dirasa posisinya tepat, kami meninggalkan ruangan dan mengawasi dari monitor.

    " Apa lagi pemeriksaan CT-scan gak murah Mo." Lanjut Donna di ruang monitor.

    " Trus kenapa dr.Colin sempet di marah-marahin? Gue denger katanya karena rumah sakit tidak melakukan tindakan apa-apa."

    "Repot deh Mo. Mereka susah dijelasin. Stroke itu ada karena perdarahan dan penyumbatan. Dari gejala klinis memang bisa dibedakan, tapi, CT-Scan harus di lakukan karena itu menunjukan pasti SH atau SNH" jelas Dona.

    " Lalu?"

    " Nah, kedua jenis Sroke ini punya pengobatan yang saling bertolak belakang, Mo. Kalo ini SNH tidak boleh diobati secara SH demikian juga sebaliknya, karena akan membuat keadaannya semakin parah." bisik Dona. " Kalo SH kita kasih antiperdarahan sedangkan SNH kita kasih pengencer darah, salah diagnosis ya fatal akibatnya."

    "Lalu kenapa mereka marah-marah?" Tanyaku.

    " Tanpa CT-Scan kita tidak tau pasti ini SH atau SNH, artinya kita tidak bisa memberi pengobatan apapun, inget kan tadi, cara keduanya diobati bertolak belakang. Nah keluarga pasien marah-marah karena merasa Pak Tanto ini tidak diobati."

    " Oh gitu. Padahal mereka masih belum setuju soal melakukan Siti?" Simpul ku.

    " Jenius Mo."

    " Tuh beneran berdarah nih Don, bener gak?"

    "Iya Mo."

    Hasil CT-Scannya sudah dicetak, kami membawa Pak Tanto dan hasil CT-Scannya ke ruangan resusitasi di UGD . Kemudian dr.Colin menjelaskan hasil CT-Scan kembali kepada keluarga pasien yang sebanyak 1 lusin, hampir memenuhi UGD RS kami yang tidak luas itu.


    Daniel belum juga membalas SMS ku. Aku kembali kesal dibuatnya.

    " Lagi apa Sayang?"

    (Send)


    Soal kata sayang ini lagi. Masih terasa ganjil mengatakannya.

    Setelah jam 6 sore kami mengisi daftar hadir lagi lalu pulang. Aku membawa tas ku dan sambil menelepon Daniel.

    "Hallo. Kamu lagi apa?" Serbuku saat telepon diangkat.

    " Aku sibuk, aku lagi kerja tadi." Jawab Daniel.

    " Sesibuk itu ya? Sampe untuk balas SMS pun tidak bisa?" Suaraku mulai menegang.

    Daniel diam. Mungkin dia sedang mengatur emosinya juga disana.

    " Aku istirahat dulu ya, aku cape banget." Pungkas Daniel. Menutup telepon sepihak.

    Damn!


    Aku telepon Daniel kembali.
    Dia tidak mengangkatnya. Aku kesal sekali rasanya ingin menendang sesuatu, ku percepat langkahku menuju kostan dan segera mengguyur kepalaku di bawah shower kamar mandi.

    Pikiranku kembali tenang. Mungkin aku kelelahan. Daniel juga.

    Maaf Sayang, aku cuma kangen.

    (Send)


    Damn! Sekarang aku mengatakan kangen! Besok gue akan bilang Nikah yukz!
    (۳ ˘̶ِ̀ ˘̶́)۳


    "Aku juga minta maaf." Balas Daniel.

    " Kamu lagi apa?" Balasku lagi.

    " Lagi tidur sendirian di kamar."

    " Kok cowo ganteng bisa sendirian sih dikamar, mau ditemenin gak?"

    "Mau dong sayang."

    " Kamu telepon dong." Balasku.

    " Pulsanya gak cukub untuk telepon."

    (Hem... Jadi inget salah satu iklan simcard. (˘o ˘") )

    Aku telepon daniel dan mulai mengobrol sampai tengah malam.

    Sesulit itukan berpikir positif terhadap pasangan? Cemburu dan pikiran negatif sulit dikendalikan. Atau karena aku masih sangat amatir dalam hubungan asmara seperti ini? Belum terbiasa mengendalikan rasa kangen.

    Sayangnya memang kondisi ini tidak pernah menjadi lebih baik. Kami lebih sering lagi bertengkar.


    Hanya dalam dua minggu sejak kami jadian kami putus lewat telepon.

  • Abiyasha wrote: »
    Abiyasha wrote: »
    Interesting! Moga enak dibaca kyk The Doctor-ny Erich Segal :)

    Kl boleh ksh sedikit saran aja, tiap adeganny dibuat lebih panjang. Yg ini terkesan terburu2 dan terlalu pendek :)

    Lanjutkanlah!:)
    Iya. Next time. Makasih ya.
  • berarti lapak 27 yg satunya gk dipake lg gitu bero..? :D
  • tdnya bacanya agak bingung....alurnya maju mundur...jd mesti kenal dulu tokoh tokohnya..........nice...goood....come on lanjut........... :bz
Sign In or Register to comment.