It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“Ben lo apa-apaan sih?”
“Tenang dulu lah kita nggak boleh ngambil keputusan buru-buru gini lah Ben.”
“Tapi emang harus ada yang keluar kan Sam.”
“Udah- udah kalian kok malah ribut sendiri. Harusnya kalian kan senang udah ada yang mau bertanggung jawab. Jadi ga perlu ada yang kena hukuman lagi.”
Aku hanya bisa berdiam sejenak. Aku mencoba mencerna semua peristiwa yang terjadi padaku malam ini. Semua seperti mimpi yang benar-benar terjadi dalam sekejap. Aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini. Tapi satu yang aku yakin bahwa nggak seorang pun diantara kami berlima yang bersalah dan patut untuk mendapatkan hukuman semacam ini. Apalagi itu Ben.
“Pak saya yang salah kok. Semuanya bermula gara-gara saya menumpahkan minuman ke orang di night club itu. Jadi saya aja yang keluar pak.”
“Nggak Pak, sebenernya ini semua terjadi karena saya ngajak mereka ke night club. Jadi biar saya aja yang keluar.”
“Loh kok malah saling pengen keluar. Jadi kalian semua mau keluar aja gitu?”
Kami terdiam mendengar perkataan Pak Feri. Kami tahu nggak seharusnya kami semudah itu melepas cita-cita yang sudah ada di depan kami. Tapi buat aku pribadi, aku juga nggak akan mau sukses dengan mengorbankan orang lain. Apalagi itu adalah mereka yang sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri.
“Begini pak, kami tahu kami salah, dan kami memang siap mendapat hukuman. Bernyanyi saya yakin sudah jadi cita-cita kami dan kami sangat senang bisa mendapat kesempatan seperti sekarang ini. Tapi lebih dari itu saya merasa seperti menemukan keluarga baru bersama-keempat saudara baru saya ini. Jadi tanpa mengurangi rasa hormat kami dan juga tanpa mengecilkan arti boyband ini. Tapi saya rasa kami tidak mungkin membiarkan satu anggota pun diantara kami berlima untuk keluar. Jadi dengan rendah hati saya mohon bapak bisa mempertimbangkan lagi hukuman bagi kami.”
Sam, aku tahu dia orang yang ramah dan dewasa. Tapi aku baru tahu bahwa dia juga bijaksana. Kata-katanya barusan benar-benar bisa merangkum isi hatiku yang aku sendiri tidak bisa mengungkapkannya dalam kata-kata. Tanpa kami sadari sekarang kami berlima dalam posisi berpelukan satu sama lain dan menghadap ke arah pak Feri. Seolah seperti keluarga yang tidak ingin satu pun diantara kami harus dipisahkan.
“Sudah-sudah.” Setelah berdiam diri sejak tadi akhir Pak Surya, produser kami angkat bicara.
“Perdebatan ini nggak perlu diperpanjang lagi. Kalian tentu tahu dan sadar atas apa yang terjadi malam hari ini. Semua ini bukan hal yang mengejutkan bagi saya selama pengalaman saya di dunia entertainment ini. Proses pembentukan jadi diri sebagai public figur memang bukanlah hal yang mudah. Hal-hal semacam ini sering sekali terjadi. Apalagi di usia kalian yang notabene masih remaja. Kami membawa kalian kesini dengan tujuan besar untuk membentuk chemistry yang kuat diantara kalian. Karena itu nantinya modal yang paling penting buat boyband ini. Karena interaksi diantara kalian itu harus hidup di atas panggung dan itu tidak bisa dibuat-buat.”….. “Kalian tahu saat ini saya merasa senang. Karena apa? Karena saya bisa menyaksikan sendiri benih chemistry yang terbangun diantara kalian barusan.”
Mendengar perkataan pak produser barusan sedikit membuat hatiku lega. Kami saling melihat satu sama lain. Sepertinya teman-teman yang lain juga sama bingungnya denganku. Apa sebenarnya maksud omongan pak produser barusan.
“Jadi pak maksudnya?”
“Ya maksudnya semua ini hanya tes buat kalian. Tentu saja kami tidak akan membiarkan bakat-bakat luar biasa seperti kalian hilang begitu saja.”
Kami mulai tersenyum satu sama lain. Kali ini kelegaan yang jauh lebih besar mampir diantara kami.
“Tapi kalian juga harus ingat. Apa yang dikatakan pak Feri barusan adalah suatu nasihat yang harus kalian dengarkan. Ketika kalian sudah terjun di dunia hiburan nanti, peristiwa semacam ini akan sangat besar dampaknya. Kalian akan dikejar-kejar wartawan selama paling tidak satu minggu kedepan karena peristiwa semacam ini. Jadi tolong jadikan ini semua pengalaman yang berharga ya.”
Kami menyambut petuah pak produser kami dengan anggukan serentak. Suasana sekarang sudah berubah. Yang tadinya sangat tegang sekarang begitu cair dan hangat. Kamipun saling memberikan pelukan diantara kami. Mungkin memang benar kata bapak produser kami. Tanpa kami sadari dengan cepat chemistry diantara kami mulai terbangun, apalagi setelah peristiwa malam ini. Aku pribadi benar-benar merasa dekat dengan keluarga baruku ini. Terlepas dari segala kekurangan, kelebihan mereka namun mereka benar-benar sudah menjadi bagian dari kehidupan baruku ini.
…………………………………………………………
Setelah kejadian yang melelahkan malam ini akhirnya aku bisa juga mencium bau bantal tempat tidurku. Rasanya benar-benar seperti surga. Aku langsung merebahkan badanku di kasur dengan posisi telentang dan tangan aku lipat di atas kepala. Beberapa saat kemudian Ben masuk ke dalam kamar dan langsung menuju kamar mandi. Melihat Ben aku jadi kembali teringat soal kejadian di night club tadi. Aku masih tidak habis pikir kenapa Ben terlihat begitu emosi mengahadapi orang mabuk tadi.
Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuatku sadar kembali dari lamunanku. Ternyata Ben sudah keluar dari kamar mandi. Apakah sebaiknya aku tanya pada Ben sekarang ya soal kejadian barusan. Sebenarnya aku ragu mengingat sifat Ben yang benar-benar misterius. Tapi sepertinya rasa penasaranku mengalahkanku.
“Ben..”
“Hmm.” Seperti biasa dia menjawab tanpa melihatku
“Thank ya dah bantuin gw di night club barusan.”
“Iya, thank dah mau keluar juga gantiin gw.” Sial nampaknya dia menyindirku soal kejadian tadi. Aku jadi teringat tanpa berpikir panjang entah kenapa aku mencoba mencegah Ben dikeluarkan dari boyband ini. Sesuatu yang dalam keadaan normal agak sulit dipercaya aku lakukan dengan mengorbankan cita-citaku.
“Oh gw cuma ga mau orang lain jadi korban aja karena gw.” ….. “Ben..”
“Kenapa?”
“Sorry kalo pertanyaan gw agak lancang ya. Cuma gw penasaran aja kenapa tadi lo sampe seemosi itu sih sama orang di night club tadi?”
“Lancang banget pertanyaan lo.” Jawabannya dengan nada datar.
“Oh kalo gitu ngga usah dijawab deh.”
…..
“Emang sikap gw berlebihan ya?”
“Hmm.. menurut gw sih iya. Soalnya gw merasa seolah-olah lo ada dendam pribadi sama orang itu. Btw emang lo kenal sama orang itu ya?”
“Nggak.”
“Oooh.”
“Sebenernya gw paling benci sama orang-orang ga punya otak kaya dia yang seenaknya mau ngelukain orang pake pisau cuma buat alasan yang konyol.” Ini nampaknya kalimat terpanjang yang pernah aku dengar dari Ben dan dengan nada yang tinggi. Bukan datar seperti biasanya.
“Ohh…”
“Sorry kalo sikap gw tadi berlebihan. Cuma gw ga mau kejadian yang terjadi sama sahabat gw terjadi sama kalian.” Hah kejadian apa itu, nampaknya ini bagian masa lalu Ben.
“Emang kalo boleh tahu sahabat lo kenapa Ben?”
“Dia meninggal 4 tahun lalu.”
“Eh, sorry Ben gw kayanya nanyanya kelewatan deh.” Mendengar kejadian yang menimpa sahabatnya aku jadi tidak enak untuk meneruskan pertanyaanku. Aku tidak mau membuka kejadian yang nampaknya merupakan luka lama Ben.
…
“Kejadiannya waktu gw SMP”
“Eh Ben, emang nggak apa Ben lo mesti nyeritain ke gw?” Aku yang tadinya tidur mencoba mengambil posisi duduk. Ben masih tetap saja duduk membelakangiku.
“Hmm.” Katanya sambil mengangguk. Aku mencoba berpindah posisi dan mengambil posisi duduk di sebelah Ben, supaya dia tidak perlu menceritakannya keras-keras. Apalagi hal ini aku yakin merupakan hal yang sebenarnya bersifat privasi buat Ben.
Namaku tu yanto..
Simple ae..
Hahahahaha