It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
btw harpy itu bentuknya kyk gimana ya? kasi gambar dong.. :-?
Yang Cewek Harpy~
Hehehe
Bentar ya lanjutannya
>,<
mau jugalah di mention mas @silverrain, cerita bagus gini rugi kalo dianggurin...
wah jalan jalan ni yee...ati ati...
Alvin masih belum tersadar dari tidurnya. Keadaannya sudah membaik. Kalau keadaannya ga membaik juga aku bakal langsung ke rumahnya dan mereset gamenya. Tapi kupikir sekarang sudah baik baik saja sih. Keempat bishop lain juga berpikir seperti itu, dan mereka memutuskan untuk segera pulang karena harus segera mempersiapkan diri untuk perang.
Aku menghela nafas dan mendudukkan badanku di kursi tempat dia biasa merencanakan taktik penyerangan.
Aku mengatupkan kedua tanganku sambil menatap lurus ke arahnya
Sejenak kututup mataku, Kejadian barusan kembali terulang di dalam benakku
============flashback=====================
Lady Leknaat menatap ke arah Alvin dengan tatapan lembut. Keempat bishop lain masih berdiri di sekelilingnya. Mereka mengharapkan jalan keluar untuk Alvin.
"Dia Karakter spesial, kemampuan Rune akan meningkat sangat jauh diatas orang lain, tetapi sebagai gantinya, dia juga mempertaruhkan badannya untuk menggunakan itu"
Wyatt mengangguk angguk pelan
"Kemampuan runenya barusan memang sangat mengerikan. Selain Lord Marty, aku belum pernah melihat kekuatan pengrusak sebesar itu. Apalagi Earth Rune adalah rune ber tipe Assist, Kupikir seharusnya Rune ini lebih kepada melindungi daripada menghancurkan. Coba kalian bayangkan kalau dia memegang Fire Rune atau Lightning Rune!"
Keempat bishop lain menatap dengan ngeri ke arah Alvin.
Alvin yang selama ini ditakuti karena taktiknya yang brillian dan kemampuan bertarungnya yang handal, ternyata masih menyimpan satu kemampuan lagi di dalam tubuh kecilnya.
"Kayaknya aku mesti mikir mikir untuk menjadikan dia musuh"
Arvyn bergidik pelan sambil menatap ke arah Alvin yang sedang terbaring di atas kasurnya.
Lady Leknaat menyingkap lengan kanannya. Sebuah lambang hitam tampak jelas di tangannya.
"Selama dia mengijinkan dirinya untuk beristirahat setelah penggunaan rune untuk menyembuhkan lukanya, dan dia tidak memaksakan dirinya, kupikir semuanya akan baik baik saja. Saat ini aku akan menggunakan Rune ku untuk memutar waktu di tubuhnya. Kalian pastikan dia tidak memaksakan dirinya lebih dari ini. Sarankan dia untuk berlatih. Dan kupikir ide bagus untuk menyembunyikan tentang kelemahannya."
Kami berlima mengangguk setuju. Sejenak kemudian Lady Leknaat menutup matanya, dan seorang wanita lain datang di hadapan kami. Dia adalah GM kedua, Windy.
"Begitukah?"
Windy menatap ke arah Alvin, kemudian dia berdiri berhadapan dengan Lady Leknaat.
Dua buah pusaran terbuka di kedua sisi tubuh Alvin, dan semua luka lukanya menutup perlahan hingga tidak terlihat sama sekali.
"Dia masih belum siuman, mungkin dia masih syock. Biarkan dia beristirahat."
Kedua wanita itu menghilang dari hadapan kami dalam sebuah pusaran cahaya.
=======================================
Aku berdiri dan memutar tubuhku ke arah jendela
Alvin? Dia memang selalu memaksakan dirinya. Sejak semula dia memang selalu begitu. Dulu Lord Marty pernah menariknya dengan paksa dari medan perang karena dia tetap bertempur habis - habisan demi melindungi perbatasan. Padahal Lord Marty sudah memberikan aba aba mundur. Dia selalu susah ditebak. Kadang dibalik wajah datarnya dia tertawa, dia juga selalu memendam amarahnya dengan sempurna sehingga orang orang bahkan tidak menyadari apa yang terjadi. Tapi dibalik sikap dinginnya, dia adalah orang yang sangat baik. Aku dulu adalah salah satu musuhnya, tapi entah kenapa dia malah mengajakku untuk bergabung dengannya. Axel pun begitu. Setelah gagal di ujian masuk tentara Harmonia, Alvinlah yang diam diam mengikutinya dan menawarinya untuk menjadi pasukannya, dengan syarat harus berlatih kepadaku. Aku dulu sempat tidak setuju, tetapi dia selalu meyakinkanku bahwa setiap orang memiliki kesempatan.
Aku menghela nafas dan mendekati kasurnya. Kutatap wajahnya yang sedang tertidur. Aku selalu iri padanya, tapi sekaligus kagum. Semua orang selalu tidak menyukainya karena menganggap dia orang yang sombong. Dia juga tidak pernah perduli dengan apa yang orang katakan. Selama ini aku tidak lebih dari mengejar bayangannya. Dibalik wajah kaku itu, seorang lelaki sempurna bersembunyi menutupi kesempurnaannya. Bahkan setelah semua yang aku lakukan, dia masih tetap menjaga komunikasinya denganku.
"Mmmh..."
Alvin menggeliat pelan, kemudian mengerjapkan matanya
"Sudah sadar?"
Aku segera mengambil sebotol tonic dari meja dan memberikannya padanya.
"Aku pingsan? Di game...?"
Alvin memasang muka bingung sambil mengelus belakang kepalanya.
Aku mengangguk pelan membenarkan jawabannya
"Kamu kelelahan, karena tadi bertarung sendirian."
Dia mengerjap pelan.
"Benarkah..?"
Bagaimana dengan keadaan penduduk? Mereka aman?"
Aku meringis pelan.
Bahkan dalam keadaan seperti ini dia masih memikirkan orang lain.
"Beberapa orang luka parah, tetapi para Priest sudah mengurus mereka. Kebanyakan korban tewas adalah Non Playing Character, jadi masih bisa di rebirth."
Alvin menghela nafas lega
"Syukurlah!"
Dia menggeleng pelan kemudian segera berdiri.
"Bisakah kau mengirimkan permintaan untuk perbaikan kota kota yang rusak kepada Lord Marty? Benteng pertahanan kita juga rusak, tapi kupikir itu akan kutangani dengan anggaran Valerie karena itu mendesak."
Dia tertegun menatap ke arah tangan kanannya. Dia tampak memutar pergelangannya. Ia tampak baru menyadari lukanya menghilang.
"Kenapa?"
Aku berpura pura tidak tahu
"Ah, tidak."
Aku tersenyum pelan. Orang ini memang pantas bersama Axel, dia jauh lebih pantas daripada aku.
"Alvin..."
Aku membuang nafas beberapa kali, Alvin menatap ke arahku menunggu kata kata berikutnya.
"Kupikir, aku akan menyerah, kamulah yang pantas untuk Axel..."
Aku membuang mukaku dari pandangannya. Kutarik nafas beberapa kali.
Kuberanikan diri untuk kembali menatap matanya
"Kau orang yang pantas, aku akan mundur."
Alvin menatapku sejenak, kemudian berjalan maju ke arahku
"Aku pantas untuk jadi pasangan Axel, maksudmu?"
Alvin memiringkan kepalanya sedikit untuk menatap ke arahku
"Begitukah?"
Aku mengangguk lemah.
Alvin tertawa, dia menatapku dengan tatapan dingin.
"Aku cuma bilang dia menarik, dan aku mau bermain sedikit dengannya, tapi, tidak untuk jadi pasangannya."
Aku mendongakkan kepalaku karena terkejut. Alvin menyeringai sambil menjilat bibirnya.
Monsterkah dia? Dia benar benar berbeda!
Alvin kembali terkekeh pelan dan pergi meninggalkanku.
Aku mengepalkan tinjuku, aku menahan diriku untuk tidak memukulnya.
"Keparat... Inikah kau yang sebenarnya...?"
Aku memukul tembok di sisiku, dan pergi dari ruangan itu.
Aku baru saja mau pergi saat kulihat Alvin memakai baju priestnya dan pergi dengan diam diam.
"Kemana dia....?"
Alvin menaiki tunggangannya kemudian bergegas pergi dari Kastil.
Akhir akhir ini aku memang sering melihatnya pergi dengan pakaian Priest untuk berjalan jalan.
Kemana dia sebenarnya?
"Hmm...."
Aku memutuskan untuk mengikutinya diam diam saat ia pergi lain kali.
Aku berjalan masuk ke dalam ruang kerjaku, dan mendudukan diriku di kursi di dekat meja strategi
Hmm...
Kuputuskan untuk mengakhiri gameku, dan pergi berjalan jalan di luar.
=======================================
Kenny's View
HOAGH~!!!
MMMHH~~~!!
HEAA~~~!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
HUAH!
akhirnya keangkat juga semua belanjaan mamaku. Kakak penjaga kasirnya tampak tertawa melihatku.
Aku menatap bingung ke arahnya
Kenapa sih~! Orang lagi kesulitan dia malah ketawa ketawa seneng gitu!
3:(
dengan tergopoh gopoh aku berjalan keluar dari Shopping Centre yang letaknya lumayan jauh dari rumahku. Aku ke sini jalan kaki. Sebenarnya mama sudah menyuruhku untuk pake mobil atau motor, tapi kuputuskan untuk jalan kaki aja, itung itung jalan jalan plus mengenal daerah sekitar kann
"Ahh, Beratt!!"
T_T
Mamaku emang kejam! Masa aku disuruh pergi sendirian buat belanja semua keperluan sebulan plus beberapa perlengkapan untuk di kamarku.
Well, yah, sebenernya buat aku semua sih
XD
Tapi kan tetep aja kayak gini mesti ditemenin! Emang aku dewi seribu tangan apa! >:(
Langkahku limbung saat aku berusaha berjalan pulang ke rumah. Aku terus menjulurkan kepalaku ke arah kanan supaya pandanganku ga tertutupi ama semua belanjaanku
Huahhh!
Mau cepat pulang!
Langit sudah mulai menggelap, aku terus berusaha menyelesaikan perjalananku pulang ke rumah.
Wung~!
"Ahh~!!"
Sebuah mobil mendadak bergerak sangat dekat ke arahku, aku sontak kaget dan terjatuh ke tanah.Mobil yang menyerempetku barusan langsung tancap gas pergi, sementara semua belanjaanku tercecer di tanah.
"Waa~! Gimana nihhh!"
Aku langsung panik sendiri. Aku berusaha menyusun semua belanjaanku kembali.
"Aduh..."
Lutuku luka! Gimana dong! Perih ni! Infeksi ga yahh! Gimana nihh
T_T
"Wah, Kamu ga kenapa kenapa? You Okay You Okay?"
Sebuah suara dari belakangku! Aku langsung menoleh ke belakang.
"You Okay? You blood? You? You?"
Pemuda dengan rambut cepak berwarna hitam pekat dengan kacamata berbingkai putih tampak menggaruk garuk rambutnya.
Sejenak aku tertegun. Wajah khawatir itu... Ahh!
Kukibaskan kepalaku.
Aku menggerakkan mataku dari atas ke bawah memperhatikan penampilannya.
Celana pendek, kaos, Kacamata, style rambutnya. Modis juga ni orang. TAPI BAHASA INGGRISNYA MINUSS!
Aku tersenyum ke arahnya
"Iyahh, aku gapapa kok! Makasih ya!"
Pemudda itu nyengir kuda ke arahku. Menampilkan deretan rapi giginya
"Wah, Orang indonesia ya! Kukira bule! Soalnya rambutnya pirang!"
Mata sipitnya bergerak gerak menyapu seluruh trotoar
"Wahh, sini aku bantu!"
"Ahh! JAANGAANN!" Aku berteriak, dia langsung kaget dan terkejut. Aku juga kaget! Ngapain ya aku teriak tadi!
"Jangan nanti repot!"
Dia tertawa.
Ya ampun, makanya kalo masih kecil jangan pergi sendirian! Sini kakak bantu!
HMM!
"Eh! Aku udah 17 ya! Aku langsung sewot mendengar perkataannya."
"woa? Udah 17 ya? Kita seumuran dong! Sini aku bantu bawa barangmu! Taruh aja di kursi belakang. Wahh lututmu luka! Ayo aku antar pulang!"
Aku menggeleng pelan
"Gamau, gausah.."
Dia menatapku bingung. Aku menundukkan kepalaku sambil meremas remas bajuku.
"Kata mama gaboleh...."
Cowok cepak itu langsung tertawa.
"Ya AAMPUUN! KATANYA DAH UMUR 17!"
Aku langsung menatapnya sambil menggembungkan bibirku.
"Masuk ke mobil! Ga bakal aku culik deh! Lututnya luka begitu masih mau jalan nanti malah bengkak"
Bengkak?! Gamauuu!
T_T
Aku langsung menatapnya dengan pandangan takut dan berjalan ke dalam mobil.
Dia kembali tertawa melihat sikapku.
"Nihh!"
Cowok berkacamata itu baru masuk ke dalam mobilnya saat dia memberikanku sekaleng permen #Musang# dari dalam lacinya.
Dia tertawa pelan saat melihatku memakan permen itu.
"Apa?"
Kata itu langsung tercetus saat aku melihatnya memandangiku
"Tidak, kamu mirip temanku.."
Dia segera melajukan mobilnya
Eh EH EH! Dia mau kemana ini! Kok ga anter aku kerumah!
Aku panik! aku menoleh kekiri dan kanan jalan dengan panik. Mana HP ku aku tinggal!
"Woi woi, tenang! Ga bakal aku culik! Kamu bisa temanin aku makan sebentar kan? Abis gitu aku langsung antar pulang deh!"
Umm....
Aku menatapnya dengan ragu
Mama! Aku mau diculik ni! Aku pasti diculik ni!
"Waa!!!"
Cowok cepak itu terlihat panik saat aku berusaha membuka pintu mobilnya.
"Astagaa! Cuma temanin makan! Janji ga bakal aku culik! Nih! Kamu pegang nih dompetku! Didalamnya ada identitasku!"
Cowok cepak itu terlihat sebal. Aku jadi ngerasa ga enak
>,<
"Ambil" Serunya sambil menyerahkan dompetnya ke arahku
Aku dengan ragu ragu mengambil dompetnya dan tersenyum takut ke arahnya
Dia menghela nafas dengan sebal.
"Kita makan di Mall..."
=======================================
Aku memegang bahu kaosnya sambil berjalan di mall. Orang orang disekitar kami melihat dengan pandangan aneh ke arah kami.
Biarin! Daripada nanti dia tiba tiba kabur! Trus aku gimana.
"Aiih! Kamu ngapain sih!"
Dia yang sedari tadi sudah memasang muka sewot akhirnya buka mulut juga
"Aahh"
Aku cuma berseru pelan dan kembali meremas lengan bajunya.
Dia mengelus keningnya jengah
"Yaudah, ayo makan!"
Akhirnya dia mentraktirku dengan sepiring Nasi goreng di FoodCourt mall. Kami makan berdampingan, karena aku gamau melepaskan penjagaanku darinya.
Sekumpulan anak muda di sekitar sana tampak memandangi kami sambil berbicara satu sama lain.
"Siapa namamu?"
Cowok itu akhirnya membuka mulutnya
"Kenny..."
Dia mengangguk anggukkan kepalanya pelan
"Aku Kevin, Sudah bisa percaya sama aku?"
Aku mengangguk ragu. Dia kembali menepuk keningnya.
"Aduh! Tenang aja! Ngapain aku nyulik kamu!"
Aku kembali tersenyum takut.
"Yaudah cepet diabisin makananmu! Terus kita pulang!"
"i..Iya!"
"Kamu baru aja pindah kesini ya? Kok aku belum......"
Kevin menghentikan bicaranya saat seseorang yang aku kenal berjalan mendekati kami. Si Harajuku! Kevin memandanginya dengan muka yang sewot sesewot sewotnya. Kayak lagi ngeliat lembar ujian!
Dia menghela nafasnya panjang.
"Udah abis? Ayo kita pulang!"
Dia langsung berdiri dan berjalan meninggalkan foodcourt.
Aku berusaha mengikutinya dengan langkah tertatih
Brukk!
Aku terjatuh dengan lutut lukaku menghantam bagian lantai yang kasar. Aku meringis pelan. Air mata terasa menetes karena berusaha menahan sakitnya.
Kevin menoleh ke belakang dan menepuk jidatnya kemudian segera membopongku
"Aku lupa! Maaf!"
Dia membopongku menuju ke mobildan segera melajukan mobilnya keluar dari mall.
"Dimana rumahmu?"
"Dari tempat kita ketemu tadi, Lurus aja! Trus nanti rumahku di kiri jalan kira kira dua blok dari sana.."
"Wah, berarti rumah kita deketan! Oke!"
Kevin segera tancap gas menuju ke arah rumahku. Sedangkan aku menancapkan kukuku ke dashboard mobilnya karena ketakutan. Kevin hanya tertawa pelan.
=======================================
"MMff Mff! Makashifh yfah.."
Kevin tertawa melihat aku yang tenggelam di dalam lautan belanjaanku.
Aku baru akan berbalik masuk ke dalam rumah saat dia memanggilku
"Tunggu sebentar!"
Kevin berjalan hingga dia berada tepat di depanku.
Dia berlutut di depanku hingga wajahnya tepat berada di depan pinggangku.
"Egghh! Ehhkk!"
Aku terkejut dan berusaha mundur tapi ia memegangi pinggangku dengan kuat
WAAA!!!
Nyess...
Ehh..?
Ternyata Kevin menempelkan sebuah plester di kedua lututku yang terluka dan mengelusnya pelan.
"Yak! Sudah! Lain kali hati hati oke!"
Kevin segera menuju ke mobilnya dan memacu mobilnya meninggalkanku yang masih berdiri mematung.
Lututku lemes!!
>,<
"Mmmaaamffhhh Akuu Pulaaang...!!"
"Iya sayang Ya AMPUUUNNN!!!"
Mamaku segera berlari ke arahku
"Kenapa ma?"
"Kok kamu beli sebanyak ini?"
"inikan pesanan mama semuaa!"
Aku menjawab dengan mantap
Hmm...
Mamaku memandangi belanjaanku
"Coba, mama liat"
"Bener kan ma! Nih nih! Aku menyodorkan daftar belanjaanku"
"Susu Ultra 10 kotak, Susu bubuk 1 kotak, terus sabun 3 kotak, trus..."
Aku terus membacakan daftar belanjaanku
"Sayang, Mama bilang "kotak", bukan kardus....."
UPS!
"Kalo sebanyak ini bisa buat persediaan setahun kayaknya..."
Mamaku menatap lemas pada semua belanjaanku
UPS!
>,<
#teriakpaketoa
SUDAH APDEEEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT
/(=_=")\
ketinggalan beritaaa
Sexseh!
:-?
nice story, do'ain ane cepat kaya raya ya mas @silverrain, dengan begitu ane bisa bukuin semua cerita penulis hebat di forum ini.....
amin....
@ularuskasurius amin.. , smoga ane juga bisa kaya raya..amin.. haha
@Littlebro silakann umm!
@yuzz kelainan gmn?
'o'?
#bergerakkelapakularuskasurius
@Silverrain Akhirnya Kenny (Axel) dah jumpa Alvin & Kevin jg ya... Apa nnt jd cinta segitiga, segiempat atau gmn?
Kok gak mampir ke lapakku?