It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
duh itu ke copy dari ketikan gw di other story nya Tommy buat nanti siang... maaf.
saya edit nanti siang...
cuma bsa OL pake hape dulu skrg..
mudah2an gak mengurangi inti ceritanya..
sama2.. gw juga puas kok cerita ini bisa tamat.. makasih da suka drop komentar di sini ya..;)
bakal kangen si dira nih gw..
Kalo ada Cerita lain mention gw lagi yaa
Siip!
di bagian awal part ni obrolan dimas dira masi kerasa canggung, itu d karenakan penggunaan kata2 yg formal dan semiformal bercampur dln percakapan mereka terutama dimas. Aku gk tao mksd ts sebenarnya ap itu karakter dimas ap bukan, mengingat persahabatan dimas dira bukan seumur jagung lg. but it's ok krn gk terlalu mengganggu jalannya cerita.
ada bbrp typo yg jg gk ganggu cerita.
di pov di
“Pergi lo! Jangan sampe ketemu gua lagi!” Kata Dira yang ditahan sama Dimas.
tp d part ini tertulis,
“Awas dateng lagi…!!!” Dira masih mengumpat-umpat kepada Regi yang sekarang menjauh dari kostan.
--> tp bs aj ini nyeritain kejadian berbeda.
jam sebelas dimas pamit pulang, dia bilang,
“Inget, Dir. Lupakan yang barusan. Tetep tenang. Sampai ketemu lagi di kampus ya” Kataku melangkah ke luar kamar.
--> kejadian barusan kn nunton berita kriminal d tv. sedangkan berantembya regi dira itu terjadi pagi sekitar jam 7-8 an.
lainnya udah d bahas mas @Adam08.
bos @drizzle.
maafin sy yg ckp bawel. ini krn sy emang sdg blajar membaca spt halnya c boz sdg rajin berlatih menulis. percayalah sy suka cerita c boz dan udah berusaha ngasi komen tanpa cabe dn menumbuk bumbunya sehalus mungkin. mgkn sy akn trus bersabar menunggu cerita c boz selanjutnya.
salam. -touch tatsuya-
makasih ya.. gua ngerti kok
@escargotenak
makasih ya udah baca...
sebentar lagi gw posting yg tommy... nanti kalo udah ketemu laptop sayang...
THE OTHER STORY
Aku Tommy. Sebelumnya mohon maaf kalau aku telat memperkenalkan diri. Aku terlalu sibuk mengurusi bandku sehingga jarang bertemu dengan yang lainnya. Ok, kali ini, aku tidak akan bercerita soal bandku, karena aku akan tidak terkendali saking antusiasnya.
Ini sudah lewat tiga minggu dari apa yang telah terjadi antara pada kami dan Regi. Kuharap, itu tidak akan terjadi lagi pada kami. Cukup sekali dan itu membuat saya sedikit muak terhadap Regi. Aku sedikit bersyukur karena aku tidak begitu banyak mengenal dan bergaul dengannya. Bagiku, cukup bandku dan keempat temanku ini tempatku bergaul, bercerita, dan bersenda gurau. Diantara semua temanku, aku paling dekat dengan Ferdi. Yah, seperti yang lainnya bilang, kami punya banyak kesamaan kebiasaan. Mungkin karena inilah aku deket sama Ferdi.
Akhir-akhir ini, aku tidak ketemu Ferdi. Bukan, bukan seperti biasa aku jarang berkumul dengan yang lain, tapi Ferdi yang jarang nampakin diri lagi ke studio band tempat biasa aku dan bandku latihan. Begitu juga dengan sms maupun whatsapp-ku jarang lagi dibalas. Sebagai teman, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dengan temanku. Kuputuskan, sore ini aku akan datang ke kostan Ferdi.
Sorenya, aku sudah ada di kostan Ferdi. Kulihat suasana sedang sepi. Kamar Dirapun tertutup rapat. Mungkin sedang pergi bersama Dimas pikirku. Aku melangkah mendekati kamar Ferdi di bagian paling pojok kostan. Ketika jarakku beberapa langkah dari kamar Ferdi. Kudengar suara beberapa barang jatuh dan suara erangan tertahan dari dalam kamar Ferdi.
“Fer?” Aku penasaran apa yang sedang terjadi di dalam.
“Tom..” Suaranya tertahan.
PLAK!
Ferdi menampar, bukan. Seseorang menampar Ferdi, ah, siapalah itu yang jelas bunyinya berasal dari kamar Ferdi.
Aku coba membuka kamar Ferdi. Namun ternyata dikunci. Akhirnya, aku menggunakan bahuku untuk mendobrak pintu kamar Ferdi.
BRAKK!!
Pintu terbuka setelah dua kali aku mencoba mendobraknya.
Kulihat Ferdi sudah tidak mengenakan sehelai pakaianpun dan seorang laki-laki yang setengah telanjang sedang menindihnya. Tanpa aku bertanya lagi, kutarik orang yang aku tidak kenal itu dan kuhajar tepat dimukanya oleh pukulanku beberapa kali. Orang ini meronta dengan kuat dan akhirnya dia bisa melepaskan diri dan kabur dari kamar Ferdi sambil sempat membawa kaosnya.
“Fer! Apa ini? Siapa dia??” Tanyaku kepada Ferdi sambil menyelimutkan kain untuk menutupi tubuhnya.
“Tom…” Air mata Ferdi yang sudah keluar dari tadi semakin deras.
“Udah, tenangin dulu” Aku menyandarkan kepala di pundakku “lo pake baju dulu ya”
Kusuruh Ferdi berpakaian terlebih dahulu. Aku buatkan juga teh manis untuknya agar lebih rileks sebelum mendengarkan penjelasan Ferdi.
“Sebelumnya, sori Tom. Gua bukan temen yang baik buat lo. Buat kalian” Kata Ferdi.
“Apaan sih lo? Ikut-ikutan kaya si Regi ya?” Kataku
Aku Ferdi. Aku belajar memperbaiki kata-kataku. Aku mencoba berbahasa Indonesia yang baik dalam ceritaku kali ini. Barusan, ada seseorang yang dibilang baru kenalan beberapa waktu terakhir yang datang ke kost-anku. Namun, di luar dugaan, dia memaksaku untuk melayaninya. Aku tidak mau dan aku berontak, sampai ahirnya Tommy datang mendobrak kamarku.
Sekarang, di hadapan Tommy aku harus menceritakan apa yang telah terjadi semuanya. Kutarik nafas dalam-dalam untuk mempersiapkan diri menceritakannya kepada sahabat terdekatku ini.
Sebenarnya, aku bingung bagaimana menjelaskannya. Karena akupun tidak tahu sejak kapan terlintas keragu-raguan dipikiranku mengenai ini. Oke, mungkin aku terlalu bertele-tele. Semua orang tahu kalau aku sering bergonta-ganti cewek setiap minggunya dan menjadi TTM dengan beberapa lainnya. Yah, banyak cewek yang menyukaiku dan semua laki-laki di kampus, khususnya di Sastra Jepang iri denganku yang mudah sekali mendapatkan cewek ekonomi yang terbilang modis, cantik, dan susah ‘ditaklukan’.
Tapi, dibalik semua itu, aku menyimpan suatu keragu-raguan dan kebingungan di dalam hatiku. Aku masih ingat, ciuman dengan Dira. Ah, aku sering berciuman dengan banyak cewek dan, bahkan tanpa sepengetahuan temanku yang lain diantara cewek-cewek iyu ada yang tidur denganku. Nah, ciuman dengan Dira adalah ciuman pertamaku dengan cowok. Kejadian ini sangat membekas di hati dan ingatanku. Ya, benar. Kepikiran.
Sejak SMA aku sudah dikelilingi banyak cewek di sana-sini, tapi terkadang aku bertanya-tanya, mengapa tidak ada yang begitu berkesan diantara mereka. Apakah terlalu seringkah aku berinteraksi dengan mereka sehingga aku merasa jenuh dan ingin mencari yang berbeda? Ketika kuliah, perasaan yang ragu ini semakin besar. Sesekali aku membuka situs-situs di internet hanya untuk mengetahui kenapa aku begini, sampai… aku menemukan forum gay. Aku tanya sana-sini dan entah bagaimana, lama kelamaan, ada sedikit ketertarikan yang muncul mengenai orientasi aku sendiri yang masih ragu-ragu. Ya, aku mulai menyukai cowok.
Kuberanikan untuk membuka chat room gay dan sebagainya. Ada suatu kepuasan tersendiri buatku dan lama-lama aku memberanikan diri untuk kopi darat dengan beberapa diantaranya. Kita hanya bertemu dan tidak melakukan apa-apa, walaupun memang beberapa diantaranya ada yang memaksaku melakukan hubungan intim, namun berhasil kutolak sampai beberapa waktu terakhir ini aku kenal dengan orang yang tadi memaksaku untuk melakukan hubungan intim. Namanya Bian. Halah, pas tahu namanya saja aku tahu kalau itu nama samaran. Tapi, karena awalnya dia baik dan mau bersahabat denganku, tidak masalah denganku. Mungkin dia belum siap untuk berterus terang denganku.
Aku sudah kenal dengan Bian dua bulan yang lalu. Yah, sebelum kejadian Regi terjadi. Sebetulnya, saat Dira menciumku, aku sangat senang sekali, karena itu pada kesempatan berikutnya aku berani menciumnya. Bukan karena balas dendam seperti yang aku bilang, tapi karena aku suka dia. Namun, aku tahu. Aku bukanlah yang Dira mau. Aku menyadari, kedekatan Regi dan Dira dan menjauhnya Dimas adalah hubungan yang rumit diantara cowok yang… berorientasi sama denganku. Namun, aku diam. Aku tidak seperti mereka. Aku masih terlalu ragu-ragu untuk membuka diri kepada mereka dan walaupun Tommy sangat dekat denganku.
Ketika aku bertemu Bian, aku merasa senang sekali, karena ada yang mau mengerti aku. Setidaknya mengenai orientasiku ini dan menjauhkan pikiranku terhadap Dira. Aku bercerita banyak dengan Bian, kubiarkan dia yang mau main ke kostanku, dan kami mulai dekat dengannya sampai dia ingin tidur denganku. Aku masih tidak mau karena aku berpikir aku masih belum kenal dengannya dan memang diantara kami tidak ada hubungan apa-apa. Namun, Bian yang sudah bernafsu ini malah memaksaku dan terjadilah hal barusan.
Aku bercerita panjang lebar kepada Tommy seperti yang aku ceritakan tadi. Sesekali aku menghentikan bercerita hanya untuk menarik nafas dan mengelap air mataku yang mengalir dari tadi. Tommy yang dari tadi mendengarkan sesekali mendongakkan kepala dan memalingkan mukanya. Mukanya sudah tampak memerah menahan emosinya.
“Fer. Lo tolol ya” Kata Tommy saat aku menghentikan ceritanya.
“Makanya, Tom… aku bilang aku bukan teman yang baik… Tidak pantas berteman dengan kalian… Aku terlalu muraha…”
PLAAKK
“Mau ngomong apa lo, hah? Murahan?! Gak perlu diomongin, kelakukan lo udah murahan, Fer! Lo biarin si Bian itu dateng ke kamar lo? Wah… Lo udah buta ya. Apa sih yang spesial dari dia sampe lo yang gak pernah ngebolehin orang lain maen-maen ke kamar lo sampe ngebolehin orang ini?! Bahkan Dira yang deket dan sekostan sama lo aja jarang masuk kamar ini…!” Bentak Tommy.
Aku hanya terdiam mendengarkan apa yang dikatakan Tommy. Setelah perkataannya yang terakhir, Tommy pun terdiam. Dia yang dari duduk di kursi di depan meja belajarku memalingkan wajahnya dari dan menerawang menembus jendela kamar ke arah luar.
“Tom, maafin gua…”
“Maaf lo bukan buat gua, tapi buat diri lo sendiri” Katanya dingin.
Benar apa katanya. Aku tidak berbuat salah kepada Tommy atau orang lain, tapi aku berbuat salah sama diriku sendiri. Tanpa aku sadari, air mataku menambah massanya sehingga air mata yang keluar semakin banyak.
“Gu… Gua bingung, Tom sama orientasi gua ini… Walaupun gua banyak dikelilingin cewek-cewek di kampus, entah kenapa... entah kenapa gua masih aja nyari-nyari cowok buat nyalurin perasaan dan orientasi gua ini…” Kataku. Kugenggang erat ujung selimut di bagian dadaku. Setelah itu, lama kami terdiam, hanya suara tangisku yang terdengar di ruangan ini.
Tiba-tiba, Tommy ke luar kamarku tanpa sepatah-katapun. Tangisku semakin menjadi. Aku sadari. Ini konseksuensiku. Kehilangan teman terdekatku yang biasanya bersamaku. Dadaku sakit. Dalam hatiku aku menaggil-manggil Tommy. Aku belum siap untuk ditinggalkan. Dibenakku aku berpikir Dira dan Dimas akan tertawa mengetahui aku yang ternyata sama dengan mereka, dan Ray akan memandangku dengan sebelah mata.
“Gua putusin” Kata Tommy tiba-tiba muncul dari ambang pintu “Kalo kelakuan lo kayak gini. Gua sebagai temen gak bakal tinggal diam" Ada nada tegas dan keras dari tiap kata yg dia keluarkan.
"Gua bakal jagain lo biar lo gak kehilangan kendali dan berburu kesana kesini dengan liar nyari mangsa di luar sana yang belum tentu baik buat lo dan buat orientasi seks lo” lanjutnya Tommy.
“Ma, maksud lo, Tom?” Tanya. Aku masih tidak mengerti apa yang diucapkannya. Jagain gua? Berburu? Nyari mangsa? “Maksud lo apa nyari mangsa? Separah itukah pikiran lo ke gua?” Kataku dengan suara yang tertahankan.
“Gua bakal jadi cowok lo!” Katanya tegas.
Aku tidak mengerti. Apa sih maunya Tommy. Kenapa dia bilang mau jadi cowokku? Aku tahu Tommy normal-normal saja. Sindirannya ini terlalu menusuk buatku. Sakit rasanya. Tommy menghampiriku dan memelukku.
“Mungkin bakal canggung buat gua. Tapi, gua bakal berusaha buat jagain lo, Fer” Kata Tommy.
“A.. Apa maksud lo ini, Tom. Lo jangan mainin gua. Gua udah terlalu sakit buat lo mainin, Tom” Kataku dari punggungnya.
“Lo gak denger gua?” Dilepaskannya pelukannya pelan-pelan “Walaupun mungkin sulit bagi gua, tapi gua gak mau lo nyari sana sini dan pacaran sama orang yan gejas. Gua bakal jadi cowok lo” Kata Tommy. Air mataku mengalir deras.
“Tom, lo gak usah sampe kayak gini…” Tiba-tiba Tommy menempelkan bibirnya padaku. Kita berciuman. Kurasakan kehangatan dari bibirnya. Didekap eratnya tubuhku. Aku membalas pelukannya.
“Gak buruk kan?” Kata Tommy menahan malu setelah melepas ciumannya. Mukanya memerah dan salah tingkah saat mencoba untuk tersenyum padaku. Aku hanya tersenyum melihatnya.
“Gua mungkin gak seromantis Dira dan Dimas. Tapi gua bakal berusaha yang terbaik buat lo, Fer. Gua bakal jagain lo dan gua gak bakal segan-segan menghajar cowok yang deketin lo apalagi yang nekat kayak si Bian itu” katanya “Lo juga, awas. Kalau coba-coba nyari cowok lagi di belakang gua” Tambahnya sambil mengusap air mataku.
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Aku tidak menyangka. Sahabat terdekatku ini mau menerimaku apa adanya, bahkan menjadi pacarku. Kuharap, hubungan kami akan berjalan lancar dan sebahagia Dira dan Dimas belakangan ini. Kami akan segera mengabarkan mengenai hubungan kami ini kepada mereka.
Oh iya, mungkin tidak ada yang mengetahui bagaimana kabar Ray belakangan ini. Pemilihan ketua himpunan akan digelar akhir semester ini. Jadi dia tampak sumringah mengadapinya karena bisa fokus untuk menyelesaikan skripsinya. Hubungan cinta Ray tak disangka lebih pesat dari kami, walaupun tidak diceritakan. Setelah lulus kuliah, Ray bilang kepada kami kalau akan meminang Asri yang sekarang adalah sekretaris himpunan. Rupanya cinta lokasi bersemi selama dia menjabat ketua himpunan. Hm… tidak sia-sia dia menjadi ketua himpunan dua kali.
Selamat siang...:)
@RakselLEE @LockerA @gr3yboy @bibay007 @AwanSiwon @dimasera @Touch @CoffeeBean @kiki_h_n @AoiSora @Aji_dharma @mybiside @Adam08 @johnacme @masAngga @adinu @rulli arto @lembuswana @Just_PJ @the_angel_of_hell @dheeotherside @CHE @Jesse84 @afif18_raka94 @Wooyoung @escargotenak
Kok kamu tau apa yg aku inginkan??kamu cenayang ya??dapet ilmu dari regi?
hah?? postingan terakhir yang mana?
Regi kan berguru ma gua....:D
sahabat istimewa, untung masih single. biasanya anak band banyak grupiesnya.
sahabat istimewa, untung masih single. biasanya anak band banyak grupiesnya.