It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Journal !!!
Hidupku seperti rollercoaster.
Pagi hari aku sedih.
Siang hari sampai sore hari aku sangat bahagia sekali.
Tapi itu hanya sesaat.
Sekarang aku sedang sedih lagi Journal.
“Weeeiittt jangan nangis dulu.”
……
……
…..
…..
Aku mau pulang aja ke Banda Aceh
Aku udah ngga mau tinggal disini
……
…..
…..
…..
“Hapus dulu airmatanya.”
……
……
……
Iya Journal
Tapi aku sedih banget
Sekarang Andi marah banget sama aku
Apa yang harus aku lakukan ?
“Minta maaf aja sama Andi.”
Tapi aku bingung
Harus bilang apa ?
Aku ngga bohong kok sama Andi
Aku kan baru tadi siang jadian sama Mas Agam.
“Jelaskan saja seadanya Kha.”
“Jangan ada yang ditutup-tutupi”
Aku takut Journal
Tadi Andi sangat tidak suka sekali sama aku.
Journal
Aku tidur aja dulu.
Aku tidak berani keluar dari kamarku sekarang
Besok pagi pun aku tidak berani keluar.
Moga-moga ini hanya mimpi saja
Selamat Malam Journal.
***
Selama kuliah berlangsung, tidak ada satu materi sedikitpun masuk ke dalam otakku.
Kejadian kemarin sore membuat aku tidak bergairah dalam menjalani hidup.
Aku tidak mau lepas sama sekali denga Mas Agam, tetapi aku juga tidak mau kehilangan Andi.
Biasanya setiap pagi aku selalu menghindar untuk bertemu dengan Andi, tetapi tadi pagi aku sengaja ingin bertemu dengannya.
Aku ingin membicarakan kejadian kemarin sore. Setelah mandi aku sempat melihat Andi keluar dari kamarnya. Tetapi belum sempat aku berbicara, Andi langsung masuk kembali ke dalam kamarnya sambil membanting pintu kamarnya.
Walaupun aku hanya bisa menghelaikan nafasku saja, tetapi suara yang dihasilkan akibat dari benturan daun pintu, bagaikan tamparan yang keras untuk diriku.
Aku masih belum siap untuk kehilangan orang-orang yang aku sayang. Luka akibat kejadian satu setengah tahun yang lalu masih belum mengering di hatiku. Tetapi aku juga tak kuasa menahan orang lain untuk tidak menjauhiku.
Apa istimewanya aku ini. Dalam perkuliahan aku tidak pintar, dalam bekerja aku tidak punya prestasi, secara fisik apalagi, hanya bermodalkan hidung mancung saja. Kulit hitam, perut juga ngga sebagus Andi.
Aku bersyukur banget, bisa dekat dengan Gilang, Andi dan yang terakhir Mas Agam. Andaikata Andi akan menjauhiku selamanya, aku harus siap mulai dari sekarang. Pastinya akan terasa sangat menyedihkan.
Karena hari ini adalah Jumat, perkuliahanku selesai pada pukul 10.30. Masih ada waktu untuk mengerjakan tugasku di perpustakaan. Sekalian memasukan data NAB harian.
Belum selesai aku mengerjakan tugasku, ponselku bergetar. Kulihat nama yang tertera pada layar ponselku.
Ah….betapa senangnya.
Mas Agam yang menghubungiku.
“Halo Mas….”
“Lagi ada di mana Kha ?”
“Masih di kampus Mas.”
“Mas Agam lagi ada di mana ?”
“Sama, masih di kampus juga.”
“Loe nanti sore kerja ngga Kha ?”
“Kerja Mas, kan kemarin baru libur.”
“Memangnya kenapa Mas ?”
“Mas Agam mau datang ke tempat kerja saya ?”
“Gue mau ngajak loe lihat pembukaan pasar malam sekaten.”
“Loe minta ijin ngga masuk aja Kha.”
“Ini kan acaranya setahun sekali.”
“Saya usahakan ya Mas…”
“Memangnya jam berapa acaranya dimulai ?”
“Katanya sih jam 4 sore.”
“Tapi kita kesananya jam 3an aja.”
“Pasti penuh banget.”
“Iya Mas Agam…”
“Saya tanya dulu ke atasan saya.”
“Moga-moga aja saya bisa minta ijin hari ini.”
“Ya udah, nanti loe kabarin ya Kha…”
“Iya Mas….”
“Pasti saya kabarin.”
Selama aku bekerja di restauran cepat saji, jarang sekali aku meminta ijin. Semoga untuk hari ini, aku bisa mendapatkan ijin.
Demi untuk bertemu dengan Mas Agam, aku rela deh dipotong gajiku. Lagian aku belum pernah melihat acara pembukaan pasar malam sekaten.
Aku coba menghubungi atasanku sekarang untuk meminta ijin.
“Pa Dedi…Ini Reskha.”
“Iya kenapa Kha ?”
“Pa, hari ini saya ijin tidak masuk kerja, bisa ngga Pa ?”
“Ada urusan apa Kha ?”
“Bukan karena sakit kan ?”
“Saya tidak sakit Pa.”
“Ada keperluan dengan saudara saya.”
“Boleh ya Pa…”
“Potong cuti aja kalau begitu.”
“Tahun ini kamu kan sudah berhak dapat cuti.”
“Sudah pernah kamu ambil belum ?”
“Memangnya jatah cuti saya ada berapa hari Pa ?”
“Setahun 12 hari.”
“Ya udah, saya ambil sehari saja kalau begitu.”
“Tapi kamu harus tanda tangan form cutinya.”
“Bisa datang kesini dulu ngga ?”
“Bisa Pa….setelah shalat jumat, saya datang kesana.”
“Ok kalau begitu Kha…”
“Terimakasih ya Pa Dedi….”
Setelah aku akhiri pembicaraanku dengan atasanku, aku coba menghubungi Mas Agam.
“Halo Mas Agam…”
“Gimana Kha ?”
“Dapat ijinnya ?”
“Dapat Mas…”
“Saya sudah dapat cuti.”
“Jadi tinggal potong cuti tahunan saya.”
“Sippp kalau begitu.”
“Gue jemput di kos ya setelah shalat jumat.”
“Jangan Mas….”
“Ketemu di station tugu saja.”
“Saya titip motornya di sana.”
“Ok kalau begitu.”
“Jam 1 gue jemput loe di station kalau begitu.”
“Iya Mas…..”
Aku sengaja minta di jemput di station tugu karena aku takut jika Mas Agam ke kosku, akan ketemu lagi dengan Andi. Bisa tambah keruh suasananya.
Setelah melakukan shalat jumat di kampusku, aku langsung melajukan motorku menuju ke tempat kerjaku untuk menandatangani form cuti, kemudian aku menuju ke station tugu.
Sambil menunggu dijemput oleh Mas Agam, aku melihat-lihat ke dalam station.
Di peron sebelah kanan, ada rangkaian kereta api yang kosong berwana biru tua dengan list orange. Keretanya tidak terlalu bagus, tetapi aku ingin sekali menaikinya.
Pada saat aku sedang asik memperhatikan kereta api berwarna biru ini, tiba-tiba ponselku bergetar. Mas Agam yang menghubungiku
“Halo Mas Agam…”
“Kha…Loe sudah sampai station belum ?”
“Sudah Mas…”
“Saya lagi di dalam.”
“Lagi liat-liat kereta Mas…”
“Mas Agam lagi ada dimana ?”
“Gue udah sampai parkiran.”
“Loe tunggu di depan pintu keluar ya”
“Iya Mas….”
Akupun keluar dari station ini, dan berdiri di pintu keluar. Dari tempatku berdiri, terlihat mobil Mas Agam berjalan ke arahku.
Setelah berhenti di depanku, aku naik ke dalam mobilnya Mas Agam.
“Kha….loe udah makan siang belum ?”
“Belum Mas…”
“Dari kampus saya langsung ke sini”
“Mas Agam sudah makan siang belum ?”
“Sama Kha….Gue juga belum makan.”
“Enaknya makan dimana ya Kha ?”
“Saya kurang tau Mas…”
“Eh loe ngga masalah kan makan di pinggir jalan ?”
“Ngga lah Mas…”
“Saya bebas aja kalau makan.”
“Ada tempat makan enak Kha…”
“Di dekat malioboro mall.”
“Jalan kaki aja kalau begitu Mas…”
“Mobilnya taro aja di station.”
“Iya ya Kha…”
“Deket kok, di jalan Sosrowijayan.”
Kemudian Mas Agam memarkirkan kembali mobilnya di halaman parkir station Tugu. Tidak terlalu banyak mobil yang parkir disini, sehingga sangat mudah mencari tempat yang kosong.
Setelah mobil terparkir sempurna, kami berjalan menuju jalan Sosrowijayan melalui jalan Malioboro. Lokasi tempat makan yang dimaksud Mas Agam, berada di mulut jalan Sosrowijaya.
Sangat ramai sekali orang yang akan memesan makanan, baik dibawa pulang maupun dimakan di tempat. Pilihan makanannya pun beraneka ragam.
“Mas…rasanya emang enak banget.”
“Mahal ngga makan disini Mas ?”
“Standar Kha…”
“Buktinya banyak karyawan toko yang beli makanan disini.”
“Berarti harganya sangat terjangkau kan…”
“Iya ya Mas….”
“Dari tadi ramai terus, sampai pada rela antri.”
“Kha…Mobilnya diparkir di station aja ya…”
“Kita jalan kaki ke alun-alunnya.”
“Iya Mas, pasti susah banget cari tempat parkir disana.”
Setelah selesai makan siang, kamipun jalan kaki menuju alun-alun menyusuri jalan Malioboro. Sudah banyak pedagang kaki lima yang menggelar barang dagangannya di trotoar. Di jalan ini kita bisa menemukan berbagai macam jenis barang khas kota Jogja, baik untuk dipakai sendiri maupun dijadikan buah tangan untuk orang yang kita sayangi.
“Mas Agam….”
“Kenapa Kha ?”
“Suka makan pecel ngga ?”
“Yang di depan pasar Bringharjo itu kan ?”
“Gue suka beli di sana.”
“Saya juga suka di sana Mas…”
“Apalagi pecelnya di situ ada bunga yang warna ungu.”
“Wanginya enak banget.”
“Bunga cobrang maksudnya ?”
“Iya itu deh…”
“Tapi dikasihnya ngga pernah banyak.”
“Loe mau ngga sekarang makan pecel.”
“Masih kenyang sih Mas…”
“Tapi kalau Mas Agam mau, saya juga mau.”
“Beli aja yuk Kha…”
“Porsinya kan ngga banyak.”
“Asikkk…”
“Yuk nyeberang jalan Mas.”
Di depan pasar ini ada beberapa yang menjual pecel, rata-rata penjualnya mbo-mbo. Di depan pasar inipun kita bisa menemukan berbagai jenis makanan khas seperti bakpia, yangko, wingko dan lainnya. Tapi ada hal yang menarik, ada yang menjual kaset-kaset lawas. Lagu-lagunya mulai dari era tahun 70an sampai dengan 90an.
Sesuai dugaan Mas Agam, alun-alu ini sangat ramai sekali, diantara ribuan orang yang datang ke acara ini, ada juga Andi dan Gilang yang turut serta meramaikan acara pembukaan ini. Perayaan Sekaten tahun ini berlangsung dari tanggal 3 Maret 2006 hingga 10 April 2006 atau sekitar 38 hari.
Sekaten sendiri merupakan acara tahunan yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa dalam menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal.
Setelah acara sambutan yang dibawakan oleh Bapak Walikota Jogja, Herry Zudianto, kemudian sambutan dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X.
Acara kemudian dilanjutkan dengan Tarian yang dibawakan oleh sejumlah siswa Sekolah Menengah Karawitan. Para penari membawa ratusan balon yang kemudian dilepas sebagai tanda pembukaan pasar malam Skaten.
Pemukulan bendhe oleh Sri Sultan HB X dan pemotongan rontal* oleh Walikota Herry Zudianto membuka pasar malam Sekaten secara simbolis.
*rontal = rangkaian bunga
Seperti perayaan sekaten sebelumnya, perayaan kali ini juga akan menampilkan berbagai macam stand dan arena permainan seperti roller coaster, tong stand, rumah hantu, serta komidi putar.
"Kha....di sini ada makanan yang paling ngga sehat sedunia."
"Tapi rasanya enak banget."
"Apaan itu Mas ?"
"Sate lemak sapi."
"Kalau lemak disate, apa ngga meleleh Mas ?"
"Meleleh sih, tapi ngga semuanya."
"Loe mau coba ngga ?"
"Mau Mas..."
Tanganku ditarik Mas Agam menuju ke tengah lapangan. Agak sulit juga untuk mencapai ke tengah lapangan ini, selain jalanannya cukup sempit, pengunjungnya pun sangat banyak, sehingga kami harus berdesak-desakan untuk menuju tengah lapangam alun-alun ini.
Mas Agam hanya memesan 4 tusuk sate saja yang harga pertusuknya 1000 rupiah.
“Kha…dikit aja ya makannya.”
“Takutnya loe ngga suka.”
“Emmmm…Enak Mas…”
“Tapi panas banget.”
“Kalau udah dingin, rasanya ngga enak.”
“Ati-ati netes ke baju.”
“Mas Agam…..Gilang dan Andi kayaknya datang ke sini juga ya…”
“Biasanya mereka datang ke sini.”
“Tahun lalu sih gue ke sininya sama Gilang.”
“Sekarang Gilang lagi jalan sama pacarnya.”
“Andi dari tadi pagi gue hubungi ke ponselnya, ngga ada jawaban.”
“Andi kayaknya marah banget sama saya Mas…”
“Saya takut banget sama Andi sekarang.”
“Ngga usah berfikiran yang negatif terhadap orang.”
“Mungkin dia lagi sibuk.”
“Iya Mas….” Ucapku untuk menghindari perdebatan dengan Mas Agam.
Aku sangat yakin sekali Andi marah banget sama aku. Pada saat di kelas, aku mengirim pesan singkat kepada Andi, namun sampai saat ini tidak merespon sedikitpun.
***
al baca dari pagi sampe sore ^^ hehe.. lanjut lgi dong ka @Chocolate010185
hahahhaa.....kayak kerupuk tahu, renyah.
Reskha kalau sedih, selalu bersikap datar. Ngga akan mau menunjukkan ke orang lain. Paling nangis sama buku kesayangannya itu.
Tapi kalau dia suka...pasti keliatan ekspresi wajahnya
Moga-moga malam ini bisa dilanjut, tapi kalau ngga bisa, besok aja ya dilanjutnya
Iya ya....author juga merasa Reskha jalan sama Andi. Tapi Andi kan udah punya pacar perempuan.
Tengkyu kang dah dimention
baca dolo ah...
#bukaPage1 ~