It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hehehehe....gawat kan kalau sampai mereka ketemu.
Bentar lagi di update kok...Tadi siang ngga sempet semuanya di upload
Harusnya sama Andi, tapi Agamnya lebih agresif soalnya.
Yang jadi pertanyaan, ketemu ngga mereka berdua
Sabar ya....Ini juga mau di update
Daahhh...Reskha emang ngga susah kok. Namanya juga lugu, jadi apa rasa jaimnya ngga ada sama sekali. Hehehehe
Lanjut ke part 25...
Stase Obstetri & Ginekologi atau biasa disingkat obsgyn, merupakan stase yang paling ditakuti. Ada serentetan ujian agar bisa lulus di stase ini.
Menurut temanku yang sudah lulus co ass obsgyn, ujian pasien obsgyn yang paling menyeramkan. Kasus-kasus pasien hamil sangat banyak sekali, dan kalau kita beruntung, kita mendapatkan kasus yang telah kita kuasai. Selain itu juga dosen pengujinya tidak pernah dikasih tau sebelumnya. Jika mendapatkan dosen yang galak, siap-siap untuk mengulang ujian.
Sebelum masuk ke stase Obsgyn, aku sudah mempersiapkan diri dengan cara membantu ibunya temenku yang merupakan seorang bidan, dan mempunyai tempat praktek sendiri.
“Bu…Sa..saya sepertinya ma..mau melahirkan.”
“Perut saya sudah mulas sekali Bu….”
“Aaargghhhh…..”
“Sabar ya Bu….”
“Coba saya periksa dulu.”
Kemudian bidan tersebut memeriksa si ibu yang sedang hamil tua.
“Di…coba perhatikan ini.”
“Menurutmu sudah bukaan berapa ?”
“Masih bukaan satu Bu…”
“Bagus…”
“Kamu coba tangani pasien ini ya.”
“Kalau ada hal yang kurang jelas, tolong panggil ibu di dalam.”
“Iya Bu…”
Bidan yang bernama Ibu Leila itupun berlalu dari hadapanku. Kini aku hanya bertiga di ruangan ini bersama suami pasien.
“Mas….perut saya mulas sekali.”
“Aargghhhh….”
“Sepertinya sudah saatnya saya melahirkan.”
“Ibu sudah buang air besar belum tadi pagi ?”
“Belum Mas….”
“Tapi saya bisa membedakan rasa ingin buang dan melahirkan.”
“Sekarang rasanya sakit sekali.”
“Coba ibu sekarang ke wc dulu untuk buang air besar.”
“Aduh Mas…..”
“Mules lagi perut saya.”
“Mas…tolong bantu istri saya ya…”
“Mungkin benar dia akan melahirkan.”
“Baiklah kalau begitu.”
“Saya coba cek lagi ya Pak…”
Kemudian aku memeriksa bagian vaginanya. Aku yakin masih bukaan satu. Belum ada tanda-tanda akan melahirkan.
“Ibu tarik nafas ya…Buang perlahan-lahan…”
“Maaaasss…..Aarrgggghhh…”
“Mulas sekali perut sayaaaa….”
“Ok kalau begitu…”
“Sekarang coba ibu ngeden ya…”
“Ngggggggeeeee……hhhhh”
“Huh….haah……”
“Nggggggeeeee…..hhhhh”
“Huh….haah…..”
“Nggggggeeeee……hhhhhh”
“Aaarggghhhhh……”
Precet……
“Tuh kan Bu….”
“Bukan mau melahirkan.”
“Ehh…iy…iya....Mas.”
“Sekarang perut saya sudah tidak mulas lagi.”
Lengkap sudah penderitaanku hari ini, selain aku harus membersihkan kotoran yang berceceran di lantai, aku juga harus membersihkan celana dan sepatuku yang terkena bom atom.
Panca indraku hari ini benar-benar terganggu, terutama mata dan hidung. Selain bau mayat yang masih tercium sampai dengan saat ini, ditambah lagi dengan gas dari efek bom atom yang diluncurkan dengan sukses oleh si ibu hamil.
Hilang sudah selera makanku hari ini. Aku berjalan gontai dari rumah persalinan yang dimiliki oleh orangtua teman kampusku.
Saat ini hal yang paling kurindukan adalah sebuah kasur untuk merebahkan diriku.
Belum sempat aku menyalakan motor, terasa sesuatu yang bergetar di saku celanaku.
Rupanya Agam yang menghubungiku.
“Halo Di….Loe lagi dimana ?”
“Aku baru aja keluar dari rumah bersalin.”
“Ok…sipp…”
“Gue tunggu ya sekarang di dixie.”
“Astaga…aku lupa Gam.”
“Tapi badanku cape banget.”
“Ngga ada alasan apapun.”
“Pokoknya loe harus datang kesini.”
“Gam…please…please.”
“Aku cape banget hari ini.”
“Mana celanaku basah dan kotor.”
“Oh ya sudah kalau ngga mau datang.”
“Jangan pernah sebut nama AGAM PRATAMA lagi dalam hidup loe !!!”
“Ya ampun….ancamannya kok berat sekali.”
“Kamu tuh ya….kapan sih bersikap dewasanya.”
“Tinggal pilih aja, loe mau datang atau gue yang hilang dari hidup loe.”
“Iya deh…aku datang kesana.”
“Tunggu ya.”
“15 menit lagi aku sudah sampai sana.”
“Ok Di…”
“Awas loh kalau ngga datang.”
“Gue tunggu sekarang ya…”
Selalu saja aku yang harus mengikuti kemauan Agam. Aku hanya bisa menolak keinginannya pada saat kita di semester 1, tepatnya waktu Agam menyatakan cinta kepada diriku.
Jelas waktu itu aku tolak, karena aku tidak punya rasa sedikitpun terhadap lelaki. Tetapi aku tidak tega untuk menjauh darinya. Sehingga apa yang dia minta selalu saja harus aku turuti, kecuali berhubungan intim.
Setelah sampai di dixie, aku langsung menuju lantai dua. Biasanya Agam selalu duduk di samping kaca yang menghadap ke kuburan kecil yang terpisahkan oleh jalan kecil dengan gedung ini.
Dugaanku tidak salah, dia sedang duduk berdua dengan seorang lelaki. Aku hanya bisa melihat Agam saja, karena posisi lelaki itu membelakangiku dan tertutup skat yang terbuat dari rotan.
Kemudian aku bergegas menuju tempat Agam duduk.
“Di….ni ken”
“Reskha !!!”
“Andi ?”
“Eh….loe udah kenal ya ?”
“Oooo jadi selama ini kamu jalan sama Agam.”
“Tadi pagi kamu bilang jalan sama teman kamu ?”
“Eh..ng…iy…iya Di” Ucap Reskha sambil menundukkan kepalanya.
Aku sangat kaget melihat dia saat ini sedang berhubungan dengan Agam.
“Gam…aku pulang dulu !!!”
“Eh Di…”
“Kok buru-buru ?”
Tanpa menghiraukan ucapannya, akupun langsung berpaling dari hadapan mereka.
Ada rasa kecewa, marah, cemburu bersatu dengan rasa lelah yang kurasakan semenjak tadi pagi hingga saat ini.
“Aarggggghhhh !!!!”
Kupacu motorku secara kencang menuju kosku yang berada di jalan Parangtritis.
Aku sangat emosi hari ini.
Walaupun kedua orang ini sangat aku sayangi, namun aku tidak terima jika Reskha berpacaran dengan Agam.
***
thanks for update
kurang dramanya kang author...
Hheheh