BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Permainan Terlarang (THE END)

1262729313279

Comments

  • @masboy makasih udah mau mampir dan baca...silahkan tinggal jejak bahkan kalo mau tinggalkan jejak dihati choco juga boleh
    m032.gif
    haduh itu ppny mas boy bikin choco gak kuar euy
    m016.gif

    Hahahaha..dihatinya? Mau dehhh~ :p hehehe...
    Wah kalo soal yg di pp sih itu jatahkuuuuu~~ :p hahahahaha

    Ayo dilanjut lagiii...jgn sampe kebo+miki terlantar karna bang isal dan angkotnya yaaaaa :p hehehe
  • ayoo d lanjuttt :D
  • wah kok libur sih
  • edited May 2012
    Kado Terindah (bagian 1)

    Aku..., aku..., tidak tahu harus menulis apa. Terlalu banyak kebahagiaan yang kurasakan hari ini. Aku hanya bisa berterimakasih kepada Tuhan karena telah memberikan kesempatan kepadaku sekali lagi untuk merasakan kebahagiaan ini.

    Hari ini adalah hari ulang tahunku dan si sapi membawaku sebuah tempat rahasia. Ah, ada-ada saja padahal aku tidak keberatan merayakan dimana pun yang terpenting dia berada disampingku.

    Ditutupnya mataku dengan sebuah kain penutup mata dan aku dibawa ketempat yang lumayan cukup jauh berdasarkan perkiraan dari lamanya aku duduk didalam mobil, tapi aku sama sekali tidak khawatir karena aku percaya dia sepenuhnya.

    Perlahan kami berhenti. Cukup jelas aku bisa mendengar pintu terbuka.

    "Kita sudah sampai," Bisiknya ditelingaku. Argh, karena napasnya hangat menyentuh kulitku sekarang aku benar-benar menjadi deg-degan. "Ayo," Dia menuntunku keluar dan membawaku berjalan beberapa saat. "Stop," bisiknya lagi.

    Dia membuka kain penutup mataku. Aku berusaha menyesuaikan mataku dan lalu terkesiap menyaksikan pemandangan didepanku. Hamparan bukit yang diterangi kelap-kelip lampu, kain piknik berada diatas rumput dengan dipenuhi berbagai makanan dan minuman, serta api unggun yang menyala disampingnya. Tidak ada satu kata pun yang bisa kurangkum untuk menggambarkan rasa takjub yang gue rasakan.

    "Suka?"

    Aku mengangguk pelan.

    "Sini," Dia meraih tanganku dan menuntunku keatas kain piknik. "Kamu duduk dulu aku mau ngatur lagi api unggunnya."

    "Memang kenapa?"

    "Apinya mengecil perlu dibesarin lagi. Kalau kedinginan tarik aja selimutnya," Dia menunjuk ke selimut bulu besar didepanku.

    "Iya," Dia berlalu meninggalkanku menuju sebuah rumah dibelakangku. Rumah? Aku baru tersadar ada rumah. Kira-kira rumah siapa yah? Aku hanya mengangkat bahu. Kutarik selimut itu untuk menutupi tubuhku.

    Aku memandang lurus kedepan. Sekali lagi aku terkesima dengan pemandangan didepan apalagi ditambah cantiknya sinar bulan. Apa semua ini nyata? Apa dia melakukan semua ini untukku? Kepeluk erat selimut kedadaku. Hatiku terlalu bahagia sampai-sampai aku ketakutan kebahagiaan ini akan menguap seketika.

    "Kok bengong? Dia membuyarkan lamunanku. Ah tidak lagi aku membiarkan diriku berpikiran yang tidak-tidak. Kutepis semua pikiran buruk dikepalaku.

    "Udah selesai?"

    "Udah," Dia duduk disampingku dan memposisikan kakinya melingkar dibelakangku. Wajahku memerah saat kurasakan dada bidangnya menyentuh lenganku. "Pemandangannya indah yah?" Dia menatap lurus kedepan.

    "Iya.... Ngomong-ngomong ini rumah siapa?"

    "Rumah temen."

    "Kamu nyewa?"

    "Haha..., enggak lebih tepatnya menang taruhan."

    "Kok bisa?"

    "Waktu dua bulan yang lalu aku pernah kemari, kamu ingatkan yang waktu itu aku mau apa?"

    Aku berusaha mengingat, "Iya."

    "Waktu aku kesini aku langsung jatuh cinta sama tempat ini dan aku langsung kepikiran pengen ngajak kamu kesini. Terus aku inget sebentar lagi kamu ulang tahun pasti romantis banget kalau dirayain disini."

    "Terus soal taruhannya?"

    "Hehe..., aku bingung kalau nyewa gak ada duit kalau minjem nanti sama dia ditanya macem-macem ya udah aku tantangin dia main basket dan aku menang," Dia tersenyum nakal.

    "Dasar," Aku mencubit hidungnya.

    "Hahaha...."

    "Nah kalau ini semua kamu yang siapin?"

    "Iya tapi dibantu sama yang jaga rumah." Dia melihat jam tangannya, "Jam 12 masih lima belas menit lagi sedangkan hujan meteornya baru sejam lagi, kamu nggak apa-apa nunggu?"

    "Enggak," Sudah pasti aku tidak keberatan menunggu baik sejam, dua jam, atau pun berpuluh-puluh jam kalau seperti ini.

    "Ya udah sambil nunggu jam 12 mending makan dulu yuk?"

    "Masih kenyang, tapi kalau kamu laper makan aja duluan."

    "Bener yah?"

    "Iya."

    "Kalau habis jangan nangis loh," Dia mengambil jagung bakar yang sudah tersedia dipiring.

    Aku terkekeh kecil. Ah, sapi yang kucintai meskipun sifatnya seperti anak kecil, tapi terkadang dia mampu membuat kejutan yang membuat hatiku meleleh.

    Kutatap wajahnya yang tampan. Dibandingkan wajahku yang kekanak-kanakkan dia memiliki wajah pria dewasa. Wajahnya yang kotak namun lembut ditiap sudutnya, alisnya tebal dan bibir merahnya yang penuh. Kugigit bibirku ketika ku mengingat bibir itu melumat bibirku.

    Tiba-tiba matanya tertuju padaku, "Ada apa?"

    "Hmm..., enggak ini aku keganggu sama jagung dibibir kamu."

    "Dimana?" Dia menjulurkan lidahnya keluar meraba-raba permukaan bibirnya.

    Kusapu sisa jagung yang berada dibibir atasnya. Aku mengkerutkan dahi saat dia menatapku lama, "Ada apa?" Dia letakkan kembali jagung bakar yang masih tersisa keatas piring dan membuka kaleng soda untuk diminumnya. Lalu dia memegang wajahku dan mencium bibirku.

    Aku tidak melawan malah kulingkarkan tanganku dilehernya. Bibirnya melumat lahap bibirku. Lidahnya menyelusup masuk kerongga mulutku. Aku selalu dibuatnya mabuk setiap kali dia menciumku.

    "Bahaya..., bahaya...," Katanya diantara helaan napas.

    "Kenapa?"

    "Kalau diterusin acara ulang tahun kamu bisa-bisa batal."

    Aku tertawa, "Batal juga gak apa-apa."

    "Enak aja, aku udah capek-capek tahu nyiapin semuanya."

    "Iya udah kalau begitu sesi ciumannya dibungkus dulu buat entar," Aku tertawa dan lalu dia pun ikut tertawa.

    Dia melihat lagi jam tangannya, "Beberapa menit lagi." Dia mengambil cupcake yang sudah dipasangi satu buah lilin ulang tahun kecil. Aku tersenyum karena dia masih mengingat malam dihari ulang tahunnya beberapa tahun silam. Dia nyalakan lilinnya. "Happy birthday..., happy birthday..., happy birthday Miki. Now, make a wish."

    Aku ingin menangis, tapi akan sangat disayangkan kalau aku melewatkan tiap momen ini dengan tangisan. Aku menutup mata dan memohon, Tuhan terima kasih sudah memberikan aku satu kesempatan lagi untuk merasakan semua kebahagiaan ini. Hanya ada satu permintaan sedehana yang aku minta berikan restu-Mu untuk hubungan kami. Aku membuka mata lalu meniup lilinnya.

    "Happy birthday Miki," Dia menciumku lembut.

    "Thank you."

    "Now, presents time," Dia mengambil sebuah kantung besar dari belakangnya. "Ini buat kamu dan silahkan buka."

    Aku menerimanya. Aku sedikit terkejut melihat isi kantung itu karena didalamnya ada dua bungkus kado. "Kok dua?"

    "Hehe..., iya udah buka aja."

    Aku mengambil kado yang dibagian atas. Bungkusnya sedikit lebih kecil dari pada yang dibawah. Aku membuka pelan dan akhirnya terlihatlah gambar handphone dibungkusnya. Aku mengernyitkan alisku, "Handphone?"

    "Supaya aku bisa menghubungi kamu setiap saat."

    Aku tersenyum dan memberikannya kecupan singkat. Kubuka kado kedua. Aku menahan napas. Sebuah kamera DSLR?

    "Buat latihan."

    "Tapi inikan mahal banget?"

    "Kamu sendirikan yang bilang pasti ada jalannya."

    Aku memeluknya erat. "Aku cinta kamu."

    "Aku juga cinta kamu."

    "Bagaimana caranya aku bisa membalas semua kebahagiaan yang sudah kamu berikan?"

    "Gak perlu, karena kamu memang pantas mendapatkannya."

    "Tapi aku gak mau hanya aku doang yang bahagia."

    "Kalau kamu bisa tersenyum terus aku sudah bahagia."

    "Tapi aku juga mau melihat senyum kebahagiaan kamu."

    Dia terdiam, "Kamu ingat malam itu? malam dimana kencan pertama kita berakhir?"

    "Iya," Jawabku pelan.

    "Aku sudah siap kapan pun kamu juga siap."

    Aku menciumnya bibirnya, melumatnya hingga kami kesulitan bernapas.
  • edited May 2012
    Author Note:

    Wah sial banget nih malem, buat penulisan chapter barusan choco dapet halangan yang teramat sangat.

    1. pas choco mau klik simpan salinan yang keklik malah simpan komentar padahal belum selesai tulisannya... ahh pusing deh.

    2. pas choco mau nambah tulisan yang belum selesai eh chromenya ngadat..., wah anjrot dah pokoknya.

    3. alhasil choco musti nulis dari awal
    m133.gif

    buat kelanjutannya akan dilanjut besok...maaf yah buat ketidaknyamanannya

    m107.gif
  • @bi_ngung sorry baru apdet
    @masboy mudah2an enggak haha
    @per_kun95 udah
    @abadi_abdy gak libur td ada kesalahanteknis t.t
  • kesalahan dimaafkan asal updatenya banyak #maksa
  • Gapapa, istirahat aja dulu.
  • Semangat
  • wah kok libur sih ;)
  • Kado Terindah (bagian 2)

    Kutatap tubuh kecilku di cermin. Hmm..., mendadak kepercayaan diriku hilang. Aku jadi heran sendiri bisa-bisanya dengan percaya diri aku tawarkan tubuhku kepadanya. Ah..., sudahlah ini yang aku inginkan. Aku ingin menyatu bersamanya biar keraguan yang selalu ada di dadaku hilang.

    Kulilitkan handuk di pinggangku dan dengan langkah mantap aku keluar.

    Jantungku berdebar kencang saat kudapati dirinya bersandar diatas tempat tidur. Dia memberikanku senyuman manis kepadaku dan aku membalasnya.

    Selangkah demi selangkah aku mendekatinya. "Kamu yakin?"

    Aku mengangguk pelan, "Tak pernah aku seyakin ini."

    Dia rentangkan tangannya untuk kuraih. Kubuka lililitan handuk dipinggangku dan menggapai tangannya. Kumasuk kedalam selimut. Dia memelukku lalu menindihku aku suka berat tubuhnya yang berada diatas tubuhku dan kulingkarkan tanganku dilehernya.

    Dia mencumbuku pelan, tapi menggairahkan. Tangannya menjelajahi tubuhku inci demi inci. Aku melenguh pelan saat tangannya menggenggam lembut diriku.

    Lidahnya menelusuri pelan rahangku, leherku dikecupnya. Kembali, dia menelusur terus hingga kebawah. Dia menatapku lalu tersenyum nakal. Kebiasaan sekali dia suka menggodaku membuat wajahku memerah.

    Dia mengulumku pelan, "Ssshhh...," Desisku pelan.

    Sedikit demi sedikit dia melahapku. Aku hanya bisa menggelinjang dan mendesah tak karuan. Kubisa rasakan aku siap membuncah kapan saja, tapi aku tidak mau secepat ini aku juga ingin dia.

    "A...," panggilku.

    "Apa sayang?"

    "Aku mau aa."

    "Enggak malam ini. Malam ini aku ingin memuaskanmu."

    Aku ingin protes, tapi dia mendahuluiku dengan menciumku. Dia menciumku lebih menggebu sekarang membuat semua energi hilang entah kemana.

    Dia membalikkan tubuhku. Napas panasnya kurasakan dibelakang telingaku. Tangannya meremas gemas bokongku. Kurasakan satu jemarinya memijat diantara belahan bokongku dan pelan menyelusup masuk. Kumelenguh.

    "Sakit?"

    "Sedikit."

    Dia menciumku kembali, tapi tanpa melepas jarinya. Sebagai kompensasi jarinya yang menusuk dan melonggarkanku dia mencium panas. Aku mendesis pelan.

    Lidahnya menelusuri garis punggungku hingga bawah. Lidahnya membasahiku dan bisa kurasakan otot-ototku mulai melunak. Dia ambil sebuah botol yang aku tidak tahu apa isinya. Jarinya kembali masuk dan rasa dingin menyergapku.

    "A dingin."

    "Gak apa-apa ini pelumas biar kamunya gak sakit."

    "Hmm." Gumamku.

    Dia membalik tubuhku hingga kami berhadapan. Sekarang aku bisa melihat jelas isi botol itu adalah cairan putih bening. Dioleskannya lagi cairan itu kerongga terdalamku dan bagian diriku. Tangannya naik turun untuk meratakannya lalu dia menciumku.

    "Kamu siap?"

    "Iya."

    Dia mengambil sebuah bungkusan kecil, lalu membukanya dan memakainya. Sekarang gantian dia melumuri dirinya dengan cairan itu. Jarinya kembali menusuk.

    Kakiku dibukanya lebar terlihat sudah semua inci tubuhku. Bantal yang berada disampingku diambilnya dan diletakkan dibawah panggulku. Dia menggoda dibibir ronggaku. Aku menggigit pelan melihat ukurannya yang besar.

    Dia menciumku dan perlahan dia memasukkan kepalanya. "Nnnhh...," Gumamku.

    "Kalau sakit kamu bilang nanti aku berhenti,"

    Aku mengangguk, lalu menciumnya.

    Dia memasukkan lagi sedikit demi sedikit dan akhirnya melesak masuk kedalam ronggaku. "Ahh...,"Rintihku. Dia tidak bergerak hanya mencumbuiku terus. "A bergerak."

    Dengan aba-abaku dia bergerak perlahan. Aku mengernyitkan mataku rasanya panas dan nyeri. Dia berhenti bergerak. Aku panik, "A?"

    "Sebentar," Dia mengambil lagi botol itu dan mengoleskan lagi keronggaku. Dia bergerak lagi dengan perlahan. Jauh lebih baik.

    Kugigit bibirku dan dia bergerak semakin cepat. "Ahh..., aahh...," Desahku. Dia menciumku tanpa menghentikan gerakannya, tapi tiba-tiba aku rasakan dia menyentuh bagian tersensitifku. "Ahh..., tadi itu apa?"

    "Aku juga gak tahu."

    "Tapi enak a. Lagi a."

    Dia bergerak dan langsung menyentuh bagian itu lagi. Kucengkeram seprai dan mendesah kencang. Berulang kali dia menyentuh bagian itu membuat pandanganku mengabur.

    "Ahhh..., Miki," Desahnya. Kulihat wajahnya yang sedang merasakan kenikmatan dan bulir-bulir keringat bercucuran mengalir dari dahinya. Syukurlah.

    Aku hampir ada diujung ekstasi, "A, Miki mau keluar."

    Dia menggenggamku dan membawaku naik turun. Semenit keluar aku meledak, "Ahhh...."

    Dia menghentikan gerakkannya dan keluar dari ronggaku. Dia menanggalkan karet yang melekat, lalu membiarkan dirinya meledak di atas perutku. Dia terjatuh diatasku.

    Sekali lagi kami bercumbu mesra dia katakan kata cinta untukku begitu juga sebaliknya. Kami rapatkan tubuh kami yang mendingin dengan selimut, lalu tertidur lelap.
  • Addicted

    Gue pernah denger kalau sekali kita sudah merasakan yang namanya nikmat bercinta pasti akan ingin lagi dan lagi. Dan sekarang itu yang gue rasakan. Setiap kali gue menatap Miki pikiran gue langsung melayang kemalam itu. Wajah Miki yang sedang seksi karena sedang menikmati dan rasa panas tapi nikmat saat Kebo kecil menggenjot organ terdalam Miki membuat gue melayang kelangit ketujuh.

    Dan tadi siang gue dalam masalah besar.

    Dalam rangka ulang tahun Miki, nyokapnya Miki mengundang semua sanak keluarga termasuk keluarga gue juga untuk makan-makan. Yang bikin masalah buat gue adalah gue masih dalam keadaan horny berat. Miki ada didepan gue, tapi aje gile berasanya jauh banget.

    Gue sama sekali gak konsen selama acara berlangsung yang gue perhatiin cuma Miki seorang. Dan seakan Miki tahu terkadang dia curi-curi pandang kegue dan tersenyum manis. Duh Miki, kamu sama sekali gak membantu.

    Saking gak kuat lagi gue permisi dari semuanya dan mengajak Miki pergi. Sempat semuanya bertanya-tanya dan bahkan adiknya Miki, Lila sempet ngerengek minta ikut, tapi dengan seribu satu siasat akhirnya gue berhasil keluar juga.

    Udah gak tahan lagi gue bawa Miki kehotel terdekat dan terjadilah pergumulan yang lebih dahsyat. Miki yang sudah lebih biasa bahkan lebih beringas dari gue, hahaha.
  • Makasih sis @xchoco_monsterx ceritamu adalah kado terindah untukku.

    Wah ngetiknya sambil bercucuran keringat. emang sambil ngapain ? #curiga
  • @xchoco_monsterx bikin Geraaaaaah d siang bolong... Brasa lg baca ff yaoi NC 21++ hihihi...
Sign In or Register to comment.