BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

I am Your Kitty :3 (Chapter 7 Fearless)

1246715

Comments

  • ditunggu lanjutannya
  • Chapter 4

    The Secret of a Curse Part II

    “Me...Meza...”, aku terperangah saat yang membukakan pintu rumah Fajri adalah Meza tapi?

    “Meza Meza kepalamu peyang!”, jitak Fajri sembari membukakan pintu. Aku pun baru sadar kalau yang tadi itu hanya ilusi semata, setakut ini kah aku dengan gangguan Meza.

    “Ngapain ke sini? Untung aku tadi baca koran di ruang tamu”, tanya Fajri.

    “Ada yang mau aku omongin”, jawabku.

    “Oh ya udah, kita ngobrol di kamarku aja”, ajak Fajri.

    Bisa dibilang rumah Fajri ini tidak lebih layaknya gudang makanan dan sembako. Di mana-mana bertumpuk barang-barang dagangan di ruko depan rumahnya. Aku saja harus berjalan dengan hati-hati agar tidak tersandung dengan kardus berisikan snack atau apalah namanya. Hingga akhirnya kami sampai disebuah tangga yang terbuat dari beton. Karena di sanalah kamar Fajri berada, dia hanya sendirian di lantai dua rumahnya.

    Aku terus mengikuti Fajri di belakangnya. Kemudian Fajri yang sudah tiba duluan di depan kamarnya segera membukakan pintunya dan menyuruhku masuk ke dalam. Dan......

    “Kamarmu masih seperti dulu ya?”, sindirku ketakutan. Aku lupa kalau Fajri penggemar film horor, semua poster film horor ditempelnya di dinding. Ketiga sahabatku memang memiliki kebiasaan di luar kebiasaan manusia seperti biasanya, kalau Fajri dikenal hobi dengan yang berbau horor.

    “Ya... hanya saja sudah nambah 6 poster film baru”, tunjuk Fajri ke arah dinding yang baru saja ditempelkan poster itu. Bulu kudukku bergidik langsung melihatnya, bisa dibayangkan apa isi posternya? Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan.

    “Kita ngobrol di sini?”, tanyaku sembari berjalan pelan masuk ke dalam kamarnya.

    “Ya.....”, tatapan Fajri berubah menjadi sangat dingin.

    “JRI!”, teriakku ketakutan. “Jangan nakutin gitu ah”.

    “Kenapa?”, suaranya terdengar berdesah, dia berjalan menuju sisi dindingnya. Dan mematikan saklar lampunya. Sekejap saja semua poster yang ada didinding kamar Fajri langsung menyala dengan sangat menyeramkan.

    “FAJRI!!!!!!”, teriakku marah.

    “Iya iya....”, Fajri langsung menyalakan lampu kamarnya kembali. “Gitu aja takut”.

    “Aku ngga suka candaan gini!”, mukaku berubah sangar.

    “Biasanya kamu ngga takut kalo digituin, ahh ga lucu”, Fajri langsung rebahan di kasurnya.

    “Tapi kan aku lagi ada masalah sekarang”, aku berusaha meredam emosiku dan duduk di sebelah Fajri yang masih rebahan.

    “Emang ada masalah apa? Ampe tadi nyebut aku Meza segala”, tanya Fajri.

    “Ya itu dia masalahnya”, aku mulai menceritakan kejadian hari ini. “Aku ngga tahu kenapa bayangannya selalu ada disaat aku benar-benar ah.............. menyeramkan pokoknya”.

    “Memangnya seperti apa?”.

    “Ya... dia selalu muncul dikaca, pikiranku, dan tadi malam lewat mimpi”.

    “Bukannya tadi aku sudah jelaskan lewat telepon”, Fajri mulai berubah posisi menjadi duduk. “Apa pun itu, kalau kita sampai mimpi berhubungan gitu”, Fajri menggerakkan jarinya layaknya memberi tanda kutip pada perkataannya, “itu tandanya pelet”.

    “Tapi...”, aku tertunduk dan teringat dengan tadi malam. Masa aku harus menceritakan kalau aku mimpi ML dengan Meza.

    “Tapi apa? Kamu cerita jujur aja Ndi”, tegur Fajri penuh selidik. “Ngga perlu disembunyikan”.

    “Em....”, aku sedikit ragu menceritakannya. “Gimana ya?”.

    “Gimana apanya? Dennis dan Billy ngomong jujur ngga ada mimpi gitu, apalagi aku, cuma aku ragu di kamu aja”.

    “Kenapa aku yang diragukan?”, protesku. “Bisa aja mereka bohong”.

    “Mereka ngga bohong kok, soalnya kan yang diincar Meza kan kamu”.

    “Aku? Kenapa aku?”, tanyaku heran.

    “Soalnya dimimpi aku, Dennis dan Billy, si Meza ngincar kamu, tapi karena kamu ngga jujur jadi ya kami ngga mau bertanya lagi”.

    “Ok ok! Aku cerita tapi jangan kasih tahu yang lain”, pintaku. “Janji?”.

    “Janji Andi, aku juga ngga mau kamu kenapa-napa”, jawab Fajri setuju untuk tidak menceritakan apa yang nanti aku ceritakan.

    “Sebenarnya aku mimpi gitu sama Meza”, ucapku pelan.

    “APA!!!!”, Fajri mengeluarkan suara kerasnya.

    “Ssststttttttttttt”, aku menutup mulut Fajri. “Jangan keras-keras!!!”.

    Fajri berusaha melepaskan tanganku, “Sory Ndi, aku kaget! Tapi kenapa kamu ngga cerita?!”.

    “Gimana mau cerita? Aku malu.....”, jawabku bingung.

    “Ini gawat”, celetuk Fajri. “Ternyata emang benar bakal kejadian”.

    “Kejadian apa sih? Jangan nakutin gitu dong”, aku memukul tangan Fajri namun pelan.

    “Tapi kamu serius kan?”, Fajri seakan tida percaya dengan yang aku katakan.

    “Seriuslah”, jawabku lagi. “Terus gimana dong? Aku ngga mau diganggu dengan bayangan Meza”.

    “Sebenarnya itu teknik pelet modern”, jelas Fajri.

    “Emang ada pelet modern?”, aku mengernyitkan alisku sebelah.

    “Ada dong, ya... lewat mimpi itu”, timpal Fajri. “Setahu aku baca-baca diweb khusus dunia perpeletan, pelet modern itu kekuatannya lebih lemah”.

    “Bagus dong”, potongku.

    “Tapi efeknya..................”, Fajri tidak menyelesaikan pembicaraannya.

    “Tapi apa?”.

    “Meskipun peletnya hilang, bisa saja kamu masih suka sama orangnya”, jawab Fajri pelan.

    “APA!!! Gila, aku bukan.................... gay............... aku normal Faj! Gila aja pacaran sama cowok culun kayak dia!!!”, protesku.

    “Iya, tapi bisa hilang kalo kamu bisa tahu kelemahannya”.

    “Apa kelemahannya?”.

    “Ya aku ngga tahu”, Fajri mengangkat kedua bahunya.

    “Astaga!”, aku menepuk jidatku.

    “Oh iya, ceritain dong gimana kamu mimpi gitu sama Meza?”, bisik Fajri.

    “Ya ya gitu lah”, jawabku asal-asalan.

    “Kamu, gituin dia?”, Fajri kembali berbisik menanyakan perihal mimpiku.

    “Kamu kenapa sih? Pengen?”, balasku langsung mendorong tubuh Fajri ke ranjangnya. Aku sekarang menindih dia.

    “ARGHHH!!!”, dengan sekuat tenaga akhirnya Fajri berhasil merobohkan singasana tindihanku. Aku berbaring di samping dia. “Andi sinting!!”, dia berlari keluar kamarnya.

    “Hei, kok aku ditinggalin?”, panggilku.

    ..................................................................................................................................................................

    Fajri akhirnya marah juga sama aku, tapi biarlah, soalnya dia tipikal orang yang sulit sekali berlama-lama marahnya lagian aku sering menggoda teman-temanku dengan seperti itu dan tidak ada yang pernah marah, kenapa ya dengan Fajri?

    Aku sudah meninggalkan rumah Fajri walaupun pergi tanpa pamit. Saat ini aku dalam perjalanan menuju kembali ke rumahku. Yah, sepertinya aku perlu istirahat dan tidak terlalu memikirkan soal bayangan Meza hari ini. Sebenarnya hal-hal berbau horor bagiku itu hal biasa tapi buat yang satu ini luar biasa karena sudah menyangkut sesuatu yang aku perbuat kemaren. Andai aku tidak menjahili si Meza tidak bakal mengalami hal jelek seperti ini.

    Kendaraanku terus aku pacu hingga sampai di rumahku. Aku perhatikan rumahku masih sepi, mobil kedua orang tuaku masih belum terparkirkan di rumah. Tapi kayaknya si mbok sudah pulang jadi aku amanlah di rumah sendiri. Kemudian aku buka pagar rumahku dan membawa masuk motorku. Aku lanjutkan langkahku masuk ke dalam rumahku.

    Aku lihat kucingku, si Pussy sedang tertidur pulas di sofa ruang tamuku. Lalu aku melangkah masuk ke dalam ruang tengah, ternyata ada si Mbok sedang memegang telepon rumah. Dia lagi berbicara dan melihat ke arahku.

    “Dek Andi”, begitu biasa aku di sapa oleh Mbok. “Ada telepon”, panggilnya dan menaruh ganggang telepon di meja.

    “Dari sapa?”, tanyaku yang mendekat ke arahnya. Tumben ada yang menelepon di siang hari begini.

    “Katanya dari Za... Za.... sapa gitu”, jawab Mbokku.

    “Oh ya sudah”.

    “Permisi dulu Dek Andi”, si Mbok langsung pergi ke arah dapur.

    Kemudian aku mengambil ganggang telepon itu, “Halo, ini Andi, ada apa ya?”, tanyaku.

    Beberapa detik, tidak ada suara yang bersahutan dari telepon, aku terus berbicara, “Halo, ini siapa?”.

    Masih saja tidak ada yang tidak menjawab panggilanku, mulai sedikit emosi, “Kalau ngga ngomong aku matikan teleponnya”.

    “Ha.. halo”, ada suara kecil yang gugup sedang menjawab.

    “Ini siapa?”, aku mencoba sedikit menggertak.

    “Meza...”, jawabnya. Mendengar namanya aku berusaha untuk tetap tenang dan tidak takut.

    “Ada perlu apa?”.

    “Maaf aja....”, jawabnya pelan. “Kamu ngga marahkan?”.

    “Maaf? Jadi apa yang aku alamin ini karena ulah kamu!”, aku mulai emosi.

    “Ya, aku juga ngga tahu”, Meza sedikit takut-takut.

    “Kamu kira enak diteror gitu?!”.

    “Kamu kenapa sih marah-marah?”, protes Meza. ‘Kamu aja sering gangguin aku ampe ketabrak kemaren aja aku ngga marah!”.

    Tut tut tut tut, Meza langsung menutup teleponnya. “Dasar”, aku tutup telepon rumahku. Ternyata benar aku dikerjain habis-habisan sama Meza, dia pikir asyik apa diteror sama setan? Bakal aku balas di kampus. Lihat saja nanti!

    ..................................................................................................................................................................

    Aku kembali rebahan di kasurku. Pussy, kucingku, mengikuti dan tidur lagi di ranjangku. Hari ini memang benar-benar gila, kenapa bisa aku yang diteror sama si culun itu? Dan dia baru mengaku hanya lewat telepon. Aku tarik nafas dalam-dalam untuk bisa berpikir jernih dan tidak terlarut lebih dalam dengan emosiku.

    Aku perhatikan kembali kucingku yang mengulet di kasur. “Andai aku kayak kamu Pussy, pasti hidup ini terasa santai tanpa ada beban”, gumanku dalam hati sembari mengelus Pussy.

    Aku harus melakukan apa? Kalau dipikir baik-baik memang salahku juga, aku yang memulai maka aku yang menerima hasilnya. Tapi, setidaknyakan tidak pakai cara yang meneror seperti ini, kalau tidak suka harus berani secara jantan kehadapanku. Dasar culun, bisanya pakai cara busuk buat balas dendam.

    Tanpa terasa, muncul rasa kantuk dikedua mataku. Aku kembali tertidur, mencoba menghilangkan kepenatanku hari ini.

    ..................................................................................................................................................................

    Saat itu, di ruangan kosong, aku hanya sendiri dan menahan tubuh Meza denga kedua tanganku. Tanpa sengaja, kacamata si culun itu jatuh karena dia banyak bergerak. Wajah aslinya pun terlihat, mata coklat yang selama ini tidak pernah aku lihat sama sekali dari balik kacamatanya sekarang terlihat jelas. Lentik bulu matanya dan pupilinya yang coklat bergerak memandangi wajahku.

    Aku menjadi tidak fokus untuk mengerjain Meza, wajahnya benar-benar mempesona. Dadaku terasa berdegup kencang, aliran darahku mulai memuncak. Sekarang yang ada dipikiranku adalah bagaimana caranya memiliki tubuhnya.

    “Jangan Andi...”, erang Meza karena dia sudah tida kuat menahan tubuhku yang telah menekan kuat tubuhnya ke dinding.

    Aku tidak menjawab erangan Meza, aku semakin berpikir liar. Kedua tanganku langsung memegang tangannya dan menahannya. Tubuhku semakinku buat erat menempel ke tubuhnya. Aku sudha hilang kendali. Dengan laparnya aku menggigit halus leher manisnya. Meza hanya bisa mengerang.

    “Ah..... ja...ngan....”, desahan nafas Meza memancing libidoku. Aku jadi semakin bersemangat untuk menguasai tubuhnya. Tubuhnya hanya milikku dan..........

    BRAKKK!!!!!!!!! Aku terhempas ke bawah.

    “Aduh...”, aku memegang pinggangku. Kemudian aku tersadar sudah terjatuh dari kasurku. Aku pun bangun sembari memegang pinggangku yang sakit karena terjatuh dari kasur dan menyandarkan badanku di sisi kasurku.

    Ternyata yang aku alami itu tadi hanya mimpi, tapi kenapa mimpinya porno begitu? Aku menggaruk kepalaku, heran dengan apa yang aku pikirkan ini. Kenapa jadi begini? Kenapa aku tiba-tiba memikirkan Meza? Apa aku sudah kena peletnya? Oh tidak!

    “Meoonggg”, kucingku memanggilku dari atas kasur.

    “Pussy”, aku mencoba bangun dan kembali ke kasurku. Masih terasa nyeri di pinggangku. “Pussy bantu aku dong”.

    “Meoongggg”, jawabnya. Aku sudah mulai gila ngomong sama kucing.


  • @dirpra : wahh makasi ya, udah update tuh

    @joel_philips : nih, udh update, maaf lama :p

    @brownice : udah kukz, mangga diboco
  • maksih mentionnya ya bro
  • kapan nih update nya lagi....??
  • mau nambah lagi dong.... :p
  • jadi beneran Meza yang menyebabkan itu semua ?

    @steverahardian minta cara peletnya dong, gue mau melet orang yg gue suka nih, wkwkwk, pake cara itu aja biar gak terlalu ekstrem, hahaha
  • Sama sama @brownice, @joel_philips nah itu dia, kpn ya enaknya di update? Soalnya lg buat dua crita, @AwanSiwon gampang kalo mau nambah, tgl pesen aja :O

    @dirpra : klo mau melet gt gampang, nmnya pelet modern, caranya kamu tgl mimpiin dy saat lg mimpi basah, w‎​Ω̃̃ªªkk ω̃̃♥ªkk☺ω̃̃kkª:Oω̃̃ªªkk

  • @steverahardian eh ntar pelet beneran manjur gaq sih???
  • uch. kurng pnjngn dikit. dah nunggu lama nie
  • @AwanSiwon : kyknya klo dipelet beneran, manjur manjur aja, pkokx byk2 baca ayat kursi :O *tambah ga nyambung*

    @Alvalian_Danoe : soalx takut ntr di blg critanya ga nyambung lg makanya dikasi sdikit biar kesannya nyambung trus ~(˘▾˘~) ~(˘▾˘)~ (~˘▾˘)~


    Btw, mw promosi 2 crita aku lainnya.
    Rival = Love dan I'll Be Your Heart, monggo dibaca ya
  • New reader here...*waves*
    Cerita'y menarik..mix antara mistik απϑ romans..tp jgn kebanyakan mistik'y Ɣ∂ ntr jd horor hehehe..:)
  • kapan nih update lagi ??
  • lanjut donk.... Penasaran banget nih....
Sign In or Register to comment.