It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Alvian_Danoe >
“Ngga’ usah banyak bacot deh lo!
Lo mesti ngerasain juga nih bola!” pekik Malvin. Amarahnya semakin memuncak!
lalu mengambil bola basket tersebut dan melemparkannya dengan kuat ke wajah Feldi
Buuugggghhh!
“Arrrrgggghhhhh!” hidung Feldi pun berdarah
“Pergi nggakkk lo?” ancam Malvin
“Lo udah berani ikut campur sama masalah gue!
Liat aja pembalasan gue Fal!
Dan elo Vin! Jangan bangga lo, karna ada orang yang udah belain lo sekarang!
Gue bakal bales kalian berdua lebih dari ini!” ancam Feldi, lalu berlalu
“Fal, lo apa-apaan sih? Kok lo malah belain Malvin sih?” omel Tristan yang saat itu masih berada di ruang ganti dan menyaksikan kejadian tersebut
“Lo gilaaa ya?! Gara-gara lo belain si cecunguk busuk itu, lo jadi ikutan kena masalah kan?
Lo ngga’ takut kalo’ ntar diapa-apain sama si Feldi?! Dia kan terkenal kejem, preman, atau apalah!
Lo ngapain sih belain Malvin? Lo sama aja udah bahayain diri lo sendiri tau nggakkk!” sahut Sandy
“__________” Malvin mulai sadar akan kata-kata Sandy, lalu segera menghampiri Naufal
“Vin, lo gapapa?” tanya Malvin cemas sembari mengusap darah yang mengalir di hidung Naufal
“Gapapa kok Fal! Thanks!” timpal Naufal
“Aduuuhhh, hidung lo berdarah!
Nih pake’ sapu tangan gue!
Sekarang lo mesti ikut gue ke ruang UKS!” seru Malvin cemas
“Maafin gue karna kurang bisa jaga tubuh lo Vin!
Tubuh lo sekarang malah berdarah…” bisik Naufal
“Gapapa… Gue malah ngerasa ngga’ enak banget sama lo!
Seharusnya yang ngerasain rasa sakit itu tuh gue, bukan elo!
Lo tenang aja! Kalo’ dia sekali lagi berani nyentuh lo sedikit aja, gue bakal bunuh tuh anak!” timpal Malvin, lalu membantu Naufal berdiri dan segera menuju ruang UKS
Sedangkan geng Ijo lumut, geng nya Malvin dan beberapa anak-anak sekelas yang masih ada di ruang ganti itu pun masih terbengong-bengong melihat peristiwa tersebut…
“Bagaimana bisa, Naufal dan Malvin begitu akrab? Bahkan saling membela dan membantu?
Juga saling perhatian satu sama lain…” Mungkin itulah yang saat ini ada di fikiran mereka…
-
-
-
Setelah mendapat penanganan dari penjaga UKS tersebut, Malvin segera duduk di samping Naufal yang tengah rebahan…
“Fal, gimana keadaan lo sekarang?”
“Udah baikan kok! Cuman masih pusing banget kepala gue!” jawab Naufal
“Fal?”
“Ya?”
“Maafin gue ya!” seru Malvin menyesal
“Maaf? Buat apa?”
“Ini semua karna keegoisan gue.
Gara-gara gue, lo jadi ikut masuk ke dalam masalah gue lagi!
Gue tadi keburu emosi, padahal gue masih ada di tubuh lo. Gara-gara gue, lo jadi ikut-ikutan jadi incarannya Feldi. Sumpah, gue nyesel banget!
Gue takut kalo’ gue lagi ngga’ ada, Feldi bakal ngelakuin hal yang lebih lagi ke elo!”
“Gapapa Vin!”
“Hah? Kok lo ngomong gitu sih?
Harusnya lo sekarang tuh pukulin gue!
Gue emang cowok bego, ngga’ pecus, ngga’ bisa jaga tubuh lo!
Gara-gara gue, lo bakal….”
“Ssssttttt…! Gue ngga’ mau denger apa-apa lagi dari lo!
Asal kita bersama terus, gue yakin sebesar apapun masalah yang menimpa kita, kita bakal bisa hadapin itu semua.” seru Naufal
“Gue bener-bener kagum sama kebaikan lo, pengorbanan lo buat gue, ketulusan lo, semuanya!
Gu… Guee…!”
“Ssssstttt…!” Naufal menempelkan jari telunjuknya di bibir Malvin
“Selagi gue bisa, gue akan selalu ikut dan bantu dalam masalah lo!
Gue akan selalu ada buat lo Vin!”
“Fal?!” gumam Mavin tak percaya. Sedangkan Naufal hanya tersenyum manis…
“Thanks banget Fal!” Malvin memeluk Naufal erat
-
-
-
Sepulang sekolah, Malvin dan Naufal berciuman lagi karena mereka harus mengikuti latihan mereka masing-masing…
Sebelumnya, Mereka begitu kebingungan untuk mencari tempat yang aman. Akhirnya mereka berciuman di dalam toilet. Mereka berdua masuk ke dalam bilik WC yang sama, lalu segera berciuman. Setelah jiwa mereka bertukar ke tubuh masing-masing, mereka segera menuju tempat latihan.
Naufal dengan latihan Boybandnnya dan Malvin dengan latihan basketnya.
Kali ini giliran rumah Fian yang didatangi untuk latihan Boyband geng Ijo lumut.
-
-
-
Di rumah Fian,,,
Sesampainya di sana, rumah berarsitektur jawa yang pekat itu pun langsung menyambut Naufal dan teman-temannya. Di sekeliling rumah tersebut banyak terdapat tanaman-tanaman obat-obatan, sayur-sayuran, juga bunga-bunga hias yang menjadikan suasana damai nan sejuk di area rumah tersebut.
Terlihat beberapa ekor ayam tengah asyik mencari makan sendiri di sekitar halaman rumah Fian…
“Ikkhhhh, ada ayam!” lenguh Sandy bergidik geli
“Ikhhh, ada yang pup tuch! Ikhhh, bauuuuu!” keluh Sandy, sembari menutupi hidungnya
“Fal?” Tristan memanggil Naufal sembari mengedipkan matanya untuk memberikan kode rahasia. Hihihihihi…
“Sip!” seru Naufal, lalu berlari dan berhasil menangkap seekor ayam betina yang baru saja pup tadi
“Mau ngapain lo?!” pekik Sandy saat Naufal dan Tristan tengah tertawa cekikikan sembari memandangi Sandy dan semakin mendekat ke arah Sandy
“Hooooaaa…!” Naufal melemparkan ayam betina tersebut ke arah Sandy
“Eh, ayam – Eh ayam copot – eh copot – copot!” gara-gara hal itu penyakit latah Sandy yang lama terpendam pun mulai kambuh. Naufal dan Tristan, juga Fian hanya tertawa cekikikan di tempat
“Hwaaaaahhhhh…! Ayaaaammmmm…!” Pekik Sandy geli sembari berlari menjauhi ayam betina tersebut
“Aduh-aduh, ono opo to iki kok ruame?” gumam Mama Fian yang baru saja keluar dari rumah
(Translate : “Aduh-aduh, ada apa sih ini kok rame banget?”)
“Siang tante!” sapa anak-anak geng Ijo lumut serempak
“Eh, ada temen-temennya Fian..? Monggo pinarak!”
(Translate : Monggo pinarak = Mari masuk!)
“Iya tante!” timpal anak-anak serempak. Sedangkan Sandy masih terduduk lemas di halaman rumah Fian. Naufal dan Tristan hanya memandanginya sembari menahan tawa
Sesampainya di ruang tamu, mereka langsung di suguhi oleh cemilan-cemilan khas desa. Mulai dari pisang rebus, kacang rebus, ubi rebus, singkong rebus, talas rebus, dll. Juga ada beberapa jajanan tradisional seperti kue lapis, lemper, mendhut, wingko, nagasari, koci-koci, tetel, rengginang, keripik ubi, kerupuk puli, keripik tempe, brem, sarang tawon, dll. Banyak sekali…!
Untuk minumnya, ada bir plethok yang begitu menghangatkan badan…
“Monggo dicicipi! Kemarin bokap baru dari kampung, makanya banyak oleh-oleh dari desa.” terang Fian
“OMG! Ubi lagi?” keluh Sandy
“Hahaha… Lo pengen disuapin lagi kayak pas di kelas tadi?” celetuk Tristan
“Enggaakkkk!”
“Ahahaha… Makanya jangan bully makanan desa lagi!” ancam Tristan
“Yeah, whatever!
Ini nih, ada kue lapis sama lemper. Eh, ada keripik tempe sama brem juga. Kalo’ makanan desa macam ini nih, gue baru suka!” seru Sandy, lalu mulai mencomot makanan-makanan tersebut
“Fian? !”
“Eh, lo dipanggil nyokap lo tuh!” gumam Naufal
“Iya, bentar ya temen-temen!”
“Eh, itu buat apa?” tanya Tristan
“Gue dimintain tolong buat bikin spanduk nih! Soalnya spanduk yang lama udah usang.
Bantuin gue bikin spanduk buat warung nyokap gue ya biar cepet selesai! Abis itu kita bisa latihan. Please!” pinta Fian memelas
“Sip!” timpal anak-anak geng Ijo lumut, lalu membentuk lingkaran
“Geng Ijo lumut?” pandu Sandy memimpin yel-yel penyemangat
“Ikatan Jomblo lutchue dan imuetz!” sahut anak-anak lainnya
“Go Go Go!” pekik Sandy. Lalu anak-anak pun mulai menyerbu barang-barang tersebut
“Ya elah, kayak tim bedah rumah aja!” celetuk Tristan
“Wkwkwkwk… Iyach!
Yang penting kan gaoul getooohh!
Ehmmm… ya udach, mana daftar makanan sama minumannya Yan?” gumam Sandy. Fian segera mengulurkan selembar kertas pada Sandy. Tak lama kemudian Sandy pun membaca daftar makanan dan minuman tersebut
“Guys! Iniyh kata-katanya ngga’ gaoul bangetz dech!
Udah biasa. Banyak warung-warung lain yang pake’. Coba sedikit inovasi!
Coba gue ganti eah!” keluh Sandy
“Iya gapapa.” sahut anak-anak lainnya
“Ehmmm, penulisannya mesti diganti nich biar warungnya gaoul dan banyak yang dateng.
Menu pertama nasi sayur lodeh. Ehmmm, mesti diganti nich biar gaul.
Gimana kalo’ tulisannya jadi “Nice xie Say your loe dech!”
Gaul kan? Trus nasi cap jay jadi “Nice xie Cap cay dech!” usul Sandy
“Ahahahaha… Alay bangetz sumpah!” komentar Tristan. Sedangkan anak-anak lainnya seketika ikut terbahak
“Enak ajach bilang alay!
Gue ituch ngga’ alay! Cuman terlalu gaoul ajach!
Pokoknya itu tadi ya!
Trus pecel lele jadi apa ya biar gaul. ada usul getooohhh?” gumam Sandy
“Gimana kalo’ Patchel’s Lei Lei. Wkwkwkwkwk… Gaul kan?
Namanya AA Gym GTL, alias Agak Agak Gymana Gitu Loch!
Berasa kayak oriental name getooohhh… Agak chinese-chinese gettooohhh, biar disangkanya sama orang-orang kalo’ itu chinese food. Padahal mah itu pecel lele. Wkwkwkw…” usul Tristan
“Ciamik!” komentar Sandy sembari menahan tawanya. Naufal dan Fian pun seketika itu terbahak sembari memukul-mukul meja
“Ahahahaha… Lucu sumpah!” komentar Naufal
“Trus Es campur sama Es soda gembira jadi apa nich?” tanya Sandy
“Gimana kalo’ Es campur jadi “Iced Champ Pure”
trus Es soda gembira jadi “Iced Show dach Geum bye ray” wkwkwkwk… Gaul kan?” saran Fian
“Ikhhh! Namanya unyu-unyu gettooohhh! Hihihihi… Ciamik!
Tumben lo gaoul Yan?” komentar Sandy. Fian pun langsung besar kepala dan senyum-senyum gajebo
“Trus nasi rawon, nasi uduk, nasi tempe penyet, nasi rames, es mega mendung, sama es cendol jadi apa?” tanya Sandy
“Gimana kalo’ nasi rawon jadi “Nice xie Ray wonx” Trus nasi uduk jadi “Nice xie Ouch Duck” trus nasi tempe penyet jadi “Nice xie Time pay pain Nyet”
nasi rames jadi “Nice xie Ram must!” es mega mendung jadi “Iced May Ghooaaa Man Dounkz”
dan es cendol jadi “Ice Chain Dool” wkwkwk… Gimana?” usul Naufal
“Ciamik!
Nama-namanya keren dan gaoul-gaoul. Hahahaha…
Berasa kayak makan di International Restaurant gettoooohhh! Wkwkwkwwkk…
Nama warungnya nich mesti diganti. Jangan “Warung Bu Imah”
gimana kalo’ “Warung Lady Iam aachhh…!” Gimana? Kedengarannya lebih yahuud kan? Lebih gaoul, lebih keren.” kata Sandy
“Tenang aja! Lo mah yang mesti pinter ngomong. Bilang aja ini tuh gaoul gitu! Biar pelanggannya makin banyak!
Warung itu ngga’ cuman masakannya yang mesti nikmat, tapi lain-lainnya juga perlu dibikin ciamik dan unieque biar beda dari yang lain dan punya kesan tersendiri buat para konsumer!” seru Tristan
“Oh gitu yah? Ya udah, gue coba bilang sama nyokap dulu!”
-
-
-
“Gimana?” tanya Sandy
“Diijinin ngga’?” sahut Tristan
“Yuhuu! Hehehe…” seru Fian, lalu dia dan anak-anak geng Ijo lumut lainnya pun langsung membuat spanduk tersebut
“Iwak peyeeekkk… Iwak peyekkkk…
Iwak peyek nasi jagung.
Sampe’ tuekkkk… Sampe’ neneeekkk…!” Hp Naufal berbunyi
“Bentar yah guys, gue mau angkat telp dulu!” seru Naufal, diikuti anggukan anak-anak lainnya
“Halo?”
“Fal, lo mesti cepet balik!
Ini nih udah 45 menit. Bentar lagi jiwa kita bakal ketuker lagi!
Elo kan udah janji mau nemenin bokap lo buat jemput sodara lo yang dari Fillipina itu, jadi kita mesti ciuman lagi buat memperpanjang waktunya. Bentar lagi waktu sejam kita habis.” terang Malvin
“Ya ampuuunnnn… Gue lupa!
Ya udah, kita ketemuan di mana?”
“Gue tunggu lo di rumah gue. Cepet ke sini!
Di rumah ngga’ ada siapa-siapa kok!” timpal Malvin
“Elo udah balik dari latihan basketnya?”
“Iya! Ya udah, lo cepet ke sini!
Waktu lo ngga’ banyak! Kita mesti cepet ciuman lagi Fal!” terang Malvin
“Iya! Thanks banget ya karna lo udah ngertiin gue. Sekarang juga gue bakal ke sana.”
Tuuutt… Tuuutt… Tuuutt…
Telp tersebut pun terputus. Naufal segera meminta ijin kepada teman-temannya dengan alasan yang sama, karena mesti jemput saudaranya dari Fillipina. Akhirnya anak-anak geng Ijo lumut itu pun memberikan ijin, setelah sebelumnya terjadi percakapan panjang.
-
-
-
Di rumah Malvin,,,
Naufal baru saja sampai di rumah Malvin, lalu segera memarkirkan motornya di halaman rumah tersebut.
Sedangkan Malvin tengah mengintip Naufal dari jendela kamarnya di lantai dua.
“Cepet! Tadi bokap lo udah keburu ngajak gue ke bandara. Tadi gue alesan buat ke mini market bentar gitu!”
“Iya-iya! Gue udah siap nih!” timpal Naufal, lalu memejamkan matanya
CUP!
“Thanks banget Vin! Tumben lo ngertiin gue. Tanpa susah payah gue bisa dapetin ciuman dari lo. Malahan tadi lo ngingetin gue!” seru Naufal
“Iya! Ya udah, lo udah ditungguin dari tadi sama bokap lo!
Cepet!”
“Iya!” Naufal pun segera menuju rumahnya
-
-
-
Ya udah, ayo cepet masuk mobil!” seru Papa Naufal
“Iya Pa!”
“Hati-hati ya!” seru Mama Naufal
“Iya Maa…!”
Mobil pun mulai melaju. Sedangkan Malvin tengah berada di balkon melihat mobil tersebut melaju. Tak lama kemudian, Malvin mengeluarkan Hp milik Naufal. Mereka memang sengaja bertukar Hp selama tubuh mereka sering bertukar.
Lalu Malvin mengirim sms untuk Naufal…
“From : Naufal (yang sebenarnya adalah Malvin yang memakai Hp Naufal)
“Fal, waktu lo cuman 1 jam doang. Ingat itu! Karna gue baru dikasih tau sama Sherly kemarin, kalo’ kita sedang bertukar jiwa ke tubuh masing-masing tapi kita lagi berjauhan, sedangkan waktu kita 1 jam itu keburu habis, kita bakal ngalamin hal buruk. Jadi lo mesti sampe’ di rumah kurang dari satu jam. Inget itu!
Jadi, kalo’ waktu satu jam itu habis, kita mesti berdekatan ngga’ boleh berjauhan. Bisa fatal akibatnya…
Setelah lo ketemu sama sodara lo dan setelah lo udah sampe’ di rumah, kalo’ lo masih pengen sama sodara lo itu, lo buruan ke kamar gue. Kita ciuman lagi buat memperpanjang masa pertukaran tubuh kita.” terang Malvin melalui sms tersebut
Reply :
“What? Lo kok ngga’ bilang-bilang tentang itu dari kemarin-kemarin sih?” balas Naufal
From : Naufal (yang sebenarnya adalah Malvin yang memakai Hp Naufal)
“Sorry, gue lupa bilang sama lo!
Ya udah, bokap lo suruh nyetirnya yang cepet sana gih!
Good luck!
Ibaratnya nyawa gue ada ditangan lo sekarang. Lo mesti cepet balik!
Sisa waktu lo sekarang 55 menit.” terang Malvin
Reply :
“Iya, ya udah kalo’ gitu!” balas Naufal, lalu memasukkan Hp nya
-
-
-
Bandara Juanda – Surabaya
“Lama banget sih? Katanya mereka udah nyampe?”
“Sabar!” seru Papa Naufal
Tak lama kemudian terlihat dua orang laki-laki sekitar umur 30an beserta seorang anak laki-laki berumur sekitar 16 tahun melambai ke arah Papa Naufal
“Itu mereka!”
“Mana Pa?” Naufal pun berbalik
“Om Euriii…!” seru Naufal
“Dan itu… Apa dia Key? !” gumam Naufal dalam hati
-
-
-
Di mobil…
Meski Om Euri dan Om Miguel tinggal di Fillipina, namun mereka masih bisa berbahasa Indonesia dengan baik karena sanak saudara mereka banyak yang berasal dari Indonesia…
“Gimana perjalanannya?” tanya Papa Naufal
“Nice!” timpal Om Euri. Sedangkan Om Miguel hanya tersenyum simpul
“Fal, kok diem aja sih? Kamu lupa sama Om?” tanya Om Miguel
“Nggg… Engga’ kok Om. Hehehe…
Naufal diem aja tuh karna seneng banget sama kedatangan Om Euri, Om Miguel sama Key. Hehehe”
“Hahaha… Bisa aja kamu!
Om dari bandara tadi sampe’ sekarang masih ngga’ percaya lho kalo’ ini tuh kamu.
Dulu kamu pendek, sekarang tinggi banget dan tambah ganteng ya!” seru Om Euri
“Hahaha… Om bisa aja!
Om Euri sama Om Miguel juga tambah ganteng kok! Trus tambah serasi dan romantis aja! Hahahaha…”
“Bisa aja kamu! Mentang-mentang udah gedhe jadi pinter gombal sekarang. Hahaha…” celetuk Om Miguel
“Iya tuh, Naufal udah pinter pacar-pacaran sekarang. Hahaha…” sahut Papa Naufal
“Ih, Papa apaan sih? Naufal kan jomblo…”
“Ya udah, pacaran sama Key aja!
Hahaha…” ledek Om Euri
“Ngga’ boleh, cukup kamu sama Miguel aja yang jeruk makan jeruk. Naufal ngga’ boleh ikut-ikutan!
Dasar!” omel Papa Naufal, namun bercanda
“Hahaha… Ampun Om!” seru Om Euri pada Papa Naufal
“Key, kamu mau ngga’ pacaran sama Naufal?’ tanya Om Miguel
“Ikhhh… Om apa-apaan sih? Masa’ orangtuanya ngajarin anaknya makan jeruk juga sih?” omel Naufal
“Hahaha… Kalo’ sama cowok lain ngga’ Om restuin, tapi kalo’ sama kamu pasti Om restuin!” timpal Om Miguel
“Heh, jangan ngajarin anakku yang nggak-nggak!” dengus Papa Naufal
“Ampun Om! Wkwkwkwk…” timpal Om Miguel
“Tapi Key mau ngga’ nih sama Naufal?
Kalo’ mau ya gapapa. Hahahaha..” seru Om Euri
“_______” Key hanya terdiam, lalu mengalihkan pandangannya ke jendela. Memandangi pemandangan kota Surabaya
“Udah ah Om! Naufal mah normal. Sukanya lembah, bukan yang batangan! Hihihi…” seru Naufal
“Justkidd… Ehmmm, ini masih lama ya Om?” gumam Om Euri
“Tinggal sekitar 5 km lagi!
Aduh, macet pula!” gumam Papa Naufal
-
-
-
Aku masih saja gugup menghadapi Key yang saat ini berada didekatku.
Dari bandara tadi sampai saat ini di dalam mobil, aku tak sama sekali tak berani memulai pembicaraan dengannya. Tadi di bandara, kami berdua hanya bersalaman singkat dan saling berkata “Hai!” dengan sanyum canggung kami masing-masing.
Beda dengan saat kami masih kecil. Tanpa canggung, kami langsung bersenda gurau, bermain bersama, dsb. Tapi sekarang? Setelah 10 tahun lamanya kami tak bertemu…
Setelah kami sama-sama menginjak masa remaja, semuanya berubah.
Kami jadi sama-sama canggung!
Tapi tak masalah… Aku cukup puas melihat perubahan Key.
Sebenarnya tak hanya puas, namun begitu shyock!
Dia sekarang berubah menjadi sosok laki-laki tampan, tinggi, keren, bertubuh seksi, dengan mata cokelat dan rambut hitam yang sedikit kecokelatan yang membuat jantungku berdebar-debar ngga’ karuan.
Apalagi melihat otot –otot lengannya. Sumpah! Aku ngga’ tahan!
Key… Kamu begitu berubah!
Dan sampai saat ini pun aku masih terbayang-bayang dengan senyuman manisnya saat menyapa “Hai!” padaku di bandara tadi. Benar-benar senyuman yang menawan!
So cool…!
Aduuuhhh… Andai aku bisa memeluknya saat di bandara tadi. :’)
drrrrttt…. drrrtttt…. drrrttttt….
Sialan! Siapa sih yang sms?
Ganggu gue ngelamunin Key ajah! Huft!
From : Naufal (yang sebenarnya adalah Malvin yang memakai Hp Naufal)
“Fal, waktu lo tinggal 20 menit lagi! Lo sampe’ mana sekarang?”
Reply : “WHATTTT?? !
Adduuuuhhh… Masih 5 km’an lagi. Gimana nih?
Pake’ acara macet segala pula!
Nyampe’ ngga’ ya dalam waktu 33 menit?”
From : Naufal (yang sebenarnya adalah Malvin yang memakai Hp Naufal)
“Pokoknya lo mesti cepet nyampe’!
Nyawa gue ada ditangan lo sekarang…
Ya udah, kita berdoa aja moga lo bisa sampe’ tepat waktu.
Reply : “Amin!
Aduuuhhh… Jaraknya masih sekitar 5km’an tapi mesti nyampe’ dalam waktu 33 menit dan ini aja kejebak macet. Nyampe ngga’ tuh? Gue takut banget sumpah!”
“Paaa…! Cepetan nyetirnya!” pekikku frustasi
-
-
-
To Be Continued
Author : Kiki Welliansyah
Genre : Romance-Comedy, Fantasy
Genre : Yaoi - Romance Fan Fiction
Contact :
• Fb : Kiki Wellian Delvetian
• Blog : flipflop-delvetian.blogspot.com
• Twitt : @Izmun_Dellionz
a story about Naufal Nafarone, as Naufal
and
Yelsin Malvino, as Malvin…
What happened?
May it’s real?
Where’s my soul?
Why must me?
When this bad dreams will be end?
Believed me… I never want it! I must be loved with HIM? Really, I hate it!
===========================================
~Naufal P.O.V~
drrrrttt…. drrrtttt…. drrrttttt….
Sialan! Siapa sih yang sms?
Ganggu gue ngelamunin Key ajah! Huft!
From : Naufal (yang sebenarnya adalah Malvin yang memakai Hp Naufal)
“Fal, waktu lo tinggal 20 menit lagi! Lo sampe’ mana sekarang?”
Reply : “WHATTTT?? !
Adduuuuhhh… Masih 5 km’an lagi. Gimana nih?
Pake’ acara macet segala pula!
Nyampe’ ngga’ ya dalam waktu 33 menit?”
From : Naufal (yang sebenarnya adalah Malvin yang memakai Hp Naufal)
“Pokoknya lo mesti cepet nyampe’!
Nyawa gue ada ditangan lo sekarang…
Ya udah, kita berdoa aja moga lo bisa sampe’ tepat waktu.
Reply : “Amin!
Aduuuhhh… Jaraknya masih sekitar 5 km’an tapi mesti nyampe’ dalam waktu 33 menit dan ini aja kejebak macet. Nyampe ngga’ tuh? Gue takut banget sumpah!”
“Paaa…! Cepetan nyetirnya!” pekikku frustasi
“Iya, tapi kamu lihat sendiri kan, masih macet gitu!”
Tiinnn… Tiinnn… Tiiiiinnnnnnnn….
Aku beranjak, lalu menekan-nekan klakson mobil Papa…
“Whoy, cepetan!” pekikku pada beberapa pengendara motor di depan
“Fal, kamu kenapa? Sabar dong, namanya juga macet!
Kamu ada janji sama temenmu, kok dari tadi bawaannya pengen buru-buru aja?” omel Papa
“Lebih dari janji! Pokoknya Papa mesti cepetan nyetirnya!” gumamku frustasi
Aku begitu frustasi memandangi kemacetan tersebut. Sekarang yang bisa aku lakukan hanyalah duduk manis layaknya seorang pangeran yang sebentar lagi akan mendapati takdirnya. Apakah akan selamat, ataukah akan terjadi hal-hal buruk antara aku dan Malvin seandainya dalam waktu 33 menit ini aku masih belum sampai di rumah.
Beberapa menit kemudian barulah aku menyadari bahwa Key tengah memperhatikanku. Aku begitu gugup, sembari berusaha mengendalikan deru nafasku.
Saat aku mengedarkan pandanganku, pandangan kami berdua bertemu. Dia memandangiku dengan pandangan kosong yang sulit ku artikan. Karena gugup, Aku segera mengalihkan pandanganku.
Ku lihat kemacetan tersebut mulai berangsur-angsur mereda. Mobil kami pun mulai dapat melaju dengan kecepatan medium. Aku mulai merasa lega sembari menghela nafas untuk menenangkan fikiranku.
“Kok kamu diem aja dari tadi Key?” tanya Papa, memecah keheningan
“Ehmm… Ga… Gapapa Om! Cuman lagi nikmatin pemandangan kota aja!
Ternyata kota Surabaya indah ya Om?!” gumam Key gugup
Nah, gitu dong ngomong! Aku sebenernya kangen banget sama suara kamu, Key…
“Iya dong! Kamu tenang aja, nanti Om bakal ngajak kamu jalan-jalan keliling kota Surabaya.
Udah sepuluh tahun kan kamu ngga’ ke sini? Kota Surabaya sudah mengalami banyak perubahan.”
“Iya Om, Makasih!” gumam Key pelan. Sembari tersenyum simpul. Senyuman yang terlihat dipaksakan…
Kok Aku sama Miguel ngga’ diajak juga sih?” sahut Om Euri
“Kalian kan udah gedhe! Jalan-jalan aja sendiri. Di rumah kan masih ada mobil lagi. Itung-itung ngabisin waktu berduaan di kota Surabaya. Hahaha…” timpal Papa
“Wah, bener juga! Berasa kayak honeymoon lagi ya, Say?!” seru Om Euri
“Eh, kok ngomong gituan di sini sih Sayang? Ada anak-anak tau!
Om sih yang mulai duluan!” dengus Om Miguel
“Lho, kok Om sih?” protes Papa
“Enak aja bilang anak-anak! Aku udah gedhe. Jadi biasa aja kok denger pembicaraan kayak gitu!” protesku ngga’ terima
“Masa’?” ledek Om Euri
“Iya lah!”
“Udah gedhe katanya, tapi kok jomblo mulu’?! Hahaha… Atau emang ngga’ laku?” balas Om Euri
“Wah, ngeremehin! Meski aku jomblo gini tapi fans-fansku di sekolah bejibun!
Yang naksir aku juga banyak kok! Lihat aja, bentar lagi aku bakal punya pacar yang perfect dan bakal aku kenalin ke Om!”
“Pacarnya ganteng apa cantik tuh ntar? Hahahahaa…” goda Om Miguel
“Wew! Ya cantik lah!” dengusku kesal
“Bener? Emang kamu doyan sama cewek?” sahut Om Euri
“Terserah deh! Aku cape’!”
“Wah, ngambek’an! Dasar!
Kan becanda! Hahahaa…” kata Om Euri
“Abis dari tadi becanda mulu! Aku tegasin ya, Aku itu ngga’ doyan sama cowok. Aku doyannya sama cewek! Inget itu baik-baik!”
“Sip Bos! Ditunggu deh ntar ceweknya. Cepet bawa ke rumah, kenalin sama semuanya.” tantang Om Euri
“Siapa takut! Aku bakal cepet punya cewek dan bawa cewek aku yang perfect itu ke rumah!”
“Sekolah dulu yang bener, baru pacaran!
Kalian malah ngajarin yang ngga’ bener ke Naufal!” protes Papa
“Iya nih!” tambahku
“Ahahahahaa… Ampuuunnn Om!” timpal Om Euri dan Om Miguel serempak
drrrrtttt… drrrttttt… drrrrtttt…
Ada sms, Aku segera membukanya. Jangan-jangan dari Malvin?
Benar, ternyata dari Malvin…
From : Naufal
“Eh, sisa waktunya tinggal 9 menit. Udah nyampe’ mana lo?”
Reply : “Tenang aja, bentar lagi nyampe’ Citra Land kok! Tadi macetnya akhirnya reda juga!
Im coming bebz… Hahaha…”
From : Naufal
“Beb-beb, emang lo pikir gue nasi bebek apa?
Ya udah, cepet ke kamar gue kalo’ lo udah nyampe’! Gue deg-deg’an banget dari tadi!”
Reply : “Sip deh! Ehmmm… Elo mah bukan bebek. Masih kebagusan tuh buat lo!
Elo mah E’ek. Wkwkwkwk… ”
From : Naufal
“WTF!”
-
-
-
“Wah, cape’ banget! Pengen buru-buru mandi berendam aer anget nih! Trus langsung tidur deh!” gumam Om Euri
“Ide bagus! Ehmmm, mandinya barengan ya, Yang?” sahut Om Miguel
“Sip deh! Abis itu kita tidur berdua. Wkwkwkwk…”
“Dasar!” dengus Papa, lalu keluar dari mobil dan membuka bagasi mobil
“Fal, bantuin angkat barang-barang nih!”
“Aduh Pa, aku mesti buru-buru ke rumah Malvin. Ada hal penting!” tolakku, lalu segera berlari menuju rumah Malvin. Seangkan Papa hanya menghela nafas…
-
-
-
Di kamar Malvin,,,
“Huft, hampir aja! Sisa waktunya tinggal 3 menit nih!” gumam Malvin lega, lalu merebahkan tubuhnya di kasur
“Kok lo ngga’ pake’ baju sih? Cuman pake’ boxer doang?
Jorok!” omelku
“Habis tadi gerah banget! Maklum, kan Surabaya panas!”
“Ya udah, buruan cium gue lagi!” pintaku
“Iya-iya!” Malvin bangkit, lalu mendekatiku. Aku segera menutup mataku…
Perlahan bibir kami mulai bertemu dan kami saling melumat. Entah karena kami sudah terbiasa berciuman, sekaligus karena suasana hangatnya sore hari, sehingga Malvin memelukku erat. Tak seperti biasanya… Lalu dia memperdalam ciuman tersebut. Ku rasa, dia mulai menikmati ciuman itu.
Lidahnya makin berani menyusuri tiap-tiap bagian rongga mulutku. Terkadang dia menghisap bibir dan lidahku penuh nafsu. Hingga sekitar dua menit lamanya kami berciuman.
Peluhku mulai bercucuran. Begitu juga dengan Malvin…
Diriku juga mulai tengah dikuasai suasana penuh kehangatan tersebut. Aku mempererat rangkulan tanganku di lehernya.
Hingga beberapa saat kemudian, Malvin melepas ciuman kami, lalu mendorongku hingga tertidur di kasur dan menindih tubuhku dengan penuh nafsu.
Di lumatnya bibirku penuh nafsu. Sebagian fikiranku masih dapat ku kontrol. Dengan kuat Aku mendorongnya menjauh hingga ciuman kami berakhir dan dia segera beranjak.
Ya Tuhan… Beraninya dia mencumbuku? Padahal kami tak terikat oleh hubungan apapun.
Dia mulai sadar, mulai terlepas dari suasana hangat dan penuh nafsu yang menguasai dirinya beberapa saat sebelumnya. Dia memandangiku gugup, sembari berusaha untuk mengatur nafasnya.
“Lo kenapa sih? Kok lo kayak gini sih?” pekikku tak percaya, lalu bangkit dan membenarkan kancing kemejaku yang terlepas
“So… Sorry Fal! Gu… Gue nyesel banget!
Gue kebawa suasana. Gu… Gue bener-bener ngga’ sengaja! Gue nyesel banget Fal!” gumamnya lirih
Aku hanya menghela nafas, lalu mengusap bibirku dengan punggung tanganku. Aku segera beranjak dan keluar dari kamarnya.
“Fal!” cegahnya. Namun aku tetap melanjutkan langkahku dan segera keluar dari rumahnya
Aku masih tak percaya dengan apa yang baru saja ku alami barusan. Aku mempercepat langkahku, lalu segera masuk ke rumahku…
“Dari mana aja kamu Sayang? Ada tamu jauh-jauh dari Fillipina tapi kamu kok malah keluyuran sih?” kata Mama
“Sorry Ma! Tadi ada perlu bentar sama Malvin.”
“Ya udah, sini ikutan makan bareng!” pinta Mama. Dengan terpaksa aku pun ikut bergabung
Sembari menguyah makananku, aku masih saja terbayang-bayang oleh kejadian menyebalkan yang baru saja terjadi.
Aku ngga’ habis pikir kenapa Malvin bisa gituin aku?
Aku bener-bener marah sama dia sekarang.
Aku hanya terdiam sembari menyelesaikan makananku. Sedangkan keluargaku saat ini tengah berbincang-bincang sembari menikmati makanan mereka masing-masing.
“Kok kamu diem aja dari tadi Sayang? “ tanya Mama
“Gapapa Ma… Ehmmm, aku ke kamar dulu ya! Aku cape’ banget!”
“Kok gitu sih? Ngga’ sopan banget! Padahal sekarang lagi ada tamu nih!” protes Mama
“Maaf ya Om Euri, Om Miguel, Ehmmm… Key juga!
Maaf ya, Naufal pamit mau ke kamar dulu!”
“Gapapa kok! Mungkin Naufal kecape’an tuh Tante.” timpal Om Euri
Sesampainya di kamar, aku langsung merebahkan tubuhku di kasur. Beberapa menit kemudian aku terlelap, hingga tiba-tiba aku terbangun karena mendengar derap langkah kaki seseorang
“Eh, lo lagi tidur Fal? Sorry banget ya, gara-gara gue lo jadi kebangun tidurnya.” seru Key menyesal, lalu duduk di kasur, di sampingku terbaring
“Gapapa kok! Ehhmmmm, kamu tidur sini?”
“Aduuuhhh, kok gitu? Gapapa kok! Kita kan sepupu, jadinya jangan ngerasa sungkan dan ngga’ enak gitu dong!
Sini, ikutan tidur juga! Lo pasti cape’ banget abis perjalanan jauh.”
“Ah, engga’ deh! Lo aja yang tidur. Gue jadi pengganggu nih ceritanya. Hehehe…” timpalnya
“Gapapa lagi! Gue tadi malah ngga’ ada niatan buat tidur sore, tapi ketiduran tadi. Lagian nih gue mau ke rumahnya Malvin bentar.”
“Malvin? Siapa tuh?” tanyanya
“Tetangga depan rumah. Dia emang baru beberapa bulan ini pindah ke sini, makanya lo ngga’ kenal. Kapan-kapan gue kenalin deh sama lo!
Ya udah, gue mau ke rumahnya Malvin dulu! Tidur yang nyenyak ya!”
“Hehehe… Iyah!”
-
-
-
Di rumah Malvin,,,
Sebenernya gue lagi males ketemu sama dia nih! Tapi mau gimana lagi, masa waktunya udah habis. Gue mesti deket sama dia kalo’ masa waktunya mau habis. Sumpah, bener-bener berat buat masuk ke kamarnya lagi. Gue takut kejadian tadi bakalan terulang lagi! Untung tadi gue masih bisa ngontrol fikiran dan nafsu gue. Kalo’ engga’, bisa-bisa hal-hal yang lebih lagi bakal terjadi…
Tok! Tok! Tok!
“Malvin?” seruku. Namun saat aku membuka kamarnya, dia tengah terlelap...
“Vin, bangun!” Aku mengguncang-guncang tubuhnya
“Ehhhhmmm…ppp!” lenguhnya
“Waktunya hampir abis… Tinggal sekitar 4 menit’an lagi. “ terangku
“Trus lo pengen nambah ngga’?”
“Ngga’ usah! Udah cukup kok!
Gue udah seneng kumpul bareng keluarga lama walau cuman sejam doang.” tolakku
“Kok tumben ngga’ mau? Padahal kemaren lo bilangnya pengen sering-sering tuker tubuh karna ada Key. Emang kenapa? Apa gara-gara kejadian tadi?
Sorry Fal! Gue bener-bener nyesel!”
“Ehmmmm, engga’! Bukan karna itu!
Udah, jangan bahas itu lagi! Anggap aja ngga’ pernah terjadi!” pintaku
“Iya, tapi gue masih ngerasa ngga’ enak sama lo!”
“Makanya itu jangan diungkit-ungkit lagi!” dengusku kesal
“Sip deh!”
“Eh, gue ngerasain sesuatu! Kayaknya bentar lagi deh!” seruku, lalu tak lama kemudian jiwa kami bertukar kembali
“Sekarang lo buruan ke rumah gue! Temenin Key terus ya selama di rumah!” pintaku
“Sip!” Malvin pun segera keluar dari kamar, lalu menuju rumahku
-
-
-
Keesokan harinya – Di Sekolah,,,
“Vin, gue sama Hafiz pengen ngmong sesuatu sama lo!” seru Alvid
“Apa?” timpalku
“Gue sama Hafiz sampe’ saat ini masih heran, kok si Naufal kemaren waktu di ruang ganti olahraga sampe’ segitunya belain lo?
Kalian temenan sekarang?” tanya Alvid
Aduuuuhhh… Gue mesti jawab apaan nih?
“Engga’ lah! Mungkin itu akal-akalannya aja! Sapa tau dia sekongkol sama Feldy. Dia cuman mau ngambil perhatian gue supaya gue nyangkanya kalo’ dia care sama gue, trus suatu saat dia bakal ngerjain gue lagi gitu! Kalian dodol banget, gitu aja ketipu?” terangku berbohong
“Wah, bener juga ya! Lo emang jenius banget!” seru Hafiz, diikuti anggukan Alvid
“Udah, ngga’ ada lagi yang mau kalian tanyain?”
Selama pelajaran, aku begitu iri menyaksikan Malvin yang mulai semakin akrab dan dekat dengan anak-anak gengku. Mereka bersenda gurau, curhat-curhatan, ketawa-ketawa, bahkan sampai dimarahi guru gara-gara selama pelajaran rame terus.
Entah mengapa, aku merasa bahwa Malvin sama saja merebut teman-temanku dari tanganku. Aku sadar, itu hanyalah fikiran kekanakanku yang masih ada dalam diriku, juga disisi lain itu hanyalah keegoisanku semata.
-
-
-
Seperti biasa, sepulang sekolah aku dan Malvin berciuman di toilet sekolah. Tak lama kemudian dia segera menuju lapangan basket sekolah dan berkumpul bersama teman-temannya untuk latihan. Sedangkan aku langsung menuju tempat parkir bersama geng Ijo lumut…
“Hari ini latihan kita giliran di rumahnya Tristan ya?” gumamku
“Iya, tapi besok ajach dech latihannya! Kita ke mall ajach yuk?!” seru Sandy
“Ngapain? tanya Tristan
“Beli beberapa kebutuhan buat Boyband kita, trus kita mesti ke salon juga. Kita mesti ganti penampilan kita dan gaya rambut kita! Terutama elo Yan, lo mesti ganti penampilan cupu lo ituch!” terang Sandy
“Ga mau akh! Gue udah nyaman dengan penampilan gue kayak gini!” tolak Fian
“Ichhhh! Penampilan lo tuch cupu and norak bangeeetttzz! Kamseupay banget lah pokoknya!
Lo mau kalo’ julukan udik dan cupu dari anak-anak terus melekat ke elo?
Geng Ijo lumut tuch mesti keren dan gaoul-gaoul anggotanya! Dan anggota geng Ijo lumut yang udik dan cupu tuch cuman elo! lainnya udach okay! Pokoknya lo mesti nurut!” omel Sandy
“Ii… Iya deh! Tapi gue lagi boke’!” gumam Fian
“Tenang aja, masalah uang tuch urusan gue!” seru Sandy
“Beneran? Thanks banget yah, San!” timpal Fian
“Yuhuu!” seru Sandy
“Ya udah, let’s go guys…!” panduku, lalu kami segera mengambil motor dan melaju menyusuri jalanan Surabaya yang pastinya begitu panas saat siang hari. Terik matahari menyengat kulit kami.
Seperti biasa, Sandy mengeluh sedari tadi. Padahal dia sudah memakai hand body yang ada pelindung dari UV A and UV B, juga sudah memakai jaket kesayangannya, namun tmasih saja mengeluh…
Siang ini kami semua sepakat untuk menuju salah satu mall yang terkenal di Surabaya.
Tunjungan Plasa – Surabaya
“Ukkkhhhh! Segeeerrr deh kalo’ udah masuk mall gini!
Sumpah, gue ngga’ betah banget selama di jalan tadi! Panaaaassss…!” komentar Sandy
“Waaaahhhh… Keren banget ya dalemannya! Dari luar aja udah kelihatan mewah dan keren banget gitu!
Gue baru pertama kali ke sini.” komentar Fian
“Oh, iya-ya! Lo ngga’ pernah ke sini. Lo cuman pernah kita ajak ke Royal Plasa doang. Tapi lo jangan malu-maluin gitu dong! Meski lo baru pertama kali ke sini, tapi bersikap biasa aja!” gumam Tristan
“Hehehe… Ya ma’ap!” timpal Fian
“Eh, ikut gue ke toilet dulu dong! Gue kebelet pipis nich, sekalian mau cuci muka biar ngga’ jerawatan, biar kulit gue tetep mulus. Kan tadi abis kena debu dan polusi di jalanan.” seru Sandy
“Gue juga nih, kebelet pipis! Hehehe…” gumamku
“Sip Bos!” seru anak-anak serempak
-
-
-