It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ntr malm insya Alloh.
Waduh,mudzin'y lama bgt sh.bruan dong..adzan ashary..
jd sepertinya bakal panjang nich...
Lanjut terus masbro...
A argi oh a argi,dimanakh ngkaw kni brada?pakah kaw tlah sukses dgn bisnis tkang cukurmu?atw spatumu?hahaha
yap.tp gak panjang" amat ky si punya'y si mamat.hahay.
insya Alloh rampung.aku teh yah,kalo bkin crita teh,suka bingung da nentuin endingnyah.trus kalo bkin teh yah,suka ngaclog.ni ge yang part2 malah masih acak adut.haer..
atuhlah terusin ceritanya..
Perjalanan kami bertiga ke mesin G5 berlangsung tanpa ada obrolan. Ya, kami masing-masing berbicara dalam hati. Kalau Eza dan Pak Tri bercakap-cakap dengan telepatipun aku tak peduli dan tak mau tau apa yang lagi ditelepatikan.
Ketika sampai didepan mesin, pak tri menjelaskan masalah di mesin G5 ini. Katanya sih mold atau mesin cetaknya gak bisa close (menutup). Pak tri sudah berbusa-busa menjelaskan adanya kemungkinan kebocoran pada piping system (sistem perpipaan), trouble sequence (masalah pada rangkaian kelistrikanya) dan kemungkinan-kemungkinan lain.
Lalu pak tri mengeluarkan kertas ukuran A3 dan memperlihatkan gambar tehnik tentang rangkaian kelistrikan, pneumatic system serta hydraulic system mesin G5. Emakkk..aku sama sekali gak paham, gambar apa ini. Aku mulai was-was. Kuperhatikan Eza masih nyantai-nyantai saja. huh, dia kan emang mekanik beneran. Lah, kalau aku? Hmmm...abal-abal seabal-abalnya.
“kalo menurut kalian, kira-kira apanya?”
“hah?”
“kok hah? yang masalah apanya?”
Aku gelagapan. Eza mencibir.
“baik, saya ke toilet dulu. Kalian lihat-lihat saja dulu. Barangkali kalian nemu masalahnya, ya...walawpun kayaknya gak mungkin..” katanya dengan nada meremehkan.
Sialan, pikirku. tapi emang kayaknya gak mungkin sih.
“oke” jawab Eza singkat.
Pk tri pun lalu meninggalkan kami berdua. Eza lalu mengmbil kertas A3 itu lalu matanya memicing seperti sedang masuk ke dalam diagram itu. Paling juga sok tau, pikirku. dia lalu berjalan mengelilingi mesin. Manggut-manggut sendiri. Sok tau, bisikku ketus.
Tak lama, pak tri datang.
“gimana, ada yang aneh dengan mesinnya?” katanya sambil mendekap tangan di dada.
Lalu menarik nafas panjang.
“memang percuma saja diliatin, diputerin, toh kalian belum paham.”
Menjengkelkan sekali omongan aki-aki buluk ini, huh.
Eza lalu dengan tenang menghampiriku.
“bay, tadi kata lo sensor yang ini mesti ON dulu ya?”
Aku gelagapan ditodong seperti itu. Emang aku tadi bilang apa?
“hmmm...kayaknya bener kata kamu Bay, mold ini gak bakal bisa close kalo sensor itu gak ON. Nah sekarang, yang bikin gak ON itu apanya?” katanya pura-pura mikir.
Aku hanya cengo (melongo) seperti orang bego. Kulihat pak tri mulai memerhatikan kami. Eza lalu berjalan ke arah mesin dan kemudian berjongkok.
“Bay sini deh, kayaknya yang kamu bilang itu bener, pasti ada kebocoran di piping hydraulic-nya. Makanya yang mestinya pressure-nya sampe 120 kPa, ini gak nyampe segitu. Ternyata ada kebocoran di plunger-nya. Hmm..kayaknya seal-nya bocor deh..” katanya dengan jempol dan telunjuk yang menopang dagunya.
Arghht..apaan sih..? eza lagi ngomong apaan? Dia nyebut-nyebut namaku lagi...aku kan innocent...
Pak tri lalu berjalan ke arah Eza dengan antusias lalu melihat gambarnya, dan kemudian mengoperasikan mesinnya. Kulihat dia tersenyum senang.
“hebat. Ternyata kalian hebat.” Katanya dengan mata berbinar.
Aku Cuma cengo seperti orang bego. Eza lalu menunjukku. Hah?
Pak ttri menghampiriku dan menyalamiku.
“ternyata kamu hebat juga, siapa nama kamu?”
“Bayu pak.”
“hah..lega sekali, oke, saya panggil dulu personil Preventive. Kalian benar-benar jenius.” Katanya sambil menuju ke kerangkeng.
Aku menatap tajam ke arah Eza. dia malah bersiul-siul. Idihh..ngeselin...gimana kalo ntar aku ditanya masalahnya. Argghht..aku kan nggak ngerti masalahnya.
“heh, maksud lo apa?”
“hah?” pura-pura bego.
“hah? Kok lo bawa-bawa nama gua..ntar kalo gua ditanya, gimana?” mulai panik
“de el.” Katanya cuek.
“lo tuh ya..” geregetan
“lo dulu belajar apa sih? Masa gini aja gak ngerti.?”
“emang gua gak ngerti. Buruan, kasih tau gua, apa tadi yang lo omongin.” Kataku ketus. Kalo memelas, harga diriku mau ditaruh dimana. Eh, yang ditaruh dimana bukannya muka?
“okeh, gua ajarin. Tapi dengan syarat.”
“hah? Ada syaratnya?”
“Yaeyalah...ilmu itu mana ada yang gratis sih..”
“idih, rese banget si loh..”
“ya...seterah elo.”
“yadah, apa syaratnya?”
“hmmm..hmmm..”
“buruan...”
“hahaha..gua ajarin dulu. Syaratnya gua kasih tau belakangan, gimana?”
“hah? Ogah ah. Ntar lo minta yang macem-macem lagi...”
“hahaha. Ya seterah lo...”
Aku menimbang. Tapi kalau nanti syaratnya macem-macem gimana? Hmm..paling minta dijajanin selama seminggu. Tapi kalau dia ngajuin syaratnya mau ngapa-ngapain aku? Oh nooo..tapi tapi tapi..
“gimana..?”
“hmmm..tapi syaratnya jangan yang aneh-aneh ya..”
“iya. Gimana?”
“oke deh, deal.”
“hahaha. Oke. Jadi gini...bla bla bla..” dia menjelaskan panjang lebar yang sering kupotong, karena terang saja, aku kan bener-bener gak ngerti.
*******
(
aduduh..sok mangga atuh, dikomen...
makasih mabrow. tolong dikripik yah, ceritanya.
panjangin lagi atuh kang
:>
tambah lagi ya.. biar tambah panjang n gemuk #eh
(¬˛ ¬ ”)
hahaha. baru ge jam segini udah ngeres ajah nih. sok atuh, kripiknya mana?
minta masukannya juga ya...
)