It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Baca dulu dah
@alabatan ntr kalo upload lagi aq di tag ya,,pliss Gan
Loncat dari batu 15 meter seruuu..
Hahahahahha
ayo d lanjuuuut
Iya rumit banget kayaknya
tapiiiii @alabatan mau gak yaaa..
kalo mau...yaaaa...
dangdutan....
makan".....
bakar petasan....
jalan"....
item ma nabil biar nemenin aku dah....
parah q g di mentions...
@nand4s 1m4. hahah. maaf nih, lupa ngabsen..
@addmx01. idih..ni monyet..item ma nabil? aku gak rela...
@abyh. iya nih rmit, mudah"an endingnya gak rumit.
@redo_dejavu. hihi. aku mah emang suka yang rumit"
@djiniel. jangan atuh ih. kamu mah ma arif aja ya. hahaha
@danze. silahkan mampir,,
@kiki_h_n. hahaha
@igoigo, @Boyorg, @halaah, @firmanE, @jaydodi, @blueguy86, @mahardhyka, @ajied84, @urth, @tobleron, @dewo_dawamah, @dityadrew2, @yoedi16, @adinu, @redbox, @joe_senja, @alfaharu, @kiki_h_n, @jockoni, @habibi, @pria_apa_adanya, @zimad, @adam08, @dhie_adram, @boljug, @4ndh0, @aDvanTage, @autoredoks, @dollysipelly, @sly_mawt, @trinity93, @pokemon, @fansnyaAdele, @05nov1991, @the_jack19, @co_ca_co, @iamyogi96 @chocolate010185 @adacerita @prahara_sweet @rainbow_bdg @panakkukang, @Dhka_smg.@nand4s 1ma,@rulli arto,@redo_dejavu
ditunggu kripiknya..
Dia lalu ikut duduk disampingku lalu mengambil gitar yang tergeletak di atas meja. Kuletakkan novel diatas meja lalu kudekati dia. Kupeluk dia dari belakang dan kucium rambutnya. Dia masih asik menyetem gitarku. Lalu dia mulai memetik dan memainkan sebuah lagu.
Lihatlah luka ini yang sakitnya abadi
Yang terbalut hangatnya bekas pelukmu
Aku tak akan lupa tak akan pernah bisa
Tentang apa yang harus memisahkan kita
Di saat ku tertatih tanpa kau disini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang dirimulah tulang rusukku
Kau akan kembali pada tubuh ini
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh nafas ini
Aku tertegun. Aku tak tau kenapa dia memilih lagu ini. Dia memilih lagu Seluruh Nafas in yang dinyanyiin sama Last child dan Giselle. Tapi aku yakin, dia mampu menyelesaikan maslahnya dengan arif. Tapi lirik ini, kenapa terdengar lirih sekali. ada kesakitan dari setiap nadanya.
Dan aku langsung menyambung lagunya.
Kita telah lewati rasa yang pernah mati
Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
Tanpa kita mencari jalan untuk kembali
Takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku
Aku bungkam.Tapi dari getar suaranya, aku merasa ada sesuatu yang tak baik. Dia menoleh padaku dan aku mulai meneruskan lagunya.
Di saat ku tertatih tanpa kau disini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukmu seluruh nafas ini
Dan dia lalu melanjutkan lagunya dengan mata terpejam. Kulihat ada satu titik air mata jatuh dari sudut matanya.
Dan ini yang terakhir, aku menyakitimu,
Ini yang terakhir, aku meninggalkanmu hooo..
Sebelum dia lanjutkan, langsung kupotong
Tak kan ku sia-siakan hidupmu lagi
Dan dia langsung memotong lagi..
Ini yang terakhir, dan ini yang terakhir
Tak kan ku sia-siakan hidupmu lagi
Lalu kusambung lagi..
Jika memang dirimulah tulang rusukku
Kau akan kembali pada tubuh ini
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh nafas ini
Aku merangsek maju ke depannya. Kutatap matanya tapi dia tak tak menatap wajahku. Dia tetap melihat ke arah gitarnya. Kupegang wajahnya., dia masih memetik gitarnya. Kupegang senarnya, dia baru mau menatap mataku. Merah, matanya telah basah. Bibirnya bergetar.
Aku tersenyum, aku tersenyum karena aku yakin, dia akan bilang everything is fine. It has done, well. Tapi dia hanya diam, diam saja dengan mata berkaca-kaca. Dia datang dengan kuyu.
“my man..”
“maboy...maaf..aku..”
“kamu..kenapa? everything is fine, rite?” tanyaku memastikan.
Tapi raut itu...aku bisa artikan. Ada sesuatu yang tak baik.
“maaf..aku gak bisa..” katanya lirih.
Aku tertegun mendengarnya. Dia pasti sedang mencandaiku.
“maaf maboy. Aku...gak bisa...”
Matanya berkaca-kaca. Air mataku meleleh. Dia lebih memilih arif. Kenapa? Kenapa dia lebih memilih seorang Arif? Apakah aku tak layak untuk dicintai olehnya? Apakah yang arif lakukan selama ini jauh melebihi pengorbananku?
Awalnya aku menyangka kalau dia akan lebih memilihku daripada seorang arif yang psiko. Aku tak mempercayai pendengaranku. Aku menatap matanya, tapi dia selalu mengalihkan pandangan ke arah lain. Dia tak berani menatap mataku.
“kasih aku satu alasan yang bisa buat aku ngerti dan nerima segalanya” kataku lirih.
Dia diam sebentar, lalu dia memegang pundakku.
“aku takut maboy. Aku takut. Aku takut terlalu mencintai kamu.”
Takut terlalu mencintaiku? Apa maksudnya?
“kamu itu lambat laun udah jadi candu buat aku. Aku sering ngerasa gelisah tiap kamu gak ada. Aku labil kalo kamu gak ada.”
“maksud kamu apa?”
“aku sekarang rapuh maboy. Aku rapuh. Aku gak bisa bedain antara sayang dan ketergantungan. Dulu kita sama-sama udah pegang komitmen, kita mesti jalanin hidup kita dengan pasangan kita dengan cara yang normal. Tapi kalau aku lebih memilih tinggal disisi kamu, aku yakin aku gak bakal bisa lepas dari kamu..”
“...”
“meskipun kemarin aku udah menguatkan tekadku untuk hidup sama kamu, tapi...saat ini, arif lebih butuh aku daripada kamu..” katanya lagi setengah berbisik.
“kamu pikir aku gak butuh kamu?” tanyaku retoris, aku tak percaya dia mengatakan itu. Dia pikir aku tak benar-benar cinta sama dia?
“aku masih pegang prinsipku. Aku harus bertindak berdasarkan logika maboy. Entahlah kamu anggap ini logis atau enggak. Seenggaknya aku gak bakal terlalu sakit kehilangan kamu suatu hari nanti. Dan sekarang, arif sedang dirawat dirumah sakit. Dia kritis..dia kehilangan banyak darah...sekarang dia masih selamat. Dan aku takut menyesal suatu hari nanti kalau ternyata arif berbuat lebih gila lagi..”
“tapi kata kamu, kamu udah ngambil keputusan buat ngabisin masa tua sama aku. Kamu..”
“maaf...aku..gabisa..”
“kenapa? Kenapa?” tanyaku mulai tak bisa mengendalikan diri.
“permintaan nin kemarin... dan...arif..dia di rumah sakit sekarang, dan..kehilangan banyak darah...”
“kamu..ngorbanin aku? Kamu ngorbanin perasaan aku?”
“bukan kamu. Tapi kita..”
“ta.. tapi kenapa harus aku yang jadi korban?”
“maaf..”
“maaf? Cuma maaf? Apa itu bisa ngehapus rasa sakit yang aku rasain sekarang? apa itu adil buat aku? ”
“....”
Aku lalu menghela nafas. Otakku serasa berputar. Ini gila, ya, ini gila. Dia ngorbanin aku? Dia ngorbanin perasaanku. Kenapa harus seperti ini jadinya. Kenapa aku harus kehilangan lagi orang yang kusayang. Sudah cukup aku kehilangan si item dulu. Tapi kenapa harus aku lagi yang jadi korban. Apa aku tak layak untuk dicintai? Apa aku gak pantas buat bahagia sama orang yang aku sayang? Kenapa tuhan, kenapa? Kalaulah karena ini cinta yang salah, kenapa kau biarkan rasa ini tumbuh dan menyerabut dengan tunggang didadaku?
Air mataku semakin deras. Lalu tiba-tiba bayangan si item melintas di benakku. Dan kata-katanya dulu terngiang lagi.
“cinta itu indah karena pengorbanannya. Cinta itu berarti karena perjuangannya. Dan cinta itu bermakna karena keikhlasannya.”
Aku menunduk memandang rumput yang mulai basah oleh air mataku. Kenapa harus berakhir seperti ini? Apa aku kurang tulus mencintai dia? Aku mencoba memandangnya lagi. Matanya terlihat merah sekali. Aku mencoba masuk kedalam dirinya lewat matanya tapi dia selalu mengalihkan pandangannya. Kupegang pipinya dan kutatap bola matanya. Ya, kali ini matanya tak bisa berbohong. Pupilnya mengerut. Sendu, sendu sekali.
Kepalaku lalu diisi oleh bayangan arif yang mencoba bunuh diri dengan melompat dari atas jembatan. Kulihat juga di tangannya ada beberapa bekas sayatan. Ya, arif memang jauh lebih membutuhkan nabil dibanding aku. Tak terbayang rasa bersalah yang akan ditanggung oleh nabil bila arif sampai tidak tertolong.
Aku menarik dalam-dalam nafasku.
“kamu benar my man. Kali ini aku yang harus mengalah. Lagi dan lagi, harus aku yang ngalah. Aku gak papa. Aku gak papa kamu tinggalin. Arif emang lebih butuh kamu disisinya. Dampingin dia my man. Buat dia kuat seperti kamu bikin aku kuat.” Kataku lirih.
Dia menatapku dengan tatapan tak percaya lalu menggenggam tanganku dan menciuminya. Tanganku basah oleh air matanya yang tak berhenti mengalir.
“Temuin dia. Dampingin dia... Aku..ikhlas” kataku lirih.
Sakit sekali aku mengucapkannya. Dia memandangku lama. Aku mencoba tersenyum dalam tangis.
“pergilah..dan ingat..tuhan itu ada..ketika kamu meyakininya” kataku.
Dia memandangku lalu berusaha mencium keningku tapi aku melarangnya.
“jangan siksa diri kamu. Setiap detik berarti. Jangan biarin dia kenapa-kenapa. Jaga dia my man..” Kataku mencoba meyakinkan.
Dia lalu dengan ragu berjalan ke motornya. Beberapa kali dia menoleh ke arahku. Aku tersenyum menguatkan dia, lebih tepatnya menguatkan diriku sendiri. Aku menghela nafas dalam-dalam. Lalu berlari kemotorku dan melajukannya dengan kecepatan maksimal.
*****