BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

ITEM (TAMAT)

1505153555682

Comments

  • @alabatan ayo donk bang update.....

    penasaran nhe q..... ^:)^
  • @all.si lepi lg diopname.hiks
  • @all.si lepi lg diopname.hiks.
    Buat km item (kalo baca),gimanapun endingy,bwt w itu hepi ending.n w pasti tpatin janji w.
  • Rencana ngerjain skripsi hari ini gagal total gara-gara nemu cerita ini! Jadinya seharian baca cerita ini dari awal sampe sekarang huaaaaaa
  • akang, udah baca juga nih saya yang spatula2 itu, eh trnyata d pabrik banyak hemong (discreet) juga ya, -eh
  • Rencana ngerjain skripsi hari ini gagal total gara-gara nemu cerita ini! Jadinya seharian baca cerita ini dari awal sampe sekarang huaaaaaa

    @panakkukang. halah, jangan malas" aytuh, kamu teh mesti rajin belajar ya. hha. thx dah suka. ni lanjutannya.
  • Dhika_smg wrote: »
    akang, udah baca juga nih saya yang spatula2 itu, eh trnyata d pabrik banyak hemong (discreet) juga ya, -eh

    hehe. gatau juga sih. nmay juga cerita. tapi da ada juga sih di pabrik w juga
  • Kantor wormtail, 17.15 wib

    Aku masih duduk di kursi ini sambil menatap tumpukan berkas berisi gambar yang harus kuselesaikan. Aku menarik nafas dalam-dalam menopangkan kedua tanganku ke belakang kepalaku lalu kututup mataku. Kusenderkan punggungku ke kursi dan bayangan kejadian-kejadian kemarin masih terus membayangi. Isal, sabrina, keduanya benar-benar membuatku tak mampu berfikir jernih. Tapi biarlah ini terjadi sesuai dengan kehendak tuhan. Aku yakin dibalik ini semua, pasti ada begitu banyak keindahan. Lalu kupandangi lagi dua poto yang kuletakkan dalam satu bingkai. Potoku di pelaminan bersama sabrina, dan poto narsisku dengan isal di Green Canyon pangandaran.

    Setelah pembicaraanku tadi pagi dengan sabrina, setidaknya ada rasa tenang didadaku. Ya, mungkin inilah skenario tuhan itu. Meski ini menyakitkan, tapi aku tahu ini yang terbaik, meski bukan untuk kita semua. Aku tersenyum lalu kuambil bintang laut yang kubeli di pangandaran bersama isal. Ya, terlalu banyak kenanganku dengan dia. Dia yang sekarang sedang gelisah. Dia yang tak lagi mencintaiku..
    Dan saat ini aku begitu merindukan dia. Rasa rindu ini meluap-luap sampai membanjiri dadaku. Apa aku harus menelponnya sekarang? jangan dulu. Mungkin dia sedang kerja sekarang. tapi aku rindu dia, aku ingin dengar suaranya walaupun sekarang mungkin dia sedang menangis.

    Dengan ragu kuangkat telponku. Kucoba telpon ke nomer pribadinya dia, sibuk. Ah, kucoba saja telpon ke nomer kerjanya.

    “tut..tut..hallo?”

    Aku hanya diam. Aku hanya ingin mendengar suaranya. Aku hanya ingin menikmati indah suaranya. Suara yang terdengar renyah ditelingaku. Aku senyum-senyum sendiri ketika ingat dulu dia sering menjahiliku dengan menelpon ke kantorku dan tak mau bicara, tak mau bilang siapa sampai aku marah-marah karena masih pusing oleh pekerjaanku. Baru setelah aku misuh-misuh karena melampiaskan kekesalanku karena kerjaan yang menumpuk, dia lalu terbahak-bahak dan langsung menutup telponnya. Aku hanya bengong lalu senyum-senyum sendiri mendengar tawanya yang jahil itu.

    “halo?”

    Aku masih diam. Tapi ternyata aku tak mampu bertahan untuk tidak menyapanya, untuk tidak menyebut namanya.

    “sal..”

    “item..ada apa tem?”
    Hmm, aku harus jawab apa ya? Apa aku harus bilang kalo aku kangen sama dia?

    “eh bentar ya. Apa my man? Iya. Tunggu diparkiran ya. Eh tem, ntar gua telpon lagi ya.”
    “mm..emangnya lo mau kemana?” tanyaku ragu.“mm..lo udah baikan sama pacar lo?”
    “ya..gatau juga sih. Kondisinya rumit dan susah gua jelasin. Yang gua tau, gua sayang sama dia dan dia sayang sama gua. Itu aja.”

    Aku tersenyum, lebih tepatnya tersenyum yang sakit. Ya, aku harus bisa menerima kenyataan ini. Kenyataan bahwa dia sudah menjadi milik orang lain. Dan aku tak punya hak buat larang dia. Walaupun aku tau, itu akan membuatku sakit. Tapi tak apa, kebahagiaanku adalah melihat dia kembali tersenyum.

    “yaudah atuh. Ati-ati ya”
    “oke.babay tem..” katanya.

    Suaranya terdengar lebih ceria sekarang. Ya, aku bahagia kalo dia bahagia. Bukankah itu esensi dari cinta? Kadang cinta itu memang egois, mengharapkan orang yang kita cintai bisa bahagia bersama kita. Tapi bila kenyataanya orang yang kita cintai menemukan kebahagiaan dengan orang lain, kenapa kita tak ikut bahagia?

    *****
  • Pabrik, 17.10 wib

    Aku masih menalikan tali sepatuku di loker. Yap, aku mau langsung pulang. Tapi besok kan libur? aku kemana ya? Hmm..biasanya aku jalan-alan sama nabil kalao libur. tapi kan sekarang kondisinya udah lain. Sekarang dia gak mungkin bisa jalan keluar sama aku, pasti arif akan mengawasinya dengan lebih ketat disertai ancaman-ancamannya. Huft. Tapi yaudahlah.

    Aku lantas segera menuju parkiran dan ketika hendak menuju ke motorku, hapeku bergetar dan satu pesan singkat masuk. Nabil? Kubuka dan langsung kubaca.

    “maboy, aku d dpan pt kamu”

    Hah? Dia lagi di depan pabrikku? Tapi untuk apa? Dia mau apa? Dia sendiri atau berdua sama arif? Aku langsung menelponnya.

    “haloh?”
    “maboy..cepetan..”
    “hah? Iya iya..”

    Tapi tiba-tiba ada panggilan masuk ke nomer kerjaku. Item? Tumben sekali dia telpon. Mungkin dia tadi nelpon ke nomer pribadiku dan sibuk, dia nelpon ke nomer kerjaku. Setelah menjawab dan memberitahunya bahwa nabil sedang menungnguku, aku lantas segera berlari ke arah depan pabrik. Dan dari jauh tampak dia sendiri disamping ninjanya. Hatiku membuncah dan rasanya aku ingin teriak memanggil namanya. Dan setelah didepannya aku hanya bisa tersenyum. Ya, aku harus bisa mengendalikan diri. Dia pun tampak tersenyum.

    “my man..kamu kok..ada disini?”
    “aku kan mau jemput kamu”jawabnya sambil tersenyum.
    “hah? Tapi..arif..?”
    “dia lagi pulang kampung” katanya sambil memainkan matanya. “pokoknya hari ini kita jalan-jalan. Aku mau ajak kamu ke suatu tempat, kita puasin malam ini, sampe pagi..”

    Aku tak mampu jelaskan apa yang sekarang kurasakan. Yang pasti aku merasa sangat bahagia. Ya, aku bahagia bersama orang yang kusayang.
  • Metropolitan Mall Bekasi, 18.15 wib

    “Kita ngapain ke MM?” tanyaku bingung.

    Tumben sekali dia ngajak aku ke MM. Biasanya palingan juga ke MLC (Mall Lippo Cikarang), angkringan Cikarang baru (Pasimal) atau tempat-tempat makan di cikarang. Dan gak tau kenapa malam ini dia ngajak aku ke MM.

    “katanya pilm Avengers bagus juga. Nonton yuk?’ ajaknya dengan senyum manis.
    “kok avengers? Gada pilm romantis gitu?” tanyaku.

    Sebenarnya aku lebih suka pilm drama romantis dengan adegan-adegan yang membuat aku iri atau film komedi yang mengocok perut. Secara keseluruhan nonton pilm genre begini kurang cocok kalo ditonton sama pacar. Ledakan, api, teriakan, membuat aku tak bisa menikmati pilm.

    “kita nonton yang 3D. Kamu pasti belum pernah nonton tridi ya?”
    “hmmm...iya sih, dah lama gak nonton di bioskop” kataku.

    Aku emang udah lama gak nonton di bioskop. Dulu sebelum si item nikah, dia sering ngajak aku nonton disini. Makanya aku sedikit malas nonton disini, terlalu banyak kenangan bersamanya disini. Tapi gak mungkin kan aku minta pindah ke mega bekasi, dah pasti gak kebagian pilm.

    Kami berdua lantas masuk dan ngantri beli tiket. Setelah dua buah tiket di tangan dan popkorn serta minuman, kami berdua langsung duduk dilantai karpet karena kursi beludru itu sudah penuh.

    “maboy, kok milihnya di belakang sih. Aku kan pengennya di depan nontonnya, biar puas gitu” kata nabil sambil mencomot popkorn ditanganku.
    “ogah ah. Pegel tau paling depan tuh. Palaku suka puyeng. Hey, belum juga mulai udah mau abis aja popkornnya. Jangan diabisin..”
    “hahaha. Laper banget sih..” katanya sambil mencomot lagi popkornnya.

    Kuperhatikan wajahnya, sekarang wajahnya sudah kembali sedikit ceria lagi, meskipun tak seperti dulu. Tapi setidaknya dia sudah bisa tersenyum, dan itu sudah cukup membuatku bahagia.

    “heh, malah ngelamun. Hayo...jangan-jangan kamu sengaja milih kursi paling belakang biar...” katanya menggodaku.
    “biar apa?”

    Dia lalu mendekatkan bibirnya ke telingaku dan berbisik.

    “biar ntar waktu ada penjahat, kamu bisa megang senjata buat pemuas diri, eh pertahanan diri” katanya dengan nakal.
    “hah? Senjata?”
    “ini, si tombak sakti. Hihihi” katanya sambil menunjuk dedenya.
    “idih, dasar. Aku gak nyaman aja kalo terlaku deket. Puyeng tau mesti dongak mulu kepala tuh” kataku berkilah.
    “ah..palingan juga biar bisa curi-curi kesempatan..” katanya sambil mencomot popkorn lagi.
    “tuh kan...nyampe abis popkornnya..”
    “idih..ngalihin topik..ayo ngaku ayo ngaku..ntar kamu mau diem-diem nyium aku ya..”
    “ah...my man..”
    “hahaha. Tapi gapapa kok, ntar aku mau pura-pura pingsan aja biar kamu bebas gerayangin aku. Eh, tau gak, aku gak pake daleman loh. Jadi kalo ntar kamu takut, tinggal pegang aja ya. Atau kamu lagi laper, tinggal lep, hahah” katanya sambil tertawa.
    “wew ah” kataku mencibirnya.

    Dia memang nakal, dan jujur aku suka dengan sikap nakalnya itu. Sering membuat aku tertawa lepas.

    “hah, kok abis?” kata nabil.
    “apanya?” tanyaku bingung.
    “popkornnya. Kamu abisin ya? Katanya buat nonton ntar..”
    “tuh kan..makan popkorn sembunyi tangan. Aku yang beli, kamu yang makan, aku yang dijadiin tersangka. pokoknya ntar mesti beli lagi.”
    “emang wajib ya kalo nonton ada popkornnya?”
    “iya lah, kesannya tuh gak apdol kalo ga kriuk-kriuk, srooott..gak dapet feelnya gitu”
    “lebay..ada juga ntar malem”
    “apaan?”
    “bukan sroott..tapi..”
    “tapi apa?”
    “crot crot crot. Hahaha”
    “aaahhh..jorse..”
    “hahaha. Eh, kita nyari makan dulu yuk. Laper banget”

    Aku lantas mengangguk. Aku tahu dia pasti laper dari tadi. Dan dia memang orangnya cepat lapar dan sedikit rakus. Kalo makan satu porsi gak cukup, porsiku yang jadi korban. Tapi justru karena itu aku suka. Dia gak selalu jaga imej. Gak mau ngesanin diri baik dimata orang.

    “AW?”
    “boleh. Tapi aku eskrim aja ya. Dua. Yang blueberri”
    “duitnya?”
    “hah?”
    “duitnya..masa nitip doank gapake duit. Rugi bandar donk..”
    “idih, dasar pelit. Nih” kataku sambil menyerahkan uang seratus ribuan.

    Tak lama dia datang membawa nampan berisi dua potong ayam dan dua nasi serta minuman ukuran jumbo dan juga kentang goreng. Aku hanya geleng-geleng kepala. Dasar rakus.

    “ini..buat sendiri?” tanyaku heran.
    “katanya kamu gak mau...jadinya aku Cuma pesan dua..” katanya sambil menggigit ayamnya.

    Aku hanya geleng-geleng dan menatapnya dengan pandangan ngeri.

    “mana kembaliannya?”
    “nih” katanya sambil menyerahkan uang dua ribu perak.
    “kok..aku kan Cuma pesan dua eskrim..”
    “eskrimnya Cuma dua belas, tapi ongkos jalannya itu loh yang mahal. Hahaha”
    “dasar” kataku sambil tersenyum geli.

    Aku hanya tersenyum melihat dia makan dengan rakusnya. Kadang dia menggodaku dengan cara makan yang aneh. Ekspresinya emang lucu kalo lagi makan. Lebih terlihat seperti abg yang sedikit manja. Beberapa kali dia menggoyang-goyangkan kepalanya, terus menendang-nendang kakiku, atau menyenggol tanganku sampai eskrimnya mengenai pipiku dan membuatku belepotan.

    Aku juga sering dibuat misuh-misuh karena tingkah manjanya. Masa dia minta diambilin tissue, padahal itu ada didepannya. Aku sambil misuh-misuh memberikan tisunya dan kadang dia minta dilapin tangannya. Dasar...

    “eskimnya gak dimakan ya?” kata dia sambil mengambil satu cup eskrimku.
    “hey..itu eskrimku..” kataku sambil kembali mengambil eskrimku.
    “rakus amat makannya dua. Satu aja. Jumlah kalorinya itu loh, bisa bikin kamu kena kolestrol. Ntar kamu obesitas loh” katanya.
    “hadeh..masa dua ayam, dua nasi, sama kentang masih kurang aja?” tanyaku bergidig.
    “habisnya kamu kalau makan eskim tuh suka bikin aku laper..”
    “kok?”
    “iya..dede aku yang laper. Hahaha”
    “tuh kan...”
    “hahaha. Kamu sih makan eskim tuh kayak lagi ngapain aja. Biasa aja donk mukanya, jangan diimut-imutin begitu...”

    Aku hanya manyun-manyun mendengar dia terus saja menggodaku. Dan ketika aku masih asik dengan eskrimku, aku dikagetkan oleh datangnya seseorang yang menghampiri kami.

    “bia..”
  • Aku mendongak, melihat gadis yang sedang berdiri sambil memegang pundak nabil. Bia? Dia siapa? Kok manggil nabil dengan sebutan bia?
    Nabil mendongak, dan terlihat kaget ketika menoleh.

    “mia..” balasnya lirih.

    Bia? Mia?

    “bia lagi apa disini?” tanya gadis itu.

    Nabil melihat ke arahku dan terlihat salah tingkah.

    “bia lagi..maen.” jawabnya berusaha tersenyum.” Mia kok..ada disini?”
    “iya, baru pulang kemarin. lagian juga emang udah kangen banget sama indon. ini juga belum pulang ke garut. Rencananya besok malem mau ke cikarang. Tapi nyari kado dulu buat bia. Eh iya, arif tadinya mau jemput di Soetta, cuman katanya besok pagi dia baliknya. Dia kan shift dua” lanjut gadis itu.

    Arif? Gadis itu kenal arif juga? Jangan-jangan dia itu..

    “temennya bia ya? Kenalin, aku nadia” kata gadis itu sambil mengulurkan tangan kearahku.

    Degh, jadi gadis ini..nadia? aku hanya bengong, lalu tersadar setelah nabil menyenggol tanganku.

    “oh..isal, temennya nabil” kataku gelagapan sambil menyambut tangannya. “duduk” tawarku sambil mengambil kursi untuknya.

    Aku berusaha mengontrol diri. Tenang sal...tenang..

    Aku mencoba tersenyum kearahnya. Kuperhatikan dia. Dia hanya mengenakan kaos bola warna merah berlogo Man Utd, dengan celana pendek diatas lutut memamerkan pahanya yang putih itu. Matanya bulat kebiruan, hidungnya bangir dan bibirnya tipis. Lesung pipit diwajahnya semakin menambah manis wajahnya yang agak kearab-araban itu. Dan rambutnya digelung sekenanya tapi justru itu memberikan kesan retro. Dan suaranya itu terkesan manja tapi renyah, enak sekali didengarnya. Pantas saja nabil kepincut olehnya. Dia begitu sempurna.

    “kamu kok gak ngabarin aku kalo mau balik?” tanya nabil berusaha bersikap biasa.
    “aku kan mau ngasih kejutan, rencananya aku mau ke cikarang besok. tapi malah aku yang terkejut sekarang. Kalian berdua lagi apa nih?” tanya nadia.

    Kami terdiam memikirkan alasan apa. Jawab maen aja hanya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan.

    “aku minta dianterin beli buku, buat ponakanku” kataku berbohong.

    Mana mungkin aku bilang kami berdua akan nonton.

    “buku? Buku apa?”
    “mmm...Last Symbol Dan Brown.” Jawabku sekenanya.

    Aku hanya menyebutkan buku yang ada di kepalaku. Kebetulan saja temanku lagi keranjingan buku itu.

    “wah, lanjutannya Da Vinci Code ya? udah dapet?”
    “belum. Ni keburu laper. Makanya makan dulu” kataku lagi.

    Aku masih merasa was-was. Dan sekarang nabil lebih cenderung diam. Kami berdua masih berusaha mengendalikan diri. Sebenarnya aku udah gak betah, lebih baik aku pergi saja, karena aku tahu, nanti aku akan melihat adegan-adegan romantis yang akan membuat dadaku dibakar cemburu.

    “yaudah, yuk kita cari dulu bukunya, abis itu kita cari baju buat kamu ya bi. Tuh kan bajunya udah begini. Bia tuh ya, kalo gak mia beliin baju, pasti baju yang udah begini masih dipake aja. Kebiasaan deh” katanya lagi sambil memegang-megang bajunya nabil, sementara dia hanya sesekali melihatku dan aku langsung mengalihkan pandangan.
    “yuk” ajakku.

    Aku sengaja berjalan di depan mereka karena aku gak mau ngeliat mereka bergandengan tangan. Aku tak mau melihat perhatian nadia semakin menjadi-jadi. Aku mulai dilanda rasa cemburu. Aku berjalan dan sesekali nadia tampak mengomentari penampilan nabil.

    “bia.. kok rambutnya diplontosin begini sih? Terus juga bia jadi iteman sekarang. Pasti masih suka camping ya? Kan udah mia bilangin, kemping tuh boleh, tapi jangan keseringan. Gak bagus buat kesehatan.”
    “ya abis gimana lagi, namanya juga hobi” jawab nabil.

    Aku berusaha tak mendengar percakapan mereka. Aku mencoba mendendangkan lagu-lagu ngebit yang kusuka. Tapi ternyata lagu itu tak mampu mengalihkan telingaku.

    Akhirnya kami berdua masuk ke Gramedia. Aku beberapa kali memalingkan muka ketika melihat nadia merangkul nabil atau ketika nadia mengusap-usap pipi nabil. Sesekali nabil melihat kearahku dan mengedipkan mata untuk menyabarkanku. Iya my man, aku masih berusaha sabar..

    “bia, kemarin papah nanyain, kapan katanya. Ya aku bilang ya aku terserah bia aja. Tapi kalo buat desain gaunnya sama dekorasinya udah clear kok. Tapi gaun yang ini bagus juga ya. Boucket bunganya juga. desain gaunnya mirip ini nih“ kata nadia sambil menunjuk ke halaman buku wedding itu.
  • Tiba-tiba lagunya berganti. Dan nadia terlihat tercengang mendengarnya.
    “michael buble, kesukaannya bia..”

    Dan alunan music yang tenang itu mengalu dengan indahnya di telingaku


    Me and Mrs. Jones, we got a thing going on,
    We both know that it's wrong
    But it's much too strong to let it cool down now.

    We meet ev'ry day at the same cafe,
    Six-thirty I know she'll be there,
    Holding hands, making all kinds of plans
    While the jukebox plays our favorite song.


    “dan di jepang pun, sehabis pulang kuliahpun, mia suka dengerin lagu ini..” kata nadia lagi.

    Jadi nadia tinggal di jepang?


    Me and Mrs., Mrs. Jones, Mrs. Jones, Mrs. Jones,
    Mrs. Jones got a thing going on,
    We both know that it's wrong,
    But it's much too strong to let it cool down now.

    We gotta be extra careful
    that we don't build our hopes too high
    Cause she's got her own obligations and so do I.

    Me, me and Mrs., Mrs. Jones, Mrs. Jones, Mrs. Jones,
    Mrs. Jones got a thing going on,
    We both know that it's wrong,
    But it's much too strong to let it cool down now.

    Well, it's time for us to be leaving,
    It hurts so much, it hurts so much inside,
    Now she'll go her way and I'll go mine,
    But tomorrow we'll meet the same place, the same time.

    Me and Mrs. Jones, Mrs. Jones, Mrs. Jones


    Aku mulai mendengarkan liriknya. Me and Mrs Jones?

    “eh..denger lagu ini aku jadi inget waktu kita maen drama dulu. Terus lagu ini juga kan yang bia puterin waktu nembak mia..”

    Dadaku semakin panas. Tanganku mulai gemetar. Aku tahu, nabil harus dan akan segera menikahi nadia. Tapi kenapa aku masih juga belum siap? Dadaku semakin panas mendengarnya.

    Dan mendengar dia menyanyikan lagu ini saat nembak nadia, membuat wajahku srasa terbakar. Wajahku memanas dan rasanya aku ingin merobohkan rak berisi buku-buku ini dan membakar semua buku wedding.

    “tapi yang I havent meet you yet tuh paling enak kata mia mah. Mia kalo lagi mandi biasanya muter lagu itu.” Kata nadia lagi.

    Terserah, kamu mau muter lagu apa aja. kulihat nabil melirik kearahku. Tapi tatapan matanya tak mampu meredam rasa cemburu ini.

    “aku udah dapet bukunya. Mau liat-liat dulu?” kataku lagi dengan cepat.
    “udah? Oh. Yaudah, aku ma bia nunggu di luar ya. Kita ke matahari dulu ya. Aku mau beliin baju buat bia” katanya.

    Aku hanya diam saja. Kuperhatikan nabil juga tak banyak berkomentar. Dia lebih terlihat salah tingkah. Dan setelah membayarnya di kasir, kami bertiga segera menuju ke matahari.

    ******
  • XXI MM, 19.55 wib

    Setelah nadia membelikan beberapa potong baju dan juga celana, kami bertiga segera menuju ke XXI. Nadia menenteng satu kantong dan nabil menenteng masing-masing satu di kanan kirinya.

    “bia, nih” kata nadia menyerahkan satu kotak kecil ke nabil.

    Nabil menoleh dengan tatapan heran.

    “apa ini?” Tanya nabil.
    “liat aja.” Katanya sambil tersenyum manja.

    Nabil lalu membuka bungkusan kecil itu dan kini ekspresinya berubah. Ada raut kaget bercampur takjub.

    “suka?” Tanya nadia.
    “mia, ini…” kata nabil terputus.
    “kan dah lama mia gak beliin bia jam tangan. Kayaknya jam tangan ini pas banget buat bia.”

    Kudongakkan kepalaku, ternyata nadia memberikan sebuah jam tangan Police.Sebenarnya simple, hanya jarum saja, tak ada angka atau ornament lain, tapi terkesan nyeni sekali. Bentuknya juga elegan sekali.

    “mia..bia kan udah bilang, mia jangan suka beliin bia apa-apa” kata nabil.
    “bia..mia tau bia gak suka dikasih hadiah seperti ini. Tapi plis, mia cuman mau ngasih yang terbaik buat bia.” Katanya lirih. “mia sayang sama bia” katanya lagi sambil mengusap pipi nabil.

    Nafasku tercekat mendengarnya. Aku langsung memalingkan muka dan rasanya wajahku semakin memanas sekarang. Nabil tampak salah tingkah sekarang. Dia melirik ke arahku dan aku pura-pura memerhatikan poster film yang akan ditayangkan.

    “bentar ya, bia beliin tiket dulu” kata nabil lalu bergegas meninggalkan kami.

    Aku merasa kikuk, sedang nadia lebih terlihat santai. Nabil berjalan untuk membeli satu tiket lagi. Dan sekarang, rasanya waktu berjalan lambat sekali. Dan aku mulai mengutuki kenapa aku masih bertahan disini.

    “temen bia di pabrik?” tanya nadia tiba-tiba.

    Aku mendongak dan berusaha mengendalikan diri.

    “bukan. Temen nongkrong aja. Di bekasi di sodara?”
    “iya. Tadi kesini juga sama sodara, tapi udah pulang duluan sih. Tadinya mau langsung ke cikarang. tapi bingung mau nyari hadiah apa buat ulang taun bia..makanya pas tadi liat jam tangan itu, gue inget kalo bia belom punya jam tangan model begitu. ” katanya sambil tersenyum.

    Apa? Jadi hari ini ulang tahun nabil? Bodoh, kenapa aku yang mengaku pacarnya tak tau kapan ulang tahunnya. Bodoh bodoh bodoh.

    “tapi..Bia berubah sekarang” katanya lagi.

    Degh, jantungku mulai berdetak kencang.

    “berubah gimana?” tanyaku gelagapan.
    “aku bingung jelasinnya gimana. Tapi yang namanya feeling seorang wanita itu kuat. Aku bisa ngerasain dari tatapan matanya waktu liat aku, senyum dia juga gak kayak dulu. Dan sekarang dia jarang nelpon, gak kayak dulu.”
    “emang kalian pacaran dah lama?”
    “dari kelas satu SMA. Dulu kita kuliah bareng, dank arena akudapet beasiswa ke jepang, ya terpaksa kita long distance..tapi bia udah berubah sekarang”

    Aku masih diam menyimaknya. Aku was was. Apa dia curiga aku pacaran sama nabil?

    “lo tau gak dia lagi deket sama siapa?”
    “ng..nggak kok. Udah nanya arif?’
    “Lo kenal arif?”
    “yap. Dulu sempet ketemu.”
    “dia adik gue. Gue sengaja titipin dia sama bia biar bia gak selingkuh sama yang lain. Karena bia itu playboy banget dari smp. Naluri seorang cewek tuh kuat. Aku bisa ngerasain kalo dia selingkuh. Dan aku juga tau dia sering flirting dimana-mana. Tapi sikapnya blakangan gak bisa gue artiin. Dia..”
    “arif bilang apa?”
    “arif? Dia bilang enggak. Tapi..perasaan gue bilang kalo bia main hati. Cara dia natap, cara dia nyapa aku kayak tadi, udah lain sekarang”

    Lalu nabil datang sambil membawa popkorn dan juga minuman. Aku langsung membantunya dan menyerahkan satu untuk nadia.

    “makasih ya bia”

    Nabil hanya tersenyum. Aku juga ikut tersenyum. Dan perasaanku sekarang semakin tak karuan. Aku hanya sekilas menatap nabil. Kenapa dia gak bilang kalo hari ini dia ulang tahun? Kalau tahu, aku pasti bakal siapin hadiah buat dia.

    Tak lama, dari speaker yang dipasang di setiap sudut ruangan, film yang akan kami tonton akan segera dimulai dan kami pun langsung bergegas masuk.
  • Setelah didalam, aku duduk disebelah kanan nabil, sedang nadia di sebelah kirinya. Dan ketika film diputar, nadia tampak menyenderkan kepalanya ke pundak nabil sambil memeluk tangannya.

    Aku memejamkan mataku untuk menguatkan diri. Sebenarnya aku ingin pergi dari tadi. Tapi rasanya tak ada alasan untuk meninggalkan mereka. Bukan karena aku tak bawa kendaraan, tapi rasa ingin bersama nabil setelah kejadian kemarin telah mengalahkan rasa sakit melihat sikap nadia. Aku ingin jadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun ke dia, aku harus mendahului nadia.

    Lampu mulai diredupkan. Layar lebar didepan sana mulai memutarkan film dan bukannya aku memerhatikan filmnya, aku lebih sering memerhatikan mereka. Dalam keremangan lampu studio, aku bias melihat nadia menggenggam tangan nabil dan sesekali mengelusnya. Rasanya aku ingin menangis. Tapi ketika aku mencoba mengusap pipiku, tangan kanan nabil menggenggam erat tanganku. Dia tak menoleh, tapi aku bisa merasakan genggaman kuat tangannya berusaha menguatkanku. Dan hal itu justru membuatku semakin sesak. Harusnya aku yang bersender ke bahunya sekarang. Aku yang menggenggam kedua tangannya. Aku yang menyerahkan minuman untuknya saat dia haus.

    Lalu tiba-tiba nabil melepaskan genggaman tangannya karena nadia menawarkan minum padanya. Aku mencoba bersikap biasa. Aku alihkan pikiranku dengan melihat tingkah Iron Man yang sering bertingkah konyol. Bahkan ketika semua penonton tertawa melihat tingkah konyol si Iron Man, aku sama sekali tak merasa itu lucu. Dan ketika orang-orang terpesona oleh tampilan tiga dimensinya, aku malah dibuat sesak oleh tingkah nadia yang semakin mesra.

    Tuhan, kuatkan aku, kuatkan aku…

    Dan ketika suasana sedang riuh, nadia tiba-tiba menarik dagu nabil lalu menciumnya. Nabil yang tak siap hanya bisa diam lalu melepasnya.

    “happy birthday ya” bisik nadia.

    Nabil hanya diam tak menjawab. Dia mendengus-dengus lalu meminum minumannya dan kembali melihat film. Aku terperanjat. Tanganku bergetar. Wajahku semakin panas dan satu titik air mata jatuh.

    Kukepalkan tanganku. Stop, aku udah gak kuat. Aku harus pergi. Aku harus pergi sekarang. Aku memang masih ingin menatap matanya sambil mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi aku semakin tak mampu menyaksikan kemesraan mereka berdua.

    Ya, aku harus pergi. Biar aku telpon saja dia nanti lima menit sebelum jam dua belas malam. Tapi gimana caranya? Aku lalu buka kacamata 3D-ku lalu pura-pura membuka hape dan membaca sms.

    “bil, nad, gua mesti pulang sekarang. Barusan amam sms, nyuruh pulang sekarang.” Kataku setengah berbisik.

    Nabil dan nadia lantas membuka kacamata 3D-nya. Nabil memandangku kuyu.

    “kok pulang sekarang? Ntar aja. Filmnya belum kelar.” Kata nadia setengah berbisik.
    “kapan-kapan aja kita double date, okey” kataku.”duluan ya”
    “tapi pulangnya gimana?” Tanya nabil dengan tatapan tak enak.
    Kulihat dia tampak merasa bersalah sekali.
    “gampang. Angkutan masih banyak” kataku.”yuk”

    Dan aku langsung berjalan sambil membungkuk. Dan setelah aku keluar studio, aku bergegas masuk ke toilet dan didalam toilet aku langsung membasuh wajahku.

    Kenapa tuhan, kenapa? Baru kemarin aku baikan sama nabil, kenapa kami harus bertemu nadia disini? Kenapa aku bodoh sekali? Kenapa aku gak pergi aja dari tadi?

    Aku lantas mencuci mukaku dan memandang wajahku di cermin. Mataku merah dan wajahku kuyu. Aku memejamkan mata dan berusaha mengatur nafas.

    Aku lantas berjalan keluar XXI. Dan ketika aku melewati sebuah toko baju, aku melihat sebuah jaket levis. Aku tahu nabil suka sekali dengan yang namanya jaket. Tak pikir panjang aku langsung masuk dan membelinya. Kemudian aku bergegas ke parkiran dan kugantungkan tas berisi jaket itu di stang ninjanya. Aku sengaja tak menyisipkan kartu berisi selamat ulang tahun. Toh tak mungkin aku mengucapkannya secara tertulis. Aku hanya ingin dia tahu, aku sayang dia.

    *****
Sign In or Register to comment.