It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Si Gukguk kesiangan (
tak tunggu ni...............
trus yang spatulanya kok g dilanjut sihh........
padahal keren juga tu critanya...........
@alabatan jangan sampai putus tengah jalan ya........ :-) >- >- >- :P :P :P =D> =D> =D>
@anan_jaya.yg spatula si ilham'y yg sush ktmu..
trus kalo gak pake kang ilham kagak bisa ya???? #:-S
#moga2 bisa...... [-O<
yang penting cepet dilanjut....
mana jnjinya...
ni dah petang ni.....
aq menunggu mu item.....
Aku hanya diam. Dia kuyu menatapku.
“boleh aku kasih penjelasan?”
“....”
Dia lalu masuk dan duduk. Aku memandangnya. Aku bingung, setelah apa yang dia lakukan kemarin, apa aku masih harus izinkan dia kasih penjelasan? Tapi aku harus bersikap adil. Dia masih punya hak untuk menjelaskan.
“aku bingung maboy”
“....”
“kenapa aku bisa seperti ini?”
“kenapa? Ada hubungannya sama nadia? aku mau kamu jelasin siapa nadia itu dan apa yang bikin kamu gak bisa lepasin dia..”
Dia lalu menceritakan siapa nadia itu. Lalu kenapa nadia selalu dinomersatukan oleh nabil. Nadia juga tahu Nabil itu player, makanya dia meminta adiknya, Arif unntuk tinggal bersama nabil.
“Dia itu bagiku sempurna. Aku Cuma minta satu hal yang gak muluk-muluk. Aku sayang sama kamu tapi aku belum dan mungkin gak bisa tinggalin nadia sampai kapanpun. Mengkin ini terdengar egois tapi aku gak tau mesti gimana”
Aku tertegun mendengarnya. Benar, dia egois, sangat sangat egois. Tapi ini dunia nyata. Tak ada cinta sejenis berakhir dengan jenjang pernikahan di bumi pertiwi ini.
“aku Cuma minta kita jalani apa adanya aja. Aku gak bisa nerima kamu apa adanya. Justru aku pengen rubah kamu jadi pribadi yeng lebih baik, seenggaknya lebih baik menurut aku. Aku mau, meskipun kita gak bisa hidup bersama sampai tua, ketika kamu ngeliat foto kita, kamu tersenyum melihatku, itu aja. Apa itu terdengar terlalu naif?”
Aku hanya diam. Dia kembali menyadarkanku bahwa aku hidup di dunia nyata, bukan hidup dalam roman picisan yang akan selalu berakhir bahagia. Ya, perjalanan hidupku memang masih misteri. Dan akhir hidupku pun hanya tuhan yang tahu.
“aku mau cariin kamu cewek. Karena kamu juga harus mengarah ke situ. Tapi sekarang keputusan ada di kamu. “
Aku tak bisa menjawab, aku hanya memandangnya dan mencari-cari siapa sosok didepanku ini. Kemudian aku memeluknya erat. Dia memang terkesan egois. Tapi bukankah hidup itu juga sering egois?
Hidup selalu memperlakukan kita kadang tidak seseuai keinginan dan rencana kita. Kita ingin ke utara, tapi angin kehidupan membawa kita ke selatan. Tapi toh selalu saja ada hikmah dibalik semua itu. Ya, aku ingin jalani kehidupan nyata ini bersama nabil. Karena dialah mahluk yang sudah, sedang dan akan membawaku ke kehidupan nyata dengan segala getar-getirnya.
*******
*****
“hey, katanya mau ngajak aku jalan-jalan...kok malah kesini sih..” protesku.
“jep ah.”
“kenapa gak ke Vasa Residence aja sih? Kan pagi-pagi gini enak banget kalo jogging disana..”
“udah protesnya?”
Aku hanya misuh-misuh. Tadi pagi-pagi sekali Nabil sms, katanya mau ngajak aku jalan-jalan. Tapi kenapa sebelum Jembatan Tegalgede dia belok kiri kearah Kali Malang? Mestinya kan kita lurus, beloknya pas di lampu merah Ejip.
Aku sudah tak mau protes lagi. Lagian percuma juga sih protes ke dia. Huh, dasar. Dia lalu membuka helmnya lalu menyerahkan padaku dengan tangan kiri. Aku ambil lalu kutaro diatas pahaku sambil kupegang.
Kulihat lehernya. Aku suka ngeliatnya. Gimana enggak, selain bersih, aku juga suka liat rambut-rambut halusnya. Dia memang tak pernah mencukur bersih sampai rambut halusnya, dan menurutku itu terlihat seksi. Tapi sebenarnya aku sempet protes tadi. Dia mencukur rambutnya tanpa memberitahu aku. Aku suka gayanya yang dulu. Rambutnya agak panjang dan ikal. Selain itu rambutnya hitam legam. Apalagi kalau kita lagi ngebut, rambutnya tertiup angin dan sampai menyentuh wajahku. Rasanya langsung berdesir ketika helaian rambut itu menyentuh kulit wajahku, hidungku dan juga bibirku. Apalagi kalo dia lagi duduk didepanku dan tiba-tiba angin kencang niup rambutnya. Slow motion dah rasanya. Aku hanya tersenyum sambil menopang dagu dan sampai dibuat tak berkedip.
Dan sekarang dia mencukur pendek rambutnya. Kesannya tuh jadi kayak anak SMA atau abg baru lulus sekolah. Apalagi sekarang dia hanya pake kaos hitam dan celana jeans ketat (pensil) dan robek disana-sini. Kesannya tuh anak badung banget. Tapi aku hanya bisa ngomel-ngomel sendiri dan dia terlihat masa bodo. Tapi sebenarnya wajar gak sih kalo aku marah? Aku kan pengen dia tampil sempurna dihadapanku.
Dia menjalankan dengan pelan motornya. Disisi kananku Kali Malang yang memang cukup malang karena airnya sudah keruh sekali akibat limbah.
“kok lewat sini sih?”
“...”
“bil” kataku. Aku tahu dia pasti tak akan bungkam lagi kalau aku panggil dia dengan namanya, nabil. Itu tandanya aku kesal beneran, tapi bukan marah.
“baby boy...coba deh tengo kiri..” katanya pelan.
Aku manyun-manyun dan kuturuti perintahnya. Deg, pemandangan yang...apa ya? Wajahku terasa panas. Oh My Goat..pagi-pagi dah disuguhin pemandangan yang..ajaib. Gimana enggak, sekarang baru jam setengah setengah sepuluh pagi, mata udah ngeliat pornoaksi. Aku tak mengedipkan mataku waktu ngeliat ada seorang gadis dengan pakaian yang twewew, tank top keliatan udel, dan hot pants? Wawawaduh..aku ngerasa celana mulai sempit. Ternyata dedeku menggeliat. Wah...ternyata aku masih bisa tengggg juga liat cewek?
“kok perasaan ada yang ganjel ya?” katanya menggodaku.
Aku tak berkomentar. Dia hanya tertawa kecil melihat tingkahku.
“ternyata kamu masih bisa horny juga liat cewek ya?” katanya.
Huh sialan. Terus dia masih bisa tenggg juga gak liat cewek. Iseng kutanya dia.
“kalo kamu my man, masih bisa tengggg gak kalau lihat itu?”
“hahaha. Masih lah.” Jawabnya enteng.
“masa sih..?” kataku menggodanya.
“kalo gak percaya, pegang aja ndiri” katanya enteng.
What? Aku disuruh pegang sendiri? Hwa...rejeki di pagi hari ini namanya. Selama pacaran sama dia, aku emang belum pernah ‘ngapa-ngapain’ sama dia, dalam artian erotisme. Paling juga cuman ciuman aja. itu juga stolen kiss. Dia biasanya selalu mencuri cium ketika aku sedang lengah. Katanya beda rasanya daripada ciuman yang direncanakan. Awalnya aku ngomel-ngomel karena dia tak memikirkan aku. Aku kan juga pengen ngerasain rasanya ciuman..dia memang pernah menciumku waktu di Ujung Genteng yang berujung gak manis dan di Cikarang Camping Ground, yang juga akhirnya aku nangis juga. Aku jadi senyum-senyum sendiri.
Aku memang ingin merasakan nikmatnya (???) ciuman beneran, bukan stolen kiss, tapi aku juga mulai menyukai sensasi stolen kiss. Apalagi bila dia melakukannya di tempat umum seperti di depan kostanku, atau di Cikarang Baru. Rasanya deg-degan sekali. Senang, takut, malu, masih pengen, arghht..pokoknya sensasinya bener-bener bikin ketagihan. Kadang aku pura-pura ngelamun biar dia melakukan stolen kiss lagi, tapi mungkin dia tahu atau lagi gak mood, ternyata trick-ku gak berhasil T_T. Padahal aku lagi pengen dicium..
“mau megang gak..? jarang-jarang loh aku ngasih..”
“...” aku masih bertahan, pura-pura jual mahal. Padahal mah tangan udah gateng banget pengen ngerasaain gimana rasanya megang yang keras-keras.
“yakin gak mau..?” tanyanya dengan senyum nakalnya.
“....” tahan harga sal..pura-pura jual mahal aja terus..kali aja dapet lebih...
“yaudah..tapi jangan nyeselloh..kalo ntar kamu kebagian sisanya nadia doang..” katanya.
What nadia? Gak, aku gak rela..
Dengan gerakan cepat aku memeluk lagi perutnya dan refleks kugeser ke bawah dan...wah...ternyata benar...dia udah on...aku jadi malu-malu sendiri. Dia tertawa kecil melihat tingkahku.
“yakin Cuma dari luar..?”
Apa? Hmm..hmmm...
“argghht..my man...” kataku setengah merengek. Aku paling gak suka dibikin malu kayak gini. Rasanya tuh dilema banget. Tawarannya kuambil, ntar terkesan murahan, gak diambil kan sayang...
Lalu tiba-tiba dia berbelok di pintu Jababeka 10. Kalo gak salah ini tembusnya ke Cikarang Baru.
“kok lewat sini?”
“kita ke kost aku dulu.”
“mau ngapaian?”
Dia tak menjawab, hanya menoleh lalu menaik-turunkan alisnya. Hwa..jangan-jangan kita mau...gitu-gituan...spor jantung nih. Aku mulai dilanda nervous yang aneh. Antara penasaran dan takut. Fyuh, tenang sal..tenang...
“maboy..(kependekan dari my baby boy), diminum dulu atuh” kata nabil sambil membuka minuman kalengnya.
Aku hanya diam dan tertawa aneh sambil senyum-senyum kikuk. Tentu sja karena aku masih kepikiran kata-katanya yang terakhir. Bukan kata-kata sih sebenarnya, tapi gerakan alisnya itu loh yang bikin aku jadi salah tingkah. Apa dia mau ngajakin gituan sekarang? hmm..kalo iya, aku mesti jawab iya apa gimana ya? Aku emang penasaran, tapi...au ah.
“kok diem sih...”
“....” aku mulai mencang-mencong gak gelas. Gak bisa fokus ngeliat ke satu arah.
“pasti kamu masih kepikiran yang tadi ya..?”
“a..apa?” jawabku gelagapan.
“kamu pengen kan..?”
“mm..apan sih?” jawabku malu-malu.
Dia lalu memasang wajah mesum kearahku. Bayangin, gigi atasnya menggigit bibir bawah sebelah kiri-mata sayu-alis terangkat sebelah-dan mendesah-desah. Oh no...jantungku mulai berdetak kencang. Wajahku memanas dan dedeku mulai bangun. Gaswat..
Dia lalu merangsek maju ke arahku. Aku mengantisipasi. Mataku lirik kanan kiri, dia semakin dekat dan wajahnya mulai bergerak maju mendekati wajahku. Aku mulai merasakan desah nafasnya menghembusi wajahku. Hidung kami beradu dan mata kami bertemu. Pandangan matanya menusuk sekali. Aku gelagapan sekarang. Aku mulai menutup mata dan kubuka bibirku biar dia dengan mudah mencari lidahku dan tiba-tiba...
“ah ternyata disini...” katanya datar.
Aku membuka mataku dan mencerna apa yang terjadi. Dengan watados alias wajah tanpa dosa dia asik memainkan hepenya. Aku melongo. What, dia hanya mempermainkanku dengan mengambil hapenya?
Hwa...aku malu semalu-malunya...
Lalu tiba-tiba saku celanaku bergetar. Kuambil dan kubuka
“dari siapa?” tanya nabil sambil memainkan hapenya.
“...” aku hanya diam. Apa aku harus bilang ini dari si item?
“dari si item?” tanya dia saklek dengan ekspresi datar.
“..” aku gelagapan. Lalu Cuma mengangguk.
“oh..” katanya datar tanpa ekspresi.
Hah? Cuman bilang oh?
“kamu gak cemburu?” tanyaku penasaran. Masa dia gak cemburu sama si item?
Dia melihatku sebentar lalu tersenyum simpul.
“bil..”
“emang aku harus gimana? Ngomel-ngomel? Atau saklek ngelarang kamu hubungan sama dia? Buat apa? Toh kalo aku larang kamu kontek-kontekan sama dia, kamu bisa aja kan sembunyi-sembunyi..” kata dia tenang.
Aku Cuma diam. Tapi, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Jujur, aku sebenarnya ingin dia marah-marah, sebagai bukti kalau dia sayang sama aku dan gak mau kehilanganku. Tapi..apakah ini emang kedewasaan sikapnya, atau karena dia...tidak benar-benar mencintaiku?
Aku masih mencerna sikapnya. Lalu dia menghampiriku lalu memegang pundakku. Dia menatap mataku dengan tatapan syahdu lalu tersenyum tipis.
“aku gak mau maksa kamu. Aku gak mau Cuma miliki raga kamu, aku mau hati kamu. Terlalu picik kalo aku nutup akses buat kamu gak hubungan sama dia. Kamu udah dewasa, bisa bedain mana salah mana benar. Biar kamu yang mutusin apa yang kamu lakuin...”
Aku menatapnya dalam-dalam, mencari sebenarnya siapa mahluk didepanku ini. Dia begitu sulit kutebak. Tapi kalo aku ingat setiap kata-katanya yang dalam, aku selalu saja tak mampu berkata-kata. Tapi hati kecilku bertanya, apakah itu dari hatinya atau karena dia adalah seorang player, dan kata-kata itu diucapkan kepada semua mangsanya?
“My baby boy, aku gakkan pernah larang kamu hubungan sama siapapun karena aku gak punya hak atas itu. Aku gak perlu menuntut kamu untuk jujur karena toh aku juga gak selalu jujur sama kamu. jujur itu transparan, tapi transparan itu bukan berarti ketelanjangan”
“Ini dunia nyata, aku gak mau kamu jadi terlalu tergantung sama aku karena kamu mencintai aku. Ingat, cinta itu menguatkan, bukan melemahkan. Seorang ibu menjadi kuat mengurus enam orang anaknya yang masih kecil ketika ditinggalkan suaminya karena cinta. Seorang guru bertahan mengajar di hutan belantara dan tempat terpencil karena cinta. Dan aku..aku gak mau cinta malah melemahkaan kamu. Get real, cinta kita ini hampir mustahil berujung sampai kakek-kakek. Tak ada satu agamapun yang benar-benar mengizinkan orang-orang seperti kita bahagia bersama sampai tua. Cinta kita itu absurd”
Aku hanya diam. Ya, aku tahu dan sadar sesadar-sadarnya. Cinta kami ini absurd. Tapi aku hanya ingin bahagia, meskipun hanya dengan sebuah cinta yang absurd.
“aku gak mau muluk-muluk. Suatu hari nanti kita mesti pisah, kita jalani hidup kita masing-masing, dengan istri kita. Dan tugas kita sekarang, kita harus saling menguatkan...aku gak mau kamu nyesel pernah kenal dan sayang sama aku. Itu aja..”
Aku masih saja tertunduk. Memang benar apa yang dia katakan. Cinta kami ini absurd. Aku tahu, suatu hari nanti aku akan kembali menangis seperti dulu aku kehilangan si item. Dan aku harus belajar untuk kuat. Ya, aku harus bisa menyiapkan saat itu. Tapi kapan? Masih lamakah? Aku masih ingin mengecap bahagia ini, meski aku tahu, semakin aku sayang sama dia, aku akan semakin sakit ketika kami harus berpisah.
Aku lalu menatapnya dan dia tersenyum tipis dengan tatapan sendu. Matanya itu yang selalu membuatku bertanya-tanya.
“makasih, my man. Aku..”
“sstt..sekarang giliran kamu mandi. Buruan gih. Bau tau..”
“ah...males..” jawabku manja.
“apa mau aku mandiin..?” godanya.
Aku hanya cengengesan. Aku mencium pipinya dengan cepat lalu berlari ke kamar mandi sambil tertawa.
“isal..pipiku jadi bau iler nih...”
“hahaha”
Selesai mandi, aku lalu handukkan dan segera kubuka pintu. Waktu kubuka pintu aku dibuat kaget karena dia berdiri dengan tampang konyol di depan pintu kamar mandi.
“HWAAA..” aku hampir saja terjatuh saking kagetnya.
“hahah”
“my man..”
“lama amat mandinya...”
“iyalah...biar bersih..”
“ah yang bener...”
“....”
“jangan-jangan tadi...”
“apaaan sih..”
“padahal tadi aku mau bantui loh...”
Wajahku memerah sekarang. aku lagi-lagi dibuatnya gelagapan. Dia memang pandai sekali membuatku salah tingkah. Lalu tiba-tiba hapeku berdering. Panggilan masuk. Kuambil, ternyata amam, mamahku. Fyuh, untung saja ada telpon dari amam, selamat aku dari godaannya.
“udah. Mandi sana, aku mau nerima telpon dari mamahku dulu. “ kataku sambil mendorong dia ke kamar mandi.
“haloh, iya mam...apa? apap? Apap bukannya sama amam?”
Aku memang manggil papa mama dengan panggilan amam dan amam. Awalnya papa mama. Tapi waktu si item main ke rumahku, dia manggilnya apap amam, aku jadi ikutan manggil apap amam. Katanya penggilan papa mama di kampungnya tuh banyak, ada abah ambu, apap amam, apih amih, ayah mbu, dan masih banyak lagi. Bahkan dalam satu keluarga pun tiap anak memanggil papa mamanya dengan panggilan masing-masing.
(keluargaku termasuk salah satunya. Aku manggil ayah mbu, tetehku manggilnya apih amih, adeku manggilnya bapak ibu.kakak pertamaku manggil ema bapa)
Lalu nbil memelukku dari belakang sambil menjilati kupingku. Aku kegelian dan jadi gak konsen. Kubalik tubuhku lalu kudorong dia agar menjauh dariku.
“iya mam. Ntar sore aku pulang...”
Dan aku kaget karena sekarang nabil sedang bergoyang-goyang ala penari striptease. Dia meliuk-liukan badannya dan mulai melucuti bajunya satu persatu dengan tatapan binal dan gerakan bibir dan lidah yang nakal. Aku geli dan jadi grogi melihat ekspresi wajah nakalnya. Aku mulai gelagapan dan dilanda nervous gak jelas.
“i..iya mam? Apah? Mm..mm..” aku jadi tak lancar bicara. Pikiranku kacaw. Sekarang nabil akan melucuti celana boxernya. Mataku semakin membesar dan dedeku menggeliat dibalik handukku. Dadaku berdebar kencang. Oh no...aku lantas keluar kamar kost dan dia mendekati jendela lalu dia meremas-remas itunya yang sekarang tampak mengeras dari balik jendela kamarku.
“i..iya mam...ntar mam ya, ntar isal telpon lagi. Salam alaykum..” kataku langsung aku bergegas ke arahnya.
Dia lalu tertawa puas karena telah berhasil menggodaku. Ketika aku membuka pintu kamar, dia langsung lari ke kamar mandi sambil tertawa.
“hahaha”
Uh... dasar mahluk yang satu ini...bisanya bikin...apa ya? Kesel sih enggak, tapi gelagapan, salah tingkah dan...horny? nah loh? Tapi, aku masih shock. Baru pertama kali aku melihatnya naked. Full naked. Dan dia terlihat liar sekali. Aku jadi senyum-senyum sendiri. Dia memang pandai sekali menggodaku. Lalu tiba-tiba dia berteriak dari dalam.
“my boy...tolong ambilin handuk aku donk..”
What? Dia minta diambilin handuk? Aku lihat emang handuknya tergeletak di kasur. Mungkin dia tadi buru-buru karena melihat aku masuk dan handuknya kelupaan.
“ambil aja sendiri...” jawabku. Hmm..mulai lagi nih dia.
“ntar basah lantainya...kesiniin atuh...”
“iya iya...” aku lantas mengambil handuknya dan mengetuk pintunya.
Dia lalu membuka pintunya.
“nih...” kataku sambil menyerahkan handuknya dengan memasukkan tanganku saja.
“aku lagi sabunan. Masuk aja.. gak dikunci kok...”
what? Aku disuruh masuk dan bakal menyaksikan dia lagi sabunan? Hmmm...pikiranku kembali ngeres.
“masuk aja...”
Aku dengan ragu memutar handle pintu dan ketika kubuka tanganku langsung ditariknya. Aku kaget sekali dan dia langsung memelukku. Dia mengambil handukku lalu menggantungkannya. Dia tatap mataku, bukan tatapan nakal, tapi tatapan syahdu. Aku gelagapan. Dia lalu menarik handukku yang masih melilit di pinggangku. Lalu menggantungnya dan memepetku ke didinding. Jantungku mulai berdetak kencang. Aku matap dalam matanya.
“sekarang Cuma ada kita berdua disini. Tidak, bukan kita berdua, tapi kita berempat.”
“berempat?”
“ya, dede kamu ikutan juga.”
Ya, ini adalah pengalaman pertamaku. Aku dilanda perasaan aneh. Antara malu, takut, penasaran, senang, was was. Dia masih saja mencium bahkan menjilati perutku. Aku tak bisa berpikir jernih sekarang. Dan tiba-tiba dia mencium dedeku. Spontan aku menarik pantatku. Dia mendongak ke arahku lalu tersenyum manis. Aku masih gelagapan. Matanya masih menusuk mataku dan aku merasa dedeku mulai diremas-remas olehnya. Aku kembali mendesah dan mulai memejamkan mataku. Aku menikmati sensasi baru.
(hwaaa...aku bingung deskripsiinnya gimana, belum pernah ngalamin... untuk sementara sumber ceritanya dari cerita-cerita yang kubaca.)
Dia mulai memajumundurkan mulutnya. Terasa basah dan hangat sekali. Aku melenguh dan masih saja menutup mataku. Beberapa kali aku hampir menarik pantatku tapi dia kemudian menahan pantatku. Aku tak berani membuka mataku dan melihat ekspresinya. Tapi aku penasaran bagaimana ekspresinya sekarang. Kubuka sedikit mataku, dia masih menatapku dan kulihat wajahnya terlihat sangat menikmati dan aku menyukai ekspresinya. Pipinya kembung kempis dan tampak memerah. Sedang matanya tampak sayu sekali.
Dia lalu berdiri lagi dan kembali melumat bibirku, dia bahkan menggingit kecil bibir bawahku dan beberapa kali aku mencoba melepasnya karena aku sulit bernafas. Dia liar sekali. Kemudian aku tersentak karena dia membalikan tubuhku. Aku was was. Apa dia akan melakukannya?
Dia mulai menciumi, menjilat dan mengendusi leher dan belakang telingaku. Bahkan leherkupun digigit-gigit kecil. Terasa sedikit sakit tapi aku mulai menyukai sensai baru ini. Dan kurasakan sebuah batang keras bergerak-gerak di belakang tubuhku. Jantungku mulai berdetak kencang sekali. Kini badanku mulai gemetar. Aku memejamkan mataku dan tiba-tiba bayangan si item muncul di kepalaku. Dan pikiranku kembali ke kamar motel pangandaran.
*****