It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
#nglujak
kuusahain bisa tiap hari kalau gak maksimal 2hr kalau inet gak mogok ya
yang jahat banyak
yang baik 0
kalo q yg diludahin mah udah q jampak + tampar
hehehe
jadi ikutan esmosi
gak tahu juga ya, tapi disini gak happy happy mulu kayak ceritaku yang dulu
waduh kok dijambak? kesannya gimana gitu
cuma ada secuil ni, tapi malah tante Tasya yang muncul
Badanku panas, rasanya gak enak dan sakit semua. Istirahat total kayaknya yang harus aku lakukan hari ini, padahal malam ini adalah malam minggu dimana tempat kerjaku ramai ramainya dan aku bisa mendapatkan bonus yang lumayan. Gak ada yang tau kondisiku, aku hanya terdiam dan tidur di kamar. Tadi sudah masak nasi dan masih ada abon dan kerupuk buat sarapan dan kemudian aku meminum obat turun panas yang memang aku sediakan sebagai persiapan, semoga besok tubuh ini sehat dan kembali fit sehingga bisa kembali kerja malamnya.
Dikamar ini hanya kutatap dengan kosong langit langit kamarku, ku teringat dulu gimana aku kenal dengan Sony, Sony Raharsyah Putra. Dari awal masuk kuliah dia sudah menarik perhatian orang, khususnya cewek cewek di satu jurusan bahkan dari satu angkatan. Wajahnya yang tampan dan kulitnya yang putih sangat menjadi pusat perhatian dan incaran semua orang. Dan yang lebih menjadi omongan dan bahan pergunjingan dia gak mau bergaul dengan sembarang orang, bahkan ngomong aja kayaknya enggan kalau gak selevel dengan dia. Begitulah dia, cowok tampan yang hanya mau bergaul dengan orang high class (sebutanku) dan cenderung meremehkan orang yang biasa biasa saja.
Perkenalanku yang membuatku dekat dengan dia diawali waktu ada mata kuliah speaking, dan tugasnya membuat percakapan antaara 2 orang yang gak dikenal selama 5 menit dan apesnya aku kebagian satu grup dengan dia.
Dari awal dia sudah enggan, tapi aku yang gak ingin dapat nilai jelek berusaha agar bisa mengerjakannya dengan baik. Aku ingat pertama kali aku diminta (dipaksa) tepatnya ikut ke rumahnya untuk latihan. Biasalah dia hina hina dan ledek ledek, aku gak masukin ke dalam hati. Ungkapan bodoh dan tolol biasa di telingaku. Malam itu ternyata hujan deras dan dia dengan enggan mengantarku (kayaknya lebih gak rela kalau aku nginep di tempat dia) plus dia mau pinjam catata satu mata kuliah dasar. Aku diantar sampai kos dan dia ikut masuk. Aku pamit mau cuci muka dulu dan dia ada dikamarku.
Kemudian dia pergi begitu saja setelah aku pinjami catatanku, dan anehnya sejak saat itu dia menjadi baik padaku. Katanya sih karena memakai catatanku dia bisa mendapat nilai yang maksimal. Memang sih catatanku lengkap dan kalau dia paling males buat nyatet tapi anehnya semua nilainya diatas 90 baik itu kuis ataupun ujian. Aku juga heran sebenarnya, otaknya terbuat dari apa gitu, aku aja buat mendapat nilai A harus mati matian tapi dia dengan gampang mendapat nilai A. Mungkin kalau orang kaya itu memang ditakdirkan pintar kali, aku juga kagak tahu.
Pokonya setelah hari itu dia baik banget kepadaku, kesan sombong yang awalnya terpatri didiriny hilang dengan sendirinya dimataku. Tapi kebaikannya kadang berlebihan, dia suka nraktir dan kalau siang maksa aku buat makan siang bareng dia. Aku senang sih tapi kadang malu juga, kalau ngajak makan pasti pakai acara rangkul rangkulan dulu. Sebenarnya bagiku gak apa apa sih, tapi sering awalnya diledek sama temen temen, tapi dia gak peduli dan pernah malah nantangin yang ngeledeknya, jadi ya dianggap biasa setelah kejadian itu karena segan (takut mungkin) berurusan dengan dia.
Mungkin ini juga yang menyebabkan semua kejadian ini, mungkin benar aku sudah keterlaluan karena kalau aku ada kesulitan dan yang pasti kalau kesulitan keuangan dia mencoba membantuku, kayak kemaren ada acara wisata, aku terus terang lagi bokek jadi aku pilih gak ikut tapi tiba tiba sudah dibayar sama Sony. Aku gak pernah minta tolong masalah keuangan padanya karena bagiku itu masalahku yang harus aku tangani sendiri, tapi dia gak akan tanya dulu pasti langsung bertindak. San parahnya dia kalau sudah berkeinginan melakukan sesuatu gak bisa dibantah.
Begitulah secuil kisah persahabatanku dan sekarang sudah kandas, aku sudah dihina dan dipermalukan, rasanya sudah tidak punya harga diri lagi. Tapi mungkin ini memang yang terbaik karena gak bisa dipungkiri status sosial aku dengan dia sangat sangat jauh berbeda seperti bumi dan langit.
Aku seharian istirahat, sore harinya badan rasanya sudah agak baikan walaupun tubuh masih hangat tapi nyerinya dan pusing sudah agak hilang. Rencana aku mau beli lauk di warung makan sebelah, nasi yang tadi pagi masih ada. Aku ternyata tidur sampai sore, tapi layak deh karena kondisi tubuhku jadi lebih baik.
Tiba tiba kudengat ketukan di pintuku, aku langsung buka pintu kamarku dan dia dia langsung masuk ke dalam. Ya, Sony sudah masuk ke dalam kamar kosku. Aku diam saja dan membiarkan apapun yang mau dilakukan olehnya.
“Ikut aku” katanya
“Kemana” kataaku
“Gak usah nanya”
Langsung tanganku digamitya dan aku ditarik keluar kamarku. Dia ambil kunci kamar dan dia yang mengunci kamarku. Tanpa perlawanan aku ikut dengannya. Di dalam mobilnya aku hanya terdiam. Dia langsung membawa mobilnya dan diarahkan ke rumahnya, aku bingung banget sekaligus takut. Takut kejadian yang kemaren berlanjut ke hal yang lebih mengerikan, tapi aku tahu aku gak akan bisa apa apa. Melawannya atau berontak sama aja dengan cari mati. Jadi mau diapain ya terserah deh.
Sampai dirumahnya aku langsung dibawa ke kamarnya dan aku disuruh membuka pakaianku dan hanya tersisa boxer doang, dia pengamati seluruh tubuhku, luka karena kemaren masih belum kering benar jadi dengan jelas terlukis di tubuhku. Dia kemudian menyuruhku duduk di ranjang dan segera keluar kamar.
Dia tidak bicara banyak, aku baru kali ini melihatnya pendiam seperti itu. Dia seperti bukan Sony yang kukenal. Aku gak tahu mungkin dia sudah berubah atau gimana. Kudengar pintu kamar dibuka dari luar dan tiba tiba aku dikejutkan dengan masuknya tante Tasya ke dalam kamar. Aku sudah sangat ketakutan.
ada kok dia
lihat aj lanjutannya
yg satu sudah setengah jadi, tapi ni tabrakan dg munculnya komik naruto. bc dl ah
Aku gak berani memandang Tante Tasya yang masuk ke dalam kamar. Aku sudah siap dan pasrah mendengar makiannya, tapi beberapa saat gak ada makian ataupun cacian yang keluar dari mulutnya.
“Malam ini nginep disini aja ya Ron, biar bisa istirahat dengan baik” katanya
Aku hanya diam saja dan tidak menjawab pertanyaannya. Tiba tiba aku mendengar orang masuk.
“Mama ngapain disini, gak ada urusan kan mama disini, sudah keluar sekarang juga” kata seseorang yang ternyata Sony
“Mama Cuma ingin minta maaf Sony sayang”
“Udah keluar keluar, jangan bikin lebih runyam” katanya
Kemudian tante Tasya keluar dari kamar dan aku baru berani memandang wajah Sony dan mendongakkan kepalaku. Kulihat selain Sony ada seseorang yang masuk bersama dia. Kelihatannya seorang dokter.
“Dokter Hans, tolong periksa dengan cermat, saya minta pendapat perlu gak dibawa ke rumah sakit. Aku gak mau temanku kenapa napa” kata Sony
Dokter Hans kemudian memeriksaku, menanyakan ini itu dan juga melihat luka lukaku. Sesekali beberapa tubuhku diraba dan aku ditanya apa ada yang sakit. Aku cuma sakit di tempat lukaku yang terbuka dan lecet. Hampir setengah jam aku diperiksa, ini periksanya berulang ulang, dasar dokter yang aneh.
Setelah semua dirasa selesai dia bilang gak ada luka dalam dan hanya luka luar, akan dikasih salep dan antibiotik agak tidak terjadi infeksi. Setelah semua selesai dokter dan Sony keluar dari kamar.
Beberapa saat kemudian Sony masuk kembali sambil membawa mangkok, gak tahu apa isinya.
“Ron, makan bubur ini dulu, kemudian minum obetnya dan tidur” katanya
“Gak perlu Son, aku pulang saja ya” kataku
“Diem deh, hari ini kamu nginep disini dan gak akan kubiarkan kamu melangkah sedikitpun dari kamar ini”
“Iya deh” kataku pasrah
“Sudah makan dulu, sini aku bantu”
“Gak usah Son, aku bisa makan sendiri, makasih ya”
“Gak usah banyak komentar, sini aku bantu lalu minum obatnya dan tidur. Oh ya, kamu pake piyamaku saja ya.”
Sony kemudian membuka lemari dan mengeluarkan baju tidur (kayaknya, aku gak ngerti dan gak pernah punya)
“Pakai Ron” katanya sambil membantuku memakai piyama yang dipegangnya
Terus terang agak jengah dan malu juga diperlakukan kayak bayi gitu tapi melihat wajahnya serius gitu agak takut juga buat bilang enggak sama dia. Kemudia dia mengambil bubur dan menyuapiku pelan pelan.
“Makan yang banyak ya lalu tidur. Malam ini kamu tidur nyenyak disini dan gak akan ada yang ganggu istirahatmu”
“Iya Son, makasih ya”
“Aku yang harusnya minta maaf padamu Ron, semuaa salahku”
“Kamu gak salah apa apa kok”
“Aku cuma minta agar kamu masih mau menjadi temanku ya Ron, itu penting bagiku”
“Aku bingung Son, terus terang aku takut”
“Gak usah dipikirkan dan gak usah mikir macam macam, nanti sakitnya lama lo sembuhnya”
“Iya, aku akan usahain”
“Aku akan keluar sebentar ada yang harus aku kerjakan, kamu tidur ya. Aku kunci pintu kamarnya, nanti kalau kamu terbangun dan aku gak ada gak usah ragu pake semua yang disini”
“Iya”
“Janji ya, kalau haus atau pengen makan buah tu ada di kulkas kecil disitu” katanya sambil menunjuk kulkas kecil yang berada dipojok kamar
“Iya” Kataku
Setelah selesai makan dan minum obat kepalaku srasa berat dan kantuk dengan sukses merasuk dalam kepalaku. Sony langsung membantuku tidur dan menyelimutiku. Tidak beberapa saat kemudian akupun sudah masuk ke dalam alam mimpi.
Aku terbangun dan ingin kencing, ternyata Sony sudah di dalam kamar hanya mengenakan kaos putih dan celana pendek.
“Udah bangun?”
“Iya, ingin kencing”kataku
“Ya udah sana daripadaa ngompol”
Langsung aku ngacir ke kamar mandi yang juga berada di dalam kamar Sony. Lega rasanya setelah kencing. Aku langsung kembali dan Sony langsung memberiku segelas air.
“Diminum dulu ron, biar demamnya cepat sembuh. Yang banyak minumnya”
Langung aku terima dan kuminum sampai tandas. Aku memang haus dan badan jadi lebih segar.
“Ron, ni dah aku siapkan baju ganti, kamu mandi dulu nanti baru makan, ini sudah jam 8 malam. Tadi aku beliin ayam bakar dan burger, makana dikamar saja setelah makan langsung tidur. Besok pasti sudah fit.
“Makasih ya Ron, aku banyak berhutang padamu. Kamu gak perlu seperti ini sebenarnya”
“Diem ah gak usah bawel, mandi dulu sana lalu makan”
“Iya iya”
Segera aku mandi dan berganti pakaian dengan yang disediakan Sony dan aku keluar sudah berpakaian lengkap (dengan piama baru dan kolor baru).
“Ron, kamu masih marah gak sama aku”
“Enggak Son, aku gak pernah marah sama kamu”
“Lalu?”
“Aku takut sama kamu, aku takut ini kan terjadi lagi” kataku sambil menundukkan wajahku
Langsung Sony memelukku dan mengusap kepalaku
“Gak usah takut lagi Ron, gak akan ada apa apa kok”
“Tapi?”
“Udah, kita buktikan kedepannya. Sekarang makan dulu, apa mau disuapi lagi”
Mukaku langsung merah oleh omongannya, malu banget rasanya
“Gak lah aku makan sendiri saja” kataku
“Beneraan ni, aku gak keberatan kok nyuapin kamu”
“Gak ah, makan sendiri aja”
“Ya udah kalau gitu, aku tadi udah makan jadi kamu yang makan sekarang”
Karena perutku yang memang lapar aku langsung menghabiskan apa yang disediakan untukku. Rasanya enak dan kenyang. Beda banget sama ayam bakar yang kadang kadang aku makan, ini rasanya lebih enak. Mungkin beda kali bumbunya. Setelah selesai Sony membawa piring bekas makanku keluar.
Aku terus terang menjadi bingung, mengapa terjadi seperti ini, kenapa Tante Tasya gak marah marah lagi dan Sony baik padaku. Jadi yang terjadi padaku apa sebenarnya? Apakah Cuma dikerjai doang atau apa? Tapi kalau dikerjai gak mungkin sampai bikin babak belur gini.
Semua pikiran dan kemungkinan berkecamuk dalam kepalaku tapi aku gak tahu jawabannya sama sekali. Aku juga bingung dengan apa yang harus aku lakukan kedepannya, apakah aku harus berteman lagi dengan Sony apa tidak.
Sony kemudian masuk kedalam kamar
“Udah diminum belum obatnya”
“Belum” kataku
“Diminum dulu biar segera baikan dan sembuh” katanya
Dia segera mengambil segelas air dan menyerahkannya beserta obat yang harus kuminum. Segera setelah aku minum efek ngantuk menerpaku dan aku ingin segera tidur. Aku baringkan tubuhku dan Sony juga ikut membaringkan tubuhnya dibelakangku, dia memelukku dari belakang.
“Ron, maafkan aku atas apa yang terjadi ya, kamu gak akan kenapa napa kedepannya” terdengar suaranya yang main lama makin lirih. Aku kemudian terlelap dan gak ingat apa apa lagi setelah itu