It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Damn! What i must to do?
Kenapa kaya gini?
Stay cool Klein. Gue bisa mengatasinya kali ini,seperti sebelum-sebelumnya.
" Thanks Elmo, big help." kataku pada Elmo. " lu bisa taruh belanjaan gue di dapur."
elmo langsung menurut, di bawanya belanjaanku yang ada di tangannya ke dapur.
" What is he doing here?" sergap Ruby marah. Aku harus berpikir tenang.
"ikut gue." kataku sambil menarik tangannya lembut. Aku harus tenang supaya Ruby tidak meledak.
" he just want help me." kataku saat kami agak menjauh ke dapur,ke arah kamarku.
Ruby tidak semudah ini ditenangkan kali ini.
"tapi sikap lu tadi di carefour tuh aneh!" bantahnya.
"ruby, they are people whos save my life. Tanpa mereka..." ku pelankan suaraku sebentar hampir seperti berbisik melanju"... I can't with you like this..." aku telan ludahku untuk mengatakan "...honey."
Mata Ruby tampak terbelalak. Ketegangan diwajahnya mulai melembut.
Hem... Good Klein, see you always can do good job.
Aku menyusun belanjaan Klein di dalam kulkasnya. Dia belanja banyak buah ada apple, jeruk, pir, anggur dan beberapa jenis buah lain. Telur yang di belinya juga banyak, mungkin 10 kg, seperti semua orang fitness, dan beberapa porsi dada ayam tampa kulit. Makanannya sangat sehat. Kecuali bir-bir di dalam kulkasnya. Jumlahnya cukub banyak. Aku tidak merasa asing lagi, dia pernah menyuruhku menginap beberapa kali.
Aku intip Klein dan Ruby. Mereka tampak mengobrol serius, aku pura-pura menyibukkan diri supaya dapat selama mungkin di dapur. Kenapa Ruby disini? Apa ini yang Ruby bilang kalo Klein ada jadual pemotretan. Mungkin sama seperti kemarin, saat aku memergoki pertama kali Ruby hampir telanjang. Mengapa harus hanya memakai celana dalam dan hanya mereka berdua di dalam ruangan tertutup begini?
Dan mengapa aku jadi penasaran?
Aku intip sekali lagi Klein dan Ruby,mereka tampak serasi, mereka sangat mesra. Ruby, benar-benar pantas untuk Klein.
Aku beranikan diri mendekat mereka karena sudah kehabisan ide untuk lebih berlama-lama di dapur.
"please, bersikab ramahlah pada mereka. Demi gue." pinta Klein. Aku mengangguk dan mau ku dekatkan kepalaku ke Klein.
"Jadi boleh kulihat pemotretannya?" sebuah suara membatalkan niatku. Ku lihat arah sumber suara. Cowo dgn kaca mata itu berdiri berjarak 2 meter dariku, membenarkan letak kacamatanya dan tersenyum.
"pemotretan?"desisku.
Kulirik Klein yang sama bingungnya.
"bukannya tadi elu yg bilang Klein ada pemotretan?"tanya dia ulang. Aku tidak ingat mengatakannya.
"tentu Elmo, iya boleh."potong Klein sigap. "tapi kita mau makan dulu."lanjut Klein.
"oh iya! Kita mau masak omlet kan?"jawabnya lagi.
HAI!? Omlet! That's my idea! Pembajak! Protesku dalam hati.
***
"done!" kata Klein.
"kita bertiga memang tidak ada yang bisa masak ya." sergap cowo culun itu.
" ini lebim disebut telur dadar." ujarnya lagi.
"hahahaha" aku tertawa terbahak-bahak melihat hasil telur omlet buatan kami bertiga. Ditambah komentar cowo culun ini. Eh Elmo namanya, yang mengatakan ini telur dadar. Komentarnya yang spontan membuatku merasa tergelitik geli mendengarnya.
"hahaha" klein pun tertawa.
Kami saling bertukar pandang.
Aku tertawa juga mendengar komentar polos Elmo.
" apa yang lucu?"tanya Elmo bingung.
Aku dan Ruby saling pandang. Kemudian tertawa kembali tidak menjawab pertanyaan Elmo.
" kita mau kasih nama apa nih?" tanya Elmo lagi.
" em... Yang paling penting kita sepakat dulu ini telur dadar atau omlet."kata Ruby agak cekikikan menahan tawa.
"gue lebih setuju sama telur dadar."kata Elmo lagi sambil menggaruk kepalanya.
" saran! Telur Dadar ala Klein Ruby dan Elmo." sambarku sambil mencubit-cubit daguku.
"kenapa nama gue paling belakang?"protes Elmo.
"AGREE! Kenapa nama gue setelah nama elu?" protes Ruby juga.
" kalian masak di dapur gue dan ini telur-telur gue, jasa gue lebih besar." bantahku asal.
" okey. Namanya telur dadar ala Klein, Elmo dan Ruby kalo gitu." kata Elmo santai sambil mengambil garpu.
"what!? Why is my name after your name?" protes Ruby kepada Elmo.
" sesuai aljabar. E dulu baru R." jawab Elmo santai sambil menyendok telur dadar yang belum bernama itu.
"what?" protes Ruby.
" lu mau suit untuk menentukannya siapa nama setelah Klein di telur dadar ini?" tanya Elmo.
Aku tunggu reaksi Ruby. Elmo... Gue takut elu melewati batas. Aku waspada takut Ruby emosi.
"suit?" ulang Ruby. Diam sejenak.
"hahahaha." tawa Ruby meledak lagi.
" you are really funny like Elmo." lanjut Ruby di sela-sela tawanya.
"i am like Elmo?" ulang Elmo bingung. "but i am really Elmo, Elmo is me, who Elmo you mean?"
Ruby memandangku, kami bertukar pandang beberapa detik, kami tertawa terbahak-bahak.
Tentu saja yang dimaksud Ruby, Elmo adalah boleka merah itu.
"you know what,gak perlu suit deh. gue rasa cukub nama Klein dan Ruby aja deh, telur dadar ini gak enak rasanya." kata Elmo lagi.
" masa?" Ruby menyendok juga telur dadar itu.
"iya kok gak enak ya?"
aku menyendok juga telur dadar itu. Rasanya agak aneh.
" okey. Namanya boleh telur dadar ala Klein. Seperti katamu tadi Klein ini dapur dan telur lu jadi layak disebut sesuai nama lu." kata Ruby sambil menaruh sendoknya.
"Hahaha!" Elmo tertawa.
Aku dan Ruby bertukar pandang. Lalu menatap Elmo yang jadi salah tingkah.
" eh gak lucu ya ternyata." ujarnya kaku sambil menggaruk kepalanya.
Aku dan Ruby spontan tertawa terbahak-bahak.
@rysan_80
@sicnus
@arcclay
thx
seru juga cerita elmo-klein-ruby,
Ku benarkan letak kacamataku dengan mendongnya ke belakang dengan telunjukku.
Kesenjangan antara aku, klein dan ruby sedikit meregang. Kami tertawa seperti seorang teman, tidak mudah membuat sebuah tempat dan orang-orang baru dalam waktu cepat membuatku nyaman. Aku perlu waktu lebih banyak dari orang lain.
" Buang aja deh dadarnya." Perintah ruby.
" Kenapa?" Tanyaku, walau nadaku lebih tepat seperti protes.
" Gak enak. Ini sampah!" Jawab Ruby. "Emang lu mau makan?"
"Tentu, kenapa enggak. Tidak enak tidak berarti tidak layak dimakan." Protesku sambil mengambil garpu dan menyuapnya kedalam mulutku potongan besar dadar itu. Aku mengunyahnya dan menelannya, rasanya tidak benar2 buruk tapi ini lumayan.
" Eeeeeeeemmmmm........ Enakkkkkk." Kupasang wajah yang meyakinkan.
" Ih!" Ruby memasang wajah jijiknya.
" Elmo..." Ujar Klein sambil memasang wajah iba. Mereka pikir aku menelan seekor keong hidup2.
"Buang aja ah." Kata Klein sambil mengakat piringnya.
" Jangan! Sayang."Kataku
Ruby dan Klein saling terlihat kaget.keduanya menatap wajahku dalam-dalam
Atmosfir ruang makan ini seketika seperti saat berubah seperi atmosfir ruang ujian saat aku salah menjawab pertanyaan konsulenku. Yang berbeda aku tidak tau letak kesalahanku. Apa aku lah bicara?
" Lu bilang apa tadi......?" Tanya Ruby. " Sayang....?"
****
^^ Klein
Deg! Sayang?
Aku balik wajahku, aku amati Elmo.
Aku tidak mempercayai pendengaranku.
Kata 'sayang' dari mulut Elmo benar-benar sesuatu.
Damn! Kok gue seneng....
Mooooo...
^^Ruby
What!?
Apa maksudnya?
Berani sekali! Di depanku.
Berani sekali dia bilang 'Sayang' buat Kleinku? Dan di depan wajahku.
Aku kepal tanganku.
" Lu bilang apa tadi....? Sayang?"
" Iya sayang kalo dibuang, gue aja yang menghabiskannya." Kataku sambil berjalan dan mengambil telur dadar jatah Klein.
^^ Ruby
" Hahahaha. Kirain apa?"Tawaku.
Lucky you!
Hampir aja ku tinju wajah Si culun ini.
^^ klein
Fuck!!!!!!! Makiku dalam hati
Aku merasa malu hati.
^^ Ruby
" Kita makan apa nih jadinya?" Tanyaku pada Klein.
" Gue gak nafsu makan." Jawab Klein sambil berlalu pergi meninggalkan dapur. Wajahnya tampak tidak senang.
" Honey." Panggilku.
Klein tidak menggubris dan terus melangkah sampai menghilang di balik tembok. Aku segera menyusulnya.
Dia duduk di sofa sambil menyalakan tv. Aku duduk disampingnya, merebahkan pundakku di sandaran sofa.
Aku diam saja sejenak. Aku menjatuhkan kepalaku dipundaknya. Dia diem saja. Matanya lurus menuju tv plasmanya, sedangkan tangannya tidak henti-hentinya mengganti channel.
" Lu nonton apa sih?" Desisku.
" Gak ada acara bagus!" Klein menjawab ketus.
" Bosen ya?" Tanyaku lembut.
Aku memindahkan sandaran kepalaku ke pahanya. Dia kembali tetap diam.
" Mau keluar?" Tanyaku lagi.
Klein menggeleng.
" Lu kenapa si klein?" Tanyaku akhirnya. Sikab Klein seketika berubah itu sangat mengganggu.
" Nothing."Jawabnya pendek.
Kembali di gantinya channel tv.
" Kalian gak makan apa-apa?" Tanya seseorang dari dapur. Kemudian disusul suara langkah kaki.