Akukah ilalang di antara ilalang?
Sahabat,.........tolong sampaikan pada Tuhan,aku sudah "lelah"
ini hanya sebuah perjalanan.......sekali lagi ini hanya sebuah perjalanan...dimana entah kemana....
PRAHARA GOTRA
Cinta ,,,,,,,,,bukan kah itu satu perasaan yang setiap mahluk di muka bumi ini berhak merasakannya?bukankah cinta itu tidak hanya di miliki oleh orang seorang ataupun golongan tertentu?bukankah cinta itu hal yang universal dan bisa menimpa siapa saja,dan merekapun berhak mengekspresikan perasaan cinta itu tanpa syarat tertentu.Benarkah cinta itu ada?dimanakah ia?seperti apa ujudnya?................
Kesedihan sepertinya terpasung kekal melengkapi perjalanan hidupnya.mata yang dulu indah dengan pancaran hasrat hidup yang positif,seakan kini meredup bak pijar yang tak lagi terang bahkan untuk menerangi jejak kakinya sendiri pun.Semangat yang dulu begitu memuncah hingga ia berani memperjuangkan asa nya itu kini juga entah ke mana.Monster waktu yang paling ia takuti mulai hampir menerkamnya bersama sama ke egoisan mereka yang ada di sekitarnya.Mereka yang memagari jejak kakinya,mereka yang memaksa menghentikan mimpi yang selama ini di bangun dan mereka yang terus merantai hatinya.
Namanya chattra bhuwana ,itulah nama yang di berikan orang tuanya yang mana kalau boleh di artikan adalah payung dunia.Sebuah nama yang indah seindah paras wajah pemuda desa sokka .Satu desa penghasil olahan tanah liat yang sangat terkenal pada masanya,satu desa dari pinggiran kota kebumen.Ayahnya hanya seorang buruh pabrik genteng dan juga petani musiman yang hanya menggarap lahan sawah jika ada yang memintanya dengan sistem bagi hasil,sementara ibunya seorang penjual makanan tradisonal yang ia jajakan dengan cara berkeliling di desanya,Chattra “seperti itu biasanya teman temannya memanggilnya” seorang lanang yang memiliki saudara kesemuanya perempuan,kelima kakaknya adalah perempuan semua,kaka pertamanya bernama saraswati,yang kedua bernama kanya putri,yang ketiga bernama larasati dan yang ke empat dan ke lima bernama prameswari dan juga agni savitri.Pasangan bapak dharmawan dan ibu pitaloka ini memang bukan termasuk orang yang berada namun,mereka cukup bahagia menjalani hidupnya bersama ke enam buah hatinya........meski kerap hanya makan dua kali sehari atau bahkan hanya bertemu tiwul dan makanan lain sebagai pengganti beras tapi setidaknya tak ada kata kata penghujatan kepada tuhan dengan hidup yang serba kekurangan itu.Nilai positifnya anak anaknya menjadi mandiri dan berambisi untuk bisa survive menghadapi hidup yang begitu keras dan kerap tak adil dengannya.Kebahagiaan itu begitu indah tak terbatasi dengan pakaian yang lusuh,tak terbatasi dengan gubug yang reyot atau dengan strata sosial yang rendah,Kebahagiaan itu seolah menjelma dan bersahabat dengan keluarga itu....meliuk,menari mengisi setiap ruang di antara hati penghuni rumah beratap genteng merah dan berdindingg bata yang tak di plester itu.Namun kebahagiaan tak sungkan sungkan untuk bertamu saban hari dan bergaul dengan semua penghuninya.Memang indah,masa yang indah,cerita yang indah,masa lalu yang indah.
Di balik angsoka ia termenung,sembari menyandarkan badanya mata itu terus menerawang jauh menembus batas cakrawala.Jejak kecil yang pernah di laluinya satu persatu terpapar jelas di layar pikirannya.Kebahagiaan yang sewaktu iya kecil begitu meraja di setiap hari harinya kini seakan lenyap bak di telan bumi.hilang entah ke mana bukan kasih yang menjabat dan mempererat enam kurcaci gubuk reyot itu,tapi semua berubah masing masing menghunus pedang yang siap menikam siapapun yang coba mengusiknya,masing masing berlomba menjadi yang ter- terhebat,terkaya dan sebagainya ,satu dengan yang lainnya tidak ingin di dahului oleh yang lain,tidak ingin menjadi pengekor.Chattra nampak begitu sedih melihat perlombaan kak kaknya itu di saat ke dua orang tuanya mulai menyenja di saat mereka butuh tangan tangan anaknya untuk berganti menopak beban kehidupan yang selama ini ia pikul tapi malah di antara mereka.anak anaknya saling berkompetisi menjadi yang ter- dari antara yang lainnya.lima belas tahun silam saat ia masih berlarian melompati petak sawah tanpa alas kaki,saat ia masih duduk di bangku SD saat memory memory kebahagiaan masa lalunya muncuul chattra semakin deras saja mecucurkan air matanya.”Inikah yang di namakan keluarga?kenapa semua berubah sejak sebagian kaknya sudah berumah tangga?kenapa semuanya menjadi semacam perlombaan saja?”sesekali chattra menarik nafas panjang,semakin jauh jua mengingati kajadian kejadian pahit dalam hidupnya,semakin terasa sakit sebuah tikaman yang di lakukan saudara nya itu.Di sini...di bawah di desa yang tak lagi bersahabat ia kembali setelah di paksa bangun oleh kaknya dari mimpi indah yang selama ini ia bangun.27 itulah usia chattra sekarang......air matanya semakin deras membanjiri seluruh angannya yang telah di hancurkan,hatinya begitu sakit ,takut dan tak adalagi gairah untuk berjalan.
Comments
Pagi itu suasana sekolah tekhnik Tunas muda masih nampak sepi,sesekali chatrra berdiri pandangan mata di lemparkannya ke berbagai arah.Namun rupanya apa yang di cari tidak di temunaknnya juga.Kembali ia duduk di teras kelas tiga b yang selama tiga tahun ini telah menjadi rumah keduanya.Meski awalnya sebuah keterpaksaan tapi akhirnya chattra bisa menyelesaikan juga pendidikannya ini.Bermula dari ketiadaan dana orang tua nya hingga mereka tak mampu memasukan chattra masuk ke jenjang yang lebih tinggi setelah chattra menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah pertamanya,dulu.Sampai pada akhirnya kakak perempuannya yang merantau di purwakarta sebagai buruh pabrik tekstil itu mau membiayai sekolah chattra dengan syarat harus masuk sekolah tekhnik dan memilih untuk mengambil konsentrasi jurusan di bidang otomotive.Tidak ada pilihan lain bagi chattra memang awalnya dia tidak setuju karena chattra ingin sekali masuk ke sekolah menengah umum dan nantinya setelah ia lulus maka ia akan kerja dan menabung jika pada saatnya nanti chattra ingin bisa kuliah di bidang sastra.Satu bidang ilmu yang sangat ia sukai.Tapi sepertinya memang benar benar tidak ada pilihan lain untuk chattra,sehingga mau tidak mau dia harus mengikuti apa kemauan mba agni ,kaknya itu.setelah tiga tahun bergelut dengan segala apa yang ada di sekolah tekhnik yang berdiri megah di jalan kusuma kebumen utara,kini ia sampai pada gerbang kebebasan yang memang butuh waktu sangat panjang dan perjuangan yang tidak mudah menjalani apa yang tidak di sukai hingga sampailah dia pada titik di mana dia akan menghirup kebebasan jiwanya.Binar matanya begitu menggelora,semangatnya muncul tatkala kini ia telah bisa menyelesaikan tiga tahun yang penuh dengan segala hal yang ia tidak sukai,setidaknya ketika nanti ia sudah bisa kerja dan mengumpulkan uang,kuliah sastra yang selama ini dia idamkan bisa ia jemput.
"dor................."
chattra hanya tersenyum melihat gigih yang coba mengagetkannya.
"kenapa chatt?" gigih coba mengintrogasi sahabatnya itu
"gapapa gih"
"terus kenapa kamu melamun githu,sampai sapai aku dateng kamu gak menyadarinya?"
dengan tersenyum chattra memandang gigih,wajahnya nampak tidak puas dengan jawaban yang chattra berikan sebelumnya.
"tiga tahun silam,saat pertama kali aku memijakkan kaki di sekolah ini aku begitu ketakutan,takut dengan segala hal yang ada di sini........"
"maksudnya?"
gigih tambah tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan chattra.
"yah...takut dengan semuanya.percikan api listrik,takut dengan api dan lelehan besi las,takut dengan semua hal yang berbau tekhnik,mental aku tidak siap untuk semua itu"
"tapi seiring waktu kan kamu bisa menyesuaikan"
"tidak gih,semuanya tidak seperti yang kamu lihat........kamu ingat setiap pelajaran praktek mengelas,siapa yang mengelas benda kerjaku?"
sembari nyengir dan memamerkan barisan giginya yang tidak rata itu gigih tersenyum sambil menjawab yang memang sudah tahu betul jawaban pertanyaan chattra.
"Aku.."
"begitu pula pelajaran praktek yang lainnya kan,mulai dari Adrian,Hartono,Makhsun,Maryono dan kamu Gih........kalian yang kerap kali menyelamatkanku.Aku hanya menang di pelajaran teori,kendati aku tak terlalu pandai berhitung tapisetidaknya aku masih bisa berkutik di bidang fisika,kimia dan matamatika,kalau untuk sejarah,bahasa inggris dan bahasa indonesia aku selalu bisa menggenggamnya,begitu juga dengan pelajaran yang lain."
"sudah .... jangan terlalu di dramatisir,toh semuanya sudah berlalu dan kini kita sama sama lulus,aku dapat ijazah dan kamu juga,sama kan?"
"Beda gih"
"Bedanya?"
gigih semakin tidak mengerti dengan apa yang di maksudkan chattra.
"skill..........apa yang kamu peroleh dari sini dan apa yang aku peroleh,tidak sama gih"
pandangan mata chattra ia alihkan dari gigih ,jauh ...jauh sekali ia mlemparkannya ke angkasa.
gigih mahfum dengan apa yang di rasakan chattra,karena memang dia tahu sejarahnya,boleh di bilang gigih dan adrianlah tempat chattra berbagi.Antara ketakutan dan kebingungan itu terlihat jelas di mata chattra ,dunia kerja yang akan dia temui tentunya tidak berbeda jauh dengan apa yang di pelajarinya di sekolah tekhnik itu,ini bukan soal kelamin,atau bahkan ini bukan hanya persoalan mental tapi ini jauh lebih dari soal apa yang seharusanya dan apa yang tidak seharusnya,hak setiap manusia untuk menentukan pilihan atas kehidupannya,soal tentang bagaimana menjadi diri sendiri tanpa harus di intervensi.
Dalam keseharian selama tiga tahun bersama chattra ,kami mengenalnya sebagai anak yang baik,bersahabat walau agak sedikit manja.Hal itu bisa kami pahami karena chattra memang anak terakhir,di antara aku chattra dan gigih memang chattra yang paling muda,terbilang dari aku yang tertua di lihat dari tahun kelahiran,dan memang aku pernah berhenti sekolah setahun baru aku masuk sekolah di tahun berikutnya.atau gigih yang berbeda bulan lebih tua dari chattra.
selama ini kami memang sudah menganggap chattra sebagai adik kami.hal yang terunik dari chattra,dia orangnya narsis bahkan di depan beberapa guru yang memang sudah tahu polah chattra ini.Dari segi prestasi akademik chattra boleh di acungi jempol,ranking yang selalu di berikan di setiap akhir semester selalu di dpatinya ti dak lebihh dari lima,bidang adaptif,normatif selalu ia kuasai.sedang untuk prakteknya kami kami ini yang sering ikut berkeringat mengatasi tugas miliknya.
Fisik nya yang mirip chinese memang membedakan chattra di antara teman teman sekelasnya,kulitnya yang putih,bibirnya yang merah,hidungnya yang mancung hanya saja yang membedakan mata chattra tidak sesipit orang tionghoa dan suara chattra medok khas jawa,karena memang dia jawa thulen.Hal yang membuat kami,teman temanya selalu terpingkal ,ketika saat narsisnya chattra kumat ,maka ia akan bernyanyi,nge-dance menirukan boyband boyband idolanya seperti westlife,a1,n'sync dan sebagainya,di manapun tempatnya dia tidak peduli.
walau hanya beberapa bait saja ,kerap kali orang orang yang tidak sengaja melihat ulah chattra ikut terpingkal melihat tingkah polah nya..Atau pada jam istirahat ,suasana kelas tiga b tidak pernah sepi,selalu ada live music siapa lagi kalau bukan chattra sebagai crazy singer from three b,dan kami akan mengiringinya dengan bunyi gedebag gedebug suara meja yang kami pukul pukul.
kenapa kami sebut crazy singer,karena memang kegilaan menyaynyinya itu yang kelewat pede meskipun liriknya salah salah,meskipun nge dance nya kacau tapi tetep saja pede abisss.Beruntung kelas kami terletak jauh dari ruang guru sehingga acara gedebag gedebug yang selama itu kami lakukan tidak pernah terendus oleh guru guru.
Soal suka dan tidak suka tentunya tidak semua penghuni kelas tiga b suka sama chattra,dan tentunya tidak semuanya juga benci sama chattra,itulah kehidupan realitasnya memang seperti itu,tapi tetap saja chattra merangkul dan bersahabat dengan semuanya.
Sang aditya terus merangkak meyinari seisi bumi,siswa siswa yang llain pun terus berdatangan,sesekali chattra memandangi mereka yang baru datang "Hari ini jauh lebih berat di banding tiga tahun ketidaknyamananku,karena hari ini kita akan berpisah untuk waktu yang tidak bisa di tentukan"
"apa chatt?"
gigih yang mendengar gumaman chattra langsung menanyakan nya tapi chattra hanya membalas pertanyaan gigih dengan senyum khasnya,senyum yang selama ini ia gunakan untuk menutupi semua kekalutan dan ketidaknyamanan yang ia rasakan.