Bonjour buat semua member BF
Kenalin, aku Spica. Salam kenal! Aku member yang baru daftar kemarin, tapi udah nongkrong di BF lama banget
soalnya cerita di BF tuh keren-keren! Nah, saking kerennya nih, Spica jadi kedorong buat ikutan bikin cerbung deh. Mungkin cerbung buatan Spica kurang bagus, soalnya newbie banget nih nulis ginian. Udah biasa jadi readers sejati sih *troll face* Oke, ini dia cerita dari Spica
Enjoy~!
Chapter I: Me, and someone I missed
~Normal POV~
Lima belas menit sebelum pesawat landing, seorang pemuda berparas tampan terbangun dari tidur lelapnya. Tubuh pesawat Boing 747-400 yang besar dan dingin itu mampu membuat pemuda tadi sempat tertidur.
"Bentar lagi sampe ya kak?" tanya pemuda itu ke seorang wanita disebelahnya. Wanita berambut panjang itu tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Pemuda itu pun membalas senyuman kakaknya. Tak disangka karena akhirnya pemuda bermata hitam pekat itu akan kembali ke sebuah kota yang pernah ditinggalinya waktu masih kecil dulu. Dia tak sabar untuk bertemu kembali dengan seseorang yang dianggapnya special, seseorang yang dirindukannya selama empat tahun lamanya.
"Akhirnya kita bisa bertemu lagi," gumam pemuda itu didalam hati kecilnya.
~Ikhsan POV~
Saat ini, aku dan sahabatku sedang berjalan disebuah lorong utama sekolahan kami. Karena sekarang sudah jam setengah tiga, jadilah aku dan sahabat perempuanku ini menuju parkiran mobil.
Eiiits, bukan, bukan. Mobilnya bukan punyaku, tentu saja... Karena aku hanyalah seorang anak lelaki dari keluarga menengah. Sedangkan sahabatku yang bernama Yola ini merupakan seorang anak dari salah satu keluarga anggota DPR. Status kami memang berbeda jauh, tapi aku senang berteman dengan Yola. Karena cuman dia yang bisa selalu menghiburku diwaktu aku sedih.
Disepanjang lorong, banyak sekali gadis-gadis yang menegurku. Bahkan banyak dari mereka yang memintaku untuk pergi bersama mereka, sayangnya aku nggak bisa. Entah kenapa banyak sekali gadis-gadis yang mengincarku. Yah, bukannya aku ge'er atau gimana ya... Padahal aku ini nggak ganteng kok. Tinggiku gak beda jauh sama Yola, aku pendiam, kulitku putih, tubuhku kurus, dan paling nggak jago dalam hal bidang olah raga. Sama sekali nggak keren kan?
Oh ya, Yola juga gak kalah populernya denganku. Dia terkenal banget dikalangan laki-laki, banyak sekali cowok-cowok yang mengincarnya. Yola tuh udah badannya ramping, kulitnya putih mulus, dan berasal dari keluarga yang berada. Walaupun kalau soal teman dia kurang beruntung, karena banyak dari mereka yang segan untuk berteman dengannya.
Sesampainya di parkiran mobil, terlihat seorang lelaki yang tengah berdiri di depan mobilnya Yola.
"Ngapain lo disini?" tegur Yola dengan ketus. Lelaki itu hanya tersenyum kecil sambil berjalan mendekati Yola. Lelaki itu bernama Yuda, seorang lelaki yang dari dulu tak pernah menyerah untuk mendapatkan cinta Yola.
"Yol, nanti malam kamu ada dirumah?" tanya Yuda. Kedua mata Yola langsung mendelik mendengar pertanyaan Yuda.
"Sorry, gue sibuk. Ayo San, kita pulang," dasar Yola! Seenaknya saja dia memperlakukan laki-laki seperti itu. Heran aku sama Yola, kenapa dia harus sampai segitunya sih? Padahal Yuda itu pemuda yang baik kok.
"Yol...! Tunggu, Yol!" Yuda tak mampu untuk mengejar Yola karena Yola mengemudikan mobilnya dengan cepat. Kalau sudah begini aku jadi menghela nafas melihat tingkah lakunya itu.
"Kenapa sih, Yol? Kok kamu sensi banget sama Yuda? Dia kan cuman suka sama kamu?" tanyaku dengan nada pasrah dan bingung.
Yola menghela nafas sesaat. "Udah deh, San. Gak usah banyak tanya kamu!" sahut Yola sambil mengibaskan rambutnya kebelakang.
Detik berikutnya kami hanya berdiam diri. Hanya ada musik dari Radio yang mengalun dengan lembut. Salahku juga sih... Harusnya aku gak usah nanya-nanya hal seperti itu. Pasti Yola dengernya jengkel banget.
"Eh, San. Kamu malam ini mau nari lagi ya? Di club mana?" tanya Yola tiba-tiba.
"Heaven... Malam ini malam minggu. Jadinya aku dapat bayaran lebih," jawabku yang tak menatap kedua mata Yola.
"Malam minggu? Pengunjungnya kaum pelangi semua dong!? Aku denger-denger katanya kalau pas malam minggu pengunjung club itu mayoritas kaum pelangi?" kali ini aku menatap Yola. Menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Hah? Kaum pelangi?" tanyaku dengan tampang bodoh.
"Jangan bilang kamu gak tau?" tanya Yola sambil menatapku dengan serius. Akupun hanya menggeleng kecil.
Yola menepuk jidatnya sendiri. "Yaampun, segitu aja kamu gak tau? Kamu ini orangnya polos. Kok bisa-bisanya kerja di club sih!?" lho? Kok dia jadi marah-marah sih? Kadang aku gak bisa ngertiin apa yang sedang dipikirkan oleh Yola.
"Mau gimana lagi, Yol? Cuman ini yang bisa aku lakukan biar bisa memenuhi kehidupanku," balasku dengan senyuman kecil. Yola langsung menatapku dengan tatapan sedih.
"So-sorry, San. Aku gak bermaksud buat..."
"Ssst, nyantai aja Yol. Hehe," Yola tersenyum menatapku dan akupun tersenyum. Ya, cuman Yola yang paling bisa mengerti kehidupanku.
Aku adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Orangtuaku juga baik. Keluarga kami sangat harmonis. Hingga akhirnya... Ketika aku sedang berlibur pada liburan kenaikan kelas 2 SMP, terjadilah sebuah musibah yang datang pada keluarga kami. Bisa yang kami tumpangi terjatuh kesebuah jurang.
Ayahku meninggal. Kakakku yang pertama meninggal. Kakakku yang kedua menghilang. Dan ibuku... Dia mengalami depresi berat karena telah ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya, ia dirawat disebuah rumah sakit jiwa. Dan hanya tersisa diriku sendiri. Kadang aku ingin mengeluh menjalani hidup ini, tapi aku gak bisa. Karena diluar sana, pasti lebih banyak yang lebih menderita dibandingkan aku. Jadi aku tak pantas untuk mengeluh.
Sudah dua tahun aku tinggal sendirian. Dan sudah setahun aku kerja disebuah agensi dance. Penghasilannya cukup besar, makanya aku tertarik untuk mengikutinya. Walaupun aku sering dikirimkan tugas di club-club ternama di kotaku, sebisa mungkin aku tak akan menyentuh apa yang namanya Alchohol, Rokok, Narkoba, atau hal apapun yang akan merugikan diriku sendiri. Disini aku hanya bekerja sebagai penari, aku tak akan menjadi korban.
"Okey, San. Dah sampe nih!" Yola memberhentikan mobilnya tepat di depan rumahku.
"Thanks ya, Yol. See you later," bersamaan dengan kalimat itu, akupun langsung beranjak turun dari mobil suzuki SPLASH milik Yola. Sambil berbalik arah, Yola memberikan senyum termanisnya padaku. Akupun melambaikan tanganku dan segera memasuki rumah tercintaku ini. Tapi, didepan teras rumah seperti ada seorang lelaki... Siapa dia? Ja... Jangan-jangan penagih hutang!? Nggak ah, gak mungkin. Aku sudah melunasi semua hutangku kok, tapi... Dia siapa ya?
"Apa kabar, Ichan?" sapa seorang lelaki berparas tampan yang dengan ceria memanggilku dengan nama panggilan kecilku. Kedua mata coklatku terbuka lebar melihat sosok lelaki itu. Dia kan..............
To be continued~
Kalau ada kritik dan saran bilang aja ya ke Spica
Spica bakal seneng banget nerima pendapat dari para member ^^ hoho. *bow* m(_ _)m
Comments
lanjut kan!!!
dari awal dah keren ni, jangan berenti di tengah jalan ya
@pokemon: lol, Spica lupa..dulu seingat Spica kalau story dijadiin satu sama BoyzLove, makanya spica post disana. Tapi dah dipindah di BoyzStories kok Sip, Spica usahakan gak akan terjadi ^^ makasih udah mau nyimak~
@rainbow_bdg: okey kak. Maaf, soalnya Spica keinget sama BF yang dulu jadinya di post di situ, lol. Makasih kak udah dipindahin ^^
@aryaP: sip bos! lol
Chapter II: Me, and my old memories
~Ikhsan's POV~
"Apa kabar, Ichan?" suara ini... Walaupun sudah berubah menjadi suara yang berat, tapi aku tak mungkin melupakan suara ini.
"Aldo...?" sapaku yang masih setengah tak percaya. Mungkin saja ini hanyalah fatamorgana saja? Ah, nggak. Gak mungkin. Dia begitu nyata, dia benar-benar ada di hadapanku sekarang.
"Hehe, kaget ya? Maaf deh," ucapnya yang sambil mengulurkan tangan kanannya ke aku. Kami pun bersalaman dengan erat. Hatiku benar-benar senang bukan main karena aku telah dipertemukan kembali dengan sahabat masa kecilku ini. Kami berteman semenjak kami masih kecil, waktu SD kelas satu. Dulu rumah Aldo tepat berada disamping rumahku. Hampir setiap hari kami melewatkan waktu bersama, dirumah dia selau seorang diri jadinya dia sering kesepian dan akhirnya bermain kerumahku. Saat itu keluargaku masih lengkap. Ada kak Zaki dan Ziko, kedua kakak kembarku. Dan juga ada ayah dan ibu. Ah... Tak terasa ya, waktu begitu cepat berlalu.
Setelah selesai berjabat tangan, aku mempersilahkannya untuk masuk kerumah. Dan membiarkannya duduk diruang tamu. Akupun langsung membuatkan dia secangkir sirup orange.
Selagi kami duduk dan meminum sirup yang baru saja kubuat tadi, sesaat aku melirik sosok Aldo yang kini telah tumbuh menjadi seorang Pria. Kupandangi tubuh sahabatku itu dengan lekat, membandingkan dirinya di empat tahun yang lalu sebelum dia meninggalkanku keluar kota. Dulu waktu kecil kami sepantaran, tapi sekarang dia jauh lebih tinggi dariku. Wajahnya juga semakin tampan saja, dan senyumnya pun makin oke. Aku yakin, para gadis pasti akan pingsan dibuatnya!
Aldo kembali membuka percakapan. Kemarin dia baru saja meninggalkan kota surabaya dan kembali ke kota ini, karena kakaknya akan kuliah disini. Begitu tahu kalau kakaknya akan kuliah di kota tempat tinggalnya dulu, Aldo pun langsung meminta kedua orang tuanya untuk pindah sekolah dan tinggal bersama kakak dirumah tantenya Aldo. Saat ini Aldo belum tahu mau sekolah dimana, dan ia menanyakan sekolahku karena ia mau memasuki sekolah yang sama denganku. Aku yang mendengar kabar ini pun langsung merasa senang bukan main!
"Lalu, aku prihatin atas apa yang sedang menimpamu sekarang, Chan..." ucapnya yang sambil menatapku dengan cemas. Ah... Mungkin dia sudah dengar dari tetangga tentang keluargaku. Aku hanya bisa tertawa untuk beberapa saat, dan Aldo menatapku dengan bingung.
"Gaya bicaramu kok kayak orang dewasa sih, Do?" ejekku yang masih tetap tersenyum. Aldo yang melihatku seperti ini, dia juga ikutan tertawa lepas.
"Walaupun sudah lama kita nggak ketemu, tapi semuanya tetap sama ya..." ucap Aldo yang seperti berbisik. "Semuanya seakan... Kita tak pernah mengucapkan kata selamat tinggal."
Aku terdiam mendengar kalimatnya. Wah, ternyata Aldo memang benar-benar sudah menjadi orang dewasa. Kalimatnya kurang bisa dicerna olehku...
Aku dan Aldo kembali terlarut dalam kenangan kami di masa SD. Dari hal yang menyenangkan, sampai hal yang paling memalukan! Heran aku, kenapa Aldo ingatannya kuat banget ya?
"Eh ya, kamu udah ada pacar belum nih?" tanya Aldo tiba-tiba.
"Ka-kamu nanya apa sih, Do? Belum ada kok! Jatuh cinta aja belum, gimana punya pacar?" Aldo tertawa mendengar jawabanku. Huh, padahal dia sendiri kan juga lagi single. Kenapa dia ngetawain aku sih?
"Kalau gitu, aku daftar boleh dong?" wajahku langsung berubah menjadi merah mendengar suara Aldo.
"OGAAAAAH!" jeritku yang memukulnya dengan bantal sofa. Aldo hanya tertawa keras melihat tingkahku ini. Huh! Aku tarik kata-kataku tadi yang bilang kalau Aldo itu sudah dewasa! Ternyata dia masih tetap jahil seperti dulu!
Setelah itu, Aldo pun berpamitan untuk pulang. Rumah tantenya agak jauh, dan ia juga dipesankan oleh tantenya agar tidak main terlalu lama. Aldo berjanji padaku bahwa ia akan sering-sering main kerumahku lagi, tentu saja aku sangat senang mendengarnya! Walaupun dia suka jahil, tapi aslinya dia baik banget kok. Waktu kecil dulu dia sering memberikanku berbagai macam buku bacaan serta mainan. Semua yang ia berikan selalu aku pakai, kecuali... Waktu itu dia memberikanku mainan pistol-pistolan, karena aku kurang begitu suka, jadinya aku simpan dikardus deh, hehe.
Ah ya aku lupa! Jam enam kan aku harus sudah sampai di Heaven! Gawat, sekarang sudah jam setengah enam! Semoga aku gak telat!
Dengan cepat aku langsung mengganti pakaian dan langsung beranjak pergi ke Heaven Club. Ditengah perjalan, tiba-tiba saja aku teringat kembali tentang kenanganku dulu bersama Aldo.
Waktu SD dulu aku sering dikatain cowok lemah, dan cuman Aldo yang selalu membelaku. Bahkan dia sampe rela babak belur melawan tiga cowok berandalan di kelas, hanya demi membelaku. Dia seperti Yola, dulu cuman dia yang bisa mengerti aku, yang selalu bisa melindungiku. Yola dan Aldo sama-sama berasal dari keluarga atas, tapi mereka berdua tetap mau bersahabat denganku. Aku bersyukur memiliki sahabat seperti mereka.
Next: Me, and my job.
Ini cerita perdana,ya mas bro???
Btw,aku nak panggil apa ya??
Kakak,adik atau oom??
Pasal kita blm tau umur mas bro...!
Keren nih cerita,
Kok bsa ada org yg setabah itu,
Salut dah
@aries77: lol, Spica aja bro XD
Kayaknya sih tuaan bro aries, secara, Spica baru 15.. lol
makasih udh mau nyimak bro ^^
@CoffeeBean: siap bos sebenernya udah selesei ngetik chapter selanjutnya, tapi kayaknya baru bisa post besok..lol makasih mas bro dah mau mampir ^^
Hahaha,
Siip, aku pesti mampir!
Panggil bean aja...
Akupun sama kayak CoffeeBean,I7 TAHUN 4 BULAN....!
Yang bener aja, 15 tahun........ masih anak smp dong.
@aries77: SMP!? Bukan kok..udah kelas 3 SMA, lol. Wah, bener manggil nama gpp? hehe, oke deh bro aries