BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

CERITA SECANGKIR KOPI by @caramel_machiatto (re-upload) - cerita berlanjut di page 36

191012141574

Comments

  • oh iya, lucunya, ternyata guru bahasa inggris itu ngga jadi masuk! huraaaaaaaayyyy! untung pisan lah, sekali-sekalinya aku belum ngerjain pe-er teh ternyata gurunya ngga masuk! nah, gara-gara si ibunya ngga masuk, jadi aja anak-anak sekelas teh rame dan heboh ngerjain tugas matematik yang naujubilah banyaknya. bayangin aja, empat bab!!! padahal yang dua bab-nya lagi teh kita belum diajarin materinya sama guru jadi mau ngga mau itu mah belajar sendiri. dan udah jadi kebiasaan, tiap kali ada pe-er, yudha pasti deket-deket sama aku. makasih ya tuhan, aku dikasih otak berlebih sementara dia otaknya menyusut jadi aja hampir tiap hari yudha deket-deket sama aku terus.


    waktu lagi nyalin jawaban, dia tiba-tiba nanya kalau jawaban aku teh udah bener apa belum. karena penasaran, aku teh liat lagi jawaban aku itu, di soal yang ditunjuk sama dia.



    yudha : sop, itu kamu salah ah. masa hasilnya segitu?


    aku : yang mana ai kamu?


    yudha : itu yang persamaan nomor dua


    aku : udah bener ah. emang salah dimananya?


    yudha : itu, 8x4 teh bukannya 34 ya?


    aku : ha?


    yudha : mana sini pinjem om karcenya!

    (om karce : kalkulator punyaku)


    aku : dasar jelema rungsing!

    (jelema : orang , rungsing : ruwet/njelimet)



    terus dia teh ngitung di kalkulator om karce punya aku. sambil ngeliatin dia dengan tatapan nanar dan naas, aku cuma bisa geleng-geleng kepala aja. untung aku ngga punya penyakit jantung. kalau punya mah dijamin langsung olab! (pingsan)



    yudha : ini om karce ngajak ribut pisan!


    aku : kamu teh kenapa yudh?


    yudha : ini 8x4 malah 32. bukannya 34! geuleuh!


    aku : maneh teh waras keneh? (kamu teh masih waras ngga?)


    yudha : ntar aku mau ngambil om casio dulu. siapa tau jawabannya beda


    kemudian dia teh ngambil om casio punya dia yang katanya paling canggih sedunia. emang bagus sih kalkulatornya, tapi ya buat apa punya kalkulator bagus kalau yang makenya dodol!


    aku : gimana kata om casio?


    yudha : ...............................


    aku : 8x4 teh hasilnya berapa?


    yudha : kenapa sih harus 32 juga? bukannya 34!


    aku : udahlah ngga usah banyak omong. daripada nambah-nambahin dosa aja


    kemudian dia teh diem dan ngelanjutin lagi nyalin jawaban aku. dan waktu ngerjain dua nomor yang ada di bawahnya, dia tiba-tiba nanya lagi sama aku.


    yudha : eh sop, aku mau nanya lah


    aku : nanya apa?


    yudha : ari 4x8 berapa?


    aku : ..............................


    AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!! BUNUH AKU AJA SEKALIAN YUDH!!!!!!!!!!!! BUNUHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!



    *****
    Beberapa Bulan Kemudian.....




    Masjid Al-Gaul, Kodiklat




    "eh sop, maneh jumaahan di dieu oge?" tanya yudha sewaktu melihatku sedang tiduran di beranda masjid.

    (eh sop, kamu jumatan di sini juga?)



    "iya. maneh teu jumaahan di al-kautsar?" tanyaku sambil beranjak bangun dari posisi tidur.

    (iya. kamu ngga jumatan di al kautsar?)



    "teu. aing resepna di dieu. di dieu mah leuwih tiis. maneh olangan wae beul?"

    (ngga. aku lebih suka di sini. di sini mah lebih adem. kamu sendirian aja sop?)



    "heu-euh. ai kamu?"

    (iya. kalo kamu?)



    "aing ge olangan weh.... eh, maneh mawa hp teu?"

    (aku juga. eh, kamu bawa hp ngga?)



    "mawa. kunaon kitu?"

    (bawa. kenapa gitu?)



    "aing menta pulsa lah. pulsa aing beak euy."

    (aku minta pulsa dong. pulsa aku habis euy.)



    "jang naon? sms?"

    (buat apa? sms?)



    "enya. aing rek nga-sms indung aing."

    (iya. aku mau nge-sms si mamah)



    "nya sok weh...." ucapku sambil mengeluarkan hp dari saku celana panjang kemudian menyerahkannya ke tangan yudha.

    (sok aja....)



    tak lama kemudian yudha sibuk memencet keypad hp. keliatannya sih lagi sms-an. karena bingung harus ngapain, akhirnya aku kembali ngagolepak di atas lantai masjid.

    (ngagolepak : terlentang / tidur dengan posisi terlentang)



    "sms-an keneh gi?" tanyaku sambil melihat ke arahnya.

    (masih sms-an?)



    "bieu keur nga-sms indung aing. sop, menta pulsana deui nya? jang si lia."

    (barusan habis nge-sms si mamah. sop, minta pulsanya lagi ya? buat sms si lia.)



    "ah maneh mah bobogohan wae."

    (ah kamu mah kerjaannya pacaran terus deh.)



    "eh sop, ieu naha ngaran aing di dieu jadi kasepmon? ieu bener nomor aing pan?" tanya yudha sewaktu memperlihatkan layar hp yang berisi daftar phone book hp aku. di situ, namanya memang aku save dengan nama 'kasepmon.'

    (eh sop, ini kenapa nama aku di hp kamu jadi kasepmon? ini beneran nomor aku kan?)



    "....................................................................................."



    "heh... naha cicing wae? naha ngaranna kasepmon? abong-abong aing teh kasep. hahahaha."

    (heh... kenapa diem aja? kenapa ini namanya kasepmon? mentang-mentang aku ganteng. hahahaha.)



    "...................................................................................."



    "ieu hape maneh pan?"

    (ini hp kamu kan?)



    "...................................................................................."



    "eh ieu budak teh kalahkah cicing wae. ieu hp, saha nu gaduhna?"

    (ya ampun ini anak malah diem aja. ini hp, punyanya siapa?)



    "urang."

    (aku.)



    "tah, terus naha atuh ngaran aing jadi kasepmon?"

    (nah, terus kenapa ini nama aku di phone book jadi kasepmon?)



    "hayang weh...."

    (terserah aku...)



    "oh kitu..... sugan teh maneh bogoh ka aing. eh sop, jaket yang ini punyanya siapa?" tanya yudha sewaktu melihat jaket warna merah marun milikku yang disimpan di atas kantong (tas).

    (oh gitu.... kirain teh kamu suka sama aku.)



    "nu urang."

    (punya aku.)



    "kalo tas yang ini, punya siapa?" tanyanya lagi. kali ini dia menarik tas milikku dengan kakinya.



    "ya punya aku lah."



    "nah, kalo baju? punya siapa?" tanya yudha sambil memegang lengan bajuku.



    "kabetrik kunaon maneh teh beul?"

    (otak kamu teh lagi korslet ya?)



    "hahahaha....ngga atuh. sop, kalo celana ini punya siapa?" kali ini yudha memegang celanaku.



    "dasar euweuh gawe!!"

    (ngga ada kerjaan banget sih!)



    "kalo kamu,,,,,, punya siapa?" goda yudha.



    "........................................................................................"



    *****
    Beberapa Hari Kemudian.....




    =( <--- suasana hati aku tadi siang. mood aku lagi jelek pisan sumpah.



    =) <--- susana hati aku sekarang waktu habis baca sms kamu.



    *****
    Satu Tahun Kemudian.....




    Aku cuma bisa senyum-senyum sendiri waktu baca tulisan setahun yang lalu. tulisan waktu pertama kali ikutan pls. dan waktu pertama kali aku dikasih kesempatan untuk bisa kenal sama yang namanya yudha. sekarang, aku ngga kenal lagi sama yang namanya yudha karena aku kenalnya sama argi. alhamdulillah... aku ngga nyangka dan ngga pernah kepikiran sama sekali untuk bisa deket dan akhirnya 'jadian' sama dia. ngga ada satu kata pun yang bisa ngegambarin perasaan seneng yang aku alamin sekarang. mudah-mudahan sih apa yang pernah aku rasain dulu, bisa aku jaga sampai nanti, sampai waktu yang tak terbatas. suka sama orang itu gampang, tapi ngejaga rasa suka itu sampai akhirnya terjadi hal indah seperti yang sekarang aku alamin ternyata ngga gampang. banyak hal yang udah aku korbanin untuk ini, untuk dia. aku ngga peduli apa kata orang tentang aku dan argi. yang penting, aku sayang banget sama dia dan (mudah-mudahan) dianya juga gitu. amin.



    *****
    Beberapa Bulan Kemudian.....




    untuk Muhammad Sofi Ardan Prasetyo. inget, waktu kamu nulis ini, kamu masih kelas dua. sekarang kamu lagi sibuk-sibuknya ngurusin kegiatan ekskul, sibuk-sibuknya ngurusin bazaar, dan sibuk pacaran. tapi..... dibalik itu semua, kamu udah mulai mikirin gimana nanti sibuknya masa-masa kelas tiga. sekarang kamu lagi bingung mau ikut bimbel di mana buat persiapan spmb. dan kamu juga sempet kaget karena ngeliat biaya bimbel dan kuliah itu ternyata ngga sedikit. kamu harus inget, abah sama ibu kerja setiap hari dan nyisihin sedikit demi sedikit untuk nabung buat biaya bimbel dan biaya masuk kuliah kamu tahun depan. ngga gampang sof buat ngumpulin uang segitu banyaknya. jangan sampai uang itu disia-siain.


    kamu harus inget masa depan yang udah ada di depan mata. kamu jangan males. tiap hari paksain baca buku-buku kelas satu sama buku latihan soal. inget, institut terbaik bangsa udah nungguin kamu. bayangin muka abah sama ibu yang sering doain kamu supaya bisa masuk kesitu. jangan pernah sekalipun patah semangat karena nanti tahun depan saingan kamu pasti tambah berat. ngga cuma sekelas atau satu sekolah seperti sekarang, tapi satu indonesia! kalau misalnya suatu hari nanti kamu udah naik di kelas tiga dan mulai ngerasa cape, jenuh atau muak sama yang namanya belajar, mudah-mudahan kamu bisa semangat lagi waktu baca tulisan ini. ayo sof, kamu pasti bisa!!!



    *****
    Satu Tahun Kemudian.....




    kata orang, kita berdua itu pacaran. kata orang, kalau orang pacaran itu ya kegiatannya mesra-mesraan sama pacarnya. harusnya, kegiatan sebelum jadian dan sesudah jadian itu beda. harus lebih romantis dari sebelumnya. lucunya, kegiatan kita sama sekali ngga berubah walaupun statusnya udah beda. tiap kali main ke rumah dia, aku sama dia pasti bingung harus ngapain suapaya bisa disebut pacaran. tapi akhirnya sih ya balik-balik lagi ke kegiatan semula, sebelum kita jadian. yaitu main PS bareng! huhuhu. ada tiga game yang paling aku suka. pertama, winning eleven. yang kedua, harvest moon. yang ketiga, CTR! kalau main bola sih udah jadi acara wajib lah ya dan itu teh bisa betah main berjam-jam. kalau harvest moon? ini dia biangnya. game favorit kita bedua waktu bulan puasa. aku malah namain si dog yang ada di game dengan nama dia. huhuhu. seneng deh kalau bisa jadi tokoh yang ada di game dengan anjingnya karena tiap bangun tidur yang pertama dicari pasti anjingnya, lalu habis itu dipeluk dan si anjingnya teh kesenengan tiap kali habis dipeluk. asik kalau tiap hari bisa kaya gitu sama dia. tiap kali aku bangun tidur, yang pertama kali dicari, ya dia. terus nanti aku peluk dan dianya kesenengan sambil bilang ; Graoooooow! huhuhu.


    CTR itu game balapan yang paling aku suka. habisnya lucu pisan ih. aku paling seneng waktu liatin karakternya kena TNT di atas kepala terus kitanya langsung heboh mencetin stik ps supaya TNT nya ngga jadi meledak. tadi sore, aku baru aja selesai main CTR bareng dia dan sahabat aku. dan hebatnya lagi, waktu giliran sahabat aku selesai main, dia sempet ngerenung sebentar terus ngomong kaya gini : 'kita teh hidupnya kaya CTR yah?' otomatis, aku sama pacar aku langsung cengo. apa coba hubungannya hidup kita sekarang sama game? akhirnya sahabat aku itu ngejawab gini :


    main CTR teh asa mirip sama kita yang masih SMA. kan satu game teh ada tiga lap, lap satu, dua dan tiga. persis kaya SMA, ada kelas satu, dua sama tiga. waktu lap pertama, kita pasti masih punya semangat yang menggebu-gebu supaya bisa menang race. di lap pertama kan kita juga baru pertama kali kenalan sama karakter lain, yang nantinya jadi rival kita selama tiga lap. kita pasti liatin ada karakter siapa aja di sana, kebiasaan pakai senjatanya apa, dan lain-lain. kita juga masih hati-hati liatin jalan karena masih ngerasa asing sama sirkuitnya. waktu kita kelas satu, kita kaya gitu kan? masih ngerasa asing sama semuanya. sama temen kita, sama pelajaran dan semuanya. kita masih sibuk untuk mengenali masing-masing karakter temen. aku jamin, pertama kali masuk SMA, semangat kita masih menggebu-gebu dan pasang target untuk masuk rangking sepuluh besar.


    waktu udah nyampe lap kedua, kita jalannya udah mulai sedikit hati-hati karena ada banyak jebakan yang dipasang di lap pertama. tapi, di lap ini juga kita udah mulai nakal. cari-cari jalan pintas dan kadang-kadang sengaja berhenti supaya bisa balas dendam sama karakter lain. intinya kita masih berleha-leha karena mikirnya masih ada satu lap lagi, lap ketiga buat main serius. kalian nyadar ngga sih, selama kelas dua kemarin teh waktu dimana kita jadi anak paling nakal. walaupun kelas tiga itu paling senior, tapi pada kenyataannya kan yang paling berkuasa itu anak kelas dua. kita lagi aktif-aktifnya di ekskul, osis, sering-seringnya mabal dan lagi jadi penguasa di kantin. kita berleha-leha banget ngga sih selama tinggal di kelas dua? karena belum mau mikirin apa-apa, maunya cuma main.


    nah sekarang giliran waktu udah nyampe di lap terakhir, lap ketiga. sempet panik ngga sih, waktu liat karakter lain ada di depan kita, sementara kita ketinggalan di belakang gara-gara keasikan main-main di lap kedua? bisa ngga ya nanti kita nyusul mereka semua dan akhirnya jadi juara pertama? kita mulai serius main. memaksimalkan setiap senjata yang kita punya dan berusaha untuk membuat kesalahan sekecil mungkin karena ngga mau jadi orang yang ketinggalan di belakang. kemarin, kita baru aja terima raport. berarti sekarang kita udah kelas tiga, kelas paling senior. dan akhirnya kita sempet panik juga. waduh, udah kelas tiga euy. bentar lagi kan ujian. bentar lagi kan kuliah. nanti aku bisa ngga ya lulus ujian? nanti aku bisa ngga ya aku lulus spmb? pasti hampir semua anak kelas tiga mikirnya kaya gitu. harusnya dan mudah-mudahan nanti di kelas tiga ini kita ngga berleha-leha lagi, kita harus lebih rajin lagi belajarnya. kita pasti ngga mau kan jadi orang yang ketinggalan di belakang padahal temen kita nemnya gede, terus udah keterima di perguruan tinggi yang bagus. pasti, ini mah pasti. pasti kita sempet nyesel kenapa ya waktu kelas dua kemarin aku malah santai-santai dan lebih banyak mainnya? coba kalau dari kelas dua aku udah mulai nyicil materi pelajaran, pasti nanti kelas tiga ngga sepanik sekarang. kalau main CTR mah enak, kalah juga masih bisa di-restart lagi. bisa ngulang lagi dari awal. tapi kalau kita kan ngga bisa kaya gitu? mudah-mudahan sih nanti kita bertiga ngga pernah nyesel ya? amin.


    ya tuhaaaaaaaaaan... aku sama pacar aku langsung diem lah waktu dengerin sahabat aku ngomong kaya gitu. asli kita berdua ngga merhatiin tv sama sekali dan malah sibuk mikir masing-masing. bener juga ya apa kata dia. nanti aku bisa ngga ya sukses ujian dan sukses spmb? ketakutan terbesar aku mungkin bukan lulus atau ngga nya, tapi aku takut kalau temen-temen aku berhasil sementara akunya ketinggalan di belakang. waktu lagi bingung sama pikiran aku sendiri, pacar aku tiba-tiba nyeletuk : "ya udah. nanti kita belajar bareng-bareng terus susksesnya juga bareng-bareng. kalau ada yang kesusahan ya harus ditolongin. kita kan sahabat."


    sumpah lah aku kaget pisan denger dia ngomong kaya gitu. asa ngga percaya aja dia bisa ngomong seserius itu padahal aku sama sahabat aku aja lagi sibuk mikir tentang diri sendiri, eh dia malah mikirin kita bertiga. ternyata selain punya pacar, punya sahabat yang ngertiin kita itu bisa kerasa semenyenangkan ini ya? aku mah alhamdulillah pisan. saya sayang banget lah sama pacar saya terus sama sahabat saya juga. deminya ini mah.



    *****
    Satu Bulan Kemudian.....




    ngga tau kenapa, tapi aku jadi suka banget sama yang namanya angka tujuh belas! bukan karena indonesia merdeka tanggal tujuh belas agustus, tapi karena setiap tanggal tujuh belas yang persisnya hari ini, aku ngerayain tanggal jadian aku sama dia. huhuhu. baru satu bulan juga sih, belum satu tahun tapi tetep aja hate teh asa bingah nu teu aya papadana, bingah amarwatasuta, bingah kagiri-giri, bingah bin bagja. alhamdulillah pisan. (artinya : bahagia yang teramat sangat.)


    bener apa yang dulu pernah aku pikirin, ternyata yang namanya ngejalanin itu ngga seindah apa yang pernah dibayangin. pacaran sama dia juga gitu. mungkin aku sedikit maksa waktu pacaran sama dia soalnya aku bukan tipe orang yang cocok buat dia, dan dia juga bukan tipe orang yang cocok buat aku. tapi waktu dia bilang kalau dia seneng pisan bisa pacaran sama aku, aku langsung sadar... mau cocok atau ngga, mau lebih banyak perbedaannya daripada persamaannya, tapi selama aku dan dia sama-sama seneng, ya udahlah ya nikmatin aja.

    Satu Tahun Kemudian.....




    dulu, sebelum aku ngerasain sendiri yang namanya pacaran, aku kadang suka bingung sama temen-temen aku yang sering putus-nyambung sama pacarnya. baru kemarinnya bilang putus, eh ngga taunya besok udah mesra-mesraan lagi. aku kira orang yang kaya gitu teh bukan orang yang serius pacaran. tapi ternyata aku salah. salah pisan!


    mungkin kalau niat ngitung udah berapa kali aku marahan yang buntutnya minta putus sama dia, aku pasti bingung saking seringnya. heran deh, pasti ada aja yang sering bikin aku sama dia marahan. mulai dari masalah seujung kuku sampai masalah segede kuda nil udah pernah kita alamin. tadi, beberapa menit sebelum kita ngerayain acara setahunan jadian, kita masih sempet-sempetnya marahan. tapi gara-gara itu, kita berdua jadi punya janji baru untuk ngga boleh marah-marah di tanggal ini seberat apapun masalahnya karena tanggal ini, tanggal keramat!


    ada satu hal yang bikin aku sedih hari ini. yaitu, waktu kita lagi seru-serunya ngebahas masa lalu, kita berdua langsung terdiam lamaaaaaaaa pisan waktu menyebut kata 'masa depan.' kenapa? karena beberapa bulan lagi kita mau ujian. mau spmb, yang artinya sebentar lagi kita mau kuliah. jadi mahasiswa. keliatannya sih seru, tapi tetep aja bikin kita berdua sedih. dia bilang (atau lebih tepatnya janji) mau belajar mati-matian supaya bisa satu kampus sama aku. awalnya dia sempet nego sih supaya aku mau 'nurunin' pilihan aku ke jurusan lain yang passing gradenya lebih kecil. tapi tekad aku udah bulat, aku punya cita-cita untuk jadi penerus abah dan jadi contoh buat ata sama ita, (mudah-mudahan) bisa masuk ke institut terbaik bangsa. amin ya Allah. amiiiiiiin.


    semoga aku, dia dan sahabat aku bisa kuliah di bandung. ya Allah, aku doain sahabat aku beasiswanya ngga keterima. aku doain dia kuliahnya di bandung aja. amin lagi ya Allah......



    *****
    Satu Tahun Kemudian.....




    saya jadi ngerasa tertohok waktu baca tulisan saya pas masih sma : saya pernah bilang kalau suka sama orang itu gampang, tapi ngejaga rasa suka itu sampai akhirnya terjadi hal indah seperti yang sekarang aku alamin ternyata ngga gampang. dan akhirnya saya kena tulah sendiri deh sama apa yang pernah saya tulis dulu karena kenyataannya sekarang, status saya bukan lagi jadi pacarnya dia. sebenernya itu juga bukan maunya saya. bukan juga maunya dia. tapi mau gimana lagi, sekali-kali saya harus kasih dia pelajaran biar dianya ngerti. biar ngga baong lagi.


    bener juga kata orang kalau bertambahnya umur itu berarti pertanda dari semakin bertambahnya masalah. begitu juga dengan hubungan saya sama dia. semakin lama, semakin banyaaaaaaak banget masalahnya. waktu hari minggu kemarin kan saya teh iseng bongkar-bongkar isi lemari baju dan ternyata menemukan banyak kado yang dulu pernah dia kasih ke saya. ngga tau kenapa tapi mantan saya itu paling hobi kasih saya hadiah padahal sayanya ngga pernah minta. jadi malu, soalnya saya tuh jarang banget ngasih dia hadiah padahal dia udah segitu baiknya sama saya.


    ada sepasang sepatu converse putih, warna favorit dia, yang dikasih sama dia juga dan masih tersimpan rapih di dalam dusnya. kalau ngga salah, itu teh oleh-oleh waktu dia habis jalan-jalan kemana gitu. bukannya dulu saya ngga mau pakai atau sengaja saya simpen sepatunya tapi masalahnya teh ukurannya kegedean! dia hafal sih ukuran kaki saya, tapi katanya waktu beli di sana ukurannya kaki bule semua jadi aja kegedean. setelah beberapa tahun, tepatnya hari minggu kemarin, saya iseng aja cobain pakai itu sepatu dan ternyata udah muat! huhuhu senangnya.


    udah hampir seminggu ini saya lagi nyaman pakai sepatu itu terus. padahal itu hadiah beberapa tahun yang lalu, tapi tetep aja berasa sepatu baru karena emang kondisinya masih bagus. entah dia liat saya di mana, tapi barusan aja dia sms saya :


    dia : waaaah... sapatu anyar euy! rambut juga kayanya baru dicukur tuh! hahayyyy.

    saya : tau aja. liat di mana? makasih sepatunya.

    dia : ada deh. kalo kamu yang pake, bagus juga ya? itu sejak kapan ih rambutnya di rancung? jadi pengin ngacak-ngacak! hahaha.

    saya : kemarin kamu udah ngacak-ngacak hati saya, masa sekarang rambut udah bagus-bagus masih mau kamu acak-acak juga?

    dia : aku beresin lagi deh kalo acak-acakan. biayanya gratis. mau ngga?


    sayang, saya ngga bales lagi sms dia yang terakhir. habis saya bingung mau jawab apa. hati saya sih bilang mau. saya mau banget bisa deket lagi sama dia. saya juga masih sayang sama dia. tapi hati sama tangan atau mulut kadang-kadang ngga bisa sinkron. hati bilang mau, tapi tangan susah banget disuruh bales sms. hati udah bilang kangen, tapi mulut susah banget mau ngomong itu. kata orang-orang, harusnya saya turutin apa kata hati. tapi susah!



    *****
    Beberapa Bulan kemudian.....




    saya biasa aja. sama sekali ngga punya kelebihan apa-apa yang mungkin bisa bikin kamu bangga memiliki pacar seperti saya. lingkungan saya? tempat saya main, atau ngabisin waktu? jauh berbeda sama lingkungan kamu. banget-bangetan berbeda. mungkin saya sedikit sulit untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan yang selama ini kamu ada di dalamnya. saya udah coba enjoy bergaul dengan temen-temen kamu, yang menurut saya, kalau selama ini mereka menganggap keberadaan saya itu karena ada embel-embel kamunya. jadi bukan karena emang mereka tulus mau temenan sama saya. tapi.... itu mungkin cuma dari perspektif saya aja, yang sempit untuk ukuran kamu.


    mungkin pasangan lain juga ngalamin apa yang saya alamin. jarang banget bisa ketemu, karena masing-masing punya kesibukannya sendiri. walaupun sebenernya saya ngga terlalu sibuk. ngga sesibuk kamu. kenyataannya, kita ngga tiap hari bisa ketemu. tapi...... saya selalu berusaha untuk jadiin setiap waktu yang kita laluin bersama itu jadi momen yang berharga. saya akuin kalau saya dan kamu itu beda. bener-bener dua orang yang beda. tapi saya berusaha buat jadiin tiap senti perbedaan kita untuk saling melengkapi.


    apa kita berdua emang jodoh?? ngga ada yang tau kan?? dan memang belum ada jawaban yang pasti untuk itu. tapi yang pasti, saya sudah berusaha yang terbaik buat semua orang yang saya sayang. keluarga, sahabat, temen, termasuk kamu. saya emang bukan orang yang sempurna. kadang sedih juga, saya ngga bisa jadi apa orang yang bener-bener kamu mau. tapi satu hal yang harus kamu tau, saya berusaha untuk ngelakuin yang terbaik buat kamu, buat kita. biar kita bisa sama-sama ambil pelajaran dari jalan yang udah kita pilih. jalan yang berbeda yang biasa diambil orang-orang kebanyakan. dan kita sama-sama berbuat yang terbaik buat diri kita sendiri. buat hubungan ini. walaupun ending dari hubungan seperti ini ngga akan pernah ada yang tau.



    *****
    Satu Tahun Kemudian.....




    barusan banget. banget banget barusan, saya habis dianter pulang sama dia. lho kok bisa? huhuhu. ceritanya, saya sama dia habis dateng ke acara bubar (buka bareng) angkatan sma. awalnya sempet ngerasa kagok gitu sih waktu kemarin dia nawarin mau anter jemput saya segala. ngapain juga sih ya dianter jemput, orang saya udah gede. udah biasa kemana-mana sendiri. tapi dianya ngotot jadi ya udahlah ya saya mah nurut aja. lumayan, itung-itung irit bengsin.


    saya suka banget ih liat dia hari ini pakai baju koko warna putih. jadi malu sendiri sama dia soalnya saya dateng ke acara itu cuma pakai kaos oblong. kebanting banget sama dia yang keliatan kasep pisan hari ini. seperti dugaan saya, waktu dia dateng, banyak temen-temen sma yang heboh termasuk para dayang-dayang (sebutan saya untuk mantan-mantannya dia). mereka langsung ngajakin dia ngobrol dan duduk deket dia. karena risih, ya udah saya mah menghindar dari dia dan kumpul sama temen-temen yang lain. eh tapi dianya malah ngikutin saya terus. tiap kali saya pindah tempat duduk, dia juga ikutan pindah di sebelah saya. waktu saya bilang risih dianya malah ketawa. katanya, kalau risih berarti tandanya masih sayang.


    waktu nganter saya pulang, saya iseng aja bilang baju kokonya bagus. waktu saya nanya belinya di mana, eh dia malah langsung minggirin mobil sebentar terus buka baju gitu aja di depan saya dan ngasih baju kokonya buat saya. saking kagetnya, saya cuma bisa melongo aja lah liatin dia. saya udah ngga bisa bilang apa-apa lagi. mau bilang makasih aja saya lupa. tadinya sih saya udah mau main peluk dia aja. tapi sayangnya ngga jadi. saya mah kebayang gimana kalau misalnya nanti waktu dia sampai rumah terus ditanyain kenapa pulangnya cuma pakai kaos singlet doang??? kira-kira dia jawab apa ya???



    *****
    Beberapa Bulan Kemudian.....




    ya tuhaaaaaaan.... hari ini saya lupa bawa dompet! padahal seharian ini jadwal kuliah saya full dari pagi sampai malem! malah harusnya sampai pagi. tapi ngga tau deh apa saya kuat begadang di kampus dengan uang seadanya. untung, masih ada sisa harta karun di kantong celana plus koleksi recehan saya di tas yang kalau diitung-itung lebih dari sepuluh ribu! pantes tas saya berasa berat, ternyata berat gara-gara uang receh, bukan gara-gara buku! huhuhu. berhubung kondisi keuangan hari ini lagi resesi, jadi ya sudah, saya menyiapkan ancang-ancang untuk makan di kantin bawah labtek atau di kantam, kantinnya anak-anak tambang. di sana ada menu super murah meriah yaitu nasi goreng. kenapa murah? soalnya di sini mau tambah nasi (putih or goreng) berapa kalipun diitungnya tetep satu porsi. cuma memang lauknya agak sedikit mahal. tapi yaudahlah ya, saya mau fokus rebutan nasi gorengnya aja. habis nasinya lumayan berasa dan yang paling penting bisa nambah sepuasnya! huhuhu.


    pacar saya sempet sms, katanya ngajakin makan bareng gitu deh. tapi saya tolak. saya ngga bilang kalau hari ini dompet ketinggalan, tapi bilangnya lagi males makan bareng. masalahnya kan cicis saya emang lagi pas-pasan pisan dan yang namanya dia teh pasti ngajakin makan di tempat yang rada mahalan dikit. tapi ternyata pacar saya yang satu ini keuekeuh sumeukeuh pisan ngajakin saya makan bareng dan bilang udah nunggu di kantin borju. akhirnya dengan modal nekat, ya minimal-minimalnya kalau makan di sana ngelebihin cicis yang saya pegang, saya mah mau disuruh cuci gelas cuci piring juga rela deh da memang cicisnya ngga ada.


    begitu sampai di kantin borju, saya akhirnya cuma pesen jus jambu. dia sempet heran gitu sih kenapa saya ngga makan nasi tapi saya bilang aja lagi males. eh ngga taunya.... tiba-tiba dia ngeluarin dompet saya dari tasnya!!!! saya cuma cengo aja lah liatin dompet kesayangan ngagoletak di atas meja. saya langsung buka-buka isinya dan ternyata bener itu dompet saya. isinya juga masih sama. mungkin karena ngeliat muka saya yang kaget, pacar saya itu langsung ketawa dan bilang kalau tadi dia ketemu sama abah dan dititipin dompet. kata abah, dompet saya ketinggalan di rumah. pantesan dia keukeuh pisan ngajakin makan bareng, ternyata dia tau kalau saya lagi ngga megang dompet. huhuhu.


    dia sempet bilang gini, kamu mendingan bunuh aku aja deh sekalian kalau misalnya lain kali aku ngebiarin kamu kelaperan gara-gara ngga ada uang atau dompet kamu ketinggalan. ngapain juga aku hidup kalau ngurusin pacar aja udah ngga becus. saya juga dikasih ultimatum sama dia untuk cerita kalau misalnya saya kenapa-kenapa. mau kaki saya rorombeheun, mau pantat saya bisulan, mau rambut saya ketombean atau mau saya sakit sekecil apapun, saya harus lapor sama dia. dan kejadian yang kaya gini ngga boleh sampai keulang lagi.


    saya siap laksanakan perintah, komandan!!!



    *****
    Beberapa Hari Kemudian.....




    kemarin malem, saya ketemu sama pacar di deket labtek. saya kan habis ngelab dan kebetulan udah mau pulang jadi aja minta ketemuan sama dia yang lagi ngelab juga. niatnya mah mau kangen-kangenan tapi kenapa ya tiap kali ketemu sama dia teh pasti ada aja marahannya. normal ngga ya pacaran yang kaya gitu? lagian dianya juga sih malah ngebahas hal yang ngga penting jadilah sayanya rada sensi ke dia padahal mah lagi kangen berat.



    pacar : ay, kata temen aku kamu kalau di kelas galak ya?


    saya : ngga ah. itu teh kata siapa?


    pacar : ya ada deh. temen aku


    saya : iya temen kamu teh namanya siapa? suka ngga jelas


    pacar : raja


    saya : ngarang dia mah. aku kalau di kelas teh baiiiiiiiik pisan


    pacar : masa? waktu main winning aja kamu sering mukulin kepala aku kalau kalah


    saya : atuh kamunya suka curang! aku juga mukulnya pelan lah...


    pacar : tetep aja sakit. kamu juga sering mukul perut aku


    saya : itu kan gara-gara kamunya sering gangguin aku!


    pacar : aku udah berapa kali dilemparin buku sama kamu


    saya : suruh siapa buku aku dicorat-coret


    pacar : kamu juga suka tiba-tiba nutup telfon kalau lagi marah


    saya : habis aku males dengerin suara kamu. aku kalau kesel kan gitu


    pacar : kata raja, kamu pernah ngelempar buku ke muka dia?


    saya : suruh siapa dia main game waktu kita lagi ngerjain tugas kelompok! masih untung cuma dilempar buku


    pacar : jahat


    saya : tadi katanya galak, sekarang malah dibilang jahat. yang bener teh yang mana?


    pacar : kamu galak dan jahat


    saya : kamu juga sering jahat sama aku kan? suka lupa sama janji


    pacar : namanya juga lupa


    saya : ya atuh masa aku dibiarin nunggu ngga jelas selama dua jam padahal kamunya mah lagi enak-enakan tidur


    pacar : kan aku udah bilang, aku lupa


    saya : tuh kan, jahatan juga kamu ke aku


    pacar : tapi itu kan cuma sekali. aku juga udah minta maaf


    saya : tapi kan keselnya masih suka kebawa sampai sekarang!!!


    pacar : tuh kan bener kamu galak


    saya : biarin! daripada kamu, aneh!!!


    pacar : kaya kamunya ngga aneh aja


    saya : tapi kamu lebih aneh lagi!


    pacar : aku aneh, tapi keren


    saya : kalau kamu keren, berarti aku juga keren!


    pacar : tuh kan bener kamu aneh


    saya : terserah!


    pacar : kamu teh ambek?


    saya : iya!!!


    pacar : berarti kamu galak, jahat, aneh sama tukang ambek-ambekan


    saya : hebat kan? susah lho cari orang yang kaya aku. langka!


    pacar : iya sih. da kamu mah orang utan


    saya : kurang ajar! kenapa bawa-bawa orang utan???


    pacar : katanya kamu langka? orang utan kan langka


    saya : oh jadi gitu??!! gimana rasanya pacaran sama orang utan???? ENAK????


    pacar : banget. bikin kangen terus


    saya : geuleuh lah aku disamain sama orang utan. emang aku hewan langka???


    pacar : iya. makanya kamu harus dilindungi. sama aku...


    saya : :"> *blushing*


    pacar : tuh kan bener kamu aneh, dibilang orang utan malah seneng. HAHAHAHA


    saya : SIALAN!!!



    *****
    Beberapa Tahun Kemudian.....




    Amanjiwo Resort, Magelang




    "packingnya udah beres, sop?" tanya argi.



    "udah. tinggal berangkat." jawabku sambil tersenyum.



    "aku ngga suka kalau kamu pergi."



    "tapi kan harus...."



    "kamu mau ke bandung dulu ngga? sehari atau dua hari?"



    "ngga tau..."



    "kamu ngga kangen sama rumah? sama mamah? sama ata ita?"



    ".........................................................................................."



    "sebentaaaaar aja sop."



    "masalahnya aku udah terlanjur pesen tiket."
  • "atulah..... harga tiketnya berapa sih? nanti aku ganti."



    "udah ngga usah. sayang duitnya gi. aku juga minta izinnya cuma lima hari."



    "kamu masih sayang kan sama aku?"



    aku cuma mengangguk pelan....



    "bagus. berarti kamu harus ikut aku ke bandung."



    "tapi gi...."



    "sekarang aku udah tau semuanya.... aku ngerti apa yang kamu rasain. dan aku juga terima semua keputusan kamu. tapi bukan berarti kamu harus ngehindar dari aku."



    "aku ngga menghindar, aku cuma...."



    "cuma apa? udah deh, i'm still in love with you."



    "sekarang aku udah bukan siapa-siapa kamu lagi."



    "i'm still in love with you, and i want to continue in love with you in many ways."



    "inget gi, sekarang aku temen kamu, sahabat kamu. dan cuma sebatas itu. ngga lebih."



    "ceuk saha??? da maneh mah lain babaturan aing."

    (kata siapa??? kan kamu mah bukan temen aku.)



    "kok kamu ngomongnya gitu sih???"



    "sori sop, aing mah lain sobat maneh, lain babaturan oge. ngan aing teh dulur maneh sop..."

    (sori sop, aku mah bukan sahabat kamu, bukan juga temen kamu. tapi aku itu saudara kamu sop...)



    "........................................................................................................."



    "eta mah nggeus moal bisa dirubah, sop. maneh dulur aing sampai mati!!! keureut ceuli aing!!!"

    (itu udah ngga bisa dirubah lagi, sop. kamu saudara aku sampai mati!!! potong telinga aku kalau aku bohong!!!)



    "........................................................................................................"



    ******
    Beberapa Hari Kemudian.....




    Taman PLN (Pengky), Jalan Bali




    "aku jadi inget......" ucapku sambil tersenyum.



    "inget sama?" tanya argi sambil menoleh ke arahku.



    "dulu, duluuu.....banget. waktu jaman-jamannya pls, aku sama kelompok aku duduknya di sebelah sana...." ucapku pelan sambil menunjuk ke sebuah sudut di dekat sebatang pohon yang ada di pengky.



    "kamu masih inget??" argi menyikut bahuku dengan pelan.



    "masih. biasanya, waktu aku lagi makan, kamu sering lewat depan kelompok aku. dan tiap kali kamu jalan, pasti ada bunyi ngagesreknya."



    "masa??"



    "iya. habis kamu kalau pakai sepatu teh suka asal. sekarang juga buktinya masih kaya gitu...." aku mencibirnya sambil melihat ke arah sepatu yang sekarang dipakai argi.



    "hahayyy..."



    "kamu inget ngga, kalau kamu paling sering beli batagor di sini?" tanyaku sambil menoleh ke belakang, tempat biasanya mamang batagor dan gerobaknya berjualan.



    "ya iyalah... emang yang jual batagor di sini siapa lagi atuh?? orang cuma ada satu."



    "tapi kamu pasti ngga inget, kalau tiap kali kamu lagi makan batagor, aku sering ikutan beli juga terus pura-pura makannya teh di sini. aku sengaja. soalnya pengin liatin kamu dari deket."



    "yang bener ah??"



    "sebenernya mah kita sering duduk sebelahan tau waktu lagi makan batagor. kamu juga sering lelendotan di punggung aku da. tapi kamunya aja yang ngga nyadar."



    "terus terus.... aku biasanya suka ngapain aja kalau lagi di sini?"



    "ya macem-macem atuh. yang jelas mah kalau ada kamu sama temen-temen, pasti gandeng pisan. beneran berisik tau gi. kalau aku ngga suka sama kamu, ngga ngecengin kamu, aku pasti hoream duduk deket-deket kamu."

    (hoream : males)



    "meni kitu sama aku teh..."



    "da emang. habis kamu teh, udah mah orangnya berisik, kalau duduk juga ngga bisa diem, malah sering loncat-loncat di kursi."



    "hahahaha.... atuh namanya juga masih muda sop. darah mudaaaaaa....."



    "tapi emang dasar akunya yang bego. udah tau kamu kaya gitu, eh masih aja ngedeketin."



    "adeuh adeuh... wirrr wirrrr...."



    "tapi kan sekarang gantian.... jadinya malah kamu yang pengin deket-deket sama aku terus."



    "tah eta, leressssss pisan."

    (nah itu, banerrrrrr banget)



    "dulu aku ngga pernah nyangka.... sama sekali ngga pernah nyangka kalau sekarang kondisi kita jadi kaya gini." ucapku dengan suara yang parau sambil menyandarkan kepala di bahu argi.



    argi cuma bisa terdiam sambil mengusap-ngusap rambutku. lalu kami berdua menatap kosong ke arah lapangan yang ditumbuhi banyak pepohonan rimbun itu. aku berusaha untuk memutar kembali rekaman kejadian-kejadian yang pernah aku dan argi alami di lapangan ini. kami pernah berbaris di lapangan ini, dibentak-bentak kakak kelas, dihukum push-up di bawah pohon masih dengan seragam putih smp dan celana pendek berwarna biru. waktu itu, aku masih aku dan argi pun masih argi. namun seiring berjalannya waktu, aku dan argi berubah menjadi kita. menjadi kami berdua. lalu ibarat sebuah roda yang terus berputar, nasib kami sekarang pun akhirnya harus kembali ke titik semula. titik dimana aku masih menjadi aku, dan argi masih menjadi argi. bukan kita, bukan pula kami.


    mungkin jalannya memang harus seperti ini. ketika awalnya aku dan dia berasal dari jalan yang berbeda sampai akhirnya pada suatu waktu kami diizinkan untuk bertemu di sebuah jalan yang bernama belitung delapan. dan cerita pun berawal dari sebuah gedung sekolah. di gedung itu, selama beberapa tahun lamanya, kami diberi kesempatan untuk bisa terus berjalan beriringan, berdampingan satu sama lain, dengan fragmen-fragmen cerita yang silih berganti seiring waktu yang terus mengalir tanpa henti.


    menjelang dewasa, lagi-lagi kami masih diberi kesempatan untuk menempuh jalan yang sama. kali ini di sebuah jalan yang bernama jalan ganeca. mungkin, dibandingkan dengan belitung delapan, perjuangan kami berdua untuk bisa tetap berjalan beriringan di jalan ganeca itu jauh lebih sulit. sampai pada akhirnya, ternyata jalan ganeca lah yang menjadi persimpangan terakhir untuk aku dan argi dikarenakan tuntutan sebuah keadaan yang pada akhirnya keadaan tersebut membuatku harus mengambil jalan yang berbeda dari argi. kali ini, tak lagi beriringan ataupun berdampingan, namun bersisian.



    "sop... kenapa harus sd yang lama belajarnya enam tahun? kenapa bukan sma aja?" tanya argi sambil menarik-narik ujung rambutku.



    "atuh nanti kaburu tua manten. mau kuliahnya umur berapa??"



    "ngga tau."



    "gi, besok kamu mau nganter aku ke airport ngga?"



    "ya mau lah. malah penginnya sih aku nganter kamu sampai ke sana, terus tinggal di sana juga. biar aku bisa deket-deket sama kamu terus."



    "ngaco. orang kuliah kamu aja belum beres. eh, kamu teh udah beli tiketnya belum? nanti besok aku berangkat jam berapa ih?"



    "wah, teuing atuh da yang beliin tiketnya mah si panji. bukan aku."



    "ai kamu..... katanya kamu yang mau gantiin tiket aku, kenapa malah nyuruh panji? ngga bertanggung jawab pisan jadi orang teh."



    "atuh... aku kan lagi ngga ada cicis, makanya pinjem dulu ke panji. jadi ya sekalian aja dia yang beliin tiket. hahayyy."



    "heu... dasar ucing!!! bikin esmosi jiwa aja kerjaannya teh!!!"



    "eh udah atuh... jangan galak-galak. kan ini teh lagi kangen-kangenan."



    "awas aja kalau besok tiketnya ngga ada! aku ngga mau tau gimana carannya yang penting, besok aku harus pulang!"



    "rumah kamu kan di bandung....."



    "ARGI!!! AKU SERIUS!!!"



    "ya tuhaaaaaaan.... iya iya... aku janji besok tiketnya udah ada. kalau ngga ada juga nanti aku pasti anter kamu pulang. rek ngojay ge hayu lah urang mah."

    (mau berenang juga hayu-hayu aja aku mah)



    "asiiiiik, aku pulangnya nanti naik lumba-lumba. huhuhu."



    "tuh aku mah demi kamu rela sop jadi apa aja juga. jadi ucing, hayu. jadi lumba-lumba ge hayu. komo kalau aku disuruh jadi pacar kamu. hayu pisan!"



    "yeeee..... maunya kamu itu mah. gi, kamu kapan mau putus sama si ghea?"



    "hah??? putus??? emang aku putus gara-gara apa???"



    "ya ngga tau. siapa tau kamu pengin putus sama si ghea."



    "ya ngga lah! ma-maksud aku, kalau ngga ada apa-apa, ngapain juga putus? emang kenapa sop, kamu ngga suka aku pacaran sama si ghea?"



    "emang ngaruh ya kalau misalnya aku bilang ngga suka?"



    "ya ngaruh pisan atuh. kalau kamunya ngga suka, ya udah nanti aku putusin ghea. tapi aku bingung euy.... alesan buat mutusinnya apa atuh?"



    "seriusan itu teh kamu mau mutusin dia?"



    "lho, tadi kamu bilang ngga suka. ya udah, aku mah ikut apa kata kamu aja maunya gimana."



    "ah, kalau misalnya putus sama ghea juga percuma. pasti besoknya udah jadian lagi sama cewe lain."



    "ya iyalah cewe lain... masa cowo lain?? aku kan cuma mau pacaran sama kamu aja. yang lainnya ngga."



    "kalau misalnya sama panji, gimana? mau ngga?"



    "ha?? si aa?? gelo!"



    "gelo kenapa ai kamu? daripada pacaran sama cowo ngga jelas...."



    "ya gelo aja. aku sama dia kan sahabatan. masa pacaran??? makanya tadi aku bilang, aku ngga akan pacaran sama cowo lain selain kamu. mending sekalian pacaran sama cewe."



    "ya udah aku ralat lagi. daripada kamu pacaran sama cowo atau cewe ngga jelas...."



    "kamu ngapain sih nyuruh aku pacaran sama si aa?? kurang kerjaan pisan. aku kan sekarang kondisinya udah baikan. udah ngga se-desperate dulu lagi. udah ngga labil."



    "ya siapa tau kamu hbl, haus belaian lekong."



    "hahahayyyy.... ya ngga atuh. aku mah hbs, haus belaian sipo-sipo."



    "gi.... nanti yang jagain kamu waktu aku ngga ada, siapa?"



    ".................................................................................................."



    "si ghea bisa jagain kamu ngga?"



    "hmm.... aku kan bisa jaga diri aku sendiri. ngga harus bergantung sama orang lain."



    "bener?"



    "mudah-mudahan."



    "gi, aku tuh sayang sama kamu."



    "iya aku tau."



    "kamu masih sayang sama aku ngga?"



    "banget...."



    "makasih ya gi...."



    "buat?"



    "ya itu tadi... makasih karena kamu masih mau sayang sama aku. padahal sekarang aku udah bukan siapa-siapanya kamu lagi."



    "dulu juga gitu kan?"



    "dulu?"



    "iya dulu. sebelum kita jadian, sebelum kamu jadi siapa-siapanya aku. aku kan udah sayang duluan sama kamu. kalau ngga gitu, ngga mungkin aku tiba-tiba nembak kamu tanpa alesan."



    "......................................................................................"



    "setelah jadian sama kamu, aku jadi tambah sayaaaaaaaang lagi sama kamu. sampai sekarang. dan mudah-mudahan nanti seterusnya juga kaya gitu."



    "amin. tapi nanti mah sayangnya cuma sebates saudara aja ya gi?"



    "kalau lebih dari itu, ngga boleh?"



    "ngga boleh."



    "kamu jahat."



    "bukannya aku galak?"



    "galak? kenapa galak?"



    "lho, kamu kan sering bilang kalau aku teh galak."



    "iya juga sih. galak..... tapi ngangenin."



    "kamu juga ngangenin."



    "sop...... sumpah aku ngga akan nyesel pernah sekolah di ****."



    "aku juga. i love belitung delapan."



    "banget!"



    *****
    Keesokan Harinya.....




    Changi Airport, Singapore




    aku langsung berjalan cepat menuju ke arah deretan kursi yang memanjang menuju arah lobby. sambil melihat kanan kiri, dan memastikan ada sebuah tanda hot spot area, aku lalu membuka tas laptop dan mengeluarkan isinya. dengan perasaan tidak sabar, aku segera membuka browser kemudian membuka situs yahoo untuk mengecek e-mail. sambil memangku laptop, jari jemariku lincah memasukkan id user dan password. tak beberapa lama, masuklah aku ke halaman web antar muka e-mail yahoo, dan buru-buru aku membuka inbox.


    ada beberapa e-mail yang belum sempat aku buka hari ini. mungkin ada sekitar sepuluh lebih. tapi mataku dengan teliti memilah-milah email tersebut sampai akhirnya menemukan sebuah kiriman dari argi. ya, tadi sewaktu ia mengantarku ke airport, argi sempat berjanji untuk mengirim sebuah e-mail khusus. tadinya dia mau menulis surat, tapi katanya udah ngga jaman kirim-kiriman surat. mau ngomong langsung pun susah dan malu, katanya. jujur, aku makin penasaran apa sebenarnya yang mau dia ungkapkan. soalnya jarang-jarang dia merasa malu untuk mengungkapkan sesuatu. argi kan orangnya blak-blakan banget. dan setelah kiriman e-mailnya aku buka, dengan mata yang berkaca-kaca, aku membaca lagi, lagi, dan lagi e-mail yang dia kirim. rasanya ingin segera kembali lagi ke bandung. tapi sayang, aku ngga bisa.




    From : [email protected]

    To : [email protected]




    Maaf kalau aku ngga berani ngomong langsung sama kamu.



    sop, aku tau kamu ngga bosen-bosennya ngingetin aku supaya bisa move on dan ngelupain masa-masa itu. kamu juga ngelarang aku untuk nungguin kamu. aku ngerti. dan aku tau kenapa. tapi, buat saat ini, entah kamu setuju atau ngga, tapi aku rasa menunggu jauh lebih baik daripada melupakan. meskipun yang namanya menunggu adalah hal yang sangat tidak pasti. karena yang aku lakuin cuma nunggu sebuah harapan kosong yang mungkin tiba-tiba muncul waktu aku lagi diem sendiri sambil ngelamun. sekalipun hasil dari menunggu itu nantinya bikin aku ngerasa kecewa atau bikin aku ngerasa sakit sesakit-sakitnya. tapi sekali lagi, aku tetep lebih milih nunggu daripada harus ngelupain kamu.


    kenapa? karena aku belum siap, belum bisa dan ngga akan pernah siap untuk ngelupain seseorang yang pernah ngisi hari-hari aku, yang selalu nemenin aku dalam kondisi apapun, yang sering bantu aku, atau yang lainnya walau itu waktunya ngga terlalu lama dan walau kamu juga udah ngasih ending yang sama sekali ngga pernah aku harapin.


    nyoba untuk lupa sama kenangan masa lalu sangat susah dibanding nunggu sesuatu yang ngga pasti di masa depan. nyoba buat ngehapus semua bayang-bayang kamu dari otak aku, dari hati aku, jauh lebih susah daripada nunggu dan berharap kamu nengok ke sini, ke arah aku lagi. nunggu itu emang ngga enak, bahkan bikin sakit hati. tapi yang namanya nunggu mungkin akan punya kesan tersendiri kalau misal hasilnya sama kaya apa yang kita harapin dari awal.


    nunggu itu beda sama ngelupain. yang menurut aku, ngelupain tanpa berusaha untuk nunggu itu sama aja kaya orang pesimis yang belum nyoba sesuatu tapi udah mundur duluan. banyak yang bilang kalau kesempatan ngga akan dateng dua kali, tapi menurut aku, masih ada kok kesempatan-kesempatan yang hampir sama dateng ke kita dan ngasih kita peluang untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya. lagipula, nunggu itu kan artinya setia, setia sama rasa sakit dan setia sama rasa sayang.


    jangan pernah larang aku untuk bilang aku sayang kamu. :')






    mungkin, sekali lagi, mungkin. mungkin garis tangan aku memang bukan dengan argi. mungkin dengan orang lain yang sampai sekarang pun aku tidak tahu itu siapa. dan aku termasuk ke dalam golongan orang-orang yang percaya dengan garis tangan. tujuan aku hidup dan dilahirkan itu bukan hanya untuk memikirkan seseorang, memikirkan argi, tapi memikirkan bagaimana caranya hidup aku besok bisa jauh baik lagi daripada kemarin. het leven gaat niet altijd over rozen, maar.... na regen komt zonneschijn. hidup itu ngga selamanya indah. ada banyak hal buruk yang telah, sedang atau akan terjadi kepadaku. tapi, ada kalanya aku harus mensyukuri hal buruk yang terjadi kepada kita karena dibalik itu semua akan selalu ada hal baik yang menyertainya.



    *****
    IN HARMONIA PROGESSIO





    "A......."



    "A argi....."



    gw langsung tersadar dari sebuah lamunan singkat. dengan segera, gw langsung menguasai diri dan menoleh ke arah ita yang saat ini sedang serius memandangi gw dengan tatapan penuh tanya.



    "aya naon, ta?" tanya gw, berusaha untuk bersikap wajar.

    (kenapa, ta?)



    "ngga, ini ada yang mau ita tanyain sama aa. udah dipanggil-panggil tapi aa nya teh malah diem aja."



    "maap atuh.... ari neng ita teh mau nanya apa?"



    "a, ini teh bagusnya ita pilih sma apa aja? ita bingung pilihan di kluster dua nya. takut salah pilih." tanya ita sambil menunjukkan selembar kertas berisi daftar sma yang ada di bandung lengkap dengan PG (Passing Grade) tahun kemarin dan letak klusternya masing-masing.



    "kluster satunya kamu pilih apa?" gw lalu melihat ada sma apa saja di daftar kluster satu.



    hampir semuanya mempunyai PG yang saling berdekatan dan hanya terpaut selisih koma. yang paling kecil rata-ratanya 9,2 dan yang paling tinggi sekitar 9,7. melihat dari nilainya ita, sudah bisa dipastikan dia tidak bisa masuk ke sma lencana hitam berdasarkan nilai PG tahun kemarin. berbeda dengan ita, ata, adik laki-laki sopi keliatannya bisa melampaui prestasi kakaknya itu. dari nilai yang diperolehnya gw yakin bisa lolos seleksi nem di sma lencana hitam. dibanding ita, memang ata lah yang menurut gw, lebih mewarisi 'gen pintar' sopi.



    "antara dua sama delapan, a." jawabnya dengan mimik muka tegang.



    "kamu ngga jadi sekolah di jalan belitung atuh?"



    "ita takut ngga masuk, a. nilainya kan pas-pasan." jawabnya sambil menyeka matanya yang mulai terlihat berkaca-kaca dengan punggung tangan. mungkin ita merasa sedih karena tidak bisa menepati janji yang sempat ia ucap kepada sopi.




    oke, kalo boleh jujur, ada dua orang yang paling bisa membuat gw merasa amat sangat terenyuh sewaktu melihat mereka menangis. pertama, sopi. kedua, ita. bahkan kalo bisa sih, jangan sampai deh ngeliat mereka berdua nangis di depan mata gw sendiri. andai, misal, dalam kondisi semarah apapun gw, dijamin langsung insaf pada saat itu juga kalo ngeliat salah satu dari mereka berdua, nangis.





    "udah, kamu jangan nangis. aa mau telpon a panji dulu bentar. ok?" gw mengusap-ngusap rambutnya yang panjang terurai itu dengan lembut. ita pun hanya mengangguk pelan.





    *****
    Beberapa Bulan Kemudian.....





    silumbalumba : buzz!!!


    silumbalumba : buzz!!!


    silumbalumba : heh kamu, apa kabar? aku cuma pengen tau itu aja. titik



    *tok...tok....tok*



    Gw mendengar suara pintu kamar yang diketuk oleh seseorang, dan beberapa detik kemudian terdengar suara teriakan seseorang yang berulang kali memanggil nama gw. Dengan berat hati, sambil terburu-buru mematikan layar chat, gw menyahut dan mempersilahkannya untuk langsung masuk ke dalam kamar karena kebetulan pintunya ngga dikunci.



    silumbalumba has signed out




    *****
    “A argiiiiiiiii.......liat geura ita bawa apa...” aku langsung semangat menghampiri a argi yang sedang duduk di kursi meja belajarnya.



    “hoi....” gumamnya singkat, sambil mengusap-ngusap rambutku sewaktu aku mencium tangannya.



    “a, ita tadi beli kue ape. Mau ngga? Ita beli banyak ih.” aku menyerahkan bungkusan plastik putih berisi kue ape



    “oh, kue toket? mau ateuh...” a argi langsung melihat bungkusan kertas berisi kue ape, kue rasa pandan berbentuk lingkaran mirip crepes dengan benjolan kecil di tengahnya.



    “ihhhhh geleuh ari aa, itu teh namanya kue ape! a, ita mau ikut ganti baju di sini yah?” aku membuka resleting tas, kemudian mengambil sebuah printed tank top berwarna navy blue dan sebuah short pants berwarna khaki.



    “sok weh...” jawab a argi sambil beranjak dari kursi meja komputer, kemudian berjalan menuju sofa dan menyalakan tv.



    aku berjalan ke luar kamar a argi, menuju kamar mandi yang letaknya ada di ujung lorong, bersebelahan dengan kamar a eja yang sewaktu aku melewati pintu kamarnya terpasang tulisan “DON’T DISTURB.” samar-samar, terdengar lagu army of me-nya Bjork, musik yang sering didengarkan sebagai lagu pengantar belajar. karena aku ngga begitu akrab dengan a eja, akulangsung melewati kamarnya begitu saja.



    *****
    “ari kamu teh mau kemana ta? jaga toko?” gue bertanya kepada ita yang sedang meluruskan rambutnya menggunakan pelembab rambut.



    “iya a, hari ini kan ita tukeran shift sama teh ayu.” jawabnya sambil tetap menyisir rambutnya dengan jari tangan.



    “sampe jam berapa? nanti malem kan mau ada acara.” gw melemparkan pandangan ke arahnya.



    ita tersenyum selama beberapa detik, kemudian beranjak dari tempat tidur dan merapikan rambutnya di depan cermin. “sebelum maghrib juga ita udah pulang, a. kemarin kan ita udah nyiapin semuanya, jadi buat nanti malem mah udah beres. di rumah juga kan ada ata, jadi tenang deh.”



    *tok...tok...tok* pintu kamar lagi-lagi diketuk oleh seseorang, dari cara mengetuknya, gw tau kalo itu teh si eja.



    “asup ja.” teriak gw.

    (masuk ja)



    “a, hari ini yang liat toko, aa atawa eja?” kepalanya mengintip dari balik pintu.



    “nu ka xxx mah, maneh wae nya? aing mah dek ningali nu di xxx. engke maneh sakalian nganter si ita.”


    (yang liat toko di xxx mah lo aja ya? gw mau liat yang di xxx. nanti lo perginya bareng sama ita.)




    “ta, ari kamu teh mau jaga toko? bukannya nanti malem mau ada acara di rumah?” Tanya eja, kali ini dia masuk ke dalam kamar dan langsng melihat ita yang sedang memakai body lotion.




    ita hanya mengangguk pelan, kemudian tersenyum manis ke arah eja.



    “kamu teh ngga bawa kaos atau apa gitu? asa geuleuh ningali kamu make tank top. eta pingping ge meni diobral. dasar tukang obral.” ucap eja dengan sinis.


    (asa kurang pantes liat kamu pake tank top. itu paha juga diobral kemana-mana. Dasar tukang obral)



    hmm, mulai deh. biasanya, kalo eja udah ketemu ita, pasti nanti bakalan ada perang mulut. yang satu, paling suka mengkitik, sementara yang satu lagi paling gerah kalo udah dibilang tukang obral.



    “BE-RI-SIK!” jawab ita ketus.



    “anak sekolah sebelah mah emang paling hobi obral paha. geuleuh.” kali ini, suara eja lebih dipertegas lagi dari sebelumnya.



    ”kalo ngga suka, ya jangan diliat. ngomongnya aja geuleuh, tapi mata na molohok.” balas ita dengan pelan, tapi dalem.

    (ngomongnya aja geuleuh, tapi matanya melotot.)



    “kumaha teu rek molotot, da si eja mah di sakolana biasa ningali nu make mukena. jadi sakali ningali nu make hot pants teh langsung bucat! Pan, aa bucat, eneng atoh.”

    (gimana ngga mau melotot, di sekolah biasanya liat yang pake mukena, jadi sekalinya liat yang pake hot pants teh langsung muncrat! Kan, aa muncrat, neng seneng.)



    “hahahaha nu bucat teh naon, a?” Tanya eja sambil tersenyum mesum.

    (apanya a yang muncrat?)




    “eta, bisul. ” jawab gw sambil meninju pelan badannya.

    (itu, bisul)



    “hahahaha. geueluh ah si aa mah. a, eta si ita dititah make baju sing bener atuh.” eja kemudian duduk di samping ita dan langsung mengacak-acak rambutnya.

    (hahahaha. geuleuh ah si aa mah. a, itu ita disuruh pake baju yang bener atuh.)



    “A EJA!!! INI TEH ITA NGELURUSIN RAMBUTNYA SETENGAH JAM!!! SEENAKNYA AJA DIACAK-ACAK!!!” kali ini ita berteriak teramat sangat kencang.



    melihat reaksi ita yang semarah itu, eja langsung melarikan diri dari kamar sambil tertawa puas, meinggalkan ita yang sedang shock melihat rambut yang sudah susah payah dirapihkan kembali kusut seperti sebelumnya.haduh haduh…..susahnya jadi cewe, ngurusin rambut aja bisa memakan waktu setengah jam!


    selang beberapa menit kemudian, eja kembali membuka pintu kamar. “A, itu kang panji udah dateng, nunggu di bawah aja cenah.”


    sewaktu melihat eja, ita langsung refleks melempar bantal ke arah eja, tapi dengan sigap, eja langsung menutup pintu kamar. gw cuma bisa mengelengkan kepala melihat tingkah laku mereka berdua. segini mah masih mending, biasanya kalo mereka berdua lagi perang, adegan yang gw lihat jauh lebih sadis dari ini. ya walaupun ngga sesadis tom & jerry yang dari jaman gw kecil sampe gede, udah berapa kali di rudal juga tetep ngga mati-mati. juara!
  • “ita, aa mau pergi dulu. nanti kamu berangkatnya bareng sama eja.” ucap gw, sewaktu mengambil jaket di gantungan baju.



    “NGGA MAU! ita mau naik angkot aja!” balasnya kesal. hadehhh…ini anak, kalo lagi marah atau kesel, super duper mirip sama abangnya.



    “udah, pokoknya hari ini kamu harus mau dianter jemput sama eja. omat, maghrib harus udah ada di rumah. nanti aa sama a panji langsung nyusul ke sana. oke?” bujuk gw sambil mencubit pipinya ita.



    “NGGA!!!” ita mulai merajuk sambil memeluk bantal.



    “engke si eja dicarekan ku aa. mun wani ngaganggu neng ita deui, dek di teunggeul ku aa.” gw berkata sambil terburu-buru pergi keluar kamar untuk segera menemui aa yang sedang menunggu di bawah.


    (nanti biar aa marahin si eja. kalo misalnya dia berani gangguin ita lagi, langsung aa hajar.)



    sewaktu menuruni tangga, gw melihat eja sedang akrab mengobrol dengan aa dan bagas di ruang keluarga. rencana awalnya, aa, gw, eja dan bagas berniat untuk pergi melihat kondisi toko. aa dan gw pergi melihat toko di kawasan gatsu, sementara eja dan bagas melihat toko yang ada di kawasan sukajadi dan pasir kaliki. tapi gw maunya ita dianter jemput sama eja, jadi rencana awalpun berubah.


    walapun masih kelas satu sma, ita sudah ikut membantu kami menjaga toko. kebetulan, gw, yang punya hobi makan, nekat membuka sebuah gerai restoran franchise. lokasinya, mall yang ada di kawasan sukajadi dan gatsu. Eja dan bagas, mereka berdua mempunyai usaha patungan sendiri, semacam distro perlengkapan kamera dan distro alat-alat perlengkapan alat musik/band. kalo aa? wah, dia mah ngga punya satu tenant apapun. tapi, dia yang mengatur atau me-manage semua usaha yang gw ,eja dan bagas miliki. jadi, keberlangsungan hidup usaha kita, arus lalu lintas keuangan dan segala macam hal, aa yang atur.


    ata dan ita, mereka berdua, karena masih dan baru menginjak bangku sma, tanggung jawabnya hanya sebatas ikut menjaga toko dan hal-hal semacamnya. sopi? kebetulan, kami bertiga (aa, sopi dan gw) memang mempunyai usaha sendiri yang baru dirintis berbarengan dengan waktu kepergiannya ke Belanda. Sebuah usaha yang bergerak di bidang keahlian sopi yang sedang digelutinya saat ini, teknologi informasi.



    *****
    *Beberapa Tahun Yang Lalu….*








    “A, abah mah tadi malem mimpi liat kamu diwisuda.” abah tiba-tiba berbicara sewaktu kami sekeluarga sedang makan di meja makan.



    “amiiiin. doain atuh bah, da jadwal sidangnya sofi mah belum keluar. bulan depan meureun baru keluar.” jawabku asal karena memang masih belum tau kapan pastinya jadwal sidang itu keluar.

    (meureun : mungkin)



    “sesakit-sakitnya abah, pasti dibelaan datang ka wisuda aa.” ucap abah sambil sesekali terbatuk-batuk. belakangan ini, kondisi kesehatan abah memang sedikit menurun. mungkin diabetesnya kembali kambuh.



    “sofi mah doain abah sehat, supaya nanti bisa dateng di wisudanya ata sama ita juga.”



    “atuh ita mah kemalin udah diwisuda...”



    “apaan, itu mah wisuda-wisudaan anak sd. nanti kalo neng ita selesai kuliah, baru diwisuda beneran.”



    “tah, nanti neng ita kuliahnya harus di xxx sapertos si aa. mun bisa mah jadi dosen kaya abah.”

    (mun : kalau, sapertos : seperti)



    “ngga mau! ita maunya jadi doktel anak!”



    “dokter juga bisa jadi dosen ai kamu….”



    “tapi ita maunya jadi doktel anaaaaak. ita mau nyembuhin anak kecil yang sakit gigi!”



    “atuh itu mah dokter gigi, bukan dokter anak.”



    “iiiiiiih a opi mah boloho. ita kan maunya jadi dokter anak, bukan dokter gigi!

    (boloho : bodoh)



    “kumadinya wae lah…aa mah lieur.”

    (terserah kamu lah…aa pusing.)



    *****
    “Abah, sofi bade ameng heula…” ucapku sambil mencium tangan abah.

    (abah, sofi mau pergi main dulu…)




    “bade kamana a? wayah maghrib kieu… tos solat teu acan?” Tanya abah sambil melihat ke arah arlojinya.


    (mau pergi kemana a? maghrib-maghrib kok pergi… udah solat belum?)



    “parantos, bah. ieu bade ameng sareng argi.” aku langsung memakai sepatu dan jaket, bersiap-siap untuk pergi naik motor ke rumah argi.

    (udah bah. ini mau main ke rumahnya argi.)



    “ah, malem minggu teh kalahkah bobogohan sareng argi. cik atuh….”

    (ah, malem minggu teh malah pacaran sama argi. sekali-sekali atuh…)



    “perginya rame-rame, bah. ngga cuma sama argi.” aku berbohong kepada abah karena sebenarnya, aku mau pergi jalan-jalan berdua sama argi. katanya sih mau nonton.



    “abah mah asa belum pernah liat aa pacaran....”



    “hoream ah…”

    (males ah…)



    “naha?”

    (kenapa males?)



    “sofi mah lagi mikirin supaya cepet lulus, ngga ada waktu buat pacaran.”



    “oh… sugan. rek meuting di mana a?”

    (oh…kirain. nanti malem mau pulang jam berapa?)




    “oh iya bah, sofi mau nginep di rumah argi. boleh kan? sekalian ngerjain revisi TA.”



    “sok atuh ngerjakeun TA, tong bobogohan bae jeung argi.”

    (sok sana ngerjain TA, jangan pacaran sama argi)



    “naon sih abah teh. nggeus ah, sofi bade angkat heula. wassalamualaikum.” aku langsung berjalan ke arah teras luar untuk mengeluarkan motor.

    (apaan sih bah, udah ah, sofi mau berangkat dulu).



    “waalaikumsalam….” jawab abah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.



    *****
    “ay, eta hp kamu ngageter.” ucap gw sewaktu merasakan getaran di saku celana sopi.

    (ay, itu hp kamu bergetar.)



    “………………………………………” seolah tidak peduli dengan hpnya dan ucapan gw barusan, sopi malah semakin mempererat pelukan tangannya dan memberikan ciuman di sepanjang garis rahang pipi gw sampai meninggalkan jejak basah dari daerah dekat daun telinga sampai ke leher.



    *rrrt….rrrrt….rrrt….* lagi-lagi, hpnya bergetar. mengalihkan konsentrasi gw yang semula sedang menghayati sensasi manis ciuman bibirnya. dengan segera, sopi mengeluarkan hp dari saku celana kemudian langsung mematikannya.



    “ti saha?” bisik gw pelan.

    (dari siapa?)



    “abah.” jawabnya singkat. setelah itu, tangannya langsung melingkar di pinggang gw, kemudian memeluk tubuh gw dengan sangat erat.


    sewaktu ia melihat tatapan mata yang kosong, pertanda masih ada hal lain yang menganggu pikiran gw saat itu, sopi langsung menarik ujung t-shirt kemudian melepasnya. tangannya dengan agresif mendorong tubuh gw ke tempat tidur, membiarkan dada gw serasa terbakar sewaktu melihatnya melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh gw. saat hidungnya mendekat sampai nafasnya yang terasa hangat menghembus sekujur wajah, lalu membiarkannya menelusuri rongga mulut yang terdalam dan membiarkan lidah kami bersentuhan sampai akhirnya diakhiri oleh sebuah gigitan pelan di bibir gw.



    “aku lagi ngga mau diganggu sama yang lain. cuma mau berduaan sama kamu….”



    *****
    “A, bade ka lab deui?” Tanya abah sewaktu sedang berjalan bersama denganku di dekat gedung FTSL.

    (a, mau ke lab lagi?)



    “moal, bah. kunaon kitu?” tanyaku sambil melihat ke sekeliling.

    (ngga, bah. Kenapa?)



    “hayu atuh uih sareng abah…” tangan abah langsung memegang lenganku sewaktu sedang menuruni sebuah anak tangga.

    (hayu atuh pulang sama abah,,,)



    “……………………..” aku cuma diam saja tak menjawab pertanyaan abah. bukan apa-apa, tapi kebetulan aku sudah janji untuk pulang berdua bareng argi.



    “nggeus boga jangji?” Tanya abah. kali ini pertanyaannya benar-benar tepat sasaran.

    (udah ada janji?)



    “muhun, bah. aya jangji sareng rerencangan ti himpunan.” jawabku berbohong kepada abah.

    (iya bah. Ada janji sama temen-teman dari himpunan.)



    “cik atuh sakali-kali mah aa teh uih sasarengan sareng abah. rumasa mah ayeuna waragad teh kawilang tos teu jagjag deui. kedah disupiran.”

    (coba sekali-sekali, aa pulang bareng sama abah. Sekarang mah badan abah teh udah ngga sekuat dulu lagi. Harus ada yang nyupirin abah.)



    “………………………”



    *****
    “a, pangmeserkeun landong heula sakedap di warung.” ibu menyuruhku saat aku sedang bersiap-siap pergi naik motor.

    (a, tolong beliin obat dulu sebentar di warung.)



    “si ata wae atuh, titah numpak sapedah. aa bade indit pisan.” aku memanaskan motor sambil meraung-raungkan gas-nya.

    (si ata aja atuh, disuruh naik sepeda. Aa udah mau pergi.)



    “aa teh bade indit kamana?”

    (aa mau pergi kemana?)



    “bade ka imahna si argi, mah. rek ngabantuan si argi nyieun proposal TA.”

    (mau ke rumahnya argi, mah. Mau ngebantuin argi bikin proposal TA)



    “ eta ka warungna mang tayo heula atuh a. sakedap..”

    (itu tolong beliin obat ke warungnya mang toyo dulu a .sebentar aja,)



    “atuh....”



    “ari dititah batur daek, pek dititah ku indung embung. dek jadi naon kamu teh?”

    (disuruh sama temen, mau. Giliran disuruh sama ibu sendiri malah ngga mau. Mau jadi apa kamu nanti?)



    “…………………….”



    “buru ka warung!”


    (cepetan ke warung!)



    “a, ieu loketna sakantenan weh dibantun ku aa, bisi kirang artosna.”

    (a, ini dompetnya sekalian dibawa aja. Takut nanti uangnya kurang.)



    “…………………….”



    “nggeus, buru. bisi engke dicarekan deui ku si abah.”

    (udah cepetan. Nanti aa keburu dimarahin lagi sama abah.)



    *****
    “tos timana gi? asa udah setengah jam lebih nungguan kamu.” aku meninju perutnya dengan pelan sewaktu dia baru saja masuk ke dalam kamarnya. hamper setengah jam lebih aku menunggu sendirian di kamarnya argi.

    (habis darimana gi? aku udah setengah jam lebih nungguin kamu.)



    “hampura atuh ay, tadi mah jam tilu teh nggeus indit ti ditu, ngan aya hambatan serius pisan tah.” argi melempar kunci ke atas meja, melempar jaket ke lantai kemudian langsung lompat ke tempat tidur.

    (maaf atuh ay, padahal tadi jam tiga udah pergi dari sana. Tapi di tengah jalan tiba-tiba ada hambatan)



    “hambatan naon?”



    “eta, si saepul, di tengah jalan teh ojol-ojol kaluar bumbu kacang tina bujurna. gelo siah! pokona isukan mobil urang, jokna kudu diberesihan ka bengkel. geuleuh pisan!”

    (itu si saepul, di tengah jalan teh tiba-tiba pantatnya ngeluarin bumbu kacang. Gelo siah! Pokoknya besok mobil aku, joknya harus dibersihin di bengkel! Jijik!)



    “bumbu kacang teh naon gi?”



    “kecepirit ai kamu. geueluh pan???”

    (kecepirit! Jijik banget kan???)



    “hahahahaha. di jok yang mana ih? ngewa pisan nggeus mahasiswa teh masih keneh kecepirit.”

    (hahahahaha. Di jok yang mana ih? Ngga banget, udah jadi mahasiswa tapi masih kecepirit.)



    “eta jok nu di tukang. tadina mah cenah rek hitut tapi ari pek nggeus hitut teh kaluarna sakalian jeung bukur-bukurna. si saipul mah bujurna tara pernah disakolahkeun!”

    (itu di jok belakang. Tadinya mah Cuma mau kentut aja, tapi ngga taunya malah keluar sama ampas-ampasnya. Emang dasar pantatnya dia mah ngga pernah disekolahin!)



    “saepul teh nu mana sih? aku mah lupa da. anu biwirna sok barusuh lain?”

    (saepul teh yang mana sih? Yang bibirnya sering sariawan itu ya?)



    “lain, eta mah izal. si saepul mah nu imahna di gunung halu tea geuning. yang kata kamu orangnya caludih.”

    (bukan, itu mah izal. Si saepul mah yang rumahnya di gunung halu. Yang kata kamu orangnya kucel/lusuh.)



    “oh… nu caludih tea. huhuhu.”

    (oh…yang mukanya kucel itu. Huhuhu.)



    “hahayy, kajeun teuing caludih, tapi pinter siah. can lulus ge nggeus ditawaran kerja ku Halliburton jeung Baker Hughes.”

    (hahaayy…kucel-kucel gitu juga pinter tau. Padahal belum lulus tapi udah ditawarin kerja sama Halliburton dan Baker Hughes.)



    “garila! jadi inget, aku teh sempet takut deket-deket sama dia gara-gara caludih. Tau gitu, aku dektin dia ya gi. Huhuhu.”



    “tapi kamu juga caludih da…”



    “enak aja!!!!!”



    “eits, tong ambek heula atuh ay. lain caludih nu eta. caludih nu urang mah beda deui atuh euy…”

    (eits, jangan ngambek dulu atuh ay. Caludihnnya bukan kucel. Caludihnya aku mah artinya beda lagi.)



    “emang naon kitu?”

    (emangnya apa?)



    “caludih teh cakep lucu deh ih….hahayyy.”



    “:”>”



    “kade ah bisi irungna ngapung. hahahaha. eh ay, tumben kamu malem senen main ke rumah aku? biasanya mah jarang da.”

    (awas ah nanti hidungnya terbang. Hahaha.)



    “keur hoream di imah.”

    (lagi males aja di rumah.)



    “naha? euweuh sasaha nya?”

    (lho, kenapa? Lagi ngga ada siapa-siapa ya di rumah?)



    “teu, aya kabeh malah. kumplit.”

    (ngga. Malah ada semua. Komplit.)



    “kamu teh kenapa ay? lagi ada masalah?”



    “teuing ah. keur rarungsing.”

    (ngga tau ah. Lagi pusing. Banyak pikiran)



    “hey…”



    “naon?”



    “rarungsing mikirin TA?”

    (pusing mikirin TA?)



    “bukan…”



    “terus mikirin apa atuh? aku? emang aku salah apa lagi? gara-gara telat barusan?”



    “bukan juga. adalah masalah aku sama abah. biasa, abah lagi kasih banyak tuntutan sama aku.”



    “masih ada hubungannya sama TA?”



    “ngga juga. malah ini mah rencananya si abah kalo misalnya nanti aku udah lulus.”



    “emang rencana apa gitu?”



    “teuing ah… aku juga masih bingung. udah ya, sekarang aku lagi ngga mau bahas masalah ini.”



    “oke. tapi nanti kamu harus cerita sama aku. janji?”



    “iya….”



    “ay, aku mau mandi dulu ya? kasian kamu dari tadi nyium bau keringet aku.”



    “ngga bau da. kamu mah wangi terus. huhuhu.”



    “tapi badan aku cepel eung. ti isuk kesangan wae. aku mandi dulu ah.”

    (dari pagi keringetan terus)



    “gi….”



    “kenapa lagi?”



    “malem ini, aku boleh nginep di sini ngga? aku lagi males pulang ke rumah.”



    “……………………..”



    “boleh ya? aku janji ngga akan ngorok da tidurnya.”



    “hahahaha….ya sok atuh. kamu mah bebas mau nginep kapan aja. aku malah seneng kalo kamu nginep. nanti kan kita bisa bubu bayeng.”



    “naon deui eta bubu bayeng? geuleuh ah.”



    “tapi ay, kamu udah kasih tau orang rumah belum mau nginep di sini teh?”



    “belum.”



    “sok atuh kasih tau dulu. bisi nanti dicariin.”



    “ntar ajalah itu mah. pasti apal da kalo aku ngga pulang ke rumah, ya main ke rumah kamu.”



    “kalo kamu ngga mau kasih tau, nanti aku yang telpon ke rumah kamu. pilih yang mana?”



    “……………………”



    “ya udah, nanti biar aku yang telpon ke rumah kamu. tong jadi pikiran deui ah.”

    (jangan jadi pikiran lagi ah.)



    “huhuhu. makasih ya gi…”



    “apa sih ya ngga buat sipo-sipo caludih, cakep lucu deh ih. hahayyy…”



    *****
    “A, yeuh… mangga dipilih. abah tawarin beasiswa S2 buat kamu. Aa bentar lagi lulus kan? sok mau pilih yang mana, Aachen atawa walanda?

    (a, nih… silahkan dipilih. abah tawarin beasiswa S2 buat kamu. Aa bentar lagi lulus kan? sok mau pilih yang mana, Aachen atau belanda?)



    “………………………………”



    “Abah mah ngga punya banyak uang buat sekolahin kamu jauh-jauh, tapi abah punya banyak link untuk itu. nanti insyaalloh aa ngga usah ikut tes seleksi macem-macem, tinggal pilih mau yang mana, pasti abah usahain.”



    “……………………………...”



    “meungpeung abah masih jadi dosen keneh, a. mun nggeus pangsiun mah, insyaalloh rada sesah.”

    (mumpung abah masih jadi dosen, a. nanti kalau misalnya abah udah pensiun mah insyaalloh agak sulit lagi.)



    “……………………………...”



    “bade dipilih nu mana, a? ceuk abah mah, nu alus teh di Aachen.”

    (mau pilih yang mana, a? kalau kata abah mah lebih bagus di Aachen.)



    “abah…… aa teh mau coba kerja dulu. cari pengalaman dulu.”



    “boleh. mangga. silahkan. nanti aa mau kerja apa? sok, abah mau tau rencana aa kedepannya gimana.”



    “aa mau coba bisnis sendiri, bah.”



    “……………………………...”



    “aa kan sekarang sering ikut proyekan sama temen-temennya argi tea bah. iya sih, itu teh masih bisnis kecil-kecilan. profitnya juga masih belum seberapa dibanding kalo misalnya aa kerja di corporate, tapi kan semuanya memang harus dirintis dari kecil dulu, bah. nanti ba…”



    “pasti moal jauh ti argi. argi deui, argi deui. kamu teh jangan terlalu bergantung sama dia!”

    (pasti ngga jauh-jauh dari argi. Argi lagi, argi lagi.)



    “……………………………...”



    “yang nentuin masa depan kamu teh diri kamu sendiri, bukan abah, bukan argi, bukan juga orang lain. kamu harus mulai mikir untuk diri kamu sendiri!”



    “……………………………...”



    “abah mah cuma ngga mau aa nantinya jadi balangsak. bisnis apapun boleh, tapi harus punya pegangan tetap dulu. a, yang namanya bisnis, kalau misalnya hari ini untung, besok belum tentu sama, bisa jadi rugi.”

    (balangsak : susah/miskin/melarat.)



    “……………………………...”



    “kalau misalnya aa udah punya satu pegangan yang tetap, mau bisnis apapun abah kasih izin. tapi nanti, bukan sekarang! kalau misalnya nanti bisnis kalian bangkrut, siapa yang mau nanggung biaya hidup buat besok, lusa dan besoknya lagi? orang tua?”



    “……………………………...”



    “abah tau, banyak contoh pengusaha sukses yang memulai bisnisnya dari nol kecil. tapi itu cuma untuk segelintir orang. bukan semuanya. dan menurut abah, aa belum punya bakat ke arah sana.”



    “……………………………...”



    “a, abah mah sanes konglomerat yang punya harta berlebih dan bisa ngasih anaknya modal bisnis sendiri. abah teh cuma dosen. uang abah terbatas. tapi setidaknya abah bisa kasih kamu kesempatan cari ilmu lebih untuk pegangan kamu nanti, kalau misalnya abah udah ngga ada.”

    (sanes : bukan.)



    “……………………………...”



    “sekarang gini, abah ngga akan ngasih aa pilihan yang macem-macem. sekarang, aa fokus sama TA dan jangan terbebani sama hal yang lain. tolong selesaikan tahap yang ini dulu. nanti, kalau sudah beres, kalau aa sudah di wisuda, baru abah bahas lagi tahap selanjutnya.”



    “……………………………...”



    “tapi abah minta, aa harus tetap semangat. kalau aa butuh bantuan apapun menyangkut soal TA, bilang sama abah. nanti pasti abah bantu.”



    *****
    “ay, besok aku mau ke Jakarta.” gw berkata kepada sopi yang sedang membalik-balikkan halaman buku kas.



    “ke Jakarta? ngapain?” sopi mengerutkan alisnya sambil menatap penuh tanya ke arah gw.



    “itu, mau coba cari orderan. katanya mah ada tender pengadaan barang gitu di depsos. sama sekalian cari supplier murah di Tanggerang buat order mesin drilling tea geuning.” gw menunjukkan berkas-berkas yang nantinya akan dibawa ke Jakarta.



    “lho, kalo misalnya besok kamu mau ke Jakarta, nanti siapa yang harus ketemu sama Pa Waluyo? Kita kan harus kasih kejelasan mau pasang instalasi listrik di pabrik dianya kapan.” kali ini giliran sopi yang menunjukkan time schedule yang berisi catatan-catan penting yang harus dilakukan setiap harinya.



    “aku besok ke Jakarta kan cuma tiga orang, nah di sini masih ada sisa banyak orang. masa sih ngga ada yang bisa selesain masalah itu. kamu sendiri gimana, bisa ngga? apalagi itu bidangnya kamu.” gw berkilah.



    “bisa. tapi aku maunya ikut sama kamu ke Jakarta. boleh ngga?” ia menutup catatan dan berkas-berkas yang semula sedang dibacanya.



    “boleh aja, tapi bukannya lusa kamu ada jadwal ketemuan sama dosen pebimbing? revisinya udah kamu kerjain kan?”



    “udah sih….” kepalanya langsung menunduk, seperti sedang memikirkan sesuatu.



    “tapi?” gw menatap dia dengan serius.



    “aku males kalo harus ditinggal pergi sama kamu. pasti lama kan kamu disananya? berapa hari coba? tiga hari?” sopi mencorat-coret kertas kosong dengan ballpoint yang dipegangnya.



    “gusti nu agung…..kirain teh apaan ai kamu. yakali ada tiga hari mah. atuh ay, tiga hari teh sebentar.” gw memukul-mukul kepalanya dengan pelan menggunakan berkas proposal.



    gw, sopi, dan beberapa orang teman lainnya, seperti kebanyakan mahasiswa kampus pada umumnya yang masih mempunyai jiwa dan semangat idealis cukup tinggi, dengan modal niat, nekat dan semangat, mendirikan sebuah cv dengan cita-cita besar pada waktu awal pembentukannya teh untuk mendirikan sebuah perusahan sendiri dengan modal sendiri yang usahanya dirintis dari nol. awal mulanya sih sebenernya dari sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mempertemukan sekitar sepuluh orang lebih dengan latar belakang disiplin ilmu yang beragam.


    sewaktu mulai menginjak tahun ketiga masa perkuliahan, pada suatu hari, tiba-tiba gw dikejutkan oleh pernyataan santai tapi seriusnya bokap yang bilang kalo mulai detik itu, jatah uang jajan disunat habis-habisan dengan teramat sangat sadis. dari semula jatah yang bisa dibilang cukup besar, harus dipotong jadi 20 ribu sehari untuk biaya gahul. sementara untuk biaya perkuliahan mah masih tetap ditanggung sepenuhnya oleh orang tua. gw sempet shock juga sih waktu dikasih kabar kaya gitu. tapi, bokap beralasan kalo gw sudah cukup umur untuk ngga lagi bergantung sama orang tua. jadi singkatnya, gw harus berusaha cari uang sendiri kalo masih mau sedikit bergahul sama temen alias hedon.
    walhasil, setelah mengalami penyesuaian yang super duper sulit karena jujur aja buat gw pribadi, anggaran sebesar itu ngga cukup banget lah buat nutupin biaya gahul sehari-hari. buat bayar bengsin mobil sehari aja pasti langsung habis. nah, dengan niat mencoba untuk mandiri, gw akhirnya pontang-panting nyari uang tambahan dari sana-sini supaya masih bisa tetep ‘hidup.’ ada banyak gawean yang coba gw jalanin waktu itu, mulai dari jadi penyiar radio, jualan pulsa, coba jadi mc lepas amatiran mulai dari acara ulang tahun anak-anak, sunatan sampe seminar internasional. terkadang ikutan ngamen di kafe-kafe yang ada di sekitaran dago, cari untung dari orderan jaket atau kaos angkatan, jadi pager bagus dadakan kalo misalnya ada yang kawinan, jadi mahasiswa cabutan untuk acara pengukuhan guru besar dan semacamnya.


    Selain itu, gw juga sering banget sewain mobil gw buat mahasiswa yang pengen tampil kece bin perlente banyak gaye kalo misalnya ada kencan di kala satnite sama pacar/kecengannya. ngasdos (jadi asisten dosen yang bayarannya masyaalloh seuprit iprit kecepirit), jualan hp bm (black market) yang gw dapet dari si om yang kerja di sebuah instansi, jualan kaos branded yang dibeli di singapura or hongkong dengan harga super korting tiap kali ada summer/great sale tapi gw jual lagi di sini dengan harga berkali kali lipat. pernah juga jadi distributor brownies di beberapa kota waktu Amanda lagi hits melejit, jualan jam tangan odm yang sempet nge hip waktu itu padahal gw belinya di mangdu dan dijual lagi ke tempat om gw di Makassar dengan harga beda seratus ribu dari harga barang ori-nya, dapet proyekan dari dosen mulai dari proyek skala lima digit sampai delapan digit, dll.
    nah, berawal dari proyekan dosen itulah, yang biasanya terdiri dari beberapa orang mahasiswa, gw bertemu dengan teman-teman lain dari berbagai macam jurusan. awalnya, ada beberapa buah tim bentukan dosen itu untuk menangani beberapa buah proyek sekaligus, tapi lama kelamaan menyusut menjadi satu buah tim saja yang benar-benar terpercaya. berangkat dari situ, lama-kelamaan kami mendadak jadi akrab satu sama lain sampai akhirnya tercetus ide untuk mendirikan sebuah cv yang notabene waktu itu banyak sekali cv bentukan mahasiswa di kampus kami. toh, proyek yang dikerjakan bersama dosen tersebut kebanyakan berskala nasional, jadi kami tidak malu untuk memasukkannya ke dalam portofolio perusahaan.
  • gw inget, tempat yang pertama kali dijadikan alamat cv waktu itu teh cuma sebuah kamar kos-kosan temen berukuran 3x3 m2 di daerah cisitu sampai akhirnya kami mampu mengontrak sebuah rumah di daerah tubagus ismail. asli, modal kita awalnya cuma nekat, karena berkaca pada kesuksesan leluhur kami di kampus, yang semasa kuliah juga mengawali kesuksesan bisnisnya dengan cara seperti ini tapi pada akhirnya mampu mendirikan perusahan besar seperti medco, bakrie, dll.
    sebenernya, gw sendiri tidak punya niatan yang begitu menggebu untuk bisa ‘membesarkan’ cv ini karena tujuan awalnya sih ya itung-itung untuk cari pengalaman aja. tapi karena latar belakang ‘pendiri’ cv yang berasal dari kondisi ekonomi berbeda-beda lah yang membuat gw berani terjun habis-habisan pada waktu itu. ada sekitar tiga orang dalam tim kami, yang menurut gw diberi anugerah otak super cemerlang tapi mempunyai latar belakang kondisi ekonomi yang cukup memprihatinkan, memaksa untuk terus mencari orderan supaya mereka bisa tetap bertahan hidup. asal tahu saja, mereka yang super pintar itu sehari-harinya tinggal dan tidur di masjid karena tidak punya uang untuk membayar kosan dan tidak punya sanak saudara di bandung. mungkin, jaman dulu, waktu kampus kami belum membuka jalur usm, ada banyak sekali cerita dan dinamika mahasiswa asal daerah yang berjuang mati-matian menuntut ilmu di sini dengan bermodalkan otak, niat serta semangat.


    pernah denger istilah usaha palugada? mungkin istilah sekarang sih jauh lebih keren, yaitu enterpreneur. tapi dulu, yang kita kenal adalah istilah usaha palugada, yang artinya ; apa yang lu mau, gua ada! simpelnya gini, keuntungan mendirikan sebuah cv pada waktu itu adalah kami bisa memasukkan banyak sekali bidang usaha dalam satu platform. dan itulah yang terjadi pada kami, karena ada banyak sekali jenis usaha yang dijalankan. dengan prinsip palugada, hampir semua orderan apapun yang diminta oleh pelanggan, pasti kami sanggupi. pokona mah, apa yang lu mau, gua ada!


    secara umum, proyek yang sesuai dengan bidang kami waktu itu di seputar teknologi informasi, kelistrikan dan dunia permesinan serta beberapa buah riset kecil-kecilan yang hasilnya nanti akan dijual kepada pihak ketiga (itu juga kalo ada yang mau. kalo ngga, ya hasil risetnya nanti masih bisa dipake jadi mouse pad). order besar seperti instalasi listrik di beberapa buah pabrik, pemasangan jaringan sistem informasi perusahaan, tender sebagai supplier barang-barang tertentu yang biasanya sering kita dapat dari departemen-departemen, sampai ikut serta dalam riset bahan bakar biofuel yang pada waktu itu mendapat kucuran dana cukup besar dari pemerintah. Hanya saja order besar seperti itu sifatnya jarang dan sangat susah sekali untuk kita dapatkan karena harus bersaing dengan perusahaan kelas kakap lain. sementara kami, yang minim pengalaman, hanya mengandalkan koneksi serba terbatas dan nama besar alamamater kampus. makanya, untuk mengisi kekosongan kas, kami sering menerima order ‘nyeleneh’ bin ajaib. pokona mah yang penting ada pemasukan, apapun itu usahanya.
    waktu musim pemilu/pilkada, kami berubah menjadi perusahaan konveksi dadakan. waktu musim spmb berlangsung, kami berubah jadi sekumpulan mahasiswa yang menerima les intensif dengan iming-iming masuk itb. waktu musim bola/piala dunia, kami pernah menjadi agen penyalur produk-produk sponsor resmi piala dunia serta sebagai travel agent dadakan. pernah juga lho, kami buka paket wisroh a.k.a wisata rohani buat ibu-ibu pengajian dari luar wilayah bandung yang mau bertandang ke daarut tauhid. waktu itu kan aa gym masih ngehits melejit pisan.


    terima orderan kerudung plus seragam ibu-ibu pengajian? tenang, kita pernah! cetak buku yasin beserta suvenirnya sewaktu ada dosen atau pejabat yang meninggal dunia? itu juga pernah. pemasok pohon bambu/pinang waktu acara tujuh belasan? mulai dari bogor s.d sukabumi kita jabanin! yang paling lucu mah waktu ada order besar-besar sabun yang kita pesan dari medan untuk sebuah daerah di jawa timur. masalahnya, di medan, sabun itu biasanya dipake untuk cuci piring, baju, dll. tapi anehnya, entah siapa penyebar gosipnya, yang pasti di daerah tersebut, sabun itu katanya terbukti ampuh untuk menghilangkan jerawat!
    “gi…”



    “apa?”



    “kalo misalnya janji ketemuan sama dosen pebimbing aku majuin jadi hari ini, nanti aku boleh ikut sama kamu ngga ke Jakarta?” sopi menatap malu-malu ke arah gw.



    “emang bisa kaya gitu? emang si bapanya mau?”



    “kalo si bapanya ngga mau, nanti aku bilangin ke abah. kan yang jadi ketua tim pembimbing waktu disertasinya dia teh si abah. pasti mau da kalo misalnya sekarang si bapanya aku sms.”



    “weisss…mainannya politik euy. hahahaha.”



    “atuda kalo kepepet mah, pake jalan pintas atuh gi. huhuhu.”



    “nya eta mah terserah kamu aku sih ngga masalah. ari kamu teh kunaon ay, sampe ngotot menta ikut pergi segala sama aku?”



    “teuing atuh. keur loba pikiran. hayang deudeuketan jeung kamu…”

    (ngga tau atuh. Lagi banyak pikiran. Maunyadeket-deket terus sama kamu….)



    “dasar jelema rungsing kamu mah ah…”

    (jelema : orang ; rungsing : pusing, banyak pikiran)



    “biarin, daripada kamu, jelema kabetrik!”

    (kabetrik ; otaknya korslet)



    “hahaha…kabetrik oge loba nu bogoheun! hati-hati ay, pacar kamu banyak yang ngincer yeuh!”


    (hahaha…biar kabetrik juga banyak yang suka!)



    “sok weh mun kamu wani macem-macem mah langsung dipegatkeun ku urang. rek banjir getih ge wani…”

    (sok aja kalo kamu berani macem-macem mah langsung aku putusin. Mau sekalian berantem habis-habisan juga berani….)



    “wanjeeeeeessss….moal atuh ay! urang bisa gelo mun bener dipegatkeun ku kamu. tong ngomong kitu deui ah. pamali.”

    (wanjeeeeeeessss…ngga akan atuh ay! Aku bias gila kalo beneran diputusin sama kamu. Jangan ngomong kaya gitu lagi ah. Pamali.)



    “lainna nggeus gelo maneh teh?”

    (bukannya kamu emang udah gila?)



    “nya rada gelo lah saeutik. hahahahaha.”

    (ya sedikit lah. Belum gila beneran. Hahahaha.)



    “gi…..”



    “apalagi aaaaay? jangan bilang kalo aku ganteng.”



    “heh, mun ngomong kitu deui, dibaledog geura ku korsi!”

    (heh, kalo kamu ngomong ganteng lagi nanti aku lempar sama kursi!)



    “aw aw aw…aku ganteng aku ganteng aku ganteng aku ganteeeeeeeng~ hahahayyyy.”



    “atulah gi…..aku mau ngomong serius.”



    “ay, serius ini mah, aku ganteng pisan nya?”



    “ARGI!!!!”



    “SOPI!!!



    “kamu mau PUTUS apa mau GELUT???”

    (gelut : berantem)



    “eh maap ay, maap. maaaaaaaaap. sok atuh kamu mau ngomong apa, nanti aku dengerin. da kasep, da lucu, da imut, da da rosada.”



    “gi, kamu kepikiran ngga, kalo misalnya nanti udah lulus kuliah, kamu mau coba cari kerja yang serius, mau lanjut kuliah lagi, atau masih mau ngejalanin bisnis ini?”



    “ntar dulu, maksudnya kerja serius teh apa?”



    “ya kerja yang bener.”



    “emang kerjaan yang sekarang teh ngga bener ya? ngga serius juga? perasaan mah aku serius da ngejalaninnya. ya walaupun masih bisnis kecil-kecilan.



    “bukan gitu gi, maksud aku, kerja kantoran. di corporate atau apa gitu.”



    “…………….., iya aku ngerti maksud kamu apa. ay, gini deh, aku ngga pernah sekalipun maksa kamu buat ikut bantuin bisnis yang keliatan serba ngga jelas ini. jujur, aku ngerasa amat sangat terbantu selama kamu ada di sini, tapi kalo misalnya kamu mau cari kerjaan lain yang lebih jelas lagi, ya itu hak kamu. aku ngga akan protes.”



    “……………………………...”



    “kamu kan punya cita-cita sendiri, misalnya kerja di corporate multinasional atau malah internasional. aku mah dukung pisan kalo misalnya kamu punya cita-cita kaya gitu.”



    “cita-cita aku mah sebenernya bisa sukses bareng sama kamu. dan ngga tau kenapa, aku maunya berdua terus sama kamu. ngga peduli itu kerja di corporate atau punya usaha yang serba ngga jelas sekalipun. yang penting bisa terus bareng sama kamu.”



    “……………………………...”



    “aku ngga tau apa ini bener atau salah, tapi akhir-akhir ini, aku sering banget ngebantah nasehat abah. dan itu teh gara-gara kamu.”



    “maksudnya? kok bisa gara-gara aku? emang aku salah apa?”



    “bukan gi, maksudnya bukan kamu yang salah. tapi akunya yang kepikiran kamu terus. kamu tau? abah nyuruh aku kuliah lagi.”



    “lho, bukannya malah bagus atuh itu mah?”



    “iya, bagus banget. tapi akan jauh lebih bagus lagi kalo misalnya abah ngga nyuruh aku ambil beasiswa di luar.”



    “di luar? Maksudnya overseas?”



    “iya…”



    “tapi sop, berarti nanti kamu mau ninggalin aku atuh di sini?”



    “gi, denger, sebisa mungkin aku ngga akan terima tawaran itu. aku ngga mau dan ngga bisa jauh dari kamu. aku udah ketergantungan sama kamu. jangan tanya kenapa, soalnya aku juga ngga tau kenapa bisa kaya gitu.”



    “……………………………...”



    “abah bilang, hidup aku bisa balangsak kalo terus-terusan ikut bisnis ngga jelas kaya gini. tapi aku sih ngga masalah rek balangsak oge. yang penting bisa bareng sama kamu terus.”



    “emang kamu teh disuruh kuliah di mana? asa rempong pisan.”



    “kalo ngga di jerman, ya di belanda. tapi itu juga belum pasti.”



    “hah??? meni tebih-tebih teuing atuh kuliah teh. nggeus lah kamu mah ngambil s2 di sini lagi aja.”

    (hah??? jauh-jauh amat sih kuliahnya teh, udahlah kamu mah ambil s2 di sini lagi aja.)



    “ya aku juga maunya gitu. tapi kamu tau sendiri kan abah teh orangnya kaya gimana?”



    “……………………………...”



    “gi, kalo misalnya aku ngga nurutin apa maunya abah, durhaka ngga sih?”



    “……………………………...”



    “kamu kok diem aja? aku kan butuh pendapat kamu.”



    “ini nih yang aku ngga suka.”



    “apanya yang kamu ngga suka??”



    “ya ini, aku ngga suka kalo misalnya kamu mesti dihadapin sama dua pilihan, orang tua atau aku.”



    “habis aku harus gimana lagi atuh?”



    “ay, aku mah ngga ada apa-apanya kalo dibandingin sama orang tua kamu. seujung kukunya juga ngga ada meureun. kamu baik sama aku mah paling juga cuma dapet pahala, tapi kalo baik sama orang tua kamu mah bisa masuk surga.”



    “……………………………...”



    “da aku juga maunya bisa bareng terus sama kamu. ya minimal-minimalnya kita ngga kepisah sejauh itu, ay. yang deket-deket aja.”



    “aku bilang aja mau kuliah di sini gitu ya?”



    “kalo bisa mah gitu. emang kenapa sih harus jauh-jauh kuliah di luar?”



    “abah teh dari dulu udah janji mau nyekolahin anak sampe setinggi-tingginya. kalo bisa mah ya sampe ke luar. soalnya dulu, abah pernah dapet kesempatan untuk sekolah di luar tapi malah ngga dibolehin sama aki. makanya sekarang aku dipaksa sama abah.”



    “kamu kapan sih wisudanya?”



    “aku? hmm…tiga bulanan lagi meureun. kenapa gitu?”



    “duh, nyesel juga aku baru ngajuin proposal TA-nya sekarang.”



    “emang nyesel kenapa gi?”



    “ya berarti kan aku lulusnya masih lama. dasar bego!”



    “udah atuh gpp. da kamu juga kan emang sibuk pisan gi. beda sama aku.”



    “ah, itu sih emang aku yang salah. ngapain coba aku sibuk buat hal yang ngga jelas? aku kan mahasiswa, tugasnya ya harusnya kuliah. ngapain juga sibuk cari duit? harusnya kan aku cepet-cepet lulus!”



    “yang penting kan nanti juga kamu pasti lulus, gi. cuma masalah waktu aja.”



    “ay, kamu mau ngga nunggu aku sampe selesai kuliah?”



    “nunggu buat?”



    “kamu ambil s2 nya ntar aja, nungguin aku selesai kuliah. nanti kita bareng ke sananya? yah yah yah?”



    “……………………………...”



    “kemana aja hayu lah. yang penting kita bisa bareng. nanti biar aku coba ngobrol sama mamah kalo aku pengen lanjut kuliah lagi. sekarang gimana, kamunya mau ngga nungguin aku?”



    “MAU BANGET…. :’)”



    “sip. kalo gitu, kamu pegang janji aku, aku mau cepet-cepet lulus kuliah supaya nanti bisa nemenin kamu kuliah dimanapun. mau di kutub juga aku temenin ay!”



    “sanggup ngga sama janji kamu barusan?”



    “kamu juga, sanggup ngga nungguin aku? kalo kamu bilang iya, aku juga pasti bilang iya.”



    “iya.”



    “ya udah, iya, aku juga sanggup.”



    *****
    Rs. Borromeus, Dago



    aku berjingkat pelan sewaktu membuka pintu ruangan HCU, tempat abah sekarang di rawat. kondisinya mendadak kritis selama beberapa hari belakangan ini semenjak penyakit strokenya mendadak kambuh abah memang udah sejak lama mengidap penyakit diabetes yang semakin lama semakin merambat sampai akhirnya menderita komplikasi mulai dari jantung sampai dengan ginjal dan gejala stroke.


    di tempat tidur, aku melihat abah tampak lemah tak berdaya dengan banyak sekali selang yang terpasang di tubuhnya. fungsi ginjal serta paru-parunya pun sudah digantikan oleh mesin yang ada disebelahnya. kalau saja strokenya tidak kambuh, mungkin kondisi abah tidak separah saat ini. sekarang, jangankan bercanda, bicara saja abah sudah tidak bisa. abah hanya bisa berkomunikasi lewat tatapan mata dan gerakan jari tangannya yang lemah. aku mencium tangan ibu yang selalu setia menjaga abah siang dan malam, lalu setelahnya baru mencium tangan abah yang tampak semakin kurus dan pucat. badan abah yang semula gempal, kini bahkan bisa aku lihat tulang dan pembuluh darahnya yang terlihat menonjol.



    “abah, tadi aa baru selesai seminar. Alhamdulillah lancar. insyaalloh minggu depan aa udah bisa sidang.” aku berbisik pelan di telinganya abah karena fungsi pendengarannya juga sudah mulai berkurang.



    aku melihat ujung bibirnya tampak bergerak-gerak seolah-olah ingin berkata sesuatu tapi tidak bisa mengeluarkan suara apapun.



    “aa minta doanya abah supaya nanti sidangnya dipermudah.” ucapku terbata-bata karena tak sanggup melihat kondisi abah saat ini.



    “aa juga tiap kali sholat, pasti doain abah supaya cepet sembuh. abah juga kan udah janji mau dateng di wisudanya aa.” aku mengusap-ngusap keningnya abah yang basah karena keringat.



    kali ini, aku melihat mata abah yang berkaca-kaca. tangannya menggenggam erat tanganku seraya hendak mengucapkan sesuatu. bukannya kata-kata yang terucap, melainkan lelehan air mata yang turun dari kedua pelupuk matanya. aku masih tetap memegang erat tangan abah sambil tangan yang satunya lagi membuka buku kecil berisi surat yasin. dengan suara lirih, aku membaca surat yasin di samping abah. dan sesekali, tangannya menggenggam jauh lebih erat sewaktu ada bacaanku yang menurutnya salah.


    setelah tiga kali selesai membaca surat yasin, aku menutup buku tersebut kemudian langsung mencium kening abah sambil berdoa semoga beliau diberi kesembuhan seperti sedia kala. ada satu lagi permintaan abah yang harus aku lakukan setiap kali selesai membaca yasin, yaitu menyanyikan sebuah lagu untuknya. lagu ini, mungkin, menjadi semacam nasehat dari abah untukku yang menyanyikannya. seolah mengingatkan aku akan sebuah pembicaran empat mata yang sangat penting antara aku dan abah beberapa hari sebelum akhirnya beliau terpaksa harus dirawat di rumah sakit. sambil berbisik lirih, aku pun menyanyikan lagu permintaan abah itu bait demi bait sampai akhirnya kami berdua larut dalam tangisan masing-masing. berikut beberapa cuplikan bait dari lagu yang aku nyanyikan tersebut :




    Jampe-jampe harupat
    Geura gede geura lumpat
    Sing jauh tina maksiat anaking
    Ngarah salamet akherat

    Jampe-jampe harupat
    Geura gede geura lumpat
    Susah senang omat sholat anaking
    Beunghar kade poho zakat

    Ti bapa ieu pepeling
    Ngarah hidep hirup salawasna eling
    Heunteu berang heunteu peuting
    Hidep kudu soleh satungtung nyaring



    *****
    “mah, aa bade uih heula sakedap. bade nyieun presentasi kanggo isukan sidang.” aku mencium tangan ibu, sebelum akhirnya berpamitan dan buru-buru meninggalkan rumah sakit karena belum sempat menyiapkan slide powerpoint untuk sidang.

    (mah, aa mau pulang dulu sebentar. Mau bikin presentasi sidang buat besok.)



    “gi, ibu titip sopi yah.” ucap ibu sewaktu argi mencium tangannya. kebetulan, besok aku diantar jemput oleh argi. bahkan, kemeja, jas serta dasi untuk keperluan sidang pun, aku pinjam dari argi.



    “sumuhun, tante.” argi kembali mengangguk pelan, pertanda mohon pamit.



    *****
    “ay…bangun….”



    “ay…bangun…eta aya telpon.” aku langsung tersentak kaget sewaktu terbangun dari tidur. jujur saja, aku ketiduran setelah semalam suntuk bergadang membuat slide presentasi.

    (itu ada telpon)



    sewaktu melihat layar hp, ternyata benar, ada telpon dari ibu. dengan segera aku mengangkat telponnya.



    “assalamualaikum, aya naon mah?” tanyaku dengan suara yang masih setengah mengantuk.



    “a……” aku mendengar suara isak tangis ibu di ujung telpon.



    “aya naon mah? punten, sopi kakara hudang. tadi teh kasarean.”

    (ada apa mah? Punten, sopi baru bangun. Tadi teh ketiduran.)



    “a….abah……abah….” kali ini, suara tangisannya ibu lebih kencang dari sebelumnya.



    “abah kunaon mah??? mah…. abah kunaon???” aku berteriak berkali-kali sebelum akhirnya dijawab oleh ibu;



    “abah tos teu aya a….”

    (abah udah ngga ada a….)



    “………………………………………….”



    *****
    Beberapa Tahun Kemudian…..




    “beib, sofi bade ngobrol.” Ucap aa sambil menyodorkan handphonenya ke arah gwu yang sedang membaca yasin di ruangan tengah rumah nini-nya (nenek) abah yang ada di daerah komplek perumahan dosen, tempat tinggal ata dan ita sekarang.

    (beib, sofi mau ngobrol)



    Gw mengangguk pelan, kemudian mengambil handphone tersebut kemudian beranjak dari tempat duduk semula. Meninggalkan kerumunan orang yang sedang ramai membaca yasin sebelum acara tahlilan memperingati 3 tahun meninggalnya abah.



    “hey...” sapa gw ringan pada seseorang diujung telpon.



    “argi?” suara bass-nya masih terekam dengan jelas di memori otak gw. Tapi kali ini, suaranya sedikit serak.



    “heu-euh. Apakabar, sop? Tadi siang mesej aku nyampe ngga?” gw mengawali pembicaraan ini dengan amat sangat antusias.



    “oh…iya nyampe. Alhamdulillah baik. Maaf ya ngga dibales, soalnya malem ini aku emang niat mau telfon.”



    “ngga masalah. Kamu ngga nanya kabar orang ganteng ini teh?”



    “udah tau dari panji.”



    “oh gitu. Kenapa ngga tanya langsung sama orangnya?”



    “jawaban panji lebih terpercaya, gi.”



    “hahayyy. Kamu mah ada-ada aja sop.”



    “di sana rame ngga?”



    “si aa tadi jawabnya gimana? Pasti udah kamu tanyain juga kan?”



    “mmmm….katanya sih rame pisan.”



    “nah itu udah tau jawabannya. Kenapa ditanyain lagi? Kan kata kamu jawaban si aa mah lebih terpercaya.”



    “habis saya bingung mau nanya apa sama kamu.”



    “bingung gara-gara udah ditanyain semuanya sama aa ya sop?”



    “boleh juga nih serangan baliknya. Pasti diajarin sama panji.”



    “hahahayyy….hati-hati, sekarang aku juga bisa galak.”



    “ngga kebayang gi, muka kamu yang bodor itu teh tiba-tiba jadi galak.”



    “masih inget ya sama muka aku?”



    “masih. Kamu ngga operasi plastik kan?”



    “tau ngga, kata aa, aku ngga boleh kepancing sama pertanyaan ngga penting dari kamu.”



    “tadi udah di briefing dulu ya?”



    “Udah ateuh. Oh iya sop, kata aa, aku boleh da bilang kangen sama kamu.”



    “gi, nanti saya boleh titip sesuatu ngga?”



    “tuh kan gitu… omongan aku pasti di skip sama kamu.”



    “gi, saya itu orangnya perasa banget. Mungkin waktu kamu bilang kangen dengan nada sedatar apapun, suasana hati saya pasti langsung berubah. Jadi hal yang kaya gini harusnya udah ngga perlu kita bahas lagi. Ok?”



    “tadi kamu mau titip apa?”



    “gini, saya minta tolong kalau misalnya nanti besok kamu ikutan nyekar, tolong beli mawar biru satu bouquet dan nanti bunga itu disimpen di depan pusaranya abah. Saya kemarin tiba-tiba mimpi dateng ke tempat abah sambil bawa mawar biru. Ngga tau maksud mimpi itu apa, tapi saya mohon sama kamu karena ngga bisa pulang dan nyekar ke makam abah, tolong jangan sampai lupa sama pesan saya barusan.”



    “sip. Aku ngga mungkin lupa.”



    “makasih ya gi. maaf ngerepotin.”



    “ngga ngerepotin sama sekali. Sop, kamu udah doain abah belum hari ini?”



    “selalu. Ngga harus hari ini.”



    “aku boleh nebak ngga?”



    “ha? Nebak apa gi?”



    “aku yakin, kamu pasti habis nangis. Tapi aku ngga tau kamu habis nangis gara-gara apa.”



    “saya udah ceritain semuanya sama panji. Nanti kamu tanya dia aja.”



    “……………………………”



    “Saya bukannya ngga mau cerita sama kamu, tapi kalo denger saya nangis, kamu pasti langsung jadi kacau. Kalau kita berdua sama-sama lagi kacau, nanti ngga ada yang bisa nenangin salah satunya.”



    “,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,”



    “saya kangen ngobrol panjang lebar sama kamu, tapi nanti, waktu saya pulang ke bandung.”



    “kamu kapan mau pulang ke bandung?”



    “nanti saya kabarin lagi. Pasti. Pasti saya kasih tau kamu. Ngga mungkin ngga.”



    “iya, tapi jangan mepet ya sop? Supaya nanti aku bisa jemput kamu di airport. Aku kan sekarang udah stay di Jakarta.”



    “iya. Gi, katanya kamu mau ambil s2 ya?”



    “heu-euh. Tapi aku banting setir nih ambil jurusan lain.”



    “mau ambil s2 di mana? Di tempat saya teh jadi?”



    “ngga lah, di Jakarta aja. Kecuali kalo si aa nya ikut pindah kerja juga nemenin aku di sana.”



    “iya jangan, di jakarta aja. Sekalian jagain ita sama ata. Soalnya aku pulangnya masih lama eung.”



    “sop, tahlilannya udah mau mulai. Kamu mau ikutan ngga?”



    “iya. Nanti tolong di loudspeaker ya gi? saya mau ikutan tahlil dari sini.”



    “sip. Tapi kalo misalnya kamu nangis, jangan kenceng-kenceng, nanti malu kedengeran sama orang lain.”



    “yaudah ngga usah, jangan di loudspeaker. Saya cukup dengerin suara kamu aja.”



    “kalo bacaannya ada yang salah, kamu jangan protes ya?”



    “mana bisa saya protes sama orang yang udah segitu baiknya sama saya.”



    “udah diem, jangan ngomong lagi. nanti malah jadi aku yang pengen nangis.”



    *****
    Abah….
    Abah masih jadi inspirasi saya, walau sekarang abah entah ada dimana
    Abah masih jadi penyemangat saya, walau abah sudah tidak mampu berbicara
    Abah masih jadi mimpi saya, walau saya sudah bangun dari tidur
    Abah masih jadi tujuan saya, walau saya sering berjalan tak tentu arah
    Abah masih ada di setiap doa saya, untuk semua Inspirasi, Penyemangat, Mimpi, dan Tujuan saya, Haturnuhun.



    *****

  • edited October 2011
    done! selesai! selamat membaca, semoga kisah ini jadi inspirasi buat kalian semua, lebih kurangnya maaafin aja ya, buat @caramel_machiatto wherever you are, kita tunggu karya karya lo selanjutnya.
    buat @fansnyaAdele woooiii pencetan eeuuyy paregel kieu urang :P
  • marekana kamarana nya? karirindangan banar unda nah.
  • baca halaman 2 dari jam 6 sampai jam 9.45

    gila lama bener

    tapi TOP BGT
  • pokemon wrote:
    baca halaman 2 dari jam 6 sampai jam 9.45

    gila lama bener

    tapi TOP BGT

    awas copot tuh mata hehehehehehe

    lockerA wrote:
    ahay..saya sdh baca.....

    kalo udah baca balik lagi ke lapaknya ya :D
  • hr ni nyeselein page 3 deh, kalo sempat page 4

    alamat rencana kerja molor

    yowisben seng penting rampung
  • Sayang posting terakhir (chapter i heart you) ga direload, padahal puanjang juga loh.
    Edass. cerita selama 20 bulan posting ulang cuma semalam.
  • hehehe dapetnya cuma segitu sih, iya seharian uploadnya demi para pengunjung setia boyzforum
  • akang @rainbow_bdg emang nanti ada re-upload yg laen'y ya???
    Asana mah yg dl sy bc teh sblm kena tsunami data di BF ini teh udah jaoh pisan....

    Tp udah di re-upload lg ampe yg diatas jg hatur nuhun pisan nya....jd nostalgia deui...^________^
  • mungkin lamun aya nu laen mah bisa weh di re upload
  • @rainbow_bdg wuihhh mantabs ini critanya kang,bikin saya ga tidur 3 malem..hohoho,btw itu critanya emang dibikin gantung ttg si sopi nya kemana gtu setelah lulus kuliah trus koq ga dicerita gmn argi ama a' panji bisa jadiaanya,maaf kang ane nubie di forum ini..hehe
  • alhamdulilahh beress oge.. hhahaa brpa hari coba ini bacanya.. haduuh parahh..
    ehh katanya ini masi adda yg kurang yahh.. kdu berburu lagi dong.. hmhm~
    @rainbow_bdg : hayang di pencetan? sok kadieu atuh.. ngke di bere pleus pleus.. hahayy..
Sign In or Register to comment.