Namaku Hendra,,,tak ada yang istimewa dariku,, aku hanya seorang kuli dan aku tak punya apa-apa,, yang kupunya hanya adik ku,,, Bastian,, adik yang paling aku sayangi,, adik yang selalu aku manjakan,, dan adik yang ku angggap sebagai nyawaku,, aku tak pernah bisa marah kepada adikku,, dia selalu saja dapat membuat aku bahagia,, tak pernah dia mengecewakanku,, dia selalu berprestasi,, selalu memberikan yang terbaik,,, seperti yang ku ingat,, hanya sekali aku kecewa pada bastian yaitu pada saat aku tahu kalau dia bukan seorang yang menggagumi wanita,, ya adikku gay,,,aku tak sengaja catatan hariannya, saat mengetahuinya hatiku hancur,, aku sangat marah pada nya saat itu,, aku tak bisa menerima adik yang sangat aku banggakan ternyata adalah seorang gay,, aku sangat menyayanginya,,, aku tak rela ada orang yang memanfaatkan adikku,, adikku memang tumbuh menjadi seorang remaja yang sangat tampan,,, melebihi abangnya ini,, tapi aku tak pernah sekalipun cemburu dengan ketampanan adikku,, tapi aku cemburu jika ada yang memiliki adikku,, dia adik yang paling aku sayangi,, aku tak rela adikku di permainkan,, apalagi oleh lelaki,, aku pernah dengar kaum gay adalah kaum yang haus akan sex,, gay tak segan untuk pindah-pindah pasangan,, aku tak rela adikku menjadi korban dari lelaki kurang ajar,, siapapun harus melewati mayatku terlebih dahulu,,, berulang kali Bastian meminta maaf padaku,,, tapi aku sama sekali tak menggubrisnya,,, aku sudah terlalu marah padanya,, semalaman dia menangis di depan pintu kamarku,,, dan tertidur disana
“bas,, bastian” teriakku ketika kubuka pintu dan bastian terjatuh,, pasti kemarin dia tidur bersandar di daun pintu,, ku panggil tapi dia tidak juga bangun
“bas,, kamu kenapa bas?” tanyaku sudah mulai cemas,, aku menggoyangkan badannya,, tapi dia sama sekali tak bergerak,,,
“bas,,, bas” tangisku pecah karena aku melihat wajah adikku pucat dan butir-butir air mata masih tersisa di pelupuk matanya,, pasti dia menangis semalaman,,
“bas,, maafkan koko bas,, kakak tak akan marah lagi bas,, tapi tolong bangun bas,,, bangun bas” bastian sama sekali tak bergerak,, segera ku papah adikku menuju puskesmas,,,
“ko,, maafkan bastian ko” suara bastian terdengar parau,,
“iya bas,, koko maafkan kamu,, sudah bas,, kamu jangan banyak ngomong,, kita ke puskesmas sekarang…
“tapi tubuhku berat ko,,,” bastian masih bisa bercanda di saat seperti ini
Aku tersenyum karena aku yakin bastian tak akan kenapa-kenapa,, aku memapah dia sampai ke puskesmas dan segera mendapat perawatan dari dokter,,
“maaf kan bastian ko,, bastian janji tak akan mengecewakan koko lagi,, bastian janji”
“iya bas,, koko percaya,, maaf karena koko sudah marah sama kamu,, koko tak berhak untuk ikut campur dalam pilihan kamu,, koko ikhlas bas kalau kamu memilih jalan ini,, tapi satu yang koko harapkan,, kamu jangan melangkah terlalu jauh,, koko tidak mau kamu terjerumus kedalam jurang hitam,,,”pesanku pada bastian sambil menangis,,, aku sangat sedih dan hancur,,, tapi untuk adikku akan aku lakukan apapun,,,,
“iya ko,, bastian janji,,, bastian memang gay ko,, tapi bastian tak pernah berbuat hal yang macam-macam” janjinya padaku
“iya bas,, koko percaya pada kamu,,,” aku memeluk bastian erat dan mencium keningnya..
Bastian selalu memegang janji,, dia tak pernah mengecewakan aku sama sekali,,, dia juga tak pernah terlihat jalan berduaan dengan siapapun selain dengan teman-temannya…
Kejadian itu sudah 2 tahun berlalu dan sekarang bastian sudah kelas 3 SMA,,, sebentar lagi dia akan menghadapi ujian nasional… aku yakin dia bisa mendapat yang terbaik
##################################################
Aku tersedak mendengar pengakuan dari bastian,, makanan yang tadi aku kunyah yang sudah masuk di tenggorokanku sampai muncrat semua,, dengan cepat kusambar air yang terletak di meja makan dan segera meneguknya
“kenapa kamu baru bilang sekarang bas?” tanyaku dengan wajah memerah karena tersedak tadi
“maaf kan aku ko” kata bastian sesal
aku masih terdiam di meja makan,,, aku tak tahu apa ekspresi yang harus aku tunjukan sekarang, apa aku harus senang. Sedih atau marah..
“ko, aku benar-benar minta maaf, aku takut jika aku bilang duluan, takut ko tak akan mengizinkan” kata bastian penuh sesal
“pergi!” bentakku pada bastian
Aku tak menoleh lagi pada bastian,, aku tak berani menoleh wajahnya,, aku langsung masuk kamar dan mengunci pintu
Dalam kamar aku menangis,, aku tak pernah membentak bastian dari kecil,, saat kejadian itu,, kejadian yang buat aku tak bisa tidur dalam satu minggu,,
dan kejadian yang aku anggap mimpi paling buruk dalam kehidupanku,,,saat kecelakaan yang merenggut kedua orang tuaku itu,,,, aku masih ingat betul bagaimana kata-kata terakhir mereka
“hen,, mama titip bastian, kamu jaga dia baik-baik,, mungkin mama tak bisa mengajari kalian lagi,, kamu sekarang sudah besar, maafkan mama nak”
pesan dari mamaku sebelum beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir,, aku yang saat itu baru lulus SMP tak tahu apa yang harus aku lakukan,,
yang aku bisa hanya menangis,, saat itu bastian baru berumur 3 tahun,, dia masih belum tahu apa yang terjadi dengan orang tuanya,,,,
Aku terus menangis,, bagaimana aku bisa meneruskan hidupku tanpa orang tuaku,,,
“ko,, buka pintunya ko, aku minta maaf dengan koko” sesal bastian,, dia terus saja mengetuk pintu kamarku sambil menangis,,,
Aku tak mampu membukanya, aku tak mau bastian melihat kalau abangnya yang selama ini selalu dia banggakan menangis di depannya, aku tak mau di anggap lemah oleh adikku sendiri,, adik yang paling aku sayangi,, karena dialah titipan dari orang tuaku,,,,
Aku terus menangis,, air mata ini jatuh tak mampu terbendung,,, aku juga heran pada diriku,,
sudah belasan tahun aku tak pernah menangis,, yang aku ingat terakhir aku menangis yaitu di makam orang tuaku saat mereka dikuburkan,
dan dari saat itu aku sudah tak pernah menangis lagi,, bahkan aku selalu tegar manakala melihat temanku melanjutkan studi mereka sampai jenjang yang lebih tinggi, sedang aku hanya sampai SMP saja,,
bukan aku tak mau melanjutkannya,, tapi aku tak mempunyai biaya sama sekali,, tak ada uang yang aku pegang,,
salah satu peninggalan orang tuaku hanya rumah ini,, rumah yang ber atap kan daun dan berdinding papan yang sudah bolong,,,
dari puluhan tahun yang lalu sampai sekarang,, rumah ini tak pernah di renovasi sedikitpun,, boro-boro mau di renovasi,,
uang untuk makan saja aku sudah mencari nya dengan susah payah,,, saat aku harus menjadi pencuci piring di warteg bu rina,
pengantar Koran di pagi hari ,, sampai aku dapat pekerjaan dengan gaji yang lumayan sampai bisa menyekolahkan adikku sampai selesai SMA ,,,
meskipun gaji yang kudapat tak terlalu besar untuk seorang buruh pabrik,, tapi aku selalu bersyukur kepada Tuhan karena memiliki adik yang sangat mendukungku,, bastian tak pernah mengeluh,,
dia sebenarnya tak mau melanjutkan ke SMA,, tapi aku terus memaksanya,, aku tak mau nasib bastian sama sepertiku,,
aku ingin dia menjadi orang yang sukses,, aku tak mau dia menjadi buruh,, tak apa aku yang menjadi buruh,
asal adikku bisa bekerja dengan dasi yang terlilit di lehernya,,, aku akan sangat bangga dan dapat menyobongkan adikku kepada semua orang yang memandang rendah kami,,,
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….
Apa aku sudah terlalu egois dengan seperti ini,, aku harus merelakan bastian pergi,, semua ini juga untuk cita-citanya,,
aku harus membuka pintu dan bilang sama dia bahwa kokonya ini setuju dia pergi ke jepang,,,, walau mungkin ini yang terakhir bagiku…..
Aku menghapus air mata yang dari tadi jatuh,, aku menghapus juga duka yang selama ini aku pendam,, aku tak boleh egois,, aku ingin dia bisa sukses,,,, perlahan aku menjangkau ganggang pintu dan membukanya,,,,
Sebelum aku membuka kamar ku aku merasa semua menjadi gelap,, aku jatuh dan tak ingat apa-apa lagi,, yang aku ingat hanya sakit di kepalaku yang sakit terbentur lantai,,,
“sudah siuman pak?” Tanya seorang suster yang sedang menyuntikan obat ke dalam infus,, aku tersenyum kepada suster itu,, dan kualihkan pandanganku sekeliling ruangan asing ini,,
ini bukan rumahku,, aku tertidur di ranjang dan tanganku di infus,, rasa pusing di kepalaku belum juga menghilang,,,
“kenapa saya bisa disini sus?” tanyaku pada suster itu
“kemarin bapak pingsan, dan adik bapak yang membawa bapak kesini,, kasihan dia,, sudah tiga hari dia menunggu bapak disini” kata suster itu seraya tersenyum
“dimana adik saya sus?”
“mungkin sedang ke apotek dibawah untuk menebus obat bapak, saya permisi dulu pak”
Kasihan bastian,, dari mana dia dapat uang untuk menebus obatku,, dia tak bekerja,, dan uangku juga sudah tak banyak, apalagi untuk mengurusi penyakit laknat ini,,,
.. ……………………………………………………..
…………………………………………………………
“maaf hendra, saya sangat menyesal harus mengatakan ini” kata dokter heru saat aku mengunjungi tempat prakteknya 3 bulan lalu,, saat itu aku batuk-batuk sampai mengeluarkan darah,,
aku sebenarnya malas mau kedokter,, setiap di suruh bastian, aku selalu beralasan kalau aku baik-baik saja,,
bukannya aku tak mau ke dokter, tapi aku tahu jika pergi ke dokter harus mengeluarkan biaya yang mahal dan sebaiknya uang yang sudah ku kumpulkan dengan susah payah di pakai untuk biaya ujian bastian
Karena terus di desak oleh bastian, jadi dengan menggunakan kartu askes, aku pergi ke klinik dokter heru,,
Bagai petir di siang bolong saat aku dengar kata-kata yang paling menakutkan yang pernah aku dengar
“maaf hen,saya harus bicara jujur denganmu,paru-paru kamu sudah rusak,, kamu terserang kanker paru-paru stadium akhir, maaf waktu kamu mungkin tak lama lagi”
kata-kata dokter heru langsung menghujam jantung dan jiwaku
Rasanya dunia ini bagai runtuh,,, aku tak merasa lagi kalau sedang berpiijak di sini,, aku merasa jiwaku sudah terbang di bawa angin yang tak tau kemana arahnya
“hendra” panggil dokter heru membuyarkan lamunanku
“berapa lama lagi saya bisa ada di dunia ini dok?” tanyaku pada dokter heru, aku sama sekali tak menangis saat itu,,
aku tak akan menangis dengan masalah seperti ini,, aku tak takut mati, bagiku aku juga sudah mati dengan orang tua ku 15 tahun yang lalu, yang aku pikirkan sekarang hanya bastian, bagaimana hidup bastian tanpaku?
“mungkin sekitar 4 bulan lagi hen” kata dokter heru penuh sesal
Aku terdiam sesaat,, dan setelah itu, aku kembali tersenyum,
“bagaimana saya bisa terserang kanker ini dok,, saya sama sekali tak pernah merokok, menyentuh rokok saja saya tak mau dok”
“bukan hanya rokok sebagai faktornya Hendra, kamu tempat kamu bekerja di penuhi dengan debu dan kotoran, serta kamu sering menghirup udara yang tercemar rokok, perokok pasif memiliki resiko lebih besar dari perokok aktif hen” kata dokter menjelaskan panjang lebar
“ya dok,, teman-teman saya semua merokok” kataku dengan lelah,, aku merasa sangat lelah dengan kenyataan ini,, aku berharap ini hanya mimpi saja
“kamu harus sering datang untuk chek up dan mengambil obat” kata dokter heru lagi,, aku hanya tersenyum kecut,, tak mungkin aku akan datang lagi,, aku tak punya uang untuk membayar semua biaya perawatan lagi..
“dok,, saya minta tolong,, jangan beritahu masalah ini dengan adikku”
dokter heru mengangguk, aku tersenyum dan keluar dari ruang praktek dokter heru,,
dokter heru sangat baik, dia tak menerima uang dari ku,, dia bilang orang tuaku juga pernah berjasa dalam kariernya sekarang,berkat orang tuaku,dia bisa jadi dokter,, orang tuaku pernah memberi bantuan padanya, jadi dia bilang kepadaku untuk jangan segan jika memerlukan bantuannya…
“gimana ko?” Tanya bastian yang dari tadi menunggu di luar ruangan dokter heru
“nggak apa-apa kok bas, Cuma batuk biasa” kataku sambil tersenyum
“dokter heru baik sekali, tadi dia mengajak koko mengobrol, sampai-sampai koko lupa waktu, maaf ya kamu sudah menunggu lama” aku memaksakan untuk tetap tersenyum di depan bastian
“nggak apa-apa kok ko, aku senang jika koko ku sehat-sehat saja” kata bastian sambil tersenyum, kami jalan bareng di koridor yang panjang ini,,
maaf kan koko bas,, koko terpaksa membohongi kamu,, koko tak mampu lihat kamu terluka, apalagi kamu harus ujian,,,,
….. …………………………………….
#######################
Aku menghela nafas,,, rasanya untuk menarik nafas dan menghembuskan saja sudah sangat berat bagiku,, kulihat ruangan ini,, rumah sakit yang masih menyimpan kenangan pahit bagiku saat harus melihat orangtua ku tertidur untuk selamanya,,,
“ko, sudah bangun?” Tanya bastian saat masuk kedalam ruanganku dan langsung memelukku,
“sudah bas,, maafkan koko ya atas kejadian kemarin, koko gak maksud untuk membentak kamu”
“sudah ko, aku gak pikirin itu kok, yang penting koko baik-baik saja” senyum bastian
“bas, koko sudah putuskan, kamu boleh ke jepang untuk melanjutkan studi kamu”
“benar ko?” Tanya bastian sumringah,, adikku ini memang pintar,, dia mendapatkan beasiswa full ke jepang untuk melanjutkan studinya,, aku seharusnya gembira mendengarnya kemarin,,
tapi karena penyakitku ini aku jadi tak tahu apa sikap yang harus aku tujukan,,, aku tak boleh egois,, bastian tak perlu mengurusi koko nya yang sedang sakit dan tak berguna ini
“makasih ya ko” bastian langsung memelukku,,, aku senang jika adikku ini senang, walau mungkin aku tak bisa lagi melihat senyumnya lagi,, aku senang karena sudah menjalankan amanat Dari papa dan mama,,,
“koko mau keluar dari sini bas, koko sudah baikan, kemarin hanya pingsan biasa saja” kataku
“tapi ko, koko kan masih belum sehat”
“gak apa bas, kita tak punya banyak uang untuk membayar rumah sakit, lebih baik koko keluar saja” desakku pada bastian,, dan bastian mengalah,, dia tahu, aku adalah orang yang berpendirian teguh,,
dan jika aku sudah bilang keluar, maka aku harus keluar,, bastian sudah hafal sekali dengan sifatku yang keras ini sehingga dia tak lagi menghalangiku,,
setelah berbicara dengan dokter heru, akhirnya aku di izinkan pulang,, dokter heru yang akan membayar biaya rumah sakit selama aku di rawat,, tak henti-henti aku berterima kasih kepadanya,,,,
…. ………………………………..
“ko,, besok kami sudah ambil amplop kelulusan, koko yang wakilkan aku ya” pinta bastian
“tentu saja bas,,koko pasti akan hadir”
“makasih ya ko” kata bastian lagi
Aku hanya tersenyum padanya, dan menuju ke kamarku
.
Setelah beberapa kali mengunjungi praktek dokter heru, aku merasa lebih nyaman,,, sebenarnya aku juga tak ingin merepotkan dokter heru,, karena dia selalu tak mau aku membayarnya,, kalau aku tak datang ke tempat prakteknya,, dialah yang akan datang kerumah untuk memeriksaku,,
akhirnya karena takut keadaanku di ketahui bastian,, aku jadi harus ke tempat praktek dokter heru seminggu sekali,,,
“hendra, kamu harus berhenti bekerja,,atau keadaan kamu akan semakin parah” saran dokter heru saat aku mengunjungi prakteknya beberapa minggu yang lalu saat keluar rumah sakit,, aku juga sebenarnya ingin berhenti,,
karena debu-debu yang bertaburan di sepanjang lokasi proyek bangunan itulah yang menjadi penyebab utama penyakit laknat ini,, aku hanya tersenyum kecut mendengar saran dari dokter heru,,
aku tak mungkin berhenti,, jika aku berhenti,, aku dan bastian mau makan apa?? Mau makan pasir ? Dan mana ada juga yang mau mempekerjakan orang berpenyakitan sepertiku ini,, apalagi pendidikanku hanya sampai sebatas SMP,,,
….
Sudahlah mending aku tidur saja, aku harus mempersiapkan diri untuk mewakili adikku mengambil amplop kelulusannya besok,,,,,
“ko, bangun ko” terdengar suara ketukan pintu dari luar,, kulirik jam di kamar sudah pukul 6 pagi,, dengan malas aku berjalan membuka pintu
“ko,, ayo cepat mandi,, kan mau jadi wali aku,, acaranya jam 7, aku juga sudah masak, jadi kita sarapan bareng ya ko” senyum bastian sumringah,,
“ya bas, tunggu ko di meja makan, ko mau mandi dulu” bastian meninggalkan kamarku dan aku menuju kamar mandi yang berada di luar rumah,,
Uhhukkk uhukkk aku terbatuk,, ada sesuatu yang keluar dan membasahi tanganku yang aku pakai untuk menutup mulutku saat batuk tadi,,,
Darah,,, ya darah,, aku bahkan sudah tak heran ketika darah ini keluar,, bahkan hampir setiap hari ada saja darah yang keluar dari mulutku,, dengan cepat aku cuci tanganku,, aku tak mau sampai bastian melihatnya,,,
Segera aku mandi dan memakai pakaian dan menyusul bastian di meja makan..
“wah,,koko aku hari ini cakep banget” puji bastian saat aku mau duduk,, aku hanya tersenyum dan segera menyendokan nasi goreng yang di buat bastian untukku,,,
………
Bangga,,,,, hanya itulah perasaanku sekarang melihat adik yang sudah aku besarkan dengan susah payah mendapat predikat terbaik sekota pontianak,,,,
Tak sia-sia pengorbananku selama ini,,, ma,,pa,, aku sudah menjalankan tugasku dengan baik,,, sekarang bastian sudah berhasil mendapat predikat terbaik dan dia juga berhasil mendapat beasiswa ke jepang,,
mama dan papa pasti akan sangat bangga padanya,,,,,,, tiba-tiba saja aku merasa pandanganku kabur dan aku sudah tak merasakan apa-apa lagi……..
================================================
BASTIAN SIDE………..
.
Senang sekali aku hari ini karena berhasil mendapat peringkat terbaik dalam acara kelulusan sekolahku,,, apalagi yang jadi waliku adalah koko ku yang paling aku sayangi di dunia,,
karena dialah yang menjadi inspirasiku,, dia yang menjadi tumpuanku,,, hari ini dia berdandan rapi untuk mengambil hasil kelulusanku,,,,,
aku tahu kalau ko hendra sedang kurang sehat,, aku juga tahu penyakit yang di deritanya,,, maaf ko,, dokter heru sudah cerita padaku saat koko sakit,,
. …
“bastian,, keadaan koko kamu sudah dalam keadaan sangat berbahaya,, sebenarnya hendra tak mengizinkan saya untuk menceritakan kepadamu,, tapi saya tak bisa tinggal diam” kata-kata dokter heru saat ko hendra di rumah sakit waktu itu
“ada apa dengan koko saya dok?” tanyaku cemas,, baru kali ini aku cemas seperti ini,, aku merasa akan ada kejadian yang memilukan,, apalagi dengan raut wajah dokter heru yang sedih seperti ini
“abang kamu terserang kanker paru-paru, dan mungkin hidupnya sudah tidak lama lagi” hancur rasanya dunia yang sedang aku pijak ini,,, bagaimana mungkin koko yang sangat perkasa seperti ko hendra bisa terkena kanker ,,,,
aku berjalan lunglai keluar dari ruangan dokter heru dan kembali ke ruang perawatan ko hendra,, saat mendengar suster Ina kalau ko hendra sudah siuman aku langsung menuju ke kamarnya,, dengan menghapus air mata di pipiku,, dan pura-pura tak terjadi apa-apa,, aku tak mau ko hendra semakin cemas padaku,,,,,
Dan pagi ini,,, aku juga melihat ko hendra muntah darah di kamar mandi,, batuknya sangat keras sehingga aku yang sedang diruang makan segara menuju kamar mandi,,
dan kulihat ko hendra mencuci tangannya yang berlumuran darah,, air mataku tak dapat terbendung lagi melihatnya,, tapi aku harus tegar,, ko hendra saja bisa tegar,, aku juga harus tegar,,, aku segara kembali ke ruang makan setelah ko hendra mandi,,,
Dan sekarang,,, ku lihat ko hendra berdiri sambil tepuk tangan dengan bangga setelah mendengar namaku di sebut oleh kepala sekolah,,,, ini adalah hal yang paling membanggakan dalam hidupku,,,,
dan ku lihat juga ko hendra menghapus air matanya yang jatuh di sudut matanya saat aku berdiri di depan menerima penghargaan yang di berikan oleh pak Rosio……
Semuanya hancur saat ku lihat dengan mata kepalaku sendiri, ko hendra jatuh kelantai,, aku langsung lompat dari atas panggung menuju ko hendra,,, sambil berteriak dan kulihat semua orang panik, mereka membantu membawa ko hendra ke rumah sakit……
…
Sudah 3 hari aku menunggu ko hendra disini,, koko ku yang paling kusayang belum juga menunjukan tanda-tanda akan siuman,,
dokter juga sudah berupaya dengan segala macam cara,, aku tak peduli aku harus mendapat uang dari mana,, aku bisa kerja apa saja, asal ko hendra bisa selamat dan berkumpul kembali denganku,,,
Aku berjani tak akan pernah meninggalkan koko,, aku juga sudah putuskan untuk tak mengambil kuliah ke jepang,, meskipun ini adalah cita-citaku dari kecil,, tapi ko hendra lebih penting,, dan saat ko hendra mengizinkanku untuk ke jepang,, aku hanya pura-pura senang saja waktu itu,, aku tak mungkin meninggalkan koko di sini sendiri,, koko adalah orang terpenting dalam hidupku,,,
“bastian, abang kamu sudah sadar” kata dokter heru yang menemuiku di ruang tunggu rumah sakit
“benar dok?” Dengan cepat aku berlari menuju kamar perawatan ko hendra,,,
“ko,, bagaimana perasaan koko sekarang?” tanyaku sendu,, air mata yang sudah aku tahan selama 3 hari ini tertumpah ruah,,,aku sudah tak sanggup melihat penderitaan yang dialami ko hendra
“koko baik-baik saja bas, kamu jangan cemas” kata ko hendra menghiburku sambil menghapus air mata di pipiku
“koko jangan bohong,, aku sudah tahu keadaan koko” aku tak mampu lagi menyimpan rahasia ini
“maaf kan koko bas,koko gak mau kamu cemas dan merepotkanmu”
“kenapa koko bicara seperti itu, koko tak pernah merepotkan ku,, malah aku yang merepotkan koko” tangisku semakin menjadi saja
“sudah bas, kamu jangan menangis,,, minggu depan kamu sudah harus ke jepang, kamu harus tegar,, koko tidak apa-apa disini”
“nggak ko, aku tak mau ke jepang, aku mau disini menemani koko”
“kamu jangan begitu bas, kamu harus mengejar cita-cita kamu,, gak mudah untuk mendapat beasiswa ke jepang,, kamu jangan sia-siakan itu,,,
“tapi ko, aku harus menjaga koko disini” aku terus bersikeras
“bas, dengar kata-kata koko,, kalau kamu masih sayang sama koko,, kamu harus ke jepang,, koko akan hidup sampai kamu kembali lagi kesini”
“gak mau ko,, aku gak mau,, aku mau menemani koko” aku kembali bersikeras
Plakkkkk,,, sebuah tamparan mendarat dipipiku,,, memang tak keras,, tapi aku merasakan sakit yang luar biasa di hatiku,,ko hendra menamparku
“maafkan ko bas,, koko gak bermaksud” kata ko hendra terpotong karena dia kembali batuk darah
“ko,,, koko,,ko,,,,” tangisku semakin menjadi saat darah segar keluar dari mulut ko hendra,aku memeluk ko hendra sambil menangis menjerit
“ya ko, aku janji akan ke jepang, aku janji”
“bas,, maaf kan koko” kata ko hendra saat setelah batuknya reda
“aku yang harusnya minta maaf ko,, aku tak seharusnya membuat koko marah,, aku akan mendengarkan apa yang koko bilang,, aku tak akan pernah membantah koko lagi”
“trima kasih bas,, koko sayang sama kamu, kamu harus berjanji akan menjadi orang yang sukses”
“iya ko, aku janji,, aku akan membanggakan koko” aku menggenggam erat tangan ko hendra,,,
“ma, pa,, aku sudah akan datang, tunggu aku disana” terdengar suara ko hendra yang berbicara ngawur
“ko,,,” sapaku pelan
“de,, ingat janji kamu,, ko akan tenang jika kamu sudah menjadi orang sukses”
“ya ko , aku janji”
Itulah kata-kata terakhir yang aku dengar dari mulut ko hendra sebelum dia menutup matanya dan tidur dalam keabadian,,,,
tangisku langsung pecah seketika ko hendra tak bisa membuka matanya lagi untuk selamanya,,, dan sekarang giliranku untuk memenuhi janjiku pada ko hendra,,
aku harus membuat ko hendra bangga padaku,, setelah acara pemakaman ko hendra,, aku langsung pergi ke jepang meninggalkan kota pontianak,,kotaku dan ko hendra di besarkan,, selamat jalan ko hendra,, semoga koko tenang di sisi-Nya,, dan aku berjani akan memenuhi janjiku pada koko,,,,,,,
********
terima kasih semua sudah berkenan membaca cerpen aku ini,, terima kasih juga buat yang sudah mau memberi komentar, a
Always love your parents, brother and sister,, and do the best for them…….
SALAM Atwil
Comments
malu nangis d warnet :")
1. Ide ceritanya udah 'membumi'. Bukan sesuatu yang bru, sehingga akhirannya (relatif) bisa tertebak!
2. Komanya double2 ?
3. Aku suka dg sikap dokter yang ngadu ke adik. Manusiawi !
4. Aku kasih 3 dari 5 bintang
5. Ditunggu cerita berikutnya kak wil.
@Atwil :hebaaaaaaaaaaaaaaatttt bisa bikin aku mewek abis..
oea lam kenal....
he's back... :-)
ditunggu cerita lanjutannya wil...
.....
mungkin bisa dikasih jarak enter gituh,
antara satu baris ke baris lainnya
maf ya komplen,,,hhehehe
mengajarkan kita buat cinta keluarga
gw cetak ah
bahasanya juga enak dibaca.
saya terharu T_T