BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Brother 4 ENDING

245

Comments

  • Thanks semua
  • Thanks semua
  • cerita yang lain dong bro, serasa baca cerpen remaja
  • *berharap punya Koko kaya dia
    so sweeet >.<
  • Msh ad lnjutan kok
  • masih ada?!.....aku tunggu deh...
  • siiippp
  • Ini adalah cerita lanjutan dari BROTHER, dan bagi yang belum membaca seri pertama mungkin sedikit kebingungan jika langsung baca sesi ini, jadi silahkan baca dulu yang sesi pertama ada di bawah,,, mungkin sudah cukup dalam terkubur karena banyaknya cerita disini hehehehe,,, selamat membaca, semoga dapat menghibur dan bermakna

    +
    Hujan gerimis membasahi tubuhku, tapi aku masih tak ingin beranjak dari makam koko ku, aku masih ingin berada disini dan mengutarakan semua isi hatiku kepadanya, sudah lebih dari 5 tahun dia terbaring dalam ke abadian, sudah 5 tahun pula aku tak bersamanya, hari-hari yang telah aku lewati terasa hambar tanpa ko hendra di sampingku, aku selalu merasa kosong, tak ada yang membelaku disaat aku ada masalah, tapi aku tetap percaya ko hendra selalu menjagaku disana,

    “ko, aku sudah pulang, aku sudah menepati semua janjiku ko, aku sudah lulus di universitas Tokyo, aku yakin koko bangga padaku, maafkan Bastian ko karena tak bisa menjenguk koko, pasti koko kesepian kan disini sendiri? Tapi koko tenang saja, mulai dari sekarang Bastian akan selalu bersama koko, Bastian akan sering datang menjenguk koko, Bastian sayang sekali sama koko” entah kenapa air mataku sulit untuk aku tahan agar tak membanjiri wajahku, air hujan yang turun juga semakin deras, langit juga merasakan kesepianku saat ini, masih ku ingat semua kenangan manisku bersama ko Hendra yang tak pernah aku lupakan,

    “ko, koko ingat kan kalau koko bilang mau bawa Bastian jalan-jalan ke Disney land? Koko masih ingat kan janji itu, janji yang koko ucapkan karena aku tertabrak sepeda waktu aku pulang sekolah? Kenapa koko ingkar janji? Kenapa ko? Sekarang Bastian sudah ke sana, tapi hanya Bastian sendiri, tak ada yang menarik disana ko, Bastian juga heran kenapa waktu itu Bastian sangat senang waktu koko janji akan membawa Bas kesana, padahal tak ada yang menarik ko, apa mungkin Bastian senang karena ada koko? Bastian hanya ingin koko”

    “koko masih ingat kan kalau koko janji untuk selalu menjagaku? Koko ingat? Aku sangat senang waktu itu, aku tak peduli tak punya apa-apa, yang aku ingin hanya ko Hendra selalu ada untukku, ko, Bastian kesepian ko? tangisku di makam abadi ko Hendra.

    “ko, apa koko senang di sana? Apa Tuhan menjaga koko? Bastian selalu berdoa untuk koko setiap hari, ko, Bastian kangen , maaf ko karena Bastian selalu menyalahkan Tuhan karena telah mengambil koko begitu cepat, Bastian tak sanggup tanpa koko disamping Bastian. Apa Bas salah ko? Ayo ko jawab!”

    Hujan semakin deras, membasahi semua pakaianku, membasahi hatiku, pandanganku kabur dan semua jadi gelap.

    “ko, ini benar koko?” serasa aku tak percaya ko Hendra sekarang ada di depanku, dia mengulurkan tangannya dan segera ku sambut hangat tangannya,

    “Bastian, kamu jangan lemah de, kamu harus kuat, koko selalu ada disampingmu bas” ko Hendra tersenyum padaku dan aku juga tersenyum

    “iya ko, Bastian janji akan lebih kuat lagi ko tapi koko jangan pernah tinggalkan Bastian!’”pintaku pada ko Hendra, ko Hendra tersenyum, damai, itulah yang kini aku rasakan bersama dengan ko Hendra abang terbaik di dunia.

    “Bas, koko senang karena kamu sudah kembali, koko bangga padamu bas”

    “iya ko, Bastian janji akan selalu membuat koko bangga, bastian janji”

    “ko, koko kemana, koooooo” teriakku ketika tubuh ko Hendra berubah menjadi bayangan aku mencoba mendekapnya tapi tak dapat ku gapai, tubuhnya semakin menjauh, aku ingin mengejarnya tapi aku tak bisa, kakiku tak dapat di gerakan,

    “koooooo, jangan tinggalkan Bastian ko” aku terus berteriak dan ko Hendra tersenyum, tubuhnya hilang dibawa kabut putih

    “kooooooooooooo”

    “mas, bangun mas, mas tidak apa-apa?” suara lelaki terdengar sayup-sayup di telingaku

    “mas” suara itu kembali terdengar dan ku rasa ada yang menggoyang tubuhku, aku terbangun, ternyata semua hanya mimpi, mimpi yang sangat indah

    “mas , kenapa tidur disini?” kupandangi lelaki itu, dengan wajah cemas dia menatap padaku

    “mas tidak apa-apa?”

    “iya pak, saya tidak apa-apa” aku mencoba meyakinkan lelaki itu yang kemungkinan adalah penjaga kubur, ku pandangi makam ko Hendra lagi, makam yang tampak lusuh karena hanya sebuah nisan yang tertancap di tanah, berbeda dengan nisan yang ada di samping yang terlihat besar dan sangat megah, yang mungkin pembuatannya sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Tapi makam ko Hendra hanya di buat biasa karena aku tak punya uang untuk membuatkan nisan yang indah untuk ko Hendra, makam ko hendra semua adalah bantuan dari dokter Heru, dokter yang sangat baik yang sudah banyak membantu kami. Membantuku dan juga ko Hendra. Bahkan dokter Heru lah yang membantu semua saat aku pergi ke jepang 5 tahun yang lalu.

    “ko, bastian pulang dulu ko, Bastian janji akan sering datang untuk menemani koko” aku beranjak dan meninggalkan makam ko Hendra dan memberikan sedikit uang untuk penjaga makam tadi untuk merawat makam ko hendra.

    #######################################################

    “pak, ada yang mencari bapak” suara dari sekretarisku terdengar di ujung telpon, sekarang aku adalah manager dari perusahaan yang melayani import dan ekspor yang cukup terkemuka di kotaku Pontianak, aku yang masih muda sudah di percayakan sebagai manager di perusahaan ini membuat banyak karyawan yang terlihat segan padaku, tapi aku selalu mencoba bersikap ramah pada mereka, semua yang ku dapat juga berkat ko Hendra. Perjuangan ko Hendra yang tak pernah putus adalah inspirasi terbesarku untuk bisa mengatasi semua masalah yang datang padaku, meski semua memang kadang terasa berat karena tak ada ko Hendra disampingku.

    “siapa des?” tanyaku pada sekretarisku

    “namanya James Ioto pak, dan dia bilangnya dari jepang, tapi beliau belum ada janji dengan bapak”

    James Ioto? Apa mungkin dia,, dengan cepat aku berlari keluar ruanganku dan mendapati seorang lelaki sedang duduk di sofa sambil tersenyum melihatku

    “james?” kataku tak percaya, segera kupeluk dia dan mempersilahkan dia masuk ke dalam ruanganku

    “des, kalau ada yang mencari saya, bilang saja saya sedang ada meeting” instruksiku pada desi

    “ya, baik pak”

    “come on James” aku memberikan instruksi kepada james untuk ikut masuk ke ruanganku

    James Ioto, sahabat terbaikku selama di Jepang, dia juga sudah aku anggap seperti koko ku sendiri karena wajahnya agak sedikit mirip dengan ko hendra dan sifat nya yang penyayang, mudah bagiku untuk berteman dengannya, aku tinggal satu asrama dengannya sewaktu kuliah di Tokyo, dia adalah seniorku, saat aku pertama menginjakan kaki di jepang, dialah orang yang pertama yang aku kenal, sikapnya sangat ramah padahal dia adalah seniorku yang sudah semester 3. Dia juga orang Indonesia yang berkuliah di jepang, ayahnya berkebangsaan Indonesia dan ibunya berkebangsaan Jepang, dia dari kecil sudah menetap di Indonesia, tetapi semenjak orang tuanya bercerai dia memilih untuk pindah bersama ibunya di jepang.

    +++++++++++++++JEPANG++++++++++++++++

    Pesawat yang ku tumpangi sudah mendarat dengan mulus di Kota sakura Jepang, aku sedikit takut untuk melangkahkan kakiku, untunglah ada foto ko hendra yang selalu aku bawa

    “ko, Bastian sudah sampai di Jepang, Bastian akan membuktikan kepada koko kalau Bastian bisa dan mampu untuk melakukan yang terbaik, Bastian janji untuk membuat koko bangga” kulihat semua penumpang turun dari pesawat aku juga turun dan setelah membawa barangku aku mencari orang yang menjemputku.

    “BASTIAN LIEM Indonesia” kulihat seorang lelaki menggangkat papan nama yang bertuliskan namaku, segera aku menyapanya,

    “Sorry, I’m Bastian liem from Indonesia” sapaku kepada lelaki itu, dia tersenyum padaku, senyum yang begitu hangat. Dia terlihat masih sangat muda, mungkin seumuran denganku, wajahnya putih bersih dan tingginya sepantaran denganku.

    “Hi, I’m James, ok let’s go” kembali dia tersenyum padaku dan mengisyaratkan aku untuk mengikutinya, aku mengikutinya sampai ke mobil

    “hi James, where are we go?”tanyaku dengan bahasa inggris yang belum terlalu fasih,

    “kita akan pergi ke KBRI yang ada di Jepang, setelah mendaftarkan nama kamu, kita akan ke Yayasan yang memberikan beasiswa ke kamu dan kita akan ke asrama untuk mendaftarkanmu setelah itu ke kampus untuk registrasi, setelah itu kamu bisa istirahat” jelas james panjang lebar dengan bahasa Indonesia, aku yang mendengarnnya terdiam, James tertawa melihatku melongo

    “lho, kamu bisa bahasa Indonesia” tanyaku seakan tak percaya dengan bahasa yang barusan aku dengar,

    “ya, aku kan lahir di Indonesia” jawab James sambil tersenyum

    “kok gak bilang dari tadi, kalau aku tahu kamu bisa bahasa Indonesia kan aku gak perlu kikuk dengan bahasa inggrisku yang kacau

    “hahaha ya aku sengaja mau kerjain kamu hehehhe” tawa james terdengar garing,, aku juga ikut tertawa, setelah menyelesaikan semua yang di kerjakan hari ini, james membawaku ke asrama,

    “lho, kok ada foto kamu di dinding ini james?” tanyaku heran pada james

    “iya, aku kan juga kuliah disini, dan kita sekamar” aku sangat senang mendengar kata-kata dari james,kupandangi lagi fotonya yang ada di dinding, senyum yang sama yang sekarang aku lihat, sangat indah, aku sampai terpanah melihatnya

    “bastian” tegur james saat aku tertegun memandang fotonya, aku jadi malu sendiri ketahuan memandang fotonya, mungkin pada saat itu wajahku sudah sangat merah.

    “eehh iya james”jawabku malu sambil tertunduk

    “sini aku kenalin dengan teman-teman yang lainnya” bastian mengajakku berkenalan dengan yang lain yang juga sekamar dengan kami. Ada Mike yang berasal dari Australia, dia juga baru datang 2 hari yang lalu, dia juga mahasiswa baru. Ada lagi Samuel yang berasal dari Filipina, dia sama seperti james yang sudah masuk ke semester 3.aku berkenalan dengan mereka satu persatu, mereka terlihat sangat welcome padaku, aku juga jadi lebih tenang.aku meletakan barang-barangku di lemari dan meletakan foto ko Hendra di samping kasurku, kasurku di atas dan james di bawah., sedangkan Samuel dan Mike di sebelah ujung.

    “ayo Bastian kita makan dulu”ajak James padaku

    “ok”

    “ko, koko bisa tenang sekarang, disini bastian sudah punya teman, james namanya, dia orangnya baik ko, tapi koko tenang saja, Bastian akan pegang janji bas untuk bertanggung jawab pada hidupku, bastian gak akan kecewakan koko seperti dulu, bastian janji ko” kutatap fotoku, air mataku menetes, aku rindu sekali dengan ko hendra

    “bas, kamu nangis?” suara James terdengar dari ranjang bawah, aku kira dia sudah tidur

    “nggak kok james, aku baik-baik saja” aku menolehkan kepalaku ke bawah, terlihat wajah james terlihat cemas,

    “kamu yakin, bas? Kamu bisa cerita kepadaku” wajah james terlihat sangat peduli dan sangat tulus

    “ayo bas, kita keluar jalan-jalan sebentar, mungkin kamu bisa lebih tenang”

    “tapi sekarang sudah jam 2 pagi James” aku masih ragu untuk keluar

    “gak apa-apa kok bas, ayo” aku mengikuti James keluar kamar, aku lihat Sam dan mike sedang terlelap, lucu sekali wajah mereka, aku sedikit tertawa melihatnya. James dan aku duduk di taman sambil melihat indahnya bulan di langit jepang,

    “bas, kamu kenapa?” kamu rindu dengan keluarga kamu di Indonesia?” Tanya James padaku

    “aku rindu abang ku James, tapi dia sudah tak ada lagi, dia sudah bersama Tuhan sekarang” James terlihat tak enak tapi aku berusaha menyakinkannya kalau aku baik-baik saja

    “dia abang terbaikku james, dia yang membesarkanku setelah kepergian orang tuaku ke surga. Tapi kenapa Tuhan juga menjemputnya? Aku benar sendiri James, aku kesepian” air mataku kembali terjatuh, james merangkulku dengan hangat, aku menjadi sedikit tenang dalam rangkulannya

    “kamu tak sendiri lagi bas, ada aku disini, aku janji akan selalu ada untuk kamu, kamu juga boleh menganggap aku seperti abang kamu sendiri, meskipun mungkin aku tak akan sehebat abang kamu”

    “benar james?” aku sangat senang sekali karena james mau menjadi abangku,
    “sejujurnya aku juga kesepian bas, orang tuaku bercerai saat aku masih SMP di Jakarta, aku dipaksa mamaku untuk ikut dengannya, aku sangat kesepian, aku kehilangan semua teman-temanku, dan aku sangat senang sekarang aku punya teman dan adik seperti mu bas” senyum james

    “iya James, aku juga senang sekali”

    “kamu jangan sedih lagi ya Bas, dan setiap kamu ada masalah, kamu harus cerita kepadaku, ok?”

    “siippp bos?” aku tersenyum,,, malam ini aku mengobrol banyak dengan james, james sangat antusias saat aku menceritakan tentang ko Hendra padanya,

    “ko, kamu pasti senang di sana setelah melihat bastian sudah kuat sekarang,perkenalkan ko, ini James, sahabat dan juga koko bastian, tapi koko jangan cemburu ya, karena hanya ko Hendra yang terbaik hehehehe” tawaku saat berbicara dengan foto ko Hendra, kulihat wajah James manyun karena aku mambandingkannya dengan ko Hendra

    “halo, Ko Hendra, sekarang aku sudah jadi koko nya bastian, kamu harus bersaing ketat denganku untuk menjadi koko terbaik untuk bastian mulai dari sekarang” sapa james pada foto ko Hendra

    “huuuhhhh enak saja,,, gak akan ada yang bisa mengalahkan ko Hendra ku” ledekku pada james

    “eeeee,,,, jangan salah,,, gini-gini aku tuh the best” James tak mau kalah, akhirnya kita malah main perang bantal…

    “heiii,, can you stop it?” teriak Samuel yang terganggu dengan suara kami. Aku dan James tertawa dengan wajah Sam yang kesal

    “haha sorry sam” aku meminta maaf pada Samuel.

    “tuh, sudah di tegur”ledekku pada james

    “lho, dia tuh tegur kamu, kan kamu yang lempar aku duluan dan suara kamu yang besar”

    “enak aja, dia marahin kamu tahu” aku masih tak mau kalah dan aku mendaratkan sebuah pukulan bantal di wajah James, kembali dia membalas dan kami kembali saling serang”

    “heeiiiiiiiiiiiiiiiiiii are you crazy? Stop it,,,”Samuel kembali marah dan kulihat Mike juga ikut terbangun

    “hehehehe, sorry sorry”lagi-lagi aku minta maaf sama Samuel dan Mike yang juga sepertinya terganggu

    “like a child” sumpat Samuel lagi dan dia melempar gulingnya tepat ke wajah James, karena tak terima jadi James juga membalasnya dan berhasil di elak oleh Sam, kembali di lembar lagi bantalku oleh James dan lemparannya terlalu tinggi sehingga Mike yang kena, akhirnya malam itu menjadi ajang saling lempar antara aku, james, Sam dan Mike, Bas&James VS Sam&Mike, dan peperangan sengit itu di menangkan oleh aku dan James. Karena terlalu capek kami jadi tertidur.

    Pagi-pagi aku terbangun tetapi tubuhku terasa berat, ternyata ada tangan James yang sedang memelukku, dia sampai tertidur di ranjangku kemarin karena terlalu capek perang bantal. Aku membiar kan dia terus memelukku, aku tak tega untuk membangunkannya, akhirnya aku hanya terdiam, kutatap wajahnya yang begitu damai, dia terlihat seperti anak kecil kalau tidur sererti ini. Ingin aku belai wajahnya, tapi aku tarik kembali tanganku ketika ku ingat ko hendra, aku sudah berjanji kepada ko Hendra untuk tak akan pernah terlibat dalam cinta ini, tapi apa aku jatuh cinta kepada James? Tidak mungkin, aku baru kenal dia dan tak mungkin aku jatuh cinta kepadanya, dia sekarang sudah jadi koko ku dan aku tak boleh punya rasa yang lain padanya.

    “Bas?” suara james membuat aku tersadar dari lamunanku

    “ehhh sorry” James melepaskan pelukannya dari tubuhku, entah kenapa aku merasa lebih senang saat dia memelukku erat seperti tadi, tapi aku tak mungkin di peluknya terus.

    Waktu terus berlalu, aku sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan kampus dan juga asrama, aku mempunyai banyak teman disini, aku mengambil jurusan perekonomian international disini, teman-teman kampus ku rata-rata berasal dari luar Tokyo. Aku juga sudah bisa sedikit berbicara dalam bahasa jepang, seperti menyapa dalam bahasa sehari-hari. Itu juga atas bantuan dari James yang terus mensuportku, James menjadi sahabat terbaikku disini, kemanapun ada James disitu juga selalu ada aku, aku dan james sudah seperti orang yang berpacaran. Tetapi aku juga tetap rindu dan kangen kepada ko Hendra, aku masih sering menangis di malam hari jika mengingat ko Hendra, dan disaat itu selalu ada James yang menghiburku.

    Tahun demi tahun berlalu, sebantar lagi james akan lulus kuliah, aku yang sudah sangat akrab dengannya sangat berat untuk melepas James,

    “Bas, kamu jangan sedih terus dong” hibur james padaku saat aku menangis di kamar,, mungkin aku terkesan cengeng karena sering menangis, tapi aku lebih baik menangis setiap hari dari pada harus berpisah dengan orang yang aku sayang. James terus menghiburku walaupun dia sendiri juga menangis,

    “James, kamu tak akan melupakan aku kan?” tanyaku pada james dengan berurai air mata

    “tentu bas, aku tak akan melupakanmu, aku sayang sama kamu bas, sayang sekali” james memelukku,, kami berpelukan sangat lama, dan tak tahu siapa yang memulai, bibir kami menyatu, bibirnya yang lembut menyentuh bibirku, ini adalah kali pertama ada yang mencium bibirku, kami berpangutan cukup lama, dan saat mataku terbuka aku melihat foto ko Hendra dan segera ku lepas bibirku dari bibir James, James terheran dengan sikapku, tapi aku tak lagi peduli padanya, air mataku kembali menetes karena aku sudah mengecewakan ko Hendra, aku berlari dan membanting pintu kamarku, aku berlari sekencang-kencangnya sambil menangis, aku tak peduli lagi dengan tatapan teman-teman yang lain, aku juga mendengar suara James yang terus meneriakiku… aku tak peduli,, aku hanya bisa berlari menjauh,,,

    Hujan yang turun deras membasahi tubuhku, aku duduk di kursi taman yang biasa tempat aku dan James menghabiskaan waktu,

    “maaf kan Bastian ko, Bastian sudah mengingkari janji, maaf ko” terdengar suara langkah kaki diantara percikan hujan, aku tahu itu pasti James

    “bas, maaf kan aku bas, aku di luar control tadi, maaf bas” aku sama sekali tak menggubris maaf dari James, aku kecewa, tapi bukan kepada dia, aku kecewa kepada diriku sendiri. James berlutut di depanku sambil memohon, aku hanya bisa menangis tanpa bisa berucap, rasanya suaraku sudah hilang di telan hujan yang semakin deras. Ada sekitar 1 jam kami disana dalam hujan dan tanpa kata-kata, aku membiarkan rasa hancurku ini di sapu hujan,James juga sudah berdiam, dia juga sama menangis sepertiku.

    Hari ini adalah hari James di wisuda, tapi karena rasa sedihku, aku tidak pergi kesana, dia sudah berulang kali membujukku, tapi aku sama sekali tak menggubrisnya,, semenjak kejadian hari itu, aku belum ada berbicara sepatah kata pun dengan James, temanku yang lain jadi mengkhawatirkanku, tapi aku tak pernah peduli, aku terlanjur luka, dan sampai saat dimana James pergipun aku tak mengantarnya, James mendapat pekerjaan di Amerika, teman-teman yang lain yang pergi mengantar sedang aku hanya duduk meratapi kepergiannya di kamarku

    “maafkan aku James, aku sangat sayang sama kamu, tapi aku tak bisa bersama denganmu, ko Hendra, aku harus bagaimana? Aku sangat bingung sekarang?” entah berasal dari mana tiba-tiba aku menggearkan kakiku dan juga mengambil dompet, aku berlari sekuat tenaga dan mencari taksi untuk ke airport.

    “sir, can you drive faster?” tanyaku pada supir taksi

    “yes sir,” setelah sampai langsung aku berlari kedalam airport kucari James, airport yang besar menyulitkanku untuk mencarinya, setelah lama mencari akhirnya aku melihat dari kejauhan James sedang mendorong kopernya masuk ke ruang tunggu

    “James” teriakku keras sekali, aku langsung berlari, kulihat teman-teman yang lain dan juga orang-orang menoleh padaku, James tersenyum dan langsung berlari menuju padaku, aku dan james berpelukan erat dan sangat lama,

    “maaf kan aku James, maaf” aku menangis dalam pelukkannya

    “aku yang harus minta maaf Bas, aku sudah menyakitimu, aku sayang sama kamu bas, tapi aku tak bisa memaksamu”

    “iya James, maafkan aku, aku tak mungkin mengecewakan koko ku”

    “iya Bas, aku tahu” James melepaskan pelukannya dan jaketnya,

    “kamu harus sering tulis e-mail padaku” James memberikan Jaket kesayangannya padaku, Jaket yang di kirim dari papanya pada saat ulang tahunnya kemarin

    “aku harus pergi Bas, kamu jaga diri baik-baik. Belajar yang baik, koko kamu pasti akan sangat senang”

    “iya James, aku janji” aku memeluknya sekali lagi dan akhirnya James masuk ke dalam ruang tunggu, tak berapa lama pesawatnya lepas landas, aku kini sendiri lagi, aku berjanji pada koko ku dan juga James, aku akan menjadi yang terbaik

    “ko,, sebentar lagi bastian akan pulang ko, bastian sudah menyelesaikan studi disini, koko tunggu bastian ya” sekarang aku sudah di wisuda, minggu depan aku akan kembali ke Indonesia. Aku juga sudah beritahu James lewat e-mail. Dia sangat senang mendengarnya, dia juga berjanji akan mengunjungiku jika dia sempat.

    +++++++++++++++++++++BACK+++++++++++++++++++++++++++++++++

    “James, kapan kamu datang?” rasaku tak percaya melihat James di sini, di ruanganku ini,

    “aku baru datang hari ini, dan langung kesini, tuh koper ku masih ada di luar” James tersenyum dan kembali memelukku,

    “aku kangen sekali sama kamu Bas”

    “aku juga kangen sekali sama kamu James, kamu berapa hari disini?”tanyaku

    “hmmmm aku sih pengen selamanya sama kamu” gombal James, aku tertawa dan memukulnya pelan.

    “aku selesaikan dulu semua tugasku ya James, lalu aku ambil cuti dan menemanimu jalan-jalan” tawarku padanya

    “siip bos” James terus memandangku saat aku bekerja, aku jadi kikuk dilihatnya,

    “ok, beres,,, ayo kita jalan” ajakku,,, hari ini aku habiskan bersama James, mengelilingi kota Pontianak dan makan-makan, perutku sampai tak dapat lagi diisi, aku juga mengajak James ke makam koko ku dan dia sangat antusias.

    “ko, kenalkan ini James, koko pasti sudah kenalkan? Hari ini James datang kesini dan dia ingin langsung melihat koko”

    “hai ko, saya James, masih ingat sama saya? Saya janji akan menjaga bastian, dan maafkan kesalahan yang pernah saya buat ya ko” aku jadi kembali terkenang disaat aku dan James ciuman, saat itu aku sangat kecewa, tapi sekarang aku sudah lebih baik. Aku senang James ada disini sekarang.

    “bastian kamu sudah dewasa sekarang, kamu sudah bisa memilih jalan hidupmu, koko sudah tenang sekarang, kamu harus menentukan apa yang terbaik bagimu”

    “ko hendra? Ko?” aku segera berlari menuju ko hendra, tetapi dia menghilang begitu saja, sudah 2 hari berturut-turut aku memimpikannya,

    “Bas, kamu kenapa bas?” James menggoyangkan badanku dari tidur,

    “kamu mimpi koko kamu ya?” Tanya James

    “iya James, aku sudah berlari mengejarnya , tapi dia tak dapat aku raih” aku langsung memeluk james yang ada di sampingku.

    “kamu tenang bas, ada aku disi ni, kamu gak apa-apa kan?” Tanya James yang terlihat khawatir dengan keadaanku.

    “Bas, badan kamu panas banget, kamu sakit?” Tanya James khawatir, pandangan mataku jadi berkunang-kunang dan aku jatuh

    “bas, bas, kamu sudah sadar?” Tanya James,

    “aku dimana James?” tanyakku

    “Kamu ada dirumah sakit, kamu mungkin kecapean, maaf ya mungkin kamu lelah seharian jalan denganku” wajah James tampak sangat menyesal

    “nggak apa-apa James, thank you ya kamu sudah merawat aku”

    “tentu bas, aku sangat sayang sama kamu dan gak akan pernah tinggalkan kamu, aku janji” James memegang erat-erat tanganku, aku sangat senang saat ini.

    “ko, maafkan Bastian, Bastian sayang James ko, Bastian ingin selalu bersamanya” batinku dalam hati dan entah khayalanku atau bukan aku melihat ko Hendra tersenyum padaku.

    “James, aku juga sangat sayang sama kamu. Aku ingin selalu bersama kamu,aku tak ingin lagi pisah denganmu” James tersenyum dan akhirnya bibir kami kembali menyatu untuk yang kedua kali, dan kali ini aku tak lagi melepasnya, aku sudah terlanjur cinta dengannya dan ingin selalu bersamanya.

    “kita menikah ya Bas” ajak bastian

    “apa? Kamu serius James?”

    “iya bas, inilah bukti cintaku padamu, aku ingin selamanya bersamamu. Aku sangat senang hari ini, aku terus memeluk James, akhirnya aku pindah ke New York dan menikah dengan James disana. Aku menjadi pria yang paling beruntung saat ini, James adalah orang yang sudah membuat aku bertahan hidup selama ini dan aku akan menjadi kebahagiaan buatnya, aku tak ingin mengecewakannya.

    Aku dan James tinggal di apartement di New York dan aku bekerja di bank yang cukup besar disana.

    “ko, maaf kalau Bastian telah mengecewakan koko, tapi Bastian yakin kalau koko juga senang melihat Bastian senang. Terima kasih ko, koko akan selalu menjadi orang yang Bastian sayang dalam hidup bastian”.

    “I LOVE YOU JAMES”

    “LOVE YOU TOO HONEY” kami melihat indahnya langit di malam ini, hanya aku dan James, aku bersandar di pundaknya, aku sangat mencintainya..
  • Dunia sudah sepatutnya iri denganku, aku adalah lelaki yang paling bahagia di kolong langit ini, kamu lebih dariku? Tidak mungkin, tak ada yang berani mengadunya denganku. Siapa yang tak tergila-gila padanya? Senyumnya indah, malah melebihi keindahan pelangi, perhatiannya membuatku terbang ke langit tertinggi, mungkin aku sudah gila, tapi aku bahagia karena gila karenanya, aku tak waras? Ya aku sangat tidak waras, setiap kata-kata yang terlontar darinya sudah membuatku terbang, Tuhan, terima kasih atas kebaikan-Mu padaku, tak berhenti aku bersyukur pada-Mu atas apa yang engkau berikan padaku. Aku tak ingin lebih, aku hanya ingin dia selalu menyayangiku, aku bahkan rela kehilangan nyawaku untuknya.

    Keindahan malam ini aku lewati dengannya, dia membelai rambutku dan aku bersandar di bahunya, bahu yang kekar, bahu tempatku menyandarkan segala duka dan citaku,memandang indahnya lautan bintang, tapi maaf, lautan bintang tak lebih indah darinya. Andai bulan bisa ngomong, dia akan cemburu dengan cintaku, andai bintang bisa bergerak, mereka akan pergi karena malu, malu dengan keromantisannya, hanya lewat cahaya lilin aku melihat wajahnya, wajah yang tak pernah berubah saat pertama ku jumpa dengannya, sayang, kau cinta pertama dan akan menjadi yang terakhir untukku.

    “sayang, kamu kenapa melamun?” gelombang suara itu sekarang masuk kedalam telingaku dan diproses ke dalam otak dan menghasilkan sebuah suara yang paling aku rindukan, kekasihku dan sekarang suamiku.

    “nggak ada apa-apa sayang, I just thought about you.”

    “me? Why?”

    “you have made my life perfect, I love you so much”

    “I love you too, my dear”

    “sayang, menurut kamu apa ada yang lebih bahagia dari kita?” tanyaku kepada James

    “aku yakin sekali tak akan ada yang lebih bahagia dari kita sayang, kamu sudah menjadi jiwa dan ragaku” ciuman kecil aku sentuhkan di bibir James, dia tersenyum begitu juga denganku, kembali aku sandarkan kepalaku di bahunya, cahaya lilin meredup di tiup angin kota New York yang mengiringi kami

    “sayang, kamu jangan pernah tinggalin aku ya!”

    “iya sayang, nggak akan pernah, kamu kenapa Tanya seperti itu?” Tanya James dengan wajahnya yang imut

    “aku hanya takut kehilanganmu, dan gak akan sanggup tanpamu, kamu tahu separuh jiwaku sudah hilang sewaktu ko Hendra meninggal, hanya kamu yang dapat mencarinya dan mengembalikannya padaku, aku tak akan sanggup membayangkan kamu pergi meninggalkan aku” kataku sedikit memelas, bahkan aku rela mengemis untuk dia tak meninggalkanku

    “itu tak akan pernah terjadi sayang, dan kalaupun sampai terjadi, kamu harus percaya kalau kamu akan menjadi satu dan tetap satu dalam hidupku, Bastian Liem” wajah indah itu kembali tersenyum, damai kini aku rasakan, aku percaya denganmu James.

    “aku cinta kamu” bisikku dengan lembut di daun telinganya, James tersenyum dan memandang padaku

    “aku lebih mencintaimu”

    “nggak, aku paling mencintaimu” balasku tak mau mengalah

    “enak saja, aku paling paling mencintaimu” James juga tak mau kalah

    “nggak, pokoknya aku yang ter, paling, sangat mencintaimu”

    “nggak bisa, aku paling paling paling paling paling mencintaimu” lagi-lagi dia gak mau ngalah, kayaknya mau ngajak berantem tuh anak

    “aaa,,, clupp”belum sempat aku mengucapkan kata bibirku sudah di penuhi dengan bibirnya. Inilah yang aku suka dari dia selalu memberiku kejutan, bibir kami menyatu, aku membelai wajah dan rambutnya dengan lembut, tangannya di lingkarkan di leherku, sesekali dia memejamkan dan membuka matanya, begitu dekat, sangat dekat, membuatku tak bisa berpaling dari tatapannya, malam, ini menjadi malam pertama kami menghabiskan waktu, membagikan cinta sebagai pasangan hidup. Malam yang tak akan pernah aku lupakan, cinta ini indah, cinta ini suci, cinta ini memberi dan tak meminta.

    “sayang, ayo bangun!” aku membelai wajahnya yang masih tertidur, wajah yang manis itu membuka matanya, dia menguap sekali dan tersenyum padaku, mungkin dia sedikit kedinginan karena kulihat dia menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang sedikit berantakan,

    “ayo sayang, kamu kan harus kerja, kok tidur terus?” aku membelai wajahnya yang manis

    “iya sayang, sebantar lagi ya, masih ngantuk nih” alasannya yang masih malas untuk beranjak dari tempat tidur

    “ntar kamu telat lho say, ayo bangun!” aku menarik selimutnya sampai tersimbak, terlihatlah tubuh indahnya yang tak tertutup benang.

    “ih sayang, mau lagi kah?” ngelesnya dengan pikiran kotor

    “huhhh kamu ini, sudah mandi sana, jangan malas-malasan dong, malu sama adeknya pagi-pagi sudah bagun hehehehhe”

    “ih kamu say, bikin horny aja”

    “hehehehe, sudah sana mandi, sarapan sudah aku siapkan di meja”

    “wow asikkkkkk, enak ya kalau punya suami seperti kamu yang perhatian hehehe, tapi cium dulu baru mandi”

    “ihhh ogahhh. Bau!!!!!”

    “ya udah kalau nggak mau, aku gak mau mandi!”dengan wajah sok ngambek dan memanyunkan bibirnya

    “idih, pakai ngancam segala, ya udah deh, nih kiss nya, Muach” baru saja aku mau beranjak, tapi tubuhku sudah di tariknya sampai menidih tubuhnya, tak ada senyum di wajahnya, yang ada hanya tatapan tajam, tapi matanya masih terlihat sekali penuh hasrat dan cinta

    “sudah dong sayang, nanti kamu telat lho” aku mencoba melepaskan pelukannya, tetapi malah di pererat olehnya

    “aku gak mau pisah sama kamu sayang”

    “kamu ini ada-ada saja, kamu kerja kan Cuma sampai sore, nanti setelah pulang kerja juga ketemu lagi kan?”

    “tapi aku kan kangen terus sama kamu”

    “aku juga sayang, sudah gih sana mandi!”

    “mandi berdua aja yuk!” ajaknya

    “ya udah, ayuk!” kami menuju ke kamar mandi, perlahan aku membuka bajuku, sedikit malu karena James terus menatapku, meski sekarang aku sudah jadi miliknya, tapi aku masih sedikit malu dengannya, “kamu mempunyai tubuh yang sangat indah sayang”puji James padaku

    “kamu juga say” aku membuka shower dan kita mandi bersama, aku membersihkan semua lekuk tubuhnya, tak ada sedikitpun bagian yang tak terjamah tanganku, aku rela menukar apapun untuk cintaku ini.

    “sayang, aku kerja dulu ya, kamu hati-hati dirumah, jangan nakal ya!”senyum James padaku,

    “kamu ini say, tentu dong, kamu juga ya jangan nakal-nakal di luar” aku mengecup bibirnya dan akhirnya dia berangkat ke kantornya. Aku belum masuk kerja hari ini, besok baru akan masuk, sedikit grogi, tapi mudah-mudahan semua lancar. Tempat kerja baruku tidaklah jauh dari tempat James, jadi kami masih bisa saling bertemu kalau jam istirahat kerja….

    Hari pertama masuk kerja membuatku sedikit stress, aku belum tahu dengan system kerja di tempat ini, dan bagaimana pendapat mereka jika tahu kalau aku dan James adalah pasangan gay. Aku menjadi sangat galau, untung ada James yang selalu mensuportku sehingga aku bisa lebih percaya diri, James jugalah menjadi orang yang paling sibuk menyiapkan segala keperluanku, aku hanya tinggal tahu beres saja, tapi tetap saja aku masih merasa galau.

    Pertama masuk ke bank yang cukup bergengsi ini, rasanya hatiku bergetar dengan cepat, beberapa karyawan menyapa dan tersenyum padaku dan juga kubalas dengan senyuman dan juga sapaan. Aku di antar James ke ruang direktur yang juga adalah sahabat dari James, beliaulah yang membantuku masuk ke bank ini dan mendapatkan posisi cukup baik yaitu sebagai wakil dari manager keuangan . setelah berkenalan dengan sekretarisnya aku di antar keruangan yang cukup besar, ternyata ini adalah ruanganku. James sudah pamit menuju kantornya. Aku juga di perkenalkan dengan beberapa staf dari bagianku. Semua tampaknya sangat ramah dan welcome, aku rasa aku bisa betah berada disini. Tidak juga susah bekerja disini, semua karyawan banyak yang membantuku dalam menyelesaikan tugas-tugasku, disini aku akrab dengan beberapa orang yaitu Justin, lee ming yang berasal dari china, John, monica, dan Hanna, mereka semua sangat baik kepadaku, mereka juga sudah tahu kalau aku menjalin hubungan dengan james, kami juga bahkan sering jalan dan makan bersama dengan pasangan masing-masing, hanya lee ming dan John yang tak punya pasangan, bahkan kami sering menggoda mereka untuk pacaran saja.

    Tak terasa sudah 3 tahun aku bersama dengan James di New York, aku sangat bahagia dengannya, walaupun kadang ada pertengkaran kecil di antara kami dan beberapa disebabkan oleh John yang baik terhadapku membuat James cemburu,

    “sudah aku bilang sayang, John itu gay, kenapa kamu masih saja dekat dengannya” marah James saat dia cemburu

    “dia itu teman baikku James, dan bahkan jika dia gay, aku juga gak akan berpaling dari kamu, memang kamu tidak percaya denganku?”tanyaku sedikit berteriak karena kesal dengan cemburunya setiap kali aku dibantu John atau John mengirimkan pesan singkat padaku.

    “dia itu gay sayang, aku bisa lihat dari sorot matanya, buktinya diumurnya yang sekarang dia belum ada pasangan”

    “gak ada pasanagn bukan berarti dia gay James, mungkin dia belum menemukan orang yang tepat untuknya saja”

    “sudahlah, capek ngomong sama kamu, yang penting sudah aku ingatkan” James marah, setiap dia marah, dia akan tidur menghadap kearah lain, aku juga tak mau ngalah, akhirnya kita diam-diaman semalaman, tapi biasanya kami marahan tak akan berlangsung lama, setiap pagi setelah marahan, dia selalu akan bangun pagi-pagi dan membuat sarapan yang enak, membawa ke kamar dan menyuapiku sebagai permintaan maaf, seperti juga pagi ini, James bangun pagi-pagi dan memasak di dapur setelah itu membawa makanan 1 piring kekamar dan kita saling suap-suapan,

    “maaf ya sayang sudah marah-marah sama kamu,aku sayang sama kamu, aku tak ingin ada yang memiliki kamu selain aku” sesal James

    “sayang, aku juga sayang sama kamu, aku tak akan pernah berpaling ke siapapun, hanya kamu seorang”

    “iya sayang, aku percaya, nih makan lagi” dia kembali menyuapiku sesendok penuh, dan aku membaginya lewat mulutku, James yang selalu di minta disuapi seperti itu, dia bilang makanan yang sudah lewat mulutku terasa lebih enak, memang terdengar dan terlihat sedikit menjijikan, tapi aku sangat menikmatinya.

    “sayang, kita sudah lama disini, aku kangen dengan koko ku, aku ingin menjenguknya”

    “iya sayang, kalau begitu minggu depan kita ambil cuti gimana dan pulang ke Indonesia?” saran James

    “benar sayang? Wah mau banget, makasih ya sayang” aku senang sekali, aku sudah tak sabar ingin pulang ke kampung halamanku,. Kota khatulistiwa Pontianak.

    Tidak susah mendapatkan izin dari bos untuk cuti, karena memang selama ini aku sama sekali tak pernah ambil cuti, semua memang sudah di rencanakan James agar kami bisa cuti pulang ke Indonesia makanya semua jatah cutiku tak pernah kuambil, untungnya boss sangat baik dan memberiku cuti selama 2 minggu, begitu juga dengan James. Aku sudah tak sabar ingin mengunjungi koko disana

    “ko, sebentar lagi bastian pulang, koko pasti senang kan?”

    +++++++++++++++++++++++++++++++++

    “sayang, ayo berangkat!”

    “sebentar lagi sayang, ambil passport dulu,” hari ini aku dan james akan pulang ke Indonesia. Teman-teman juga mengantar kami sampai ke bandara

    “good bye Bastian, enjoy it”pesan dari John dan memelukku, kulihat sejenak wajah James terlihat manyun, dia memang suka cemburu, tapi kadang-kadang aku suka dengan sikapnya karena bisa membuat aku tertawa dan aku tahu kalau dia sayang denganku.

    “thank you John, bye friends” aku memeluk mereka satu persatu begitu juga dengan James. Sebentar lagi pesawat akan take off, perjalanan yang cukup membosankan dengan hampir seharian berada di pesawat, untung saja ada James yang menemaniku sehingga tak terasa membosankan.

    “ko, bastian kangen sama koko, bastian pulang ko, koko pasti juga kangen dengan bastian kan?”

    “lho sayang, kok nangis? Kamu kepikiran koko lagi ya?”Tanya James penuh perhatian

    “iya sayang, aku senang sekali hari ini karena bisa pulang, aku sudah tak sabar lagi ke Indonesia”

    Setelah seharian di pesawat, akhirnya pesawat kami mendarat dengan mulus di bandara soekarno hatta. Sebenarnya aku ingin langsung transit ke Pontianak, tapi james bilang dia ingin menemui papanya dulu di Jakarta dan memperkenalkanku pada keluarganya, aku sedikit bimbang,tapi ini memang harus aku hadapi, aku dan james sekarang adalah satu, keluarganya juga adalah keluargaku, james juga sudah sering cerita tentang ayahnya, dan mereka semua juga sudah tahu akan keadaan kami, james bilang mereka semua tak ada yang mempermasalahkan karena mereka semua menyerahkan James pada pilihannya.

    Rumah ayahnya tak terlalu jauh dari bandara, tepatnya berada di serpong Tangerang, rumah yang terlihat indah di perumahan cukup elit di daerah tengerang,

    “ayo sayang,masuk!”ajak James padaku

    “james” seseorang menyebutkan nama james dan langsung berlari memelukknya, dia adalah ayah james

    “papa”james langsung memeluk papanya

    “gimana kabar kamu james, papa rindu sekali denganmu”

    “baik pa, ini kenalkan pa, bastian” james memperkenalkanku dengan papanya, aku mengulurkan tanganku dan langsung aku di peluk papanya, aku senang sekali, aku merasa diterima

    “kamu bastian? James sering cerita tentang kamu”

    “iya om, james juga sering cerita tentang om”

    “jangan panggil om dong, kamu kan pasangan hidup james, jadi kamu harus panggil papa”

    “iya papa” aku langsung memelukknya dengan erat, aku tidak tahu kenapa, kata ‘papa’ sudah lama tak pernah aku sebutkan kata itu semenjak kepergian papaku ke surga, air mataku jatuh tanpa mampu aku tahan

    “kamu kenapa bastian?” Tanya papa heran

    “tidak pa, aku hanya senang karena sekarang aku sudah punya papa lagi”

    “ya bas, kamu sudah punya papa lagi, kamu anak saya sekarang” aku sangat terharu mendengarnya,

    “terima kasih pa”, aku sangat senang, batinku dalam hati

    Tak terbayang dalam hidupku aku masih bisa memanggil papa, tak terbesit sedikitpun di dalam benakku bisa mendapat sambutan hangat dari papa James. Aku bahagia, sangat teramat bahagia, semua bagaikan mimpi semata..

    “ayo James, bas masuk!”ajak papa ke dalam rumah, saat menginjakan kaki ku ke rumahnya terpampang foto keluarga yang sangat besar disana, ada gambar papa tersenyum lebar disana dan ada anak kecil yang memeluk seorang wanita dengan erat yang juga tersenyum damai, senyuman dan wajah itu sangat aku kenal, itu adalah James, aku masih belum mengerti mengapa papa masih memajang foto keluarga ini, padahal papa dan mama James sudah bercerai lama sekali.

    Selain foto tersebut masih ada banyak foto-foto kecil yang terpajang di dinding yang bercat putih tersebut yang rata-rata adalah foto James, aku yakin bahwa papa James pasti sangat merasa kehilangan James selama ini

    “setelah minum kami di antar oleh seorang bibi ke kamar kami, kamar yang terlihat sangat bersih dan masih juga aku melihat foto James terpajang di dinding, semua foto james

    “ini adalah kamarku sayang, sudah lama aku tak pernah masuk kamar ini, aku sangat rindu dengan suasana kamar ini, semua masih terlihat sama, tak ada perubahan sedikitpun, papa pasti sangat menjaga kamar ini” kata-kata James sedikit terisak, aku yakin sekali dia pasti sangat terpukul dengan perceraian orang tua nya. Aku memeluk erat James dan dia menumpahkan seluruh air matanya,dapat aku rasakan bagaimana perasaan James selama ini, perceraian orang tua pasti akan selalu berdampak negative pada seorang anak, aku sangat paham hal itu karena aku juga sudah kehilangan orang tuaku saat aku masih kecil, untung ada ko hendra yang menjadi orang tua yang selalu mengajariku sehingga aku masih bisa bertahan dan tak menjadi orang yang rapuh.

    “kamu jangan bersedih sayang, yang penting kamu sudah berkumpul lagi dengan papamu, dan kamu juga masih ada aku yang akan selalu bersamamu”

    “thanks honey, aku tak dapat bayangkan bagaimana hidupku sekarang tanpa kamu, kamu lah yang sudah buat hidupku kembali berwarna, semenjak kedatanganmu ke Jepang, aku sudah merasa kalau kamu adalah belahan jiwaku” james mencium bibirku dengan lembut, dapat aku rasakan ada ketenangan disana,

    “tok,tok” suara pintu di ketuk dari luar dan kudengar papa yang memanggil

    “James, Bas, ayo makan dulu!” ajak papa yang suaranya terdengar dari luar pintu

    “ya pa, sebentar lagi” kami keluar dari kamar dan menemui papa di meja makan, tersaji banyak sekali makanan yang sangat aku rindukan, yang tak aku temukan di New York.

    Setelah selesai makan, aku dan James serta papa mengobrol panjang lebar di ruang tamu, membicarakan tentang kenangan-kenangan yang ada, tak sedikit tawa yang terdengar disini, keluarga yang sangat hangat.

    “James?” terdengar suara wanita yang berasal dari depan pintu, kami semua menoleh ke depan

    “Mitha?” James menjawab seakan tak percaya apa yang ada di depannya

    Wanita yang bernama Mitha tersebut langsung berlari dan memeluk james, James terlihat sedikit terkejut dengan pelukan Mitha.

    “kenapa kamu bisa tahu aku disini Mit?” Tanya James yang masih saja terlihat tak percaya dan ,melepaskan pelukan Mitha

    “papamu yang menelponku tadi, aku senang sekali melihatmu lagi james, aku rindu sekali denganmu” Mitha yang seperti kesetanan itu kembali memeluk James tanpa menghiraukan ada aku dan juga papa yang ada disini.

    “oh ya Mit, kenalkan ini bastian” james berusaha untuk melepaskan pelukan Mitha dan memperkenalkan Mitha padaku,mitha tersenyum padaku dan aku juga tersenyum padanya, tapi setelah itu dia kembali sibuk dengan james, aku yang ada disitu menjadi sedikit cemburu dengan Mitha, papa terlihat sedikit risih dengan sikap Mitha yang seperti ini

    “sayang, Mitha ini adalah teman ku dari kecil, kita sekelas sampai aku pindah ke Jepang” James menjelaskan padaku sedikit tentang Mitha, aku hanya diam saja dan tak begitu peduli dengan sosok Mitha ini,

    “hah? Sayang? Maksud kamu James?” Mitha langsung memotong omongan James, mungkin dia terkejut karena James memanggilku dengan sebutan sayang

    “ya, dia adalah kekasihku” jelas james pada Mitha. Entah kenapa aku senang sekali ketika James menjelaskan posisiku pada Mitha, aku merasa seakan-akan aku menang dari Mitha yang terlihat genit itu,

    “tapi, tapi” Mitha terlihat tak bisa percaya,

    “tapi kalian kan laki-laki” jelas Mitha sedikit gugup

    “yah, tapi kami saling mencintai, dan kami sudah menikah 3 tahun yang lalu” jelas James lagi, Mitha terlihat makin kalut, keanggunannya sudah tak nampak lagi, yang ada hanya wajah pucat dan suaranya yang gagap. Tanpa ba bi bu lagi dia berlari meninggalkan kami, sempat terlihat olehku cairan bening jatuh dari pelupuk matanya.

    “sayang, Mitha itu siapa?” tanyaku pada James saat di kamar

    “dia itu temanku sejak kecil say”

    “aku nggak percaya, kalau dia teman kamu, tentu dia tak akan bersikap berlebihan seperti tadi”

    “sebanarnya dia juga adalah mantan pacaraku, kami berpacaran saat SMP, tapi kami harus berpisah saat aku pindah ke Jepang” jelas James padaku, aku cemburu mendengarnya, aku merasa james masih mencintai Mitha, dari sorot matanya saat menatap Mitha,. Aku tak rela James dimiliki oleh orang lain selainku

    “jadi kamu masih sayang sama dia James?” tanyaku pada James tanpa menggunakan embel-embel say atau sayang lagi

    “nggak lah say, sekarang aku seutuhnya milikmu, aku tak mungkin berpaling pada yang lain, aku sudah berjanji padamu, hanya ada kamu sendiri di hatiku”

    tapi kenapa hatiku masih risah? entahlah, aku hanya merasa sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi.

    “sudah sayang, tak perlu dipikirkan, yuk tidur!”

    “iya sayang” akhirnya aku mencoba untuk memejamkan mata ini, walaupun sulit untuk aku pejamkan, tapi akhirnya aku bisa memejamkan mataku. ,mungkin sudah subuh baru aku berhasil tidur..

    “pa, mengapa papa mengundang Mitha kesini pa?” Tanya james sedikit membentak ke papanya” aku yang kebetulan jalan dari dapur mendengar suara bentakan dari James dan langsung berlari kedepan melihat apa yang terjadi. Kulihat james dengan wajah geram menatap papanya, papanya terlihat sangat bersalah, aku tak penasaran dengan apa yang mereka bicarakan sampai James marah terhadap papanya, jadi aku sedikit menguping pembicaraan mereka

    “maaf james, sebenarnya papa ingin kamu normal, papa ingin kamu memberi papa seorang cucu, kamu anak papa satu-satunya, hanya kamu yang bisa papa harapkan, kamu dan bastian tak mungkin bisa memiliki momongan” aku yang mendengar kata-kata papa, hatiku seperti teriris-iris, memang benar kata-kata papa, aku dan james tak mungkin akan memiliki seorang anak kandung, siapa yang bisa melahirkan diantara kami? Tak ada, kami hanya sepasang makhluk yang hina, james adalah anak laki-laki satu-satunya, tentu papanya punya harapan besar kepadanya, aku tak boleh egois, aku tak mungkin bisa bersama dengan james,

    “maaf pa, tapi James gak bisa, James hanya mencintai Bastian, tak ada orang yang bisa menggantikannya”

    “kamu jangan egois James, kamu sadar suatu saat kamu akan menjadi tua, dan jika kamu tak mempunyai anak, siapa yang akan merawat kamu kelak?”

    “aku tak peduli pa, aku bisa mengadopsi seorang anak” keukeh James pada papa, aku yang mendengarnya tak dapat berucap apa-apa, aku sama sekali tak berani keluar dari tempatku bersandar sekarang, aku terlalu takut, yang ada hanya tangisan,

    “beda James, anak kandung dan juga anak angkat itu berbeda, kamu harus pikirkan semua matang-matang, papa yakin Mitha akan mau menerima kamu apa adanya”jelas papa james lagi dan menepuk-nepuk lembut bahu James, James terlihat marah dengan kata-kata papanya dan berjalan masuk kedalam, belum sempat aku pergi, James sudah melihatku

    “bas?”

    Aku menoleh ke arah James, aku memaksakan tersenyum seakan aku tak tahu apa-apa dengan kejadian barusan

    “kamu mendengar semua bas?” Tanya James lagi, wajahnya terlihat lelah dan cemas . Aku hanya tersenyum dan berlari masuk kekamar, tak mampu aku membendung air mata ini, aku menangis sejadi-jadinya, james mengetuk-ngetuk pintu dari luar. Dia terus memanggilku dan kudengar suaranya juga dia menangis, maafkan aku James, benar kata papamu, aku harus merelakanmu dengan seorang wanita, kamu harus bisa menjadi lelaki sejati James, aku tak bisa bersamamu. Malam itu juga aku membereskan semua pakaianku dan pergi dari rumah papa james secara diam-diam karena james tertidur di sofa,

    “maafkan aku James, aku harus pergi”

    “ko, aku pulang, dan maafkan aku ko, aku sudah salah, aku benar-benar telah membuat suatu keputusan yang salah” angin malam meniup dengan kencang, membelai tubuhku yang terasa hampa ini, aku terus berjalan menyusuri gelap malam, dan berjalan ke dalam kelam yang akan aku rasakan tanpa James disampingku. Mungkin semua memang sudah menjadi takdirku, takdir seorang pencinta sejenis.

    Terima kasih kepada pembaca yang telah menunggu dan juga membaca kisah ini, semoga kisah ini dapat memberi pesan dan kesan kepada pembaca, mungkin ada pembaca yang sedikit kecewa dengan ending brother3 ini, tapi ketahuilah, hidup tak terkadang mulus, hidup penuh dengan ujian, aku hanya ingin menggambarkan kehidupan bastian bukanlah seperti dongeng yang menemukan pangeran dan hidup bahagia selamanya, tapi bastian adalah manusia biasa yang juga mengalami cobaan hidup.
  • ga tau harus ngomong apa,banyak pesan yg terdapat di ceritamu ini....apa masih ada lanjutan ga ini cerita atau hanya di sini?
  • Masih ad lnjutannya, tpi blm smpt aq ktik
  • oke deh....aku tunggu
  • bagusss
    ditunggu lanjutannya
  • bagian pertama, SUKSES membuatku menitikan air mata, congrats

    sumpah deh, tolong dilanjutin ceritanya ya.
    pleaaasssee
  • edited July 2011
    double post
Sign In or Register to comment.